MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi

1 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA Ceramah Menteri Pertanian di Fakultas Ekonomi (Program Ekstensi) Universitas Indonesia Tanggal 27 Januari 2005 Penerapan Ekonomi Syari ah dalam Sektor Pertanian Oleh : Dr. Ir. Anton Apriyantono Yang saya hormat Dekan Fakultas Ekonomi, UI Ketua Program Ekstensi Fakultas Ekonomi, UI Mahasiswa serta Seluruh Civitas Akademika Program Ekstensi Fakultas Ekonomi, UI Hadirin Sekalian; Ass wr wb. Pertama-tama saya mengucap syukur kepada Allah swt karena atas rahmat-nya saya dapat hadir di Kampus Universitas Indonesia (UI) ini, salah satu perguruan tinggi utama di Indonesia. Yang membuat saya kagum dan bangga, UI tetap konsisten dengan predikatnya sebagai kampus rakyat yang berpandangan populis-nasionalis. Banyak gagasan besar pembangunan ekonomi nasional yang dihasilkan dari universitas ini. Mengawali paparan singkat saya ini, terlebih dulu saya ingin menjelaskan tentang program pembangunan pertanian periode Saya ingin menekankan pentingnnya meletakan ruh dalam pembangunan pertanian. Ruh merupakan nilai (value) dan jiwa (spirit) yang melandasi pembangunan dan penyelenggaraan pembangunan. Pembangunan khususnya sektor pertanian tanpa dilandasi ruh yang menjadi dasar pijakan akan kehilangan arah dan semangat yang akhirnya dapat menyimpang dari tujuan dan sasaran pembangunan. Apalagi untuk sektor pertanian yang obyek pembangunannya V-1

2 adalah benda hidup, yakni manusia, hewan, tanaman dan lingkungannya (human activity system), maka ruh pembangunan sangat diperlukan, agar pembangunan tidak bersifat eksploitatif dan merusak kelestarian dari obyek pembangunan. Seiring dengan semangat reformasi dan penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) oleh pemerintah yang bersih (clean government), maka selayaknya semangat reformasi ini dijadikan sebagai ruh di dalam pembangunan pertanian oleh Departemen Pertanian. Selain itu, semangat penyelenggaraan pemerintah yang baik oleh suatu pemerintahan yang bersih diharapkan dapat memperoleh hasil-hasil pembangunan untuk sebesar-besarnya kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Dengan kata lain, ruh kepedulian harus menjadi nilai dan orientasi dalam penyelenggaraan pemerintahan yang bersih. Tidak berlebihan jika Departemen Pertanian dalam penyelenggaraan pembangunan pertanian Indonesia melandaskan pada nilai dan ruh yang Bersih dan Peduli. Bersih berarti bebas dari KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme), amanah, transparan dan akuntabel. Peduli berarti memberikan fasilitasi, pelayanan, perlindungan, pembelaan, pemberdayaan, dan keberpihakan terhadap kepentingan umum (masyarakat pertanian) di atas kepentingan pribadi dan golongan (demokratis) dan aspiratif. Ada tiga prioritas program pembangunan pertanian lima tahun ke depan ( ) yaitu: (1) program peningkatan ketahanan pangan, (2) program peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian; dan (3) program peningkatan Kesejahteraan Petani. Program peningkatan ketahanan pangan diarahkan untuk memfasilitasi bagi terjaminnya masyarakat untuk memperoleh pangan yang cukup setiap saat, sehat dan halal. Ketahanan pangan rumahtangga berkaitan dengan kemampuan rumahtangga untuk dapat akses terhadap pangan di pasar, dengan demikian ketahanan pangan rumahtangga dipengaruhi oleh kemampuan daya beli/pendapatan rumahtangga. Sejalan dengan itu maka peningkatan pendapatan rumahtangga merupakan faktor kunci dari peningkatan ketahanan pangan rumahtangga. Pangan dalam arti luas mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya yang bermanfaat V-2

3 bagi pertumbuhan kesehatan. Sasaran yang ingin dicapai adalah: (1) dicapainya ketersediaan pangan tingkat nasional, regional dan rumah tangga yang cukup, aman dan halal, (2) meningkatnya keragaman produksi dan konsumsi pangan masyarakat, dan (3) meningkatnya kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah kerawanan pangan. Selanjutnya rogram peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian diarahkan untuk memfasilitasi: (1) berkembangnya usaha pertanian agar produktif dan efisien menghasilkan berbagai produk pertanian yang memiliki nilai tambah dan daya saing tinggi baik di pasar domestik maupun pasar internasional, dan (2) meningkatnya kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian nasional, terutama melalui peningkatan devisa dan pertumbuhan PDB. Adapun Sasaran dari program ini adalah: (1) berkembangnya usaha di sektor hulu, usahatani (on-farm), hilir (agroindustri) dan usaha jasa penunjang; (2) Meningkatnya ekspor produk pertanian segar dan olahan; dan (3) Meningkatnya pertumbuhan PDB sektor pertanian. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani bertujuan untuk menfasilitasi upaya-upaya untuk pemberdayaan dan peningkatan akses petani terhadap sumberdaya usaha pertanian. Sasaran yang ingin dicapai adalah: (1) meningkatnya kapasitas, posisi tawar, dan pendapatan petani/pelaku usaha pertanian; dan (2) meningkatnya akses petani terhadap sumberdaya produktif. Kata kunci ketiga program di atas adalah fasilitasi. Ini berarti bahwa tindak lanjut program Departemen Pertanian berupa bentuk-bentuk fasilitasi yang diberikan oleh pemerintah sehingga para pelaku agribisnis dan petani dapat melakukan fungsinya masing-masing secara sinergis, mampu meningkatkan kapasitas produksi, nilai tambah, daya saing dan pendapatan petani. Salah satu fasilitasi yang amat dibutuhkan dalam pengembangan pertanian adalah penyediaan sistem pasar keuangan mikro (financial market) yanag sesuai dengan kemampuan petani. Sistem keuangan mikro pertanian saat ini masih masih mensyaratkan agunan (collateral) bagi para pemimjam, sehingga hal tersebut memberatkan petani kecil yang mempunyai aset terbatas. Pada kesempatan ini, saya ingin mengajak saudara sekalian merenung sejenak. Siapakah sebenarnya pelaku utama peningkatan kapasitas produksi, nilai tambah dan daya saing komoditas pertanian kita? Tentunya jawabnya adalah V-3

4 PETANI. Mereka itulah sesungguhnya pahlawan-pahlawan pertanian kita yang harus mendapat perhatian yang semestinya karena pendapatan mereka masih jauh dari kebutuhan hidup layak. Walaupun terjadi perbaikan tingkat pendapatan petani dari tahun ke tahun, namun pendapatan mereka masih jauh dari hidup layak. Berdasarkan hasil survey Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian tahun 2004 menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga tani kita saat ini diperkirakan berkisar Rp 1,5 2,7 juta/kapita/tahun, masih di bawah upah seorang pekerja bangunan. Sungguh ini suatu tantangan bagi kita semua dan Departemen pertanian mengupayakan peningkatan pendapatan petani. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya pendapatan mereka adalah sempitnya lahan yang dimiliki mereka yaitu sekitar 0,3 hektar. Ada dua implikasi penting yang dapat ditarik dari kepemilikan lahan sempit dalam perspektif upaya peningkatan pendapatan petani yaitu: (1) usahatani primer tidak memungkinkan lagi dijadikan andalan untuk mendukung kecukupan pendapatan petani sekalipun melalui upaya inovasi pertanian apapun sehingga perlu dicari sumber pendapatannya lainnya; (2) salah satu sumber pendapatan lainnya bagi petani yang saat ini belum dioptimalkan adalah usaha pertanian sekunder atau agroindustri. Oleh karena itu, maka ke depan perlu dikembangkan inovasi pertanian yang berorientasi pada usahatani sekaligus agroindusri. Inilah yang menjadi alasan mengapa salah satu program Departemen Pertanian adalah peningkatan nilai tambah dan daya saing. Peningkatan nilai tambah diharapkan bersumber dari kegiatan agroindustri yang produknya dengan sentuhan berbagai inovasi diharapkan memiliki daya saing baik di pasar domestik maupun internasional. Untuk mengembangkan usahatani dan agroindustri yang inovatif secara sinergis diperlukan modal, sementara petani tidak mempunyai kemampuan modal yang memadai. Sistem perbankan saat ini yang diharapkan dapat membantu permodalan petani melalui sistem perkreditan tidak mungkin dapat diakses patani karena sistem tersebut sesuai dengan perundang-undangan masih mensyaratkan keharusan adanya jaminan (collateral). Oleh karena itu, diperlukan pengembangan sistem keuangan mikro pertanian yang sesuai dengan kondisi V-4

5 yang dihadapi petani, sehingga petani mampu mengakses sistem keuangan tersebut. Landasan utama dari sistem keuangan moderen (moderen capital market) adalah tambahan modal (capital gain) atau dalam bahasa sehari-hari adalah bunga dari setiap modal atau uang yang dipinjamkan. Oleh karena itu, maka setiap pemodal (lenders) akan menuntut adanya agunan (colleteral) dari setiap pemimjam (borrowers). Dengan demikian, dasar dari ekonomi moderen adalah agunan bukan kepercayaan, sehingga sistem ekonomi moderen tidak mungkin berkembang dalam masyarakat miskin seperti petani kita karena ketidakmampuan dalam menyediakan agunan. Kalau demikian halnya, maka perlu dikembangkan sistem keuangan yang berdasarkan pada kepercayaan. Sistem ekonomi syariah merupakan sistem ekonomi Islam yang dikembangkan berdasarkan kepercayaan yang implentasikan ke dalam sistem pembagian keuntungan dan resiko dari setiap usaha bersama. Dalam hubungan dengan pembagian resiko, andaikata ada dua pihak antara dua rekan usaha dalam mengatur pembagian modal, tiap rekan usaha akan harus membagii resiko kerugian sebanyak proporsi tertentu dari modal, sehingga hal ini akan memberi kompensasi kepada rekan usaha yang aktif dalam manajemen dan pembagian porsi keuntungan yang diperoleh antara berbagai rekan usaha sesuai dengan kesepakatan yang disetujui bersama. Dengan demikian, ekonomi syariah akan menjamin keadilan dan tidak akan ada eksploitasi antara pemodal (lenders) dengan peminjam (borrowers) dan tidak membutuhkan agunan dari peminjam. Uraian di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa sistem ekonomi syariah Islam, tanpa keraguan, sangat sesuai untuk dijadikan dasar pengembangan sistem keuangan mikro pertanian. Salah satu Bank yang berkembang saat ini yang berlandaskan pada sistem ekonomi syariah adalah Bank Syariah. Menurut Gubernur Bank Indonesia, perkembangan Bank Syariah di Indonesia cukup menggembirakan. Angka Financing to Deposit Ratio (FDR) Bank V-5

6 Syariah mencapai 110 %. Hal in relatif lebih tinggi dibanding tingkat loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan nasional yang masih berada pada angka 42 %. Banyak produk Bank Syariah yang sesuai dengan kebutuhan petani, baik untuk kebutuhan modal usahatani maupun untuk kebutuhan konsumsi, antara lain: (1) BAIBITHAMAN AJJIL berupa pinjaman untuk membantu nasabah dalam pembelian benda-benda yang tidak hidup (mobil, motor, tv, dan lain-lain); (2) MUDHARABAH berupa pinjaman untuk usaha-usaha yang produktif yang membutuhkan investasi modal dengan perputaran yang lebih cepat; (3) MUSYARAKAH berupa pinjaman yang diberikan terutama kepada perusahaanperusahaan yang memiliki potensi pengembangan yang baik, namun membutuhkan tambahan modal untuk pengembangannya; (4) MURABAHAH berupa pinjaman yang lebih diarahkan bagi pinjaman yang usahanya bergerak dalam bidang usaha-usaha yang tinggi resikonya seperti usahatani di bidang pertanian yang ditentukan oleh iklim. Disamping itu, masa waktu pengembalian kredit lebih panjang sampai dengan waktu jatuh tempo yang telah ditentukan. Perbedaan utama jenis pinjaman ini dibanding dengan jenis mudharabah dan musyarakah adalah menyangkut masa waktu pembayaran kembali. Pada jenis kredit ini, pembayaran kembalinya dilakukan setelah jatuh tempo, misalnya pada masa saat panen. Sistem bagi hasil keuntungan dengan bank dilakukan berdasarkan kesepakatan kelebihan (surplus) di atas biaya-biaya investasi modal yang harus ditanggung terutama yang menyangkut biaya modal lancar; (5) IJARAH merupakan salah satu bentuk kredit yang intinya berupa sewa usaha; dan (6) QARDHUL HASAN berupa pinjaman kebajikan, dananya diambil dari dana infaq dan sodaqoh yang terkumpul dari nasabah. Demikian paparan saya, atas perhatian para undangan dan hadirin sekalian, serta kesempatan yang telah diberikan panitia untuk menyampaikan paparan ini, saya mengucapkan terima kasih. Menteri Pertanian, V-6 Dr Ir Anton Apriantono

7 D:\data\data\Anjak-2005\Ceramah Mentan-UI V-7