1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri dunia paling mengglobal saat ini adalah migrasi internasional. Hal ini disebabkan pengangguran pada saat sekarang sudah sangat banyak, dan banyak orang yang menginginkan pekerjaan yang layak dan bisa menjamin kehidupannya. Oleh karena itu migrasi internasional menjadi peluang utama untuk mencari pekerjaan dan penghidupan yang layak. Kini sebanyak 200 juta orang hidup di luar negara kelahiran atau kebangsaan mereka sebagai kaum migran yang terdiri dari pekerja migran maupun anggota keluarga pekerja migran. 1 Hal ini menarik perhatian masyarakat Indonesia yang notabene negara dengan tingkat pengangguran tertinggi, terbukti pada laporan BNP2TKI tahun 2014 jumlah penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri mencapai 429.872 orang. TKI yang menjadi pekerja migran tersebut diantaranya ada yang berhasil atas pekerjaannya atau sukses di luar negeri namun tak sedikit pula yang menemui kesulitan, perlakuan tidak baik oleh pengusaha/ majikan hingga tertimpa permasalahan hukum. Ini sangat disayangkan karena pekerja migran sebagai salah satu pejuang yang banyak menyumbangkan devisa bagi negara, memberi kontribusi kepada pembangunan dan kesejahteraan ekonomi dan sosial baik di negara asal mereka maupun di negara mereka ditempatkan. Maka mereka, pekerja 1 Patrik Taran, Clashing Worlds: Imperative for a Rights-based Approach to Labour Migration in the Age of Globalization, Journal of Globalization Studies, volume 2, Nomor 1, Tahun 2007, hlm. 58.
2 migran yang esensinya manusia dimana sebagai pemilik mutlak hak asasi manusia universal, yang hak-hak, martabat dan keamanannya seharusnya mendapat perlindungan yang sangat baik, spesifik dan khusus. Tidak hanya itu, pelanggaran terhadap hak-hak pekerja migran di suatu masyarakat akan memberi kontribusi terhadap disintegrasi sosial dan menurunnya penghormatan terhadap aturan hukum yang telah ada dalam suatu negara dan hukum internasional. 2 Untuk mengatasi semua permasalahan yang terjadi diharapkan suatu hubungan kerja sama yang baik antar negara pengirim dengan negara tujuan tenaga kerja dengan acuan peraturan ketenagakerjaan yang sama. Untuk mengadakan hubungan biateral tersebut, negara patut mengacu pada hukum internasional yang memberi kerangka perundang-undangan, kebijakan dan praktek nasional serta kerja sama di dalam negara dan antar negara di pelbagai proses migrasi yang berbeda berdasarkan kebiasaan dan prinsip hukum umum yang diyakini seluruh negara. Selain itu, hukum Internasional, kebiasaan internasional dan prinsip hukum umum menjadi standar yang mengatur batasan negara dalam melakukan cross-border mobility serta menentukan parameter baik untuk perlindungan tenaga kerja migran dan keluarganya maupun untuk penjagaan kepentingan negara. Dalam hal ini secara internasional masalah tenaga kerja diatur dalam konvensi organisasi buruh internasional atau International Labour Organization (ILO) yang merupakan organisasi internasional di bawah naungan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Dalam konvensi buruh ILO, PBB menjamin perlindungan hak asasi manusia di tempat kerja, antara lain: kebebasan 2 Komite Pengarah Internasional, Petunjuk ratifikasi konvensi internasional perlindungan hak-hak seluruh pekerja migran dan anggota kelurganya, www.migrantsrights.org,diakses tanggal 31 Januari 2015.
3 berserikat (Konvensi ILO 87 dan 98), larangan diskriminasi (Konvensi 100 dan 111), larangan kerja paksa (Konvensi 29 dan 105), dan perlindungan anak (dalam Konvensi ILO nomor 138 dan 182). Komitmen Indonesia terhadap perlindungan hak tenaga kerja migrannya diwujudkan dengan meratifikasi kedelapan konvensi tersebut. Sejalan dengan ratifikasi konvensi mengenai perlindungan hak tenaga kerja migran itu, undang-undang ketenagakerjaan yang disusun kemudian mencerminkan pula ketaatan dan penghargaan pada prinsip yang tertuang dalam konvensi tersebut. Selain PBB, telah banyak institusi internasional baik pemerintahan maupun non pemerintahan yang bergerak khusus melindungi hak pekerja migran, salah satunya Organization of the Islamic Cooperation atau Organisasi Kerjasama Islam (OKI). OKI adalah organisasi internasional yang anggotanya terdiri dari negara-negara Islam, di dalam programnya banyak mencurahkan perhatian kepada masalah nasib golongan minoritas Islam di seluruh dunia, rasa solidaritas di kalangan anggotanya dan kerjasama negara-negara Islam di semua bidang kehidupan negara yang salah satunya di sektor ketenagakerjaan. Indonesia menjadi negara anggota dalam organisasi internasional ini dengan tingkat permasalahan ketenagakerjaan migran paling tinggi dibanding dengan negaranegara anggota OKI lainnya. Diketahui sekitar sepertiga hingga separuh dari para pekerja migran yang berangkat ke luar negeri setiap tahun memiliki tujuan ke Timur Tengah. Malaysia, Qatar, dan Saudi Saudi Arabia adalah tiga negara Islam yang juga merupakan negara anggota OKI dengan penempatan tenaga kerja migran Indonesia terbesar. Tercatat hingga 31 desember 2014 sebesar 127.827
4 orang tenaga kerja Indonesia ditempatkan di Malaysia, 44.325 orang TKI menjadi pekerja migran di Saudi Arabia serta sebanyak 7.862 TKI bermigrasi ke Qatar. 3 Dengan demikian OKI sebagai organisasi internasional dengan perhatian khusus kepada negara-negara Islam dituntut memediasi permasalahan tenaga kerja migran Indonesia yang berada di Saudi Arabia, Malaysia dan Qatar. Mengingat salah satu visi utama OKI dalam piagamnya adalah bekerja sama membangun perekonomian, maka salah satu upaya OKI diantaranya mereduksi angka kemiskinan yang disebabkan tingginya angka pengangguran yang salah satunya membenah ketenagakerjaan, khususnya tenaga kerja migran yang berada di negara-negara anggota OKI. OKI memiliki personalitas hukum secara kelembagaan berkompeten mengeluarkan rekomendasi sesuai dengan komitmen negara-negara anggota berdasarkan prinsip-prinsip dan tujuan sebagaimana diatur dalam Piagam OKI. 4 Salah satunya OKI mengeluarkan rekomendasi melalui dua sidang konferensi tingkat menteri (Islamic International Conference) yang dilaksanakan selama periode 23-26 April 2013 beruparesolusi tentang kerjasama di bidang ketenagakerjaan dan perlindungan sosial antar negara OKI (Resolution on the Cooperation on Labour, Employment and Social Protection among the OIC Member States) yang ditandatangani di Baku, Azerbaijan, demikian penulis menyebutnya Resolusi Ketenagakerjaan Azerbaijan yang dipimpin oleh H.E. Mr Fizulli Alakbrov (Minister of Labour and Social Protection of the Population 3 Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, Data Penempatan dan Perlindungan TKI Tahun 2014, www.bnp2tki.go.id,diakses tanggal 31 Januari 2015 4 Sumaryo Suryokusumo, 1997, Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional, Alumni/1997, Bandung, hlm. 43.
5 of Azerbaijan) dengan partisipasi pejabat Kementerian Tenaga Kerja dari 36 negara anggota OKI yang salah satunya adalah Indonesia melaluiperwakilan Menakertrans pada saat itu Muhaimin Iskandar. Resolusi tersebut menekankan berbagai pemecahan untuk masalah-masalah krusial di bidang ketenagakerjaan terkait (1) keselamatan dan kesehatan kerja (occupational safety and health); (2) mengurangi pengangguran (reducing unemployment); (3) tenaga kerja migran dan perlindungan sosial (foreign migrant labour and social protection); dan (4) startegi informasi pasar kerja (labour market information strategy). 5 Dibentuknya resolusi ketenagakerjaan Azerbaijan ini merupakan komitmen OKI atas disepakatinya General Agreement on Economic, Technical and Commercial Cooperation 1997 dan the OIC Ten Year Programme of Action (TYPOA) yang bertujuan untuk membina kerjasama dalam pertukaran tenaga kerja dan tenaga ahli, mempromosikan program transfering ilmu pengetahuan, pengalaman dan praktek terbaik masing-masing negara. Maka dari itu semakin jelas keberpihakan OKI terhadap persoalan ketenagakerjaan khususnya terhadap perlindungan pekerja migran Indonesia. Tercatat selama tahun 2014 Indonesia mengalami permasalahan ketenagakerjaan dimana dari 12.450 kasus TKI di luar negeri, 1.785 diantaranya merupakan kasus dengan permasalahan ketenagakerjaan berupa permasalahan upah, kecelakaan kerja yang dialami pekerja, beban kerja terlalu berat, dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). 6 Maka dari itu, OKI melalui resolusi ketenagakerjaan Azerbaijan diharapkan mampu mengoptimalkan 5 Reported by Statistical, Economic and Social Resarch and Training Centre for Islamic Countries (SESRIC), The 2nd session of the Islamic Conference of Lanour Ministers, http://www.sesrtcic.org/event-detail.php?id=775, diakses tanggal 2 Februari 2015. 6 Pelayanan dan Perlindungan WNI & BHI di Luar Negeri, Laporan Penanganan Kasus 2014, www.perlindungan.kemlu.go.id,diakses tanggal 10 Februari 2015.
6 perannya dan memberi penguatan terhadap Indonesia dalam menanggulangi permasalahan tenaga kerja migran Indonesia yang sebagian besar tersebar di negara-negara Islam anggota OKI. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana determinasi OKI bagi pekerja migran Indonesia? 2. Bagaimana prospek resolusi ketenagakerjaan Azerbaijan OKI bagi perlindungan pekerja migran Indonesia di Saudi Arabia, Malaysia dan Qatar? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Objektif Penelitian ini secara objektif bertujuan untuk mengetahui, menganalisis, menelaah, dan memahami sejauh mana peran, pengaruh OKI hingga menerbitkan resolusi ketenagakerjaan Azerbaijan bagi perlindungan pekerja migran Indonesia di Saudi Arabia, Malaysia dan Qatar. 2. Tujuan Subjektif Secara subjektif penelitian ini dilaksanakan dalam rangka penyusunan tesis sebagai syarat akademis untuk memperoleh gelar Master Hukum (M.H.) pada program Magister Ilmu Hukum, klaster Hukum Internasional, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.
7 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Lebih lanjut, adanya penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi bagi kajian ilmu hukum khususnya di bidang Hukum Organisasi Internasional. 2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kalangan akademisi khususnya keilmuan Hukum Internasional. E. Keaslian Penelitian Penelusuran terhadap penelitian dan karya-karya ilmiah yang relevan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini telah dilakukan. Namun demikian, berdasarkan hasil penelusuran dan telaah terhadap pustaka yang ada, belum ditemukan permasalahan yang sama dengan permasalahan yang dikaji dalam tulisan ini. Namun peneliti menemukan beberapa hasil penelitian yang dianggap memiliki kemiripan substansi dengan permasalahan yang dirumuskan tetapi beda dalam pengkajian masalahnya. Beberapa karya ilmiah tersebut adalah: a. Penelitian yang dilakukan Arian Sharifi (2014) yaitu Rethinking Mission and Priorities: The Organization of Islamic Cooperation dalam Al Nakhlah online Journal on Southwest Asia and Islamic Civilization, The Fletcher School of Law, Afghanistan.
8 Persamaannya adalah subjek penelitiannya terkait Organisasi Kerjasama Islam (OKI), namun perbedaannya subjek ini mengkaji secara umum tentang peran dan kinerja OKI dulu dan pada saat ini. b. Jurnal oleh Patrik Taran (2007) mengenai Clashing Worlds: Imperative for a Rights-based Approach to Labour Migration in the Age of Globalization dalam Journal of Globalization Studies, Brussel. Jurnal ini menekankan hak dasar pekerja migran di era globalisasi dengan menggunakan pendekatan imperatif. Pada umumnya karya ilmiah tersebut hanya mengandung sebagian dari unsurunsur dalam penelitian ini dan memiliki perbedaan dalam hal variabel penelitian dan sasaran kajian. Karya-karya ilmiah tersebut hanya membahas secara umum tentang peran dan pengaruh OKI bagi negara-negara anggotanya.