MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 61/PUU-XIII/2015

Transkripsi

1

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 61/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri [Pasal 11 ayat (1), Pasal 27 ayat (1), Pasal 81 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 94 ayat (1) dan ayat (2), serta Pasal 95 ayat (1) dan ayat (2)] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. PT Gayung Mulya IKIF 2. Nurbayanti 3. Abbdusalam ACARA Perbaikan Permohonan (II) Rabu, 17 Juni 2015 Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) I Dewa Gede Palguna (Ketua) 2) Patrialis Akbar (Anggota) 3) Manahan MP Sitompul (Anggota) Syukri Asy ari Panitera Pengganti

3 Pihak yang Hadir: A. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Imam Asmara Hakim 2. Zulham Salim

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Sidang untuk Pemeriksaan Permohonan Nomor 61/PUU-XIII/2015 dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. KETUK PALU 3X Selamat siang. Saudara Pemohon, silakan Saudara memperkenalkan diri dulu, siapa saja yang hadir pada kesempatan ini. 2. KUASA HUKUM PEMOHON: IMAM ASMARA HAKIM Dari Kuasa Hukum Pemohon, saya Imam Asmara Hakim. Di samping sebelah kanan saya, Zulham Salim, Yang Mulia. Terima kasih. 3. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Baik. Ini Sidang Perbaikan Permohonan, ya. Sebagaimana sudah dinasihati oleh Panel Hakim pada pemeriksaan sebelumnya, maka sekarang Saudara dipersilakan menyampaikan apa saja perubahan yang sudah dilakukan dan ya enggak perlu dibaca semuanya, bagian-bagian yang telah dilakukan perubahan saja disampaikan. Silakan. 4. KUASA HUKUM PEMOHON: IMAM ASMARA HAKIM Ada beberapa penambahan, Yang Mulia. Di Pokok Permohonan di angka 3. Kami akan bacakan. Bahwa ketentuan Pasal 81 Undang-Undang PPTKI yang memuat frasa untuk melindungi calon TKI atau TKI sebagai alasan untuk menghentikan atau melarang penempatan TKI di 21 negara Timur Tengah sudah merugikan hak konstitusional para Pemohon. 5. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Halaman berapa itu? 6. KUASA HUKUM PEMOHON: IMAM ASMARA HAKIM Halaman 9, Yang Mulia.

5 7. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Oh, KUASA HUKUM PEMOHON: IMAM ASMARA HAKIM Ketentuan Pasal 81 ayat (1) Undang -Undang PPTKI yang mengatur dengan pertimbangan untuk melindungi calon TKI atau TKI, pemerataan kesempatan kerja, dan/atau untuk kepentingan ketersediaan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan nasional, pemerintah dapat menghentikan dan/atau melarang penempatan TKI di luar negeri untuk negara tertentu atau penempatan TKI pada jabatanjabatan tertentu di luar negeri. Bahwa frasa pertimbangan untuk melindungi calon TKI atau TKI dapat ditafsirkan secara subjektif oleh Kemenaker atau BNP2TKI yang sudah merugikan calon-calon TKI atau TKI-TKI yang ingin bekerja dan kembali bekerja di Timur Tengah, khususnya para Pemohon, tentunya alasan dalam konteks perlindungan TKI secara penafsiran sistematis dapat dijumpai dari penjelasan Pasal 27 ayat (2), yakni untuk keamanan TKI, yakni terbebas dari bencana alam, bahaya perang, dan wabah penyakit menular. Maka, alasan dan pertimbangan yang terukur dan objektif supaya tidak merugikan atau mengurangi hak warga negara (CTKI atau TKI) pada Pasal 81 ayat (1) UUPTKI frasa untuk melindungi CTKI atau TKI sebagai alasan penghentian penempatan, seyogiayanya diartikan bahwa negara tujuan atau negara pengguna adalah tidak sedang dalam bahaya perang, tidak sedang terserang wabah penyakit menular, tidak sedang mengalamai bencana alam, dan untuk melindungi kepentingan negara dapat ditambahkan bahwa negara tujuan bukan negara musuh Republik Indonesia. Sehingga Pasal 81 ayat (1) a quo menjadi konstitusional, jelas, dan tidak berpotensi normanya diperluas tanpa batas oleh pemerintah atau BNP2TKI, sehingga dapat menghentikan atau melarang penempatan dengan alasan subjektif sesuka penguasa yang menyengsarakan rakyat, dalam hal ini mendapatkan akses untuk bekerja di luar negeri. Jika di dalam negeri sendiri akses lapangan kerja terbatas dan potensi siksaan dan kekerasan majikan sering juga terjadi, apakah justru tidak lebih baik membuka akses selebar-lebaranya penempatan TKI di luar negeri. Bukan sebaliknya, dengan justru menghentikan penempatan dengan alasan pertimbangan yang berdampak kerugian, dalam hal ini ketidakadilan pada banyak pihak. Bahwa frasa untuk melindungi CTKI atau TKI sebagai salah satu alternatif dasar penghentian atau pelarangan penempatan TKI, sebagaimana dimaksud Pasal 81 ayat (1) Undang -Undang PPTKI, kontras dengan semangat penegakan dan perlindungan hak asasi tenaga kerja migran (International Convention on the Protection of the Rights of

6 All Migrant Workers and Members of Their Families) dinyatakan dalam Pasal 2, istilah pekerja migran mengacu pada seseorang yang akan, tengah, atau telah melakukan pekerjaan yang dibayar dalam suatu negara, di mana ia bukan menjadi warga negara. Negara-negara pihak berjanji memastikan bahwa semua pekerja migran memperoleh hak yang diatur dalam konvensi ini tanpa pembedaan apa pun. Pasal 8, Pekerja migran dan anggota keluarganya harus bebas untuk meninggalkan negara mana pun, termasuk negara asal mereka. Konvensi internasional tersebut telah diundangkan ke hukum nasional melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pengesahan International Convention on the Protection of the Rights of All Migrant Workers and Members of Their Families. Konvensi internasional mengenai perlindungan hak-hak seluruh pekerja migran dan anggota keluarganya. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2012 menyatakan, Ratifikasi konvensi ini diharapkan dapat mendorong terciptanya ratifikasi universal dan penerapan prinsip, serta norma standar internasional bagi perlindungan hak-hak seluruh pekerja migran dan anggota keluarganya secara global. Kewajiban negara merealisasikan hak-hak yang tercantum dalam konvensi diberikan kepada seluruh pekerja migran dan anggota keluarganya tanpa diskriminasi. Jika negara tidak merealisasikan hak bekerja pada calon TKI (tenaga kerja migran) hanya karena ketentuan frasa untuk melindungi, maka norma sama pada alasan-alasan alternatif penghentian penempatan TKI pada Pasal 81 ayat (1) sudah menghapuskan right to work, calon TKI yang akan bekerja maupun TKI yang ingin kembali bekerja. Motivasi ataupun politik hukum dari ikatan (suara tidak terdengar jelas) disampaikan pada hak-hak asasi manusia maupun kepentingan negara sama sekali tidak memberikan batasan secara spesifik dan jelas dalam hal seperti apa yang dimaksud dengan perlindungan itu sendiri, sehingga Para Pemohon berharap Mahkamah dapat memberikan tafsir yang jelas atas makna untuk perlindungan CTKI atau TKI, sehingga alasan maupun dalil untuk perlindungan CTKI atau TKI dalam hal pelarangan atau penghentian penempatan TKI tidak sampai menghapus, atau mengurangi, atau merugikan hak-hak tenaga kerja migran dengan tetap memperhatikan kepentingan negara, misalnya penghentian atau pelarangan yang didasarkan pada alasan untuk melindungi CTKI atau TKI dari bahaya perang, wabah penyakit menular, bencana alam, atau negara tujuan sedang atau akan bermusuhan dengan Negara Republik Indonesia. Sehingga skema perlindungan tenaga kerja migran tidak hanya didasarakan pada komitmen atau perjanjian antara negara asal dengan negara pengguna yang rentan dilanggar. Sebab melibatkan peran antarnegara, yakni apakah negara tempat TKI atau tempat tenaga

7 migran bekerja sudah meratifikasi Konvensi Internasional mengenai Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran, 18 Desember 1990 tersebut. Sehingga secara revisi prioritas Negara Republik Indonesia dapat meningkatkan diplomasi dan/atau meminta pertanggungjawaban atas perlindungan hak-hak tenaga kerja migran (TKI) atau calon TKI, selama berada di negara pengguna atau negara tempat bekerja. Untuk itu, cukup beralasan secara konstitusional untuk memaknai tafsir dengan menambah persyaratan adanya ratifikasi Konvensi Internasional tentang Perlindungan Pekerja Migran oleh Negara Tujuan pada Pasal 27 ayat (1) UU PTKI dalam hal penempatan TKI dan memberikan tafsir konstitusional pada Pasal 81 ayat (1) UUPTKI terkait frasa untuk melindungi calon TKI atau TKI. 9. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ada lagi perubahan yang ingin disampaikan? 10. KUASA HUKUM PEMOHON: IMAM ASMARA HAKIM Ada, Yang Mulia. 11. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya, silakan sampaikan. Apakah kemudian juga ada perubahan pada diktumnya misalnya atau apa? 12. KUASA HUKUM PEMOHON: IMAM ASMARA HAKIM Ada perubahan di petitum. 13. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Silakan, silakan. 14. KUASA HUKUM PEMOHON: ZULHAM SALIM Baik, Yang Mulia. Lanjutkan, Yang Mulia. Halaman 22 poin 21. Bahwa kerugian konkret dan kerugian konstitusional dengan berlakunya Pasal 11 ayat (1), Pasal 27 ayat (1), Pasal 81 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 94 ayat (1) dan ayat (2), dan Pasal 96 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang PPTKI, yakni hilangnya hak untuk berusaha bagi Pemohon untuk rekrutmen dan penempatan TKI di 21 negara Timur Tengah, bahkan telah menghilangkan hak WNI, Warga Negara Indonesia yang berusaha di bidang poliklinik TKI, Medical Center Balai Latihan

8 Kerja dan Karyawan yang ada di penampungan PPTKIS, dan Pemohon II, dan Pemohon III, hilang haknya untuk bekerja. Serta kerugian konstitusional, yakni perlakuan diskriminatif negara dan/atau BNP2TKI pada PPTKIS Asia Pasifik dengan PPTKIS Timur Tengah atau dengan tabulasi, dapat kami paparkan sebagai berikut. Pasal (...) 15. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya, tabulasinya enggak usah dibaca. 16. KUASA HUKUM PEMOHON: ZULHAM SALIM Ya. 17. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Itu sudah diinikan, sudah ada di sini. Apalagi yang penting mau disampaikan berkaitan dengan ini? 18. KUASA HUKUM PEMOHON: ZULHAM SALIM Di petitum, Yang Mulia. 19. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Petitumnya, silakan. Bagaimana itu? 20. KUASA HUKUM PEMOHON: ZULHAM SALIM Bahwa berdasarkan uraian di atas, mohon Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia untuk memutus, menyatakan, mengabulkan permohonan Pemohon. Yang kedua, menyatakan Pasal 11 ayat (1), Pasal 94 ayat (1) dan ayat (2), dan Pasal 95 ayat (1) dan ayat (2), Undang -Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4445 Tahun 2004 bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun Yang ketiga, menyatakan Pasal 27 ayat (1) tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4445 Tahun 2004 sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

9 secara bersyarat (conditional constitutional), yaitu konstitusional sepanjang penempatan tersebut dilaksanakan pada negara tujuan yang sudah meratifikasi Konvensi Internasional tentang Perlindungan Buruh Migran. Poin empat. Menyatakan Pasal 81 ayat (1) tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4445 Tahun 2004 sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara bersyarat, yaitu konstitusional sepanjang frasa untuk melindungi calon TKI/TKI dimaknai melindungi calon TKI/TKI dari bahaya perang, bencana alam, wabah penyakit menular yang sedang terjadi di negara tujuan, serta negara tujuan yang tidak sedang bermusuhan dengan Republik Indonesia. Poin 5. Menyatakan Pasal 11 ayat (1), Pasal 94 ayat (1) dan ayat (2), dan Pasal 95 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 44, 45 Tahun 2004 tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Poin 6. Memerintahkan untuk memuat putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya. Atau apabila Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya. Hormat kami, Kuasa Pemohon. Terima kasih, Yang Mulia. 21. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Sudah itu saja, ya. Tidak ada ini... tidak ada yang lain lagi, ya? 22. KUASA HUKUM PEMOHON: IMAM ASMARA HAKIM Tidak ada, Yang Mulia. 23. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Karena ini kesempatan perbaikan sudah diberikan, jadi kalaupun ada, ya, tidak ada waktu lagi untuk melakukan perbaikan, jadi ini yang kami terima. Sebelum mengesahkan alat bukti, apakah dari Yang Mulia ada yang mau disampaikan? Dari Pak Manahan? Pak Patrialis, tidak? Menurut catatan yang ada pada kami dan Panitera, Saudara menyampaikan bukti sebanyak 12, ya? Dari P-1 sampai P-12, benar?

10 24. KUASA HUKUM PEMOHON: IMAM ASMARA HAKIM Betul, Yang Mulia, benar. 25. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ada tambahan bukti baru? Tidak, ya? 26. KUASA HUKUM PEMOHON: IMAM ASMARA HAKIM Ada, rencana ada, Yang Mulia. 27. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ha? 28. KUASA HUKUM PEMOHON: IMAM ASMARA HAKIM Bukti surat. 29. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Maksudnya bukan sekarang kan? 30. KUASA HUKUM PEMOHON: IMAM ASMARA HAKIM Bukan. 31. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Oh, ya jadi yang sekarang yang sudah Saudara serahkan P-1 sampai P-12? 32. KUASA HUKUM PEMOHON: IMAM ASMARA HAKIM Ya. 33. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Itu, ya? 34. KUASA HUKUM PEMOHON: IMAM ASMARA HAKIM Ya.

11 35. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya, benar? 36. KUASA HUKUM PEMOHON: IMAM ASMARA HAKIM Benar. 37. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Kok kelihatannya Anda ragu itu, lho? 38. KUASA HUKUM PEMOHON: IMAM ASMARA HAKIM Benar, Yang Mulia. 39. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya, baik kalau demikian, kita sahkan buktinya. KETUK PALU 1X Dengan demikian, ada yang mau disampaikan lagi? 40. KUASA HUKUM PEMOHON: IMAM ASMARA HAKIM Mohon izin waktu untuk mengajukan bukti tambahan. 41. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Oh, nanti itu. Ya, jadi nanti kami ini setelah perbaikan ini, kami akan sampaikan dulu ke Pleno, ke Pleno Mahkamah Konstitusi, ke Rapat Permusyawaratan Hakim, sembilan Hakim Konstitusi tentang nasib perkara ini. Apakah misalnya nanti Pleno akan memutuskan ini dibawa ke sidang selanjutnya ataukah bagaimana, itu nanti akan ditentukan. Nah, setelah itu, nanti baru kemudian Saudara akan diberitahukan bagaimana kelanjutan perkara ini. Demikian. Sudah cukup, ya? 42. KUASA HUKUM PEMOHON: IMAM ASMARA HAKIM Siap, cukup.

12 43. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Baik, dengan demikian, maka sidang untuk hari ini untuk Perkara Nomor 61/PUU-XIII/2015 dinyatakan selesai dan sidang dinyatakan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 17 Juni 2015 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d. Rudy Heryanto NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.