Proposal LRCT tentang Rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan Hak-Hak Pekerja. Law Reform Commission of Thailand (LRCT)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Proposal LRCT tentang Rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan Hak-Hak Pekerja. Law Reform Commission of Thailand (LRCT)"

Transkripsi

1 Proposal LRCT tentang Rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan Hak-Hak Pekerja Law Reform Commission of Thailand (LRCT)

2 Proposal LRCT tentang Rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan Hak-hak Pekerja Pendahuluan Konstitusi Kerajaan Thailand (BE2550) mengamanatkan pembentukan Komisi Reformasi Hukum (LRC) dalam Bab V, Bagian 5 Pasal 81 (3) sebagai berikut: "Pemerintah harus memberlakukan undang-undang untuk mendirikan sebuah lembaga reformasi hukum independen guna merevisi dan menyusun perundang-undangan negara dan untuk mengubah perundang-undangan agar konsisten dengan Konstitusi, dengan mempertimbangkan pandangan dari semua orang yang terkena dampak perundang-undangan tersebut". Undang-undang untuk mendirikan Komisi Reformasi Hukum diterbitkan di Royal Gazette, Volume 127, Bagian 71A, pada 19 November 2553, dan mulai berlaku dengan judul, Titah Istana Pembentukan Komisi Hukum Reformasi (BE2553) (2010)"

3 Di bawah Undang-Undang Komisi Reformasi Hukum Thailand BE 2553 (2010), Reformasi Hukum telah didefinisikan sebagai implikasi dari semua tindakan yang bertujuan untuk merevisi dan mengembangkan hukum dengan cara yang bijaksana dan memberikan manfaat terbaik bagi masyarakat dan negara. Ini harus mencakup revisi dan pengembangan hukum yang

4 berhubungan dengan kata dan makna konstitusi, mesin proses peradilan, proses hukum, penegakan hukum, hukum ajudikatif, penyusunan hukum, yakni merevisi dan pengembangan perundang-undangan di semua proses. Menurut situasi tenaga kerja ASEAN, pekerja ASEAN sekarang menghadapi berbagai masalah yang berdampak pada hak-hak mereka, terlepas dari apakah dia (perempuan/laki-laki) bekerja kontrak sewa atau tidak, apakah dia wirausaha, pekerja pertanian, pekerja kontrak temporer, agen tenaga kerja, pekerja yang bekerja di wilayah negara Anggota ASEAN lain, pekerja perbatasan, serta migran dan pekerja negara ketiga bersama dengan keluarga mereka. Upaya kami di sini akan membawa kita menuju kerjasama yang lebih lanjut untuk melindungi dan mendukung martabat manusia dari semua pekerja di ASEAN melalui pengembangan standar dan mekanisme ASEAN. Ini menuntun dibentuknya subkomite LRCT untuk Reformasi Hukum bagi Masyarakat ASEAN yang telah melakukan studi, penelitian dan mengumpulkan pendapat awal dari semua sektor terkait pembuatan Rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan Hak-hak pekerja yang bertujuan untuk menjadi dasar dari konsep perlindungan hak-hak pekerja dan manfaat mereka untuk semua negara anggota ASEAN. LRCT telah menyurvei, mempelajari, menganalisis dan meneliti revisi dan penyusunan rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan Hak-hak Pekerja dengan partisipasi penuh masyarakat dari semua sektor baik di tingkat nasional dan regional sebagaimana dirinci di bawah:

5 Konsultasi nasional ke-1 pada 21 Juli 2014 antara LRCT dan semua sektor terkait seperti Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pembangunan Sosial dan Keamanan Manusia, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Thailand, Perwakilan dari organisasi pekerja, Serikat Pekerja, Organisasi Masyarakat Sipil (OMS), sektor Pengusaha termasuk akademisi dan para ahli yang bekerja pada hak-hak pekerja termasuk pekerja migran. Konsultasi nasional ke-2 pada 12 September 2014 fokus pada partisipasi sektor pemerintah tentang "Posisi Thailand pada Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan Hak-hak Pekerja. Konsultasi regional ke-3 pada 2 Desember 2014 antara perwakilan dari Pertemuan Pejabat Ketenagakerjaan Senior (SLOM) ASEAN, Komite ASEAN pada Pelaksanaan Deklarasi ASEAN untuk Perlindungan dan Promosi Hak-Hak Pekerja Migran (ACMW), Komisi Hak Asasi Manusia (AICHR) Antarpemerintah ASEAN, Komisi ASEAN untuk Promosi Hak Perempuan dan Anak (ACWC) termasuk Departemen Luar Negeri dan Sekretariat ASEAN pada "Konsultasi Regional Prospek pada Tantangan untuk Mengembangkan Standar dan Mekanisme ASEAN untuk Hak pekerja ". Konsultasi regional Ke-4 pada 16 Februari 2015 antara LRCT dan Perwakilan dari organisasi pekerja, Serikat Pekerja, Organisasi Masyarakat Sipil (OMS), akademisi dan

6 ahli yang bekerja pada hak-hak pekerja termasuk pekerja migran di "Konsultasi Regional tentang Prospek Tantangan Penyusunan Standar dan Mekanisme ASEAN untuk Hak Pekerja ".. Sesuai dengan survei dan penelitian yang disebutkan di atas, LRCT memiliki proposal Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan Hak-hak Pekerja kepada pemerintah Thailand yang muncul dalam lampiran ini. Isi Rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan Hak Pekerja Bagian I :Definisi dan Prinsip Umum Halaman

7 Preambul Pasal 1 Definisi Pasal 2 Prinsip Umum Bagian II: Hak Pekerja Pasal 3 Hak atas Kerja dan Pekerjaan yang Layak Pasal 4 Hak atas Perserikatan dan Berunding Bersama Pasal 5 Hak atas Perlindungan Sosial Pasal 6 Kesetaraan Jender dan Hak Pekerja Perempuan Pasal 7 Tenaga kerja/ Pekerja Anak Pasal 8 Hak Kewarganegaraan Pasal 9 Hak Kesehatan Pasal 10 Hak Pelatihan dan Pendidikan Pasal 11 Hak di Muka Hukum Pasal 12 Hak atas Kompensasi Pasal 13 Hak atas Perumahan Pasal 14 Hak untuk Membentuk Keluarga Pasal 15 Hak atas Kebebasan Bergerak Pasal 16 Hak Pekerja Migran

8 Bagian III: Kewajiban Pasal 17 Pelaksanaan Pasal 18 Pelaporan Pasal 19 Kajian Laporan Pasal 20 Hak dan Tugas Komite Pasal 21 Komunikasi Pasal 22 Ketentuan Umum Pasal 23 Kewajiban Negara Pasal 24 Amandemen Pasal 25 Bahasa Pasal 26 Ketentuan Penutup

9 Rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan Hak Pekerja PREAMBLE 1. KAMI, Rakyat Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), sebagaimana diwakili oleh para kepala negara atau pemerintahan Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja, Republik Indonesia, Republik Demokratik Rakyat Laos, Malaysia, Republik Uni Myanmar, Republik Filipina, Republik Singapura, Kerajaan Thailand dan Republik Sosialis Viet Nam; 2. MENEGASKAN KEMBALI kepatuhan kita dengan tujuan dan prinsip-prinsip ASEAN sebagaimana tercantum dalam Piagam ASEAN, khususnya, penghormatan terhadap dan promosi dan perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar, serta menghormati keadilan, supremasi hukum, pemerintahan yang baik, dan demokrasi; 3. MENEKANKAN KEMBALI komitmen kita atas Pasal 55 dan 56 Piagam PBB dimana Para Anggota berjanji untuk mengambil tindakan bersama dan terpisah dalam kerjasama

10 dengan Organisasi tersebut untuk pencapaian penghormatan universal, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan mendasar bagi semua tanpa pembedaan apapun; 4. MENEGASKAN KEMBALI komitmen kita atas Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, Piagam PBB dan standar perburuhan inti internasional serta instrumen HAM internasional di mana negara anggota ASEAN adalah para pihak; 5. MENEKANKAN KEMBALI komitmen Negara-Negara Anggota ASEAN atas Deklarasi HAM ASEAN dan Deklarasi ASEAN untuk Perlindungan dan Promosi Hak-Hak Pekerja Migran; 6. MENEKANKAN KEMBALI pernyataan dari Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia bahwa martabat yang melekat dan hak-hak yang sama dan tidak dapat dicabut dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar dari kebebasan, keadilan dan perdamaian di dunia; 7. MENGAKUI kontribusi pekerja untuk masyarakat dan ekonomi Negara-Negara Anggota ASEAN;

11 8. MENGAKUI lebih lanjut bahwa realisasi hak-hak pekerja ASEAN harus secara konkret berefek dan secara efektif ditegakkan melalui undang-undang dan kebijakan nasional dari Negara Anggota ASEAN masing-masing; 9. MENGHENDAKI tercapainya Perjanjian atas Promosi dan Perlindungan Hak-hak Pekerja yang tidak boleh kurang daripada yang diatur dalam perjanjian-perjanjian yang relevan pada hak-hak pekerja yang negara-negara anggota ASEAN merupakan para pihak; Dengan ini setuju sebagai berikut; PASAL 1 DEFINISI Tenaga Kerja Untuk maksud dari Perjanjian ini, istilah tenaga kerja" berarti aktivitas manusia menyediakan barang atau jasa dalam suatu perekonomian. Tenaga Kerja Paksa atau Wajib 1. Untuk maksud dari Perjanjian ini, istilah tenaga kerja paksa atau wajib" berarti semua pekerjaan atau jasa yang dituntut dari setiap orang di bawah ancaman hukuman dan

12 dimana orang tersebut tidak menawarkan dirinya secara sukarela. 2. Untuk maksud Perjanjian ini, istilah tenaga kerja paksa atau wajib" tidak meliputi: (a) setiap pekerjaan atau jasa yang dituntut dalam kewajiban hukum dalam rangka wajib militer untuk pekerjaan yang bersifat murni militer. (b) setiap pekerjaan atau jasa yang merupakan bagian dari kewajiban sipil normal warga negara dari pemerintahan yang sepenuhnya memerintah sendiri. (c) kerja atau jasa yang dituntut dari setiap orang sebagai konsekuensi dari vonis di pengadilan, asalkan kerja atau jasa yang demikian dilakukan di bawah pengawasan dan kendali dari otoritas publik. (d) setiap pekerjaan atau jasa yang dituntut dalam hal darurat. (e) layanan masyarakat kecil yang dilakukan oleh warga masyarakat untuk kepentingan langsung dari masyarakat tersebut. Tenaga Kerja Anak Untuk maksud Perjanjian ini, istilah tenaga kerja anak" meliputi: Mempekerjakan (orang) di bawah usia minimum 15.

13 Bentuk-bentuk terburuk pekerjaan untuk anak, termasuk - segala bentuk perbudakan atau praktek-praktek serupa perbudakan. - penggunaan, penyediaan atau penawaran anak untuk pelacuran. - kegiatan terlarang. - pekerjaan yang dapat membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anakanak. - Jasa rumah tangga tidak dibayar yang berbahaya, termasuk pekerjaan rumah tangga yang dilakukan selama berjam-jam, di lingkungan yang tidak sehat, di lokasi berbahaya, dan melibatkan peralatan yang tidak aman atau beban berat. Pekerjaan Untuk maksud Perjanjian ini, istilah "pekerjaan" berarti pekerjaan atau jasa yang dilakukan untuk upah di bawah kontrak sewa, yang menciptakan hubungan kerja antara pengusaha dan karyawan. Baik dalam kontrak tersurat maupun tersirat. Pekerja

14 Untuk maksud Perjanjian ini, istilah "pekerja" meliputi semua orang yang terlibat dalam kegiatan ekonomi. Pekerja migran Untuk maksud Perjanjian ini, istilah "pekerja migran" mengacu pada seorang pekerja yang bukan warga negaranya. Anggota keluarga Untuk maksud Perjanjian ini, istilah '' anggota keluarga "mengacu pada orang yang menikah dengan pekerja atau pekerja migran atau memiliki hubungan yang menurut hukum yang berlaku, menghasilkan efek setara dengan pernikahan, serta anak-anak yang tergantung pada mereka dan tanggungan lainnya yang diakui sebagai anggota keluarga. Perlindungan Sosial Untuk maksud Perjanjian ini, istilah "perlindungan sosial" adalah perlindungan yang masyarakat berikan kepada individu dan rumah tangga untuk memastikan akses ke perawatan kesehatan dan menjamin keamanan penghasilan, terutama dalam kasus-kasus usia tua, pengangguran, sakit, cacat, kecelakaan kerja, maternitas (hamil/melahirkan), paternitas (menjadi ayah atau ibu) atau kehilangan pencari nafkah utama. PASAL 2 PRINSIP UMUM

15 1. Semua hak asasi manusia bersifat universal, tidak terpisahkan dan saling tergantung dan saling terkait. Masyarakat internasional harus memperlakukan hak asasi manusia secara global dengan cara yang adil dan setara, pada pijakan yang sama, dan dengan penekanan yang sama. Sedangkan pentingnya kekhasan nasional dan regional dan berbagai latar belakang sejarah, budaya dan agama harus diingat, itu adalah tugas dari Negara Anggota ASEAN, terlepas dari sistem politik, ekonomi dan budaya mereka, untuk memajukan dan melindungi hak asasi manusia dan kebebasan yang mendasar. 2. Semua manusia dilahirkan bebas dan sama dalam martabat dan hak-hak; dan dengan demikian mereka sama-sama akan menikmati tanpa pembedaan apapun. 3. Hak asasi manusia dan kebebasan dasar setiap orang harus dilaksanakan dengan memperhatikan hak asasi manusia dan kebebasan mendasar dari orang lain. 4. Setiap Negara Anggota ASEAN di mana berlaku Perjanjian ini berjanji untuk menghormati, mempromosikan dan melindungi hak-hak setiap dan semua pekerja yang dinyatakan oleh Perjanjian ini.

16 5. Setiap Negara Anggota ASEAN harus menjamin dan mempromosikan kesetaraan kesempatan dan perlakuan dari semua pekerja baik dalam hukum dan dalam praktek. 6. Setiap Negara Anggota ASEAN memiliki kewajiban untuk menghapuskan diskriminasi baik dalam hukum dan dalam praktek terhadap semua pekerja. 7. Pelaksanaan ketentuan Perjanjian ini harus dilakukan dengan itikad baik melalui peraturan perundang-undangan nasional masing-masing Negara Anggota ASEAN. 8. Ini adalah tugas dari masing-masing Negara Anggota ASEAN, baik negara asal, tujuan, atau negara ketiga perantara, untuk mencegah dan memperbaiki imigrasi ilegal. 9. Tidak satupun ketentuan Perjanjian ini dapat ditafsirkan sebagai untuk memungkinkan setiap Negara Anggota ASEAN untuk campur tangan dalam urusan internal dari Negara Anggota ASEAN lainnya yang bertentangan dengan Piagam PBB dan hukum internasional.

17 10. Mengingat tindakan tidak diterapkan dengan cara yang akan merupakan diskriminasi sewenang-wenang antara atau di antara pekerja, atau penyalahgunaan kekuasaan tersamar, di mana kondisi yang sama berlaku, tidak satupun dalam Perjanjian ini dapat ditafsirkan sebagai mengurangi hak setiap Negara Anggota ASEAN untuk mengambil tindakan yang diperlukan guna melindungi keamanan nasional atau moral publiknya. PASAL 3 HAK ATAS KERJA DAN PEKERJAAN LAYAK 1. Setiap orang memiliki hak atas informasi dan perekrutan yang fair, hak untuk bekerja, untuk pilihan bebas dari pekerjaan, yang adil dan kondisi kerja menguntungkan dan perlindungan terhadap pengangguran. 2. Setiap pekerja, tanpa diskriminasi, berhak atas upah yang sama untuk pekerjaan yang nilainya sama. 3. Setiap pekerja memiliki hak atas remunerasi yang adil dan menguntungkan yang memastikan eksistensi martabat kemanusiaan yang bernilai untuk dirinya sendiri dan

18 keluarganya, dan dilengkapi, jika perlu, dengan sarana lain dari perlindungan sosial. 4. Tidak boleh ada yang diwajibkan untuk melakukan kerja paksa atau wajib. 5. Setiap pekerja memiliki hak atas promosi dan peningkatan kerja yang sama. 6.. Setiap pekerja memiliki hak atas keamanan kerja, termasuk penyediaan pekerjaan alternatif, kerja bantuan, pelatihan ulang dan melawan pemutusan hubungan kerja yang kejam 7. Setiap pekerja memiliki hak untuk rekreasi dan waktu istirahat, termasuk hak untuk istirahat mingguan dan cuti tahunan dengan tetap digaji. PASAL 4 HAK ATAS PERSERIKATAN DAN PERUNDINGAN BERSAMA 1. Setiap pekerja memiliki hak untuk kebebasan berserikat dan berunding bersama. Hak ini mencakup hak untuk membentuk dan bergabung dengan serikat pekerja pilihannya, dan

19 dialog sosial, untuk perlindungan kepentingannya, dan tentunya hak berunding. 2. Setiap Negara Anggota ASEAN harus menjamin perlakuan yang sama antara pekerja migran dan warga negara sehubungan dengan semua hak keanggotaan dan anggota komite/pengurus dengan pengambilan keputusan serikat pekerja dan mendapatkan manfaat perundingan bersama PASAL 5 HAK PERLINDUNGAN SOSIAL Setiap pekerja memiliki hak untuk perlindungan sosial. Semua pekerja harus diberikan perlakuan yang sama dalam hal tindakan jaminan sosial dan fasilitas kesejahteraan dan manfaat yang diberikan sehubungan dengan pekerjaan. PASAL 6 KESETARAAN JENDER DAN HAK PEKERJA PEREMPUAN Tunduk pada ketentuan Perjanjian ini, kesetaraan gender harus dijamin dan hak-hak pekerja perempuan harus dilindungi, diterapkan, dan dilaksanakan dengan mengambil langkah-langkah untuk: menghapuskan diskriminasi berdasarkan jenis kelamin dalam hubungan kerja;

20 menghilangkan pelecehan seksual di tempat kerja; keseimbangan pekerjaan dan tanggung jawab keluarga ; melindungi maternitas (hamil/melahirkan) dan kesehatan perempuan dalam rangka mempromosikan kesetaraan efektif Menyelaraskan perlindungan sosial ibu selama periode yang wajar sebelum dan sesudah melahirkan sebagaimana ditentukan oleh hukum dan peraturan dari Negara Anggota ASEAN yang bersangkutan, termasuk hak untuk cuti dengan gaji dan jaminan sosial yang memadai, dan Menyediakan ibu dan anak, baik yang lahir di dalam atau di luar ikatan perkawinan, dengan perawatan dan bantuan khusus PASAL 7 TENAGA KERJA/PEKERJA ANAK 1. Tidak boleh ada anak atau orang muda yang harus terkena eksploitasi ekonomi dan sosial. Mereka yang menggunakan anak-anak dan orang muda dalam pekerjaan yang merusak moral dan / atau kesehatan mereka, membahayakan kehidupan, atau mungkin akan

21 menghambat perkembangan normal mereka, termasuk pendidikan mereka akan dihukum berdasarkan undang-undang 2. Setiap Negara Anggota ASEAN wajib menetapkan batas usia 15 dimana kerja yang dibayar dari anak dilarang dan dihukum berdasarkan undang-undang. PASAL 8 HAK KEWARGANEGARAAN Setiap dan masing-masing anak berhak untuk mendapatkan nama, pendaftaran kelahiran dan kewarganegaraan. PASAL 9 HAK KESEHATAN 1. Setiap pekerja dan anggota keluarganya berhak untuk mengakses layanan kesehatan dan jaminan kesehatan. 2. Setiap Negara Anggota ASEAN wajib berusaha untuk menjamin dan melindungi kesehatan dan keselamatan kerja dari setiap pekerja termasuk pencegahan bahaya

22 kesehatan di tempat kerja dan kecelakaan. 3. Pekerja migran dan anggota keluarganya berhak untuk menerima perawatan medis yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup mereka atau menghindarkan diri dari masalah kesehatan mereka atas dasar persamaan perlakuan dengan warga negara dari Negara Anggota ASEAN yang bersangkutan. Perawatan medis darurat tersebut tidak boleh ditolak dengan alasan pelanggaran berkaitan dengan persoalan tinggal atau pekerjaan. PASAL 10 HAK ATAS PELATIHAN DAN PENDIDIKAN 1. Setiap pekerja memiliki hak atas pendidikan dan bimbingan kejuruan, termasuk pelatihan kejuruan, kerja dan keterampilan. 2. Setiap dan masing-masing anak seorang pekerja migran harus memiliki hak dasar akses pendidikan atas dasar persamaan perlakuan dengan warga negara dari Negara Anggota ASEAN bersangkutan. Akses ke lembaga pendidikan pra sekolah umum atau sekolah tidak boleh ditolak atau dibatasi dengan alasan situasi yang tidak teratur sehubungan dengan persoalan tinggal atau pekerjaan dari orang tua atau dengan alasan ketidakteraturan

23 tinggal anak di Negara Anggota ASEAN tempat pekerjaan. PASAL 11 HAK DI DEPAN HUKUM Setiap pekerja memiliki hak untuk diakui sebagai pribadi dan memiliki persamaan di depan hukum, akses terhadap keadilan dan pengadilan yang adil termasuk bantuan hukum. PASAL 12 HAK ATAS KOMPENSASI Setiap pekerja dan anggota keluarga mereka berhak atas kompensasi yang adil dan memadai yang mencakup 1.. Kompensasi untuk perampasan aset 2.. Kompensasi karena menjadi korban dari penangkapan dan penahanan yang tidak fair atau sewenang-wenang. 3. Kompensasi atas kematian atau cedera, sakit dan disabilitas (caat) akibat kerja Kecelakaan Dan Kondisi kerja. PASAL 13 HAK ATAS PERUMAHAN

24 Setiap pekerja memiliki hak atas akomodasi perumahan yang memadai dan layak dan lingkungan hidup yang sesuai yang tersedia bagi semua pekerja dan keluarga mereka. PASAL 14 HAK MEMBENTUK KELUARGA Setiap pekerja memiliki hak untuk membentuk keluarga atas pilihannya sendiri. PASAL 15 HAK ATAS KEBEBASAN BERGERAK Setiap pekerja berhak atas kebebasan bergerak di wilayah Negara tempatnya bekerja dan kebebasan untuk memilih kediamannya di sana. Penyitaan dokumen perjalanan dilarang. PASAL 16 HAK PEKERJA MIGRAN Semua pekerja migran dan keluarga mereka akan menikmati semua hak yang diakui oleh Perjanjian ini, khususnya 1. Pekerja migran berhak atas perlindungan dari praktek-praktek kejam dan penipuan yang mungkin terjadi selama proses perekrutan dan penempatan yang dioperasikan oleh jasa tenaga kerja publik dan agen tenaga kerja swasta. Biaya perekrutan dan penempatan dari yang disebutkan di atas tidak akan ditanggung oleh pekerja migran.

25 2. Pekerja migran dan anggota keluarganya berhak untuk memindahkan pendapatan dan tabungan mereka dan, sesuai dengan undang-undang yang berlaku dari negara-negara anggota ASEAN yang bersangkutan, baring-barang dan kepemilikan pribadi mereka. 3. Pekerja migran dan anggota keluarganya berhak untuk diberitahu oleh Negara asal, Negara tempat bekerja atau Negara transit ketika terjadi kasus tentang: a. Hak-hak mereka yang timbul dari Perjanjian ini; b. Kondisi penerimaan kerja mereka, hak dan kewajiban mereka menurut hukum dan praktek dari Negara yang bersangkutan dan seperti hal-hal lain seperti yang akan memungkinkan mereka untuk memenuhi formalitas administratif atau lainnya di Negara tersebut. 4. Setiap Negara Anggota ASEAN wajib mengambil tindakan untuk menyebarkan informasi yang demikian atau untuk memastikan bahwa itu disediakan oleh pengusaha, serikat pekerja atau badan atau lembaga lainnya yang sesuai. Setiap Negara Anggota ASEAN harus bekerja sama dengan negara lain yang bersangkutan. 5. Informasi yang memadai tersebut akan diberikan atas permintaan kepada pekerja migran dan anggota keluarganya, gratis, dan, sebisa mungkin, dalam bahasa yang mereka dapat

26 pahami. 6. Setiap Negara Anggota ASEAN harus memastikan penghormatan terhadap identitas budaya pekerja migran dan anggota keluarganya dan tidak akan mencegah mereka dari menjaga hubungan budaya mereka dengan Negara asal mereka. 7. Setiap Negara Anggota ASEAN, mengakui bahwa keluarga adalah unit mendasar dari masyarakat dan berhak atas perlindungan oleh masyarakat dan Negara, harus mengambil langkah yang tepat untuk menjamin perlindungan kesatuan keluarga pekerja migran. 8. Setiap Negara Anggota ASEAN wajib mengambil tindakan yang dianggap layak dan yang berada dalam kewenangannya untuk memfasilitasi penyatuan kembali para pekerja migran dengan pasangan atau orang yang dengan pekerja migran tersebut memiliki hubungan, menurut hukum yang berlaku, menghasilkan efek setara dengan pernikahan, serta sebagaimana dengan anak yang belum kawin yang menjadi tanggungan. 9. Pekerja migran dan anggota keluarganya berhak untuk meminta bantuan kepada peradilan dan sistem peradilan, termasuk hak atas kesetaraan dengan warga negara dari negara

27 anggota ASEAN yang bersangkutan di muka pengadilan dan tribunal (mahkamah). Dalam penentuan tindak pidana yang dituduhkan mereka atau hak-hak dan kewajiban mereka dalam tuntutan hukum, mereka berhak atas pemeriksaan yang adil dan terbuka oleh pengadilan yang kompeten, independen dan tidak memihak yang ditetapkan oleh undangundang. 10. Pekerja migran dan anggota keluarganya berhak untuk mendapatkan persidangan yang fair (adil) dan publik yang dengan semua jaminan proses hukum yang adil. 11. Pekerja migran dan anggota keluarganya berhak untuk disediakan dengan bantuan hukum diperlukan, penerjemah/juru bahasa, dan informasi dalam bahasa yang dimengerti. 12. Pekerja migran dan anggota keluarganya berhak atas perlindungan dan bantuan dari konsuler atau otoritas diplomatik dari Negara asal mereka atau dari Negara yang mewakili kepentingan Negara tersebut setiap kali hak yang diakui dalam Persetujuan ini terganggu. Khususnya, dalam kasus pengusiran, orang yang bersangkutan harus diberitahu tentang hak ini tanpa penundaan dan otoritas (pemerintah) dari Negara yang mengusir wajib memfasilitasi pelaksanaan hak tersebut.

28 PASAL 17 PELAKSANAAN 1. Untuk tujuan pelaksanaan yang efektif dari Perjanjian ini, maka dibentuk suatu Komite Promosi dan Perlindungan Hak-hak Pekerja (selanjutnya disebut "Komite"); Komite terdiri, pada saat berlakunya Perjanjian ini, para ahli dengan kapasitas moral yang tinggi, tidak memihak dan diakui keahliannya di bidang yang dicakup oleh Perjanjian ini dari masing-masing Pihak Negara Anggota ASEAN untuk Perjanjian ini. 2. Anggota Komite akan ditunjuk oleh masing-masing Pihak Negara Anggota ASEAN melalui konsultasi dengan masyarakat sipil dengan pertimbangan yang diberikan kepada jenis kelamin, keahlian dan representasi pemangku kepentingan (stakeholder). 3. Anggota Komite bertugas dalam kapasitas pribadi mereka. 4. Para anggota Komite diangkat untuk masa jabatan empat tahun. Namun, satu-pertiga dari anggota yang ditunjuk dalam pengangkatan pertama akan berakhir pada akhir dari dua tahun dengan sistem pengundian, segera setelah pengangkatan pertama, nama-nama anggota tersebut harus dipilih lewat pengundian oleh Ketua pertemuan dari Para Pihak

29 Negara Anggota ASEAN; Anggota-anggota Komite akan harus memenuhi syarat untuk bekerja selama masa jabatan jika diangkat kembali. 5. Jika anggota Komite meninggal dunia atau mengundurkan diri atau menyatakan karena alasan lain dia tidak bisa lagi melakukan tugas Komite, Pihak Negara Anggota ASEAN yang bersangkutan harus mengangkat ahli lain dari warga negaranya sendiri untuk sisa bagian dari masa jabatan. Pengangkatan baru tersebut tunduk pada persetujuan dari Komite. 6. Sekretaris Jenderal ASEAN akan menyediakan staf dan fasilitas yang diperlukan untuk pelaksanaan efektif dari fungsi Komite. 7. Para anggota Komite berhak atas fasilitas, hak istimewa dan kekebalan yang dimiliki para ahli pada misi untuk ASEAN sebagaimana ditetapkan dalam bagian-bagian yang relevan dari Konvensi tentang Hak Istimewa dan Kekebalan ASEAN. PASAL 18 PELAPORAN 1. Para Pihak Negara Anggota ASEAN melakukan penyerahan laporan kepada Komite tentang langkah legislatif, yudikatif, administratif dan tindakan lain yang telah mereka

30 lakukan untuk memberlakukan ketentuan-ketentuan dari Perjanjian ini: a. Dalam waktu dua tahun setelah berlakunya Perjanjian untuk Para Pihak Negara Anggota ASEAN yang bersangkutan; b. Sesudahnya setiap empat tahun dan ketika Komite juga meminta. 2. Laporan disiapkan, dengan pertimbangan karena partisipasi para pemangku kepentingan dan masyarakat sipil lainnya, menurut pasal ini, juga harus menunjukkan faktor-faktor dan kesulitan-kesulitan, jika ada, yang mempengaruhi pelaksanaan Perjanjian dan harus mencakup informasi mengenai karakteristik arus migrasi di mana Pihak Negara Anggota ASEAN yang bersangkutan terlibat. 3. Komite harus menetapkan pedoman lebih lanjut yang dapat diterapkan untuk isi laporan. 4. Para Pihak Negara Anggota ASEAN berusaha, dengan partisipasi dari para pemangku kepentingan termasuk masyarakat sipil, untuk menyampaikan laporan mereka secara luas tersedia untuk umum di negara mereka sendiri.

31 PASAL 19 KAJIAN LAPORAN 1. Komite akan memeriksa laporan yang disampaikan oleh masing-masing Para Pihak Negara Anggota ASEAN dan akan mengirimkan komentar seandainya dianggap tepat oleh Pihak Negara Anggota ASEAN bersangkutan. Pihak Negara Anggota ASEAN ini dapat menyerahkan pengamatan Komite pada setiap komentar yang dibuat oleh Komite sesuai dengan pasal ini. Komite dapat meminta informasi tambahan dari Para Pihak Negara Anggota ASEAN ketika mempertimbangkan laporan-laporan ini. 2. Sekretaris Jenderal ASEAN juga, setelah berkonsultasi dengan Komite, mengirimkan ke badan-badan khusus lainnya serta organisasi antar pemerintah, salinan atau bagian dari laporan tersebut yang dianggap masuk dalam kompetensi mereka. 3. Komite dapat mengundang badan-badan khusus dan organ ASEAN dan PBB, serta organisasi antar pemerintah dan badan-badan terkait lainnya untuk menyerahkan, sebagai pertimbangan oleh Komite, informasi tertulis mengenai hal yang ditangani yang masuk dalam Perjanjian ini sebagai masuk dalam lingkup kegiatan mereka.

32 4. Kantor Perburuhan Internasional (ILO) akan diundang oleh Komite agar menunjuk seorang wakil untuk berpartisipasi, dalam kapasitas konsultatif, dalam pertemuan Komite. 5. Komite dapat mengundang atau berkonsultasi dengan serikat pekerja, organisasi pekerja, organisasi pengusaha, organisasi masyarakat sipil dan instansi terkait untuk hadir dan didengar dalam pertemuan tersebut setiap kali ada masalah yang dianggap masuk dalam bidang keahlian mereka. 6. Komite harus menyampaikan laporan tahunan kepada ASEAN atas pelaksanaan Perjanjian ini, yang berisi pertimbangan sendiri dan rekomendasi, berbasis, khususnya, pada pemeriksaan laporan dan pengamatan yang disampaikan oleh Pihak Negara Anggota ASEAN. PASAL 20 HAK DAN TUGAS-TUGAS KOMITE 1. Komite akan mengadopsi aturan prosedurnya sendiri. 2. Komite berhak untuk menerima komunikasi.

33 3. Komite akan mengadakan dua pertemuan rutin per tahun. Dan bila sesuai, Komite dapat mengadakan pertemuan tambahan di tempat yang akan disepakati oleh Komite. 4. Pertemuan Komite biasanya diadakan di Kantor Pusat ASEAN atau tempat lain yang disepakati oleh Komite. PASAL 21 KOMUNIKASI 1. Para Pihak Negara Anggota ASEAN harus mengakui kompetensi Komite untuk menerima dan mempertimbangkan komunikasi dari atau atas nama individu, tunduk pada yurisdiksi Pihak Negara Anggota ASEAN bersangkutan, yang menyatakan bahwa hak-hak individu mereka sebagaimana ditetapkan oleh Perjanjian ini telah dilanggar oleh Pihak Negara Anggota ASEAN tersebut. 2. Komite akan mempertimbangkan tidak diterimanya komunikasi terkait pasal ini yang anonim atau yang dianggap menjadi penyalahgunaan hak untuk mengajukan komunikasi semacam itu atau tidak sesuai dengan ketentuan Perjanjian ini.

34 3. Komite tidak akan mempertimbangkan komunikasi dari individu berdasarkan pasal ini kecuali telah dipastikan bahwa individu tersebut telah menggunakan semua langkah penyelesaian dalam negeri yang tersedia; ini tidak seharusnya menjadi aturan di mana, dalam pandangan Komite, penerapan langkah perbaikan itu tidak masuk akal lamanya atau tidak mungkin untuk membawakan bantuan efektif atas individu tersebut. 4. Tunduk pada ketentuan-ketentuan ayat 2 pasal ini, Komite akan membawa setiap laporan pengaduan yang diajukan berdasarkan pasal ini ke perhatian Pihak Negara Anggota ASEAN terkait Perjanjian ini dan diduga melanggar ketentuan Perjanjian ini. Dalam waktu enam bulan, Pihak Negara Anggota ASEAN harus menyampaikan kepada Komite penjelasan tertulis atau pernyataan mengklarifikasi permasalahan dan solusinya, jika ada, yang mungkin telah diambil oleh Pihak Negara Anggota ASEAN tersebut. 5. Komite akan mempertimbangkan komunikasi yang diterima berdasarkan pasal ini sehubungan dengan semua informasi yang tersedia untuk itu oleh atau atas nama individu dan oleh Pihak Negara Anggota ASEAN bersangkutan.

35 6. Komite akan menyampaikan pandangannya kepada Pihak Negara Anggota ASEAN yang bersangkutan dan kepada individu tersebut. PASAL 22 KETENTUAN UMUM 1. Tidak ada hal apapun dalam Perjanjian ini yang akan mempengaruhi hak-hak atau kebebasan yang lebih menguntungkan yang diberikan kepada pekerja berdasarkan: a. Hukum atau praktek dari satu Pihak Negara Anggota ASEAN; atau b. Perjanjian bilateral atau multilateral yang berlaku untuk Para Pihak Negara Anggota ASEAN yang bersangkutan. 2. Tidak ada dalam Perjanjian ini yang dapat ditafsirkan sebagai memberikan setiap Pihak Negara Anggota ASEAN, kelompok atau perorangan hak untuk melakukan kegiatan atau melakukan tindakan yang dapat mengganggu hak-hak dan kebebasan yang diatur dalam Perjanjian ini PASAL 23 KEWAJIBAN NEGARA

36 1. Setiap Pihak Negara Anggota ASEAN pada Perjanjian ini berjanji: a. Untuk memastikan bahwa setiap orang yang hak atau kebebasannya diakui di sini dilanggar, akan memperoleh upaya penyelesaian yang efektif, walaupun pelanggaran tersebut telah dilakukan oleh orang yang bertindak dalam kapasitas resmi; b. Untuk memastikan bahwa setiap orang yang mencari upaya penyelesaian tuntutannya akan dikaji dan diputuskan oleh otoritas peradilan, administratif atau legislatif yang kompeten, atau oleh lembaga berwenang lainnya yang diatur oleh sistem hukum Pihak Negara Anggota ASEAN, dan untuk mengembangkan kemungkinan penyelesaian peradilan; c. Untuk memastikan bahwa otoritas kompeten harus menegakkan penyelesaian ketika yang demikian diberikan. 2. Setiap Pihak Negara Anggota ASEAN berjanji untuk mengadopsi langkah-langkah legislatif dan lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan ketentuan Perjanjian ini.

37 PASAL 24 AMANDEMEN 1. Setelah lima tahun dari berlakunya Perjanjian permintaan untuk setiap perubahan (amandemen) Perjanjian dapat dilakukan setiap saat oleh setiap Pihak Negara Anggota ASEAN melalui pemberitahuan secara tertulis yang ditujukan kepada Sekretaris Jenderal ASEAN yang wajib menyampaikan segera usulan amandemen tersebut ke Pihak Negara Anggota ASEAN. Amandemen tersebut harus diadopsi oleh Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN dalam waktu satu tahun setelah pemberitahuan tersebut. 2.. Para Pihak Negara Anggota ASEAN dan Komite harus berkonsultasi dengan pemangku kepentingan yang relevan pada setiap amandemen yang diusulkan 3. Amandemen tersebut mulai berlaku pada saat diterimanya oleh dua pertiga mayoritas Para Pihak Negara Anggota ASEAN. 4. Ketika amandemen mulai berlaku, Amandement tersebut akan mengikat Para Pihak Negara Anggota ASEAN yang telah menerimanya, Para Pihak Negara Anggota ASEAN lainnya masih terikat pada ketentuan-ketentuan Perjanjian ini dan setiap perubahan

38 sebelumnya yang mereka telah terima. PASAL 25 BAHASA Perjanjian ini ditulis dalam bahasa Inggris. PASAL 26 KETENTUAN PENUTUP 1. Perjanjian ini akan terbuka untuk ditandatangani oleh semua Negara Anggota ASEAN. Ini merupakan subyek untuk diratifikasi. 2. Instrumen ratifikasi akan diserahkan pada Sekretaris Jenderal ASEAN 3. Perjanjian ini akan mulai berlaku pada hari pertama dari bulan yang ditetapkan setelah jangka waktu tiga bulan sejak tanggal penyimpanan instrumen kelima ratifikasi dari Negara Anggota ASEAN.

39 DENGAN MENYAKSIKAN, yang bertandatangan di bawah ini berkuasa penuh, yang diberi kuasa oleh Pemerintah masing-masing, telah menandatangani Perjanjian ini.

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 2 K-189: Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi

Lebih terperinci

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional Konferensi Perburuhan Internasional Catatan Sementara 15A Sesi Ke-100, Jenewa, 2011 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA 15A/ 1 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG

Lebih terperinci

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang

Lebih terperinci

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional Konferensi Perburuhan Internasional Catatan Sementara 15B Sesi Ke-100, Jenewa, 2011 NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA 15B/ 1 NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN

Lebih terperinci

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 2 R-201: Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak

Lebih terperinci

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN 1 K 111 - Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan

Lebih terperinci

K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA

K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA 1 K 105 - Penghapusan Kerja Paksa 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki dan

Lebih terperinci

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 - Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) 2 K168 Konvensi

Lebih terperinci

K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177)

K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177) K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177) 1 K177 - Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177) 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

Pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan. Pekerja rumah tangga, seperti juga pekerja-pekerja lainya, berhak atas kerja layak.

Pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan. Pekerja rumah tangga, seperti juga pekerja-pekerja lainya, berhak atas kerja layak. Konvensi No. 189 Konvensi mengenai kerja layak bagi pekerja rumah tangga Pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan. Pekerja rumah tangga, seperti juga pekerja-pekerja lainya, berhak atas kerja layak. Pada

Lebih terperinci

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000 K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000 2 K-183 Konvensi Perlindungan Maternitas, 2000 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949

K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949 K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949 2 K-95 Konvensi Perlindungan Upah, 1949 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki

Lebih terperinci

UNOFFICIAL TRANSLATION

UNOFFICIAL TRANSLATION UNOFFICIAL TRANSLATION Prinsip-prinsip Siracusa mengenai Ketentuan Pembatasan dan Pengurangan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik Annex, UN Doc E / CN.4 /

Lebih terperinci

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 2 R-188 Rekomendasi Agen Penempatan kerja Swasta, 1997 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas

Lebih terperinci

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA Diterima dan terbuka untuk penandatanganan, ratifikasi dan aksesi olah Resolusi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya;

LAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya; LAMPIRAN PERSETUJUAN MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI MENYELURUH ANTAR PEMERINTAH NEGARA-NEGARA ANGGOTA PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA

Lebih terperinci

Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak Semua Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya 1 PEMBUKAAN

Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak Semua Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya 1 PEMBUKAAN Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak Semua Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya 1 PEMBUKAAN Negara-negara Pihak pada Konvensi ini, Memperhatikan prinsip-prinsip yang terkandung dalam instrumen-instrumen

Lebih terperinci

Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Diambil dan terbuka untuk ditandatangani, diratifikasi dan diaksesi oleh resolusi Mahkamah Umum 2200A (XXI) pada 16 Desember 1966, berlaku

Lebih terperinci

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958 R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958 2 R-111 Rekomendasi Diskriminasi (Pekerjaan dan Jabatan), 1958 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Didorong oleh dukungan penuh terhadap Konvensi tentang Hak-Hak Anak, yang

Lebih terperinci

R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA

R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA 1 R-198 Rekomendasi Mengenai Hubungan Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

dengan pilihan mereka sendiri dan hak perundingan bersama. 2.2 Pihak perusahaan menerapkan sikap terbuka terhadap aktivitas-aktivitas serikat

dengan pilihan mereka sendiri dan hak perundingan bersama. 2.2 Pihak perusahaan menerapkan sikap terbuka terhadap aktivitas-aktivitas serikat Kode Etik Pemasok Kode Etik Pemasok 1. KEBEBASAN MEMILIH PEKERJAAN 1.1 Tidak ada tenaga kerja paksa atau wajib dalam bentuk apa pun, termasuk pekerjaan terikat, perdagangan manusia, atau tahanan dari penjara.

Lebih terperinci

Mengenal Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya

Mengenal Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya Mengenal Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya (Konvensi Migran 1990) KOMNAS PEREMPUAN KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN Mengenal

Lebih terperinci

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA Diterima dan terbuka untuk penandatanganan, ratifikasi dan aksesi olah Resolusi

Lebih terperinci

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Protokol Konvensi Hak Anak Tentang Perdagangan Anak, Prostitusi Anak dan Pronografi Anak Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Negara-negara peserta tentang

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 MUKADIMAH

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 MUKADIMAH KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 MUKADIMAH Negara-negara Pihak pada Kovenan ini, Menimbang bahwa, sesuai dengan prinsip-prinsip yang diproklamasikan pada Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,

Lebih terperinci

K185 PERUBAHAN DOKUMEN IDENTITAS PELAUT, 2003

K185 PERUBAHAN DOKUMEN IDENTITAS PELAUT, 2003 K185 PERUBAHAN DOKUMEN IDENTITAS PELAUT, 2003 1 K-185 Perubahan Dokumen Identitas Pelaut, 2003 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan

Lebih terperinci

K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 2 K-158 Konvensi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

KETAHUI HAKMU BERDASARKAN KONVENSI ILO BARU MENGENAI PEKERJA RUMAH TANGGA TUNTUT HAKMU

KETAHUI HAKMU BERDASARKAN KONVENSI ILO BARU MENGENAI PEKERJA RUMAH TANGGA TUNTUT HAKMU 1 Asia Pasifik adalah region dengan jumlah pekerja rumah tangga terbanyak. Asia Pasifik 41% Amerika Latin dan Karibia 37% Afrika 10% Negara maju 7% Timur Tengah 4% Eropa Timur 1% 4 dari 5 pekerja rumah

Lebih terperinci

1. Asal muasal dan standar

1. Asal muasal dan standar Diskriminasi dan kesetaraan: 1. Asal muasal dan standar Kesetaraan dan non-diskriminasi di tempat kerja di Asia Timur dan Tenggara: Panduan 1 Tujuan belajar 1. Mengakui hubungan antara bias dengan diskriminasi

Lebih terperinci

K106 ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR- KANTOR

K106 ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR- KANTOR K106 ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR- KANTOR 1 K-106 Istirahat Mingguan Dalam Perdagangan dan Kantor-Kantor 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Mukadimah Negara-negara Pihak Kovenan ini, Menimbang, bahwa sesuai dengan prinsip-prinsip yang diumumkan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,

Lebih terperinci

Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, dan Merendahkan Martabat Manusia

Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, dan Merendahkan Martabat Manusia Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, dan Merendahkan Martabat Manusia (Resolusi No. 39/46 disetujui oleh Majelis Umum pada 10 Desember 1984) Majelis

Lebih terperinci

K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA

K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA 1 K 100 - Upah yang Setara bagi Pekerja Laki-laki dan Perempuan untuk Pekerjaan yang Sama Nilainya 2 Pengantar

Lebih terperinci

Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid

Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid disetujui dan terbuka untuk penandatanganan dan ratifikasi oleh Resolusi Majelis Umum 3068 (XXVIII) 30 November 1973 Negara-negara

Lebih terperinci

Perlindungan sosial untuk pekerja migran di ASEAN. Celine Peyron Bista Kantor Regional ILO untuk Asia dan Pasifik Jakarta, 29 September 2016

Perlindungan sosial untuk pekerja migran di ASEAN. Celine Peyron Bista Kantor Regional ILO untuk Asia dan Pasifik Jakarta, 29 September 2016 Perlindungan sosial untuk pekerja migran di ASEAN Celine Peyron Bista Kantor Regional ILO untuk Asia dan Pasifik Jakarta, 29 September 2016 Struktur presentasi Apa itu perlindungan sosial? Perlindungan

Lebih terperinci

K 173 KONVENSI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992

K 173 KONVENSI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992 K 173 KONVENSI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992 2 K-173 Konvensi Perlindungan Klaim Pekerja (Kepailitan Pengusaha), 1992 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION ON THE PROTECTION OF THE RIGHTS OF ALL MIGRANT WORKERS AND MEMBERS OF THEIR FAMILIES (KONVENSI INTERNASIONAL

Lebih terperinci

MULAI BERLAKU : 3 September 1981, sesuai dengan Pasal 27 (1)

MULAI BERLAKU : 3 September 1981, sesuai dengan Pasal 27 (1) Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan Ditetapkan dan dibuka untuk ditandatangani, diratifikasi dan disetujui oleh Resolusi Majelis Umum 34/180 pada 18 Desember 1979

Lebih terperinci

Kode Etik Pemasok. Pendahuluan

Kode Etik Pemasok. Pendahuluan KODE ETIK PEMASOK Kode Etik Pemasok Pendahuluan Sebagai peritel busana internasional yang terkemuka dan berkembang, Primark berkomitmen untuk membeli produk berkualitas tinggi dari berbagai negara dengan

Lebih terperinci

K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK 1 K 182 - Pelanggaran dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak 2 Pengantar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 111 CONCERNING DISCRIMINATION IN RESPECT OF EMPLOYMENT AND OCCUPATION (KONVENSI ILO MENGENAI DISKRIMINASI

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 MUKADIMAH Negara-Negara Pihak pada Kovenan ini, Menimbang bahwa, sesuai dengan prinsip-prinsip yang diproklamasikan dalam Piagam Perserikatan

Lebih terperinci

Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak Terkait Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata

Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak Terkait Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak Terkait Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata 12 Februari 2002 Negara-negara yang turut serta dalam Protokol ini,terdorong oleh dukungan yang melimpah atas Konvensi

Lebih terperinci

Sekilas tentang Konvensi No. 189 dan Rekomendasi No Catatan konsep

Sekilas tentang Konvensi No. 189 dan Rekomendasi No Catatan konsep Sekilas tentang Konvensi No. 189 dan Rekomendasi No. 201 Catatan konsep Dokumen ini merupakan pengantar singkat Konvensi No. 189 dan Rekomendasi No. 201 yang disusun untuk memberikan pintu masuk yang tepat

Lebih terperinci

K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN 1 K-81 Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 105 CONCERNING THE ABOLITION OF FORCED LABOUR (KONVENSI ILO MENGENAI PENGHAPUSAN KERJA PAKSA) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KonveKonvensi Anti Penyiksaan dan perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusia

KonveKonvensi Anti Penyiksaan dan perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusia KonveKonvensi Anti Penyiksaan dan perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusia Disetujui dan terbuka untuk penandatanganan dan persetujuan oleh Resolusi Majelis

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL PADA KONVENSI TENTANG HAK ANAK TENTANG KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PROTOKOL OPSIONAL PADA KONVENSI TENTANG HAK ANAK TENTANG KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA 1 PROTOKOL OPSIONAL PADA KONVENSI TENTANG HAK ANAK TENTANG KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Ditetapkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Pada tanggal 25 Mei 2000 Negara-negara Pihak

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH Bahwa pengakuan atas martabat yang melekat pada dan hak-hak yang sama dan tidak dapat dicabut dari semua anggota keluarga manusia adalah landasan bagi

Lebih terperinci

PERNYATAAN PHNOM PENH MENGENAI PENGESAHAN DEKLARASI HAK ASASI MANUSIA ASEAN (AHRD)

PERNYATAAN PHNOM PENH MENGENAI PENGESAHAN DEKLARASI HAK ASASI MANUSIA ASEAN (AHRD) Pernyataan Phnom Penh PERNYATAAN PHNOM PENH MENGENAI PENGESAHAN DEKLARASI HAK ASASI MANUSIA ASEAN (AHRD) KAMI, Kepala Negara/Pemerintahan Negara Anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN),

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 57, 1999 KONVENSI. TENAGA KERJA. HAK ASASI MANUSIA. ILO. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis

Lebih terperinci

R184 Rekomendasi Kerja Rumahan, 1996 (No. 184)

R184 Rekomendasi Kerja Rumahan, 1996 (No. 184) R184 Rekomendasi Kerja Rumahan, 1996 (No. 184) 1 R184 - Rekomendasi Kerja Rumahan, 1996 (No. 184) 2 R184 Rekomendasi Kerja Rumahan, 1996 (No. 184) Rekomendasi mengenai Kerja Rumahan Adopsi: Jenewa, ILC

Lebih terperinci

K138 USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA

K138 USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA K138 USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA 1 K 138 - Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan

Lebih terperinci

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981 R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981 2 R-165 Rekomendasi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan

Lebih terperinci

K45 KERJA WANITA DALAM SEGALA MACAM TAMBANG DIBAWAH TANAH

K45 KERJA WANITA DALAM SEGALA MACAM TAMBANG DIBAWAH TANAH K45 KERJA WANITA DALAM SEGALA MACAM TAMBANG DIBAWAH TANAH 1 K-45 Mengenai Kerja Wanita dalam Segala Macam Tambang Dibawah Tanah 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan

Lebih terperinci

Persetujuan Pembentukan Kantor Kajian Ekonomi Makro ASEAN+3 ( AMRO ) PARA PIHAK,

Persetujuan Pembentukan Kantor Kajian Ekonomi Makro ASEAN+3 ( AMRO ) PARA PIHAK, Persetujuan Pembentukan Kantor Kajian Ekonomi Makro ASEAN+3 ( AMRO ) PARA PIHAK, Mengingat bahwa pembentukan Chiang Mai Initiative Multiliteralisation (selanjutnya disebut CMIM) adalah untuk menyusun pengaturan

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce No.1753, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Pengawasan Ketenagakerjaan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

R-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992

R-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992 R-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992 2 R-180 Rekomendasi Perlindungan Klaim Pekerja (Kepailitan Pengusaha), 1992 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO)

Lebih terperinci

www.bphn.go.id www.bphn.go.id www.bphn.go.id Persetujuan Pembentukan Kantor Kajian Ekonomi Makro ASEAN+3 ( AMRO ) PARA PIHAK, Mengingat bahwa pembentukan Chiang Mai Initiative Multiliteralisation

Lebih terperinci

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PERLINDUNGAN HAK SEMUA BURUH MIGRAN DAN ANGGOTA KELUARGANYA

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PERLINDUNGAN HAK SEMUA BURUH MIGRAN DAN ANGGOTA KELUARGANYA 1 KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PERLINDUNGAN HAK SEMUA BURUH MIGRAN DAN ANGGOTA KELUARGANYA PEMBUKAAN Negara negara peserta pada Konvensi ini, Memperhatikan prinsip-prinsip yang terkandung dalam instrumeninstrumen

Lebih terperinci

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PERLINDUNGAN HAK SEMUA BURUH MIGRAN DAN ANGGOTA KELUARGANYA PEMBUKAAN. Negara negara peserta pada Konvensi ini,

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PERLINDUNGAN HAK SEMUA BURUH MIGRAN DAN ANGGOTA KELUARGANYA PEMBUKAAN. Negara negara peserta pada Konvensi ini, 1 KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PERLINDUNGAN HAK SEMUA BURUH MIGRAN DAN ANGGOTA KELUARGANYA PEMBUKAAN Negara negara peserta pada Konvensi ini, Memperhatikan prinsip-prinsip yang terkandung dalam instrumeninstrumen

Lebih terperinci

R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 2 R-166 Rekomendasi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan

Lebih terperinci

4. Metoda penerapan Konvensi No.111

4. Metoda penerapan Konvensi No.111 Diskriminasi dan kesetaraan: 4. Metoda penerapan Konvensi No.111 Kesetaraan dan non-diskriminasi di tempat kerja di Asia Timur dan Tenggara: Panduan 1 Tujuan belajar Mengidentifikasi kebijakan dan tindakan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN STANDAR INTERNASIONAL UNTUK PEKERJA RUMAH TANGGA. Organisasi Perburuhan Internasional

PENYUSUNAN STANDAR INTERNASIONAL UNTUK PEKERJA RUMAH TANGGA. Organisasi Perburuhan Internasional PENYUSUNAN STANDAR INTERNASIONAL UNTUK PEKERJA RUMAH TANGGA Organisasi Perburuhan Internasional Agenda Kerja Layak ILO untuk Pekerja Rumah Tangga Penyusunan Standar untuk Pekerja Rumah Tangga 2 I. DASAR

Lebih terperinci

Prinsip Dasar Peran Pengacara

Prinsip Dasar Peran Pengacara Prinsip Dasar Peran Pengacara Telah disahkan oleh Kongres ke Delapan Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ) mengenai Pencegahan Kriminal dan Perlakuan Pelaku Pelanggaran, Havana, Kuba, 27 Agustus sampai 7

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 111 CONCERNING DISCRIMINATION IN RESPECT OF EMPLOYMENT AND OCCUPATION (KONVENSI ILO MENGENAI DISKRIMINASI DALAM

Lebih terperinci

PERSETUJUAN TRANSPORTASI LAUT ANTARA PEMERINTAH NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASOSIASI BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA DAN PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK Pemerintah-pemerintah Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja,

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 31 TAHUN 2010 TENTANG PEKERJA RUMAH TANGGA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 31 TAHUN 2010 TENTANG PEKERJA RUMAH TANGGA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 31 TAHUN 2010 TENTANG PEKERJA RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Mempertimbangkan bahwa, untuk lebih lanjut mencapai tujuan Konvensi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.149, 2012 PENGESAHAN. Protokol. Hak-Hak. Anak. Penjualan. Prostitusi. Pornografi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5330) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

K88 LEMBAGA PELAYANAN PENEMPATAN KERJA

K88 LEMBAGA PELAYANAN PENEMPATAN KERJA K88 LEMBAGA PELAYANAN PENEMPATAN KERJA 1 K-88 Lembaga Pelayanan Penempatan Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NOMOR 182 CONCERNING THE PROHIBITION AND IMMEDIATE ACTION FOR ELIMINATION OF THE WORST FORMS OF CHILD LABOUR (KONVENSI

Lebih terperinci

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM Diadopsi oleh Resolusi Sidang Umum PBB No. 34/169 Tanggal 17 Desember 1979 Pasal 1 Aparat penegak hukum di setiap saat memenuhi kewajiban yang ditetapkan oleh

Lebih terperinci

K144 KONSULTASI TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN STANDAR-STANDAR KETENAGAKERJAAN INTERNASIONAL

K144 KONSULTASI TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN STANDAR-STANDAR KETENAGAKERJAAN INTERNASIONAL K144 KONSULTASI TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN STANDAR-STANDAR KETENAGAKERJAAN INTERNASIONAL 1 K-144 Konsultasi Tripartit untuk Meningkatkan Pelaksanaan Standar-Standar Ketenagakerjaan Internasional

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 1 TAHUN 2000 (1/2000) TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NOMOR 182 CONCERNING THE PROHIBITION AND IMMEDIATE ACTION FOR ELIMINATION OF THE WORST FORMS OF CHILD

Lebih terperinci

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original Tata Tertib Semua unit Misi KONE adalah untuk meningkatkan arus pergerakan kehidupan perkotaan. Visi kita adalah untuk Memberikan pengalaman terbaik arus pergerakan manusia, menyediakan kemudahan, efektivitas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 111 CONCERNING DISCRIMINATION IN RESPECT OF EMPLOYMENT AND OCCUPATION (KONVENSI ILO MENGENAI DISKRIMINASI DALAM

Lebih terperinci

R-90 REKOMENDASI PENGUPAHAN SETARA, 1951

R-90 REKOMENDASI PENGUPAHAN SETARA, 1951 R-90 REKOMENDASI PENGUPAHAN SETARA, 1951 2 R-90 Rekomendasi Pengupahan Setara, 1951 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

K181 Konvensi tentang Penyalur Tenaga Kerja Swasta

K181 Konvensi tentang Penyalur Tenaga Kerja Swasta K181 Konvensi tentang Penyalur Tenaga Kerja Swasta 1 K 181 - Konvensi tentang Penyalur Tenaga Kerja Swasta 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas

Lebih terperinci

PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN

PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN PENGANTAR AptarGroup mengembangkan solusi sesuai dengan kesepakatan-kesepakatan usaha yang wajar dan hukum ketenagakerjaan, dengan menghargai lingkungan dan sumber daya alamnya.

Lebih terperinci

KONVENSI HAK ANAK Mukadimah

KONVENSI HAK ANAK Mukadimah KONVENSI HAK ANAK Mukadimah Negara-negara Pihak pada Konvensi ini, Menimbang bahwa, sesuai dengan prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, pengakuan atas martabat yang melekat

Lebih terperinci

Kerangka Analisis untuk Mengintegrasikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan Kewajiban Pemenuhan Hak-hak Asasi Manusia untuk di Indonesia

Kerangka Analisis untuk Mengintegrasikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan Kewajiban Pemenuhan Hak-hak Asasi Manusia untuk di Indonesia Tujuan 8: Mempromosikan keberlajutan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan yang produktif dan menyeluruh, serta perkerja layak bagi semua Hak untuk Bekerja sebagai Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

KONVENSI ASEAN MENENTANG PERDAGANGAN ORANG, TERUTAMA PEREMPUAN DAN ANAK

KONVENSI ASEAN MENENTANG PERDAGANGAN ORANG, TERUTAMA PEREMPUAN DAN ANAK KONVENSI ASEAN MENENTANG PERDAGANGAN ORANG, TERUTAMA PEREMPUAN DAN ANAK Negara Anggota dari Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (selanjutnya disebut sebagai ASEAN ) Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja,

Lebih terperinci

Forum ASEAN tentang Pekerja Migran (AFML) ke-9 Pertemuan Persiapan Tripartit Nasional

Forum ASEAN tentang Pekerja Migran (AFML) ke-9 Pertemuan Persiapan Tripartit Nasional Forum ASEAN tentang Pekerja Migran (AFML) ke-9 Pertemuan Persiapan Tripartit Nasional Kantor Regional ILO untuk Asia & Pasifik (ROAP) Bangkok, Thailand Garis Besar Presentasi 1. Forum ASEAN tentang Pekerja

Lebih terperinci

K87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI

K87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI K87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI 1 K 87 - Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan

Lebih terperinci

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.93, 2015 PENGESAHAN. Agreement. Asosiasi Bangsa- Bangsa Asia Tenggara. Republik India. Penyelesaian Sengketa. Kerja Sama Ekonomi. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KONVENSI KETENAKERJAAN INTERNASIONAL KONVENSI 182 MENGENAI PELARANGAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

KONVENSI KETENAKERJAAN INTERNASIONAL KONVENSI 182 MENGENAI PELARANGAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK 1 KONVENSI KETENAKERJAAN INTERNASIONAL KONVENSI 182 MENGENAI PELARANGAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK Yang Disetujui Oleh Konferensi Ketenagakerjaan Internasional

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Peraturan

Lebih terperinci

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN Majelis Umum, Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 20 Desember 1993 [1] Mengikuti perlunya penerapan secara

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III) Mukadimah Menimbang, bahwa pengakuan atas martabat alamiah

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL SURVEY PERLINDUNGAN MATERNITAS DAN HAK-HAK REPRODUKSI BURUH PEREMPUAN PADA 10 AFILIASI INDUSTRIALL DI INDONESIA

LAPORAN HASIL SURVEY PERLINDUNGAN MATERNITAS DAN HAK-HAK REPRODUKSI BURUH PEREMPUAN PADA 10 AFILIASI INDUSTRIALL DI INDONESIA LAPORAN HASIL SURVEY PERLINDUNGAN MATERNITAS DAN HAK-HAK REPRODUKSI BURUH PEREMPUAN PADA 10 AFILIASI INDUSTRIALL DI INDONESIA KOMITE PEREMPUAN IndustriALL Indonesia Council 2014 1 LAPORAN HASIL SURVEY

Lebih terperinci

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA Disahkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tanggal 9 Desember 1998 M U K A D I M A H MAJELIS Umum, Menegaskan kembalimakna penting dari ketaatan terhadap

Lebih terperinci

23 Oktober Kepada Yth: Ibu Retno L.P. Marsudi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

23 Oktober Kepada Yth: Ibu Retno L.P. Marsudi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia 23 Oktober 2017 Kepada Yth: Ibu Retno L.P. Marsudi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Setelah mengikuti siklus ketiga Tinjauan Periodik Universal (Universal Periodic Review - UPR) Indonesia, saya menyambut

Lebih terperinci

Pedoman Pemasok Olam. Dokumen terakhir diperbarui. April Pedoman Pemasok Olam April

Pedoman Pemasok Olam. Dokumen terakhir diperbarui. April Pedoman Pemasok Olam April Pedoman Pemasok Olam Dokumen terakhir diperbarui April 2018 Pedoman Pemasok Olam April 2018 1 Daftar Isi Pendahuluan 3 Prinsip Pedoman Pemasok 4 Pernyataan Pemasok 6 Lampiran 1 7 Pendahuluan Olam berusaha

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Mempertimbangkan bahwa, untuk lebih lanjut mencapai tujuan Konvensi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II. DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Bagian

Lebih terperinci

K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA

K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA 1 K 29 - Kerja Paksa atau Wajib Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki

Lebih terperinci