Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Pengelolaan Hutan Gambut Koordinator : Ir. Atok Subiakto, M.Apl.Sc Judul Kegiatan : Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Terdegradasi Sub Judul Kegiatan : Uji Coba Teknik Phyto Remediasi berbagai Kondisi Hutan Alam Rawa Gambut Pelaksana Kegiatan : Ir. BastoniM. Si Tb. Angga Anugrah S, SP Saripin ABSTRAK Hutan rawa gambut adalah tipe ekosistem yang mudah rusak. Kerusakannya terutama disebabkan oleh kegiatan eksploitasi hutan, konversi lahan dan kebakaran. Sebagian besar kondisi hutan rawa gambut saat ini telah rusak (terdegradasi) sehingga diperlukan upaya rehabilitasi untuk pemulihannya. Ujicoba teknik rehabilitasi berbagai kondisi hutan alam rawa gambut terdegradasi di Sumatera Selatan dengan jenis gelam dan pengaturan kondisi hidrologi merupakan salah satu aspek dari penelitian pengelolaan hutan rawa gambut. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh paket teknologi rehabilitasi berbagai kondisi hutan alam rawa gambut terdegradasi dengan jenis gelam dan pengaturan kondisi hidrologi. Metodologi yang digunakan meliputi survei dan, percobaan lapangan. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah diperolehnya 1) Data dan informasi karakteristik permudaan alam gelam, 2) Data dan informasi pertumbuhan hutan gelam dari permudaan alam dan permudaan buatan, 3) Data dan informasi karakteristik lahan dan hutan rawa gambut terdrainase, 4) Data dan informasi pertumbuhan jenis-jenis pohon lokal hutan rawa gambut pada berbagai kondisi hidrologi. Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam A. Latar Belakang Salah satu tipologi lahan rawa gambut yang banyak dijumpai di wilayah Sumatera Selatan adalah lahan sulfat masam. Tipe hutan yang terdapat pada lahan tersebut adalah hutan gelam (Melaleuca leucadendron). Saat ini hutan gelam terdegradasi berat yang disebabkan oleh eksploitasi berlebihan, kebakaran dan konversi lahan, terutama untuk perkebunan kelapa sawit. Untuk memulihkan dan Laporan Kegiatan Tahun 2014 - Buku II BPK Palembang 99
tetap mempertahankan hutan gelam sebagai ciri khas dari lahan rawa gambut bersulfat masam maka upaya rehabilitasi perlu dilakukan. Konversi hutan alam rawa gambut untuk hutan tanaman industri dan perkebunan kelapa sawit diikuti oleh pembutan kanal atau saluran drainase untuk menurunkan genangan air. Kegiatan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan kondisi hidrologi lahan gambut menjadi lebih kering. Perubahan tersebut akan berdampak terhadap perubahan karakteristik site dan pertumbuhan vegetasi, terutama jenis-jenis pohon lokal yang tumbuh secara alami pada kondisi lahan yang tergenang. Rehabilitasi lahan rawa gambut yang telah didrainase dapat dilakukan melalui pengaturan kondisi hidrologi. B. Tujuan dan Sasaran Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh paket teknologi rehabilitasi berbagai kondisi hutan alam rawa gambut terdegradasi dengan jenis gelam dan pengaturan kondisi hidrologi. Sasaran penelitian ini adalah diperolehnya 1) Data dan informasi karakteristik site dan karakteristik permudaan alam gelam, 2) Data dan informasi pertumbuhan hutan gelam dari permudaan alam dan permudaan buatan, 3) Data dan informasi karakteristik lahan dan hutan rawa gambut terdrainase, 4) Data dan informasi pertumbuhan jenis-jenis pohon lokal hutan rawa gambut pada berbagai kondisi hidrologi. C. Metode Penelitian 1. Pengamatan karakteristik permudaan alam gelam Karakteristik pemudaan alam gelam diamati dengan memanfaatkan plot pengamatan yang telah dibuat dari kegiatan pada tahun 2011. Karakteristik permudaan alam gelam yang diamati dan diukur adalah: jumlah, kerapatan dan pertumbuhan anakan alam gelam. 2. Pengamatan pertumbuhan permudaan gelam Pertumbuhan permudaan gelam diamati dengan memanfaatkan plot pengamatan yang telah dibuat dari kegiatan pada tahun 2011. Plot percobaan pengamatan pertumbuhan gelam dibuat di daerah Kedaton dan di daerah Indralaya. Rancangan percobaan yang digunakan untuk penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok Petak Terbagi. 3. Pengamatan karakteristik lahan dan hutan rawa gambut terdrainase Kegiatan ini dilaksanakan melalui kegiatan survei pada bentang lahan gambut sepanjang 29 km di daerah Kayuagung Sepucuk dan pada Kebun Konservasi Plasma Nutfah Ramin dan Tanaman Kehutanan di Kabupaten OKI. Kedua lokasi adalah hutan dan lahan rawa gambut yang telah dikonversi dan didrainase untuk perkebunan kelapa sawit. Karakteristik lahan dan hutan rawa gambut yang diukur adalah: a) kondisi hidrologi (curah hujan dan fluktuasi muka air tanah ), b) karakteristik tanah (kedalaman dan subsidensi gambut dan sifat-sifat kimia gambut), c) jenis-jenis vegetasi. Laporan Kegiatan Tahun 2014 - Buku II BPK Palembang 100
4. Pengamatan pertumbuhan jenis-jenis pohon lokal pada berbagai kondisi hidrologi Kegiatan ini dilaksanakan di Kebun Konservasi Plasma Nutfah Ramin dan Tanaman Kehutanan pada areal seluas 20 hektar di daerah Kedaton, Kabupaten OKI. Kebun percobaan yang dikelilingi oleh kanal perkebunan kelapa sawit dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: areal dengan parit yang dibendung/ditabat dan areal yang tidak dibendung. Pada setiap areal dibuat embung atau sumur kecil untuk memantau permukaan air tanah. Embung dibuat pada setiap jarak 100 meter membentuk rangkaian grid. Areal telah ditanami dengan beberapa jenis pohon lokal (jelutung, ramin, punak, meranti rawa, gemor). Variabel yang diukur adalah tinggi dan diameter tanaman untuk pengukuaran riap. D. Hasil yang Telah Dicapai (2012-2014) 1. Karakteristik Permudaan Alam Gelam Permudaan alam gelam tumbuh melimpah pada lahan rawa gambut bersulfat masam bekas kebakaran dan sangat jarang dijumpai pada lahan yang tidak terbakar. Hal ini karena perkecambahan biji gelam membutuhkan lahan yang bebas hambatan fisik serasah dan tumbuhan bawah serta perbaikan kesuburan dari abu sisa kebakaran. Kerapatan kecambah gelam berkisar antara 2.625 sampai 8 kecambah/m 2 tergantung jarak dari tegakan pohon induk, kerapatan menurun drastis rata-rata 89% serta tinggi dan diameter anakan alam gelam rata-rata 285 cm dan 2,49 cm pada tahun ketiga. Kecambah gelam mampu tumbuh dalam genangan air yang jernih sampai kedalaman 100 cm. 2. Pertumbuhan Permudaan Gelam Daya hidup permudaan buatan gelam tertinggi diperoleh pada areal yang memiliki genangan air dangkal sampai sedang (0 50 cm) dan menurun pada areal dengan genangan dalam (> 50 cm) dan areal tidak tergenang (< 0 cm). Gelam secara alami selain mendominasi lahan rawa gambut bersulfat masam, juga permudaan alamnya mampu beradaptasi pada lahan gambut sangat dalam (> 300 cm) bekas kebakaran. Riap permudaan alam gelam dapat ditingkatkan dengan perlakuan pembebasan. Riap rata-rata tahunan (MAI) tinggi dan diameter berturut-turut 67,75 cm/tahun dan 1,01 cm/tahun pada perlakuan pembebasan kimia, 55,77 cm/tahun dan 0,75 cm/tahun pada pembebasan manual, 53,59 cm/tahun dan 0,58 cm/tahun pada kondisi alami (kontrol). 3. Karakteristik Lahan dan Hutan Rawa Gambut Terdrainase Dalam lima tahun terakhir (2007 2012), kebakaran HRG yang berulang diikuti oleh konversi dan drainase gambut untuk areal perkebunan pada Jalur Kayuagung Sepucuk, menghasilkan karakteristik tanah dan hidrologi sebagai berikut: a) Gambut mengalami subsidensi rata-rata 17,06 cm tahun -1, reaksi tanah sangat masam (ph < 3,5), kandungan unsur N-total dan P-tersedia tinggi, KTK dan C-organik sangat tinggi, dan unsur-unsur basa (K, Na, Ca, Mg) sedang Laporan Kegiatan Tahun 2014 - Buku II BPK Palembang 101
sangat rendah, b) Permukaan air tanah menurun rata-rata 23,33 cm tahun -1, reaksi air tanah sangat masam (ph < 3,5), konsentrasi ion sulfat sangat tinggi, ion nitrat sedang tinggi, ion kalsium dan magnesium sedang. Fluktuasi permukaan air tanah musiman berkisar antara 13 cm 157 cm dan curah hujan bulanan berkisar antara 18 426 mm. Karakteristik vegetasi dicirikan oleh hilangnya jenis-jenis pohon penyusun hutan asli digantikan oleh jenis-jenis pohon pionir. Komposisi jenis vegetasi tergolong sedikit, terdiri dari 4 jenis pohon pionir dan 5 jenis tumbuhan bawah. 4. Pertumbuhan Jenis-jenis Pohon Lokal pada Lahan Gambut Terdrainase Pada lahan gambut yang telah didrainase dengan fluktuasi muka air tanah yang besar 13 cm pada puncak musim hujan dan 157 cm pada akhir musim kemarau, jenis-jenis pohon lokal unggulan hutan rawa gambut masih dapat tumbuh dan beradaptasi dengan daya hidup dan riap bervariasi dengan kecenderungan menurun dengan makin dalamnya muka air tanah. Daya hidup, MAI tinggi dan diameter jelutung (Dyera lowii) berkisar antara 64% - 96%, 104,10-146,60 cm/tahun dan 2,46 2,96 cm/tahun; ramin (Gonystylus bancanus) berkisar antara 40% 92%, 39,69 53,17 cm/tahun dan 0,96 1,10 cm/tahun; meranti (Shorea belangeran) berkisar antara 88% 100%, 62,95 77,50 cm/tahun dan 1,98 2,04 cm/tahun; punak (Tetramerista glabra) berkisar antara 80% 100%, 60,69 61,31 cm/tahun dan 1,62 1,84 cm/tahun; gemor (Alseodaphne sp.) ) rata-rata 56%, 38,37 cm/tahun dan 0,87 cm/tahun. E. Kesimpulan dan Rekomendasi 1. Rehabilitasi lahan rawa gambut bersulfat masam dapat memanfaatkan permudaan alam gelam yang melimpah dan penerapan perlakuan pemeliharaan untuk meningkatkan pertumbuhannya. 2. Karakteristik vegetasi, tanah dan hidrologi hutan dan lahan gambut bekas kebakaran yang telah dikonversi dan didrainase mengalami perubahan drastis dari sisi komposisi dan struktur tegakan, peningkatan subsidensi gambut dan penurunan permukaan air tanah. 3. Lahan rawa gambut yang telah didrainase tanpa water management yang baik dan terencana tidak mampu mempertahankan muka air tanah pada kedalaman yang ideal untuk tanaman sawit serta berpengaruh terhadap penurunan daya hidup dan pertumbuhan tanaman rehabilitasi jenis-jenis pohon lokal unggulan. Laporan Kegiatan Tahun 2014 - Buku II BPK Palembang 102
Foto Kegiatan : Sumur Pengamatan MAT Pembuatan Bendungan Pencatatan CH Pengukuran Tinggi dan Diameter Tanaman Rehabilitasi Jelutung Ramin Belangeran Punak Gemor Kondisi Hidrologi Lahan Gambut terdrainase pada Musim Kemarau Kondisi Hidrologi Lahan Gambut terdrainase pada Musim Hujan Laporan Kegiatan Tahun 2014 - Buku II BPK Palembang 103