BAB I PENDAHULUAN. pada lahan gambut di Indonesia ha (18% dari seluruh luas gambut).
|
|
- Suryadi Tan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan lahan gambut diwujudkan pada suatu penggunaan lahan. Lahan gambut di Indonesia dominan digunakan sebagai lahan pertanian. Luas lahan pertanian pada lahan gambut di Indonesia ha (18% dari seluruh luas gambut). Penggunaan lahan gambut untuk petanian berupa perkebunan seluas ha, pertanian tanaman pangan seluas ha, kebun campuran seluas ha, dan sawah seluas ha (Ritung dkk, 2011). Pertanian lahan gambut mengarah pada pertanian konvensional yang hanya memerhatikan aspek pemenuhan kebutuhan dan aspek ekonomi. Pemanfaatan lahan gambut mendorong perluasan konversi hutan alami gambut menjadi lahan budidaya. Gambut bersifat rapuh dan mudah mengalami kerusakan. Husaini (2012) menjelaskan bahwa pemanfaatan lahan gambut yang tidak terkendali berakibat kerusakan lingkungan fisik dan sosial. Gambar 1.1 merupakan berita-berita nasional yang menunjukkan bahwa gambut di Indonesia telah banyak mengalami kerusakan terutama pada 2 dekade terakhir. Kerusakan gambut terjadi karena aspek lingkungan, keseimbangan sosial dan perkembangan teknologi cenderung diabaikan pada kegiatan pemanfaatan lahan. 1
2 2 Gambar 1.1 Beberapa Koran Online yang Melaporkan Kerusakan Gambut di Indonesia (Sumber: nasional.kompas.com; mediaindonesia.com; kabar24.bisnis.com; poskotanews.com; industri.bisnis.com; republika.co.id, diakses 6 Februari 2016) Salah satu contoh kerusakan lahan gambut di Indonesia disebabkan oleh kesalahan tata kelola gambut yang terjadi pasca pengerjaan Proyek Pengembangan lahan gambut (PLG) sejuta hektar pada tahun Kerusakan lahan gambut pasca PLG menimbulkan dampak negatif antara lain: (1) munculnya senyawa pirit akibat kesalahan pembangunan sistem saluran induk menyebabkan turunnya ph tanah dan kematian ikan secara masal, (2) sering terjadi banjir pada musim penghujan, (3) terjadinya kebakaran lahan pada musim kemarau akibat penurunan daya serap gambut, (4) hampir punahnya spesies tumbuhan dan hewan pada ekosistem air hitam, (5)
3 3 menurunnya hasil produksi perikanan, (6) hilangnya sumber pendapatan masyarakat lokal dari hasil hutan, dan (7) hasil pertanian menurun (Mitchel dkk, 2010; Marwadi, 2007). Kerusakan lahan gambut dapat dihindari dengan pemanfaatan lahan gambut yang disertai oleh perencanaan yang matang. Perencanaan pemanfaatan lahan gambut seharusnya memerhatikan hal-hal berikut: (1) gambut mudah terdekomposisi sehingga mudah rusak apabila dimanfaatkan dalam kondisi aerob, (2) tanah gambut memiliki tingkat kesuburan yang rendah, (3) kandungan asam organik dan kemasaman gambut tinggi, (4) gambut mudah menyimpan karbon dan mudah melepaskannya, (5) gambut mengandung lapisan pirit yang dapat menurunkan ph tanah dan bersifat racun, (6) gambut mudah terbakar, (7) ketebalannya menentukan jenis penggunaan lahan yang dapat diusahakan, dan (8) gambut dapat bersifat hidrofobis (Noor 2004; Adinugroho dkk, 2005; Syahbuddin dan Muhammad, 2012). Kebijakan pemanfaatan gambut di Indonesia lebih mengarah pada pemanfaatan lahan gambut dibandingkan dengan upaya perlindungannya, salah satunya di Kabupaten Barito Kuala. Kabupaten Barito Kuala merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Kalimantan Selatan yang 40,54% wilayahnya merupakan lahan gambut (Bappeda, 2013). Namun belum ada peraturan yang khusus mengatur pengelolaan gambut. Gambar 1.2 menunjukkan letak lokasi penelitian di Kabupaten Barito Kuala yang merupakan lahan gambut bagian dari Cekungan Antiklinal Gambut Delta Barito. Lahan gambut di Delta Barito menunjukkan adanya kerusakan yang dicirikan oleh penyusutan luas gambut. Tahun 1953 lahan gambut di Delta Barito seluas
4 ha, Tahun 1972 luas lahan gambut ha menandakan terjadinya penyusutan sebesar 48,6% selama 20 tahun. Tahun 1992 luas lahan gambut menjadi ha dengan besar penyusutan 63,6%. Penyusutan gambut terjadi akibat pembukaan lahan dan kegiatan pertanian. (Wijk, 1952; Lembaga Penelitian Tanah, 1972; Jansen dkk, 1992 dalam Sarwani, 1995). Tahun 2007 pada penelitian J.A. Eko Tjahyono diketahui luas gambut yang terdapat di Cekungan Antiklinal Gambut seluas ha yang mencakup 4 kecamatan di Kabupaten Barito Kuala, yaitu: Kecamatan Barambai, Kecamatan Tabukan, Kecamatan Wanaraya, dan Kecamatan Marabahan. Gambar 1.2 Lokasi Cekungan Antiklinal Gambut Delta Barito, Kabupaten Barito Kuala Terhadap Pulau Kalimantan (Sumber: Google Earth)
5 5 1.2 Rumusan Masalah Perkembangan usaha peningkatan kesejahteraan penduduk berdampak pada pemanfaatan lahan gambut yang lebih intensif dan mendorong perluasan konversi hutan alami gambut menjadi lahan budidaya. Perubahan penggunaan lahan gambut akan merubah kualitas lahan gambut yang apabila tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan degradasi lahan dan memberikan dampak negatif pada masyarakat yang tinggal dan memanfaatkan lahan gambut. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan lahan gambut dan pemanfaatan lahan gambut secara berkelanjutan adalah konservasi lahan gambut. Salah satu upaya konservasi lahan gambut di Indonesia adalah dibuatnya beberapa kebijakan mengenai perlindungan gambut, antara lain: Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997, Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008, Instruksi Presiden No. 10 Tahun 2011, dan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun Namun, Peraturan-peraturan yang berlaku untuk pengelolaan lahan gambut cenderung hanya memerhatikan sudut pandang aspek fisik gambut. Pelaksanaan konservasi lahan gambut tidak bisa diterapkan hanya berdasarkan kondisi fisik lingkungan, namun seharusnya lebih komprehensif dengan memertimbangkan karakteristik fisik gambut dan karakteristik masyarakat yang tinggal dan atau memanfaatkan lahan gambut (Noor, 2010). Masyarakat yang tinggal di kawasasan gambut di Indonesia tidak hanya terdiri dari masyarakat asli daerah tetapi juga masyarakat pendatang dari luar pulau. Perbedaan latar belakang dan budaya dapat berpengaruh terhadap pola pemanfaatan lahan dan penerimaan terhadap programprogram konservasi lahan gambut.
6 6 Kompleksitas hubungan antara manusia dan lingkungan di dalam sebuah kawasan gambut membentuk sebuah sistem yang khas dan dinamis. Pemahaman terhadap dinamika sebuah sistem manusia-lingkungan (human-environment system) dapat dijadikan landasan yang lebih kuat dalam penentuan sebuah kebijakan di sebuah wilayah (Scholz dan Claudia, 2004), salah satunya untuk kajian penentuan strategi konservasi lahan gambut. Penelitian konservasi lahan gambut yang bersifat integratif antara aspek manusia dan fisik lingkungan pada lahan gambut masih jarang dilakukan di Indonesia. Penelitian lahan gambut di Indonesia lebih banyak pada rehabilitasi gambut yang telah mengalami degradasi seperti penelitian Aziz dkk (2015) tentang manajemen air untuk rehabilitasi rawa gambut di Sei Ahas, Kalimantan Tengah, Indonesia, Yaranita (2014) merumuskan strategi pembangunan hutan rakyat untuk rehabilitasi lahan gambut di Kalimantan Tengah, dan Suryadi (2013) yang meneliti dampak pembendungan kanal terhadap watak fisika dan kimia gambut ombrogen dalam usaha pemulihan lahan gambut terdegradasi. Penelitian mengenai perlindungan gambut yang telah dilakukan merupakan penelitian mengenai pencegahan kebakaran yang dilakukan oleh Purnasari (2011) di Sumatera Selatan dan Akbar (2012) di Kalimantan Tengah. Metode yang dapat digunakan untuk mengetahui sistem manusia-lingkungan pada gambut adalah metode System Thinking. Metode System Thinking merupakan metode yang dikembangkan dengan berdasarkan pada sistem berfikir pada masalah yang kompleks dengan membuat hubungan kausal antarvariabel. Metode System Thinking digunakan untuk mengetahui pola hubungan karakteristik fisik lahan gambut dan karakteristik sosial ekonomi masyarakat yang tinggal dan memanfaatkan lahan
7 7 gambut di daerah penelitian yang dibuat berdasarkan penggunaan lahan, karakteristik fisik gambut, dan karakteristik sosial ekonomi masyarakat, sehingga dapat dijadikan landasan untuk perumusan strategi konservasi gambut. Berdasarkan penjelasan tersebut maka, penelitian strategi konservasi gambut dibuat dengan rumusan sebagai berikut: 1. mengapa kawasan gambut di Cekungan Antiklinal Gambut Delta Barito perlu untuk dikonservasi? a. apa jenis penggunaan lahan aktual di Cekungan Antiklinal Gambut Delta Barito Tahun 2015? b. seperti apa karakteristik fisik lahan dan karakteristik sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar Cekungan Antiklinal Gambut Delta Barito? c. seperti apa pola hubungan karakteristik fisik lahan dan karakteristik sosial ekonomi masyarakat di Cekungan Antiklinal Gambut Delta Barito? 2. apa jenis strategi konservasi gambut yang dapat diterapkan di Cekungan Antiklinal Gambut Delta Barito? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini antara lain: 1. mengetahui penyebab gambut di Cekungan Antiklinal Gambut Delta Barito perlu dikonservasi a. mengidentifikasi jenis penggunaan lahan aktual di Cekungan Antiklinal Gambut Delta Barito Tahun 2015
8 8 b. menganalisis karakteristik fisik lahan dan karakteristik sosial ekonomi masyarakat yang tinggal dan memanfaatkan gambut di sekitar Cekungan Antiklinal Gambut Delta Barito c. memformulasikan pola hubungan karakteristik fisik lahan dan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar Cekungan Antiklinal Gambut Delta Barito 2. merumuskan strategi konservasi gambut di Cekungan Antiklinal Gambut Delta Barito 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian konservasi lahan gambut di Cekungan Antiklinal Gambut Delta Barito memiliki 2 jenis manfaat, yaitu manfaat empiris dan manfaat dalam bidang ilmu pengetahuan. 1. Manfaat pada bidang ilmu pengetahuan: diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan bahan referensi bagi kajian ilmiah yang lebih luas dan mendalam mengenai konservasi gambut 2. Manfaat empiris: diharapkan dapat menjadi bahan informasi pengolahan lahan gambut agar dapat dimanfaatkan secara optimal tanpa merusak lingkungan oleh pemilik lahan pertanian dan sebagai bahan informasi untuk pembuatan kebijakan pengelolaan lahan dan pemanfaatan gambut yang berkelanjutan di Kabupaten Barito Kuala dan untuk peningkatan ekonomi wilayah pada bidang pertanian
9 9 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian strategi konservasi gambut berdasarkan pola hubungan karakteristik fisik lahan dan karakteristik sosial ekonomi di Kabupaten Barito Kuala tidak terlepas dari penelitian sebelumnya sebagai perbandingan dan sebagai referensi kajian literatur. Penelitian mengenai konservasi lahan gambut belum banyak dilakukan. Penelitian perlindungan gambut lebih dominan pada upaya pencegahan kebakaran lahan seperti yang telah diteliti oleh Purnasari (2011) di Sumatera Selatan dan Akbar (2012) di Kalimantan Tengah. Penelitian konservasi dan manajemen lahan gambut berdasarkan perspektif ekologi telah dilakukan oleh Silvie F. Forest (2001) di Kanada. Penelitian upaya rehabilitasi lahan gambut telah diteliti oleh U Edi Suryadi Tahun 2013 pada usaha pemulihan gambut terdegradasi di Kalimantan Tengah akibat proyek lahan gambut sejuta hektar. Persamaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah teknik pengumpulan data, yaitu dengan survei lapangan, wawancara dan observasi, dan teknik analisis data yang menggunakan analisis SWOT. Perbedaan penelitian strategi konservasi gambut dengan penelitian sebelumnya yang menjadi dasar keaslian penelitian ini adalah strategi konservasi yang dilakukan pada penelitian ini berdasar pada sistem manusia-lingkungan. Pembuatan sistem manusia-lingkungan menggunakan metode System Thinking yang membentuk pola hubungan tertentu antara aspek fisik lahan dan sosial ekonomi masyarakat, sehingga strategi konservasi yang dibuat bersifat menyeluruh.
10 Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Penulis/ No Tahun 1 Silvie F. Forest/ Purnasari / Acep Akbar /2012 Judul Tujuan Metode Hasil Peatland Management and Conservation in Boreal Alberta, Canada Strategi Pencegahan Kebakaran Hutan Berbasis Masyarakat (Kajian Biofisik, Ekonomi, Sosial, dan Budaya Masyarakat Kawasan Suaka Margasatwa Padang Sugihan Provinsi Sumatera Selatan) Pencegahan Kebakaran Hutan Rawa Gambut Berbasis Masyarakat di Hutan Konservasi Mawas Kalimantan Tengah Mengembangkan metode kunci pengelolaan ekologi lahan gambut menggunakan standar Alberta Wetland Inventory (AWI) dan menguji apakah klasifikasi pada AWI sama dengan penilaian langsung di lapangan Mengkaji penyebab kebakaran hutan di Suaka Margasatwa (SM) Padang Sugihan dan merumuskan strategi pencegahan kebakaran hutan berbasis masyarakat. Mempelajari kemungkinan/ peluang diterapkannya pen-cegahan kebakaran berbasis masyarakat melalui penelitian identifikasi faktor - faktor pendukung sosial yang ada di masyarakat sekitar hutan Kuantitatif dengan ANOVA Deskriptif kualitatif Analisis data kuantitatif (uji Chi-square, korelasi, regresi, dan ujimultivariat) dan kualitatif dengan analisis SWOT Kunci pengelolaan lahan gambut dikembangkan untuk penilaian lanskap dan evaluasi ekologis pada tanah. Penilaian menunjukkan bahwa jenis sumber daya lahan gambut dapat berkisar antara umum (hampir 30%) hingga langka (<0,02%) dan hanya satu jenis lahan gambut yang tidak terpengaruh oleh gangguan linear. Klasifikasi AWI tidak sama dengan klasifikasi dengan penelitian langsung dilapangan untuk kelompok tanaman, tapi AWI dapat digunakan untuk mengidentifikasi habitat spesies langka. Penyebab kebakaran, yaitu: kegiatan sonor, nglebung, mencari kayu dan kelalaian. Strategi pencegahan kebakaran, yaitu: (1) memaksimalkan sumberdaya yang ada, (2) menggabungkan sumberdaya yang ada di pemerintah dan masyarakat dalam upaya rehabilitasi SM Padang Sugihan, (3) meningkatkan kesejahteraan masyarakat (4) meningkatkan peranserta masyarakat dalam upaya pencegahan kebakaran melalui penguatan kelembagaan Masyarakat Peduli Api (MPA) Masyarakat memiliki kearifan lokal dalam mengatasi kebakaran lahan gambut yang meluas akibat pembukaan lahan, yaitu dengan memiliki kepercayaan bahwa hutan perlu dijaga, dan dilindungi serta sebagai bentuk penghormatan pada para leluhur. Masyarakat dayak juga mempunyai disiplin yang kuat dalam menjalankan adat, selain itu jarak rumah dan ladang cukup jauh, sehingga pembakaran tidak langsung membahayakan penduduk. Masyakarat dayak yang tinggal di sekitar hutan mawas mudah menerima strategi pencegahan kontemporer, sehingga kegiatan pencegahan kebakaran berbasis masyarat dapat dilakukan dengan baik. Ketidakefektifan kegiatan pencegahan kebakaran yang sedang berlangsung sekarang adalah ketidakmerataan penyuluhan yang dilakukan pemerintah terhadap masyarkat. 10
11 Lanjutan Tabel 1.1 No Penulis/ Tahun Judul Tujuan Metode Hasil 4. U Edi Suryadi/ 2013 Dampak Pembendungan Kanal terhadap Watak Fisika dan Kimia Gambut Ombrogen dalam Usaha Pemulihan Lahan Terdegradasi Memahami perbedaan karak-teristik fisika dan kimia tanah gambut terdegradasi di sekitar kanal dranase; memahami hubungan curah hujan, jeluk muka air tanah, dan jeluk muka air kanal; memahami watak fisika, kimia, dan jeluk muka air tanah alami Kuantitatif dengan analisis hubungan dan regresi Fluktuasi tinggi muka air tanah dan tinggi muka air kanal berhubungan erat dan sangat erat dengan curah hujan. Jeluk muka air tanah sekitar kanal yang dibendung mendekati lapisan atas tanah di musim kemarau dan tidak terjadi pada tanah gambut sekitar kanal tanpa bendungan. Gambut sekitar kanal yang dibendung memiliki jeluk muka air tanah hampir mendekati lengas tanah tersedia pada tanah bergambut alami untuk mendukung pertumbuhan vegetasi serta kemasaman tanah, kandungan bahan organik dan C organik meningkat secara signifikan. 5 Noor Husna Khairisa/ 2015 Strategi Konservasi Gambut (Studi Pola Hubungan Karakteristik Fisik Lahan dan Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Barito Kuala Menentukan strategi konser-vasi gambut berdasarkan pola hubungan karakteristik fisik gambut dan karakteristik sosial ekonomi masyarakat di Kabupaten Barito Kuala Kualitatif dengan metode System Thinking dan analisis SWOT 1. Konservasi gambut perlu dilakukan karena lahan gambut telah menunjukkan kerusakan dan telah memberikan dampak negatif terhadap masyarakat yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap lahan pertanian 2. Pengelolaan lahan gambut di daerah penelitian lebih ditekankan pada pencegahan kebakaran, peningkatan penghasilan masyarakat, dan peningkatan kualitas masyarakat. Sumber: Keaslian Penelitian,
disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara
Lebih terperinciKEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT
KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT Dr. David Pokja Pangan, Agroindustri, dan Kehutanan Komite Ekonomi dan Industri
Lebih terperinciPemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut
SUMBER DAYA AIR Indonesia memiliki potensi lahan rawa (lowlands) yang sangat besar. Secara global Indonesia menempati urutan keempat dengan luas lahan rawa sekitar 33,4 juta ha setelah Kanada (170 juta
Lebih terperincidampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau
dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 1999 TENTANG PEDOMAN UMUM PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PENGEMBANGAN LAHAN GAMBUT DI KALIMANTAN TENGAH PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sebagian dari kawasan hutan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia terjadi setiap tahun dan cenderung meningkat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Peningkatan kebakaran hutan dan lahan terjadi
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Sebaran luas lahan gambut di Indonesia cukup besar, yaitu sekitar 20,6 juta hektar, yang berarti sekitar 50% luas gambut tropika atau sekitar 10,8% dari luas daratan Indonesia.
Lebih terperinciKata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam
Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Pengelolaan Hutan Gambut Koordinator : Ir. Atok Subiakto, M.Apl.Sc Judul Kegiatan : Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Terdegradasi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan rawa gambut merupakan suatu ekosistem yang unik dan di dalamnya terdapat beranekaragam flora dan fauna. Hutan rawa gambut memainkan suatu peranan yang penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan hutan di Sumatera Utara memiliki luas sekitar 3.742.120 ha atau sekitar 52,20% dari seluruh luas provinsi, luasan kawasan hutan ini sesuai dengan yang termaktub
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman hayati (biological
Lebih terperinciPada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan jangka panjang ke dua (PJP II) dan tahun terakhir pelaksanaan Repelita VI. Selama kurun waktu Pembangunan Jangka
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN, Menimbang : a. bahwa gambut merupakan tipe ekosistem lahan
Lebih terperinciDISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI
PERAN EKOSISTEM HUTAN BAGI IKLIM, LOKAL, GLOBAL DAN KEHIDUPAN MANUSIA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN
Lebih terperinciModul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis
ix H Tinjauan Mata Kuliah utan tropis yang menjadi pusat biodiversitas dunia merupakan warisan tak ternilai untuk kehidupan manusia, namun sangat disayangkan terjadi kerusakan dengan kecepatan yang sangat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rawa merupakan sebutan bagi semua lahan yang tergenang air, yang penggenangannya dapat bersifat musiman ataupun permanen dan ditumbuhi oleh tumbuhan (vegetasi). Di Indonesia
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan gambut merupakan salah satu tipe ekosistem yang memiliki kemampuan menyimpan lebih dari 30 persen karbon terestrial, memainkan peran penting dalam siklus hidrologi serta
Lebih terperinciKERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN
KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN Oleh: Dini Ayudia, M.Si. Subbidang Transportasi Manufaktur Industri dan Jasa pada Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA & LH Lahan merupakan suatu sistem yang kompleks
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah harus dipandang sebagai upaya pemanfaatan sumberdaya ruang agar sesuai dengan tujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU No.5 Tahun 1960). Penataan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam merupakan
Lebih terperinci3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa
3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa Lahan basah non rawa adalah suatu lahan yang kondisinya dipengaruhi oleh air namun tidak menggenang. Lahan basah biasanya terdapat di ujung suatu daerah ketinggian
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi kehidupan manusia baik secara ekonomi, ekologi dan sosial. Dalam Undangundang Nomor 41 Tahun 1999 disebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Provinsi Kalimantan Tengah memiliki luas km 2 atau 1,5 kali luas
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Provinsi Kalimantan Tengah memiliki luas 153.567 km 2 atau 1,5 kali luas Pulau Jawa, terletak di garis ekuator atau di tengah-tengah kawasan Asia Pasifik
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PP 57/2016
PAPARAN BRG TENTANG IMPLEMENTASI PP 57/2016 Jakarta, 25 April 2017 PEMBENTUKAN BADAN CLICK RESTORASI EDIT GAMBUT MASTER TITLE STYLE Dibentuk dalam rangka percepatan pemulihan kawasan dan pengembalian fungsi
Lebih terperinciRENCANA INDUK (MASTER PLAN)
RENCANA INDUK (MASTER PLAN) REHABILITASI DAN KONSERVASI KAWASAN PENGEMBANGAN LAHAN GAMBUT DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PUSAT RENCANA DAN STATISTIK KEHUTANAN BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN DEPARTEMEN KEHUTANAN
Lebih terperinciKeberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan
Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya juga memiliki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat merupakan lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang biak secara alami. Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan lingkungan seperti banjir, erosi dan longsor terjadi dimana-mana pada musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau terjadi kekeringan dan kebakaran hutan
Lebih terperinciPERANAN SUMBERDAYA ALAM DALAM PERTANIAN
PAB245 (3-0) PERANAN SUMBERDAYA ALAM DALAM PERTANIAN Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI Sumberdaya Alam Sumberdaya alam adalah segala unsur
Lebih terperinciKonservasi Lingkungan. Lely Riawati
1 Konservasi Lingkungan Lely Riawati 2 Dasar Hukum Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber
Lebih terperinciV. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE
V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE Berdasarkan tinjauan pustaka yang bersumber dari CIFOR dan LEI, maka yang termasuk dalam indikator-indikator ekosistem hutan mangrove berkelanjutan dilihat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi kesejahteraan manusia. Keberadaan sumber daya alam dan manusia memiliki kaitan yang sangat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN 7 Latar Belakang Tekanan terhadap sumberdaya hutan menyebabkan terjadinya eksploitasi yang berlebihan, sehingga sumberdaya hutan tidak mampu lagi memberikan manfaat yang optimal. Tekanan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan yang dilaksanakan oleh pemerintahan daerah di Indonesia sejak adanya otonomi daerah harus terintegrasi antar berbagai sektor. Pembangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 3,2 juta ha (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar mulai dari Sumatera,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Distribusi dan status populasi -- Owa (Hylobates albibarbis) merupakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Distribusi dan status populasi -- Owa (Hylobates albibarbis) merupakan satwa endemik di Kalimantan Tengah. Distribusi owa (H. albibarbis) ini terletak di bagian barat daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dan kawasan konservasi memiliki korelasi yang kuat. Suatu kawasan konservasi memiliki fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial sedangkan manusia memiliki peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DAS Biru yang mencakup Kecamatan Bulukerto dan Kecamatan Purwantoro berdasarkan peraturan daerah wonogiri termasuk dalam kawasan lindung, selain itu DAS Biru
Lebih terperinciPEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK PERTANIAN
PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK PERTANIAN Terbentuknya gambut pada umumnya terjadi dibawah kondisi dimana tanaman yang telah mati tergenang air secara terus menerus, misalnya pada cekungan atau depresi,
Lebih terperinciTopik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon
Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon 1 Presentasi ini terbagi menjadi lima bagian. Bagian pertama, memberikan pengantar tentang besarnya karbon yang tersimpan di lahan gambut. Bagian kedua membahas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah,
Lebih terperinciINDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN
INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomi, ekologi dan sosial yang tinggi. Hutan alam tropika
Lebih terperinciTEKNIK REHABILITASI (REVEGETASI) LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI Sumbangsih Pengalaman dan Pembelajaran Restorasi Gambut dari Sumatera Selatan dan Jambi
TEKNIK REHABILITASI (REVEGETASI) LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI Sumbangsih Pengalaman dan Pembelajaran Restorasi Gambut dari Sumatera Selatan dan Jambi Oleh Bastoni dan Tim Peneliti Balai Litbang LHK Palembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pulau-pulau : Kalimantan, Sumatera dan Irian Jaya. Gambut adalah tanah lunak,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki lahan gambut seluas 27.000.000 ha yang terpusat di pulau-pulau : Kalimantan, Sumatera dan Irian Jaya. Gambut adalah tanah lunak, organik, sulit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat yang masih memiliki nilai-nilai dan kultur tradisional. Sejak jaman dahulu, mereka tidak hanya
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DAN KONSERVASI LAHAN GAMBUT
PENGEMBANGAN DAN KONSERVASI LAHAN GAMBUT Pendahuluan Dewasa ini lahan gambut merupakan lahan alternatif yang digunakan sebagai media untuk melakukan aktivitas di bidang pertanian. Mengingat lahan pertanian
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam semesta ini. Bagi umat manusia, keberadaan air sudah menjadi sesuatu yang urgen sejak zaman
Lebih terperinciBAB X. PENGELOLAAN EKOSISTEM HUTAN BERBASIS EKOLOGI
BAB X. PENGELOLAAN EKOSISTEM HUTAN BERBASIS EKOLOGI A. Pendahuluan Daya tarik ekosistem dan lingkungan dunia memberikan isyarat dan tantangan, dan membujuk jiwa yang selalu mau menguasainya tanpa henti,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kaedah dasar yang melandasi pembangunan dan perlindungan lingkungan hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah dasar ini selanjutnya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut Lahan gambut merupakan suatu ekosistem rapuh, karena lahan tersebut berada pada suatu lingkungan rawa, yang terletak di belakang (backswamp) tanggul sungai (Levee).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang mendayagunakan sumberdaya alam dan diharapkan dapat. menjamin kehidupan di masa yang akan datang. Sumberdaya alam yang tidak
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pertambangan adalah bagian dari kegiatan pembangunan ekonomi yang mendayagunakan sumberdaya alam dan diharapkan dapat menjamin kehidupan di masa yang akan datang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan sumberdaya alam tambang di kawasan hutan telah lama dilakukan dan kegiatan pertambangan dan energi merupakan sektor pembangunan penting bagi Indonesia.
Lebih terperinciTINJUAN PUSTAKA. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal
TINJUAN PUSTAKA Ekosistem Mangrove Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, dan hutan payau (bahasa Indonesia), selain itu, hutan mangrove oleh masyarakat
Lebih terperincimampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan
Latar Belakang Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang utama memegang posisi penting dalam kelestarian lingkungan. Kemerosotan kemampuan tanah yang ditunjukkan dengan meningkatnya laju erosi dari
Lebih terperinciKONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN
KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN oleh: Ruhyat Hardansyah (Kasubbid Hutan dan Hasil Hutan pada Bidang Inventarisasi DDDT SDA dan LH) Kawasan Hutan Hutan setidaknya memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan luas, hutan tropis Indonesia menempati urutan ke tiga setelah Brasil dan Republik Demokrasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan terhadap perubahan lingkungan juga akan meningkat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk. Sementara itu areal pertanian produktif di daerah padat penduduk terutama di Jawa terus menyusut akibat
Lebih terperinciLAHAN GAMBUT TERDEGRADASI SRI NURYANI HIDAYAH UTAMI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI SRI NURYANI HIDAYAH UTAMI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA PENYEBAB Kebakaran hutan penebangan kayu (illegal logging, over logging), perambahan hutan, dan konversi lahan Salah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk dan masuknya migrasi penduduk di suatu daerah, maka akan semakin banyak jumlah lahan yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan sandang, papan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya
Lebih terperinciWorkshop Monitoring Teknologi Mitigasi dan Adaptasi Terkait Perubahan Iklim. Surakarta, 8 Desember 2011
Workshop Monitoring Teknologi Mitigasi dan Adaptasi Terkait Perubahan Iklim Surakarta, 8 Desember 2011 BALAI BESAR LITBANG SUMBER DAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan dan lain - lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Penurunan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di wilayah pesisir yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tanahnya memiliki sifat dakhil (internal) yang tidak menguntungkan dengan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sulfat masam merupakan salah satu jenis lahan yang terdapat di kawasan lingkungan rawa dan tergolong ke dalam lahan bermasalah karena tanahnya memiliki sifat dakhil
Lebih terperinciRehabilitasi dan Pengelolaan Lahan Gambut Bekelanjutan
Rehabilitasi dan Pengelolaan Lahan Gambut Bekelanjutan Dr. Muhammad Syakir, MS Kepala Kongres Nasional VII Perkumpulan Masyarakat Gambut Indonesia (HGI) dan Seminar Pengelolaan Lahan Sub-optimal Secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sistem yang kompleks dan terdiri dari komponen utama seperti vegetasi (hutan), tanah, air, manusia dan biota lainnya. Hutan sebagai
Lebih terperincii:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...
itj). tt'ii;,i)ifir.l flni:l l,*:rr:tililiiii; i:.l'11, l,.,it: I lrl : SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI DAFTAR SINGKATAN viii tx xt xii... xviii BAB
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciNOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM Menimbang: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL
Lebih terperinciLatar Belakang. Gambar 1. Lahan gambut yang terbakar. pada lanskap lahan gambut. Di lahan gambut, ini berarti bahwa semua drainase
1 2 Latar Belakang Gambar 1. Lahan gambut yang terbakar. Banyak lahan gambut di Sumatra dan Kalimantan telah terbakar dalam beberapa tahun terakhir ini. Kebakaran gambut sangat mudah menyebar di areaarea
Lebih terperinciMENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG MEKANISME PENCEGAHAN PENCEMARAN DAN/ATAU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN/ATAU LAHAN MENTERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 km (Rompas 2009, dalam Mukhtar 2009). Dengan angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu
I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sumberdaya hutan tropis yang dimiliki negara Indonesia, memiliki nilai dan peranan penting yang bermanfaat dalam konteks pembangunan berkelanjutan. Manfaat yang didapatkan
Lebih terperinciPELESTARIAN HUTAN DAN KONSERFASI ALAM
PELESTARIAN HUTAN DAN KONSERFASI ALAM PENDAHULUAN Masalah lingkungan timbul sebagai akibat dari ulah manusia itu sendiri, dari hari ke hari ancaman terhadap kerusakan lingkungan semakin meningkat. Banyaknya
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan tropis di Indonesia meliputi areal seluas 143 juta hektar dengan berbagai tipe dan peruntukan (Murdiyarso dan Satjaprapdja, 1997). Kerusakan hutan (deforestasi) masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yang terkandung di dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami di lahan yang relatif
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi prioritas dunia saat ini. Berbagai skema dirancang dan dilakukan
Lebih terperinciKONSERVASI Habitat dan Kalawet
113 KONSERVASI Habitat dan Kalawet Kawasan hutan Kalimantan merupakan habitat bagi dua spesies Hylobates, yaitu kalawet (Hylobates agilis albibarbis), dan Hylobates muelleri. Kedua spesies tersebut adalah
Lebih terperinciBAB III PROBLEM LINGKUNGAN DI SUMATERA SELATAN. penjelasan mengenai keterlibatan INGO World Agroforestry Centre (ICRAF) di Indonesia
BAB III PROBLEM LINGKUNGAN DI SUMATERA SELATAN Provinsi Sumatera Selatan memiliki masalah terkait dengan lingkungannya yang disebabkan dan menyebabkan banyak masalah lain yang melanda Sumatera Selatan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Hutan rawa gambut adalah salah satu komunitas hutan tropika yang terdapat di
PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan rawa gambut adalah salah satu komunitas hutan tropika yang terdapat di Indonesia. Hutan rawa gambut mempunyai karakteristik turnbuhan maupun hewan yang khas yaitu komunitas
Lebih terperinciKEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa
Lebih terperinciPembangunan Kehutanan
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Pembangunan Kehutanan Sokoguru Pembangunan Nasional Berkelanjutan Dr. Ir. Hadi Daryanto, DEA (Sekretaris Jenderal) Disampaikan dalam Seminar
Lebih terperinciReklamasi Rawa (HSKB 817)
Reklamasi Rawa (HSKB 817) Oleh: Novitasari Kompetensi Setelah mengikuti materi ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan perencanaan reklamasi rawa. 1 Kompetensi Mengenal Konsep Pengelolaan Rawa Mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai wilayah di Nusantara. Kerusakan hutan mangrove ini disebabkan oleh konversi lahan menjadi areal
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia, yaitu manfaat ekologis, sosial maupun ekonomi. Tetapi dari berbagai
Lebih terperinciAPP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut
APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut Jakarta, 12 November 2015 Asia Pulp & Paper Group (APP) menyambut baik instruksi Presiden Indonesia untuk perbaikan pengelolaan lahan gambut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelolaan praktek model agroforestri yang mempunyai fungsi ekonomi dan ekologi, akhir-akhir ini menjadi perhatian khusus. Banyak kawasan hutan yang beralih fungsi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Lanskap Hutan. Istilah lanskap secara umum dipahami sebagai bentang alam yang
5 TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Hutan Istilah lanskap secara umum dipahami sebagai bentang alam yang memiliki karakter unik sebagai resultante aksi dan interaksi dari berbagai faktor, baik alami maupun pengaruh
Lebih terperinciNo baik hayati berupa tumbuhan, satwa liar serta jasad renik maupun non-hayati berupa tanah dan bebatuan, air, udara, serta iklim yang saling
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5460 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 180) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki mangrove terluas di dunia (Silvus et al, 1987; Primack et al,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ekosistem mangrove di dunia saat ini diperkirakan tersisa 17 juta ha. Indonesia memiliki mangrove terluas di dunia (Silvus et al, 1987; Primack et al, 1998), yaitu
Lebih terperinci