Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP. khususnya dalam pengelolaan sumberdaya air irigasi. Pengelolaan sumberdaya

ACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PROGRAM PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Kegiatan usaha ini harus diiringi oleh perhatian terhadap keseimbangan

I. PENDAHULUAN. produksi hanya diterima petani setiap musim sedangkan pengeluaran harus

BAB I PENDAHULUAN. 275 juta orang pada tahun Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

I. PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG

ADMINISTRASI KELOMPOK TANI

BAB I PENDAHULUAN. Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

BAB VII FAKTOR-FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGORGANISASIAN KEGIATAN USAHATANI

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

Kesimpulan. Bab Sembilan. Subak sebagai organisasi tradisional yang memiliki aturan (awigawig)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

RENCANA DEFINITIF KELOMPOK (RDK) TAHUN...

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

KELEMBAGAAN AGRIBISNIS PADA BERBAGAI TIPE DESA

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB IV PENUTUP. sebelumnya bahwa penulis menarik kesimpulan dalam penelitian tentang peran

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) merupakan daerah agraris dan

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sangat diandalkan sebagai salah satu tumpuan. dalam memulihkan kondisi perekonomian masyarakat, bahkan secara

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Belayu. Sumber air irigasi ke dua subak ini adalah dari Bendung Cangi yang

A. Definisi dan Tujuan Usaha Tani

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian dilaksanakan melalui 2 (dua) program. Program peningkatan ketahanan pangan dan (2) Program

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar pekerjaan utama

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN KEGIATAN KINERJA PENYALURAN DAN PEMANFAATAN KREDIT PROGRAM PERTANIAN KKPE DI PROVINSI BALI

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

V. DESKRIPSI UMUM PT PADI ENERGI NUSANTARA (PEN) 5.1 Pembentukan PT Padi Energi Nusantara (PEN)

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan (4) menjadi basis

BAB I PENDAHULUAN. energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Tidak perlu di ragukan lagi

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Pertanian di Indonesia Tahun Pertanian ** Pertanian. Tenaga Kerja (Orang)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menuju kemandirian sebagai daerah otonom tersebut, pemerintah daerah

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

III KERANGKA PEMIKIRAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG

PENDAHULUAN. mereka berniat meningkatkan produksi padi semaksimal mungkin menuju

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG, KACANG HIJAU DAN SAPI DALAM MODEL KELEMBAGAAN PETANI, PERMODALAN DAN PEMASARAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. terbesar kedua setelah sektor pariwisata (perdagangan, hotel, dan restoran).

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Tanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pertumbuhan pasar dalam negeri bagi sektor-sektor nonpertanian

DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1)

BAB I PENDAHULUAN. petani identik dengan kehidupan pedesaan. Sebagian besar petani yang ada di

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

Peran Bank Jateng Dalam Implementasi Program. Kredit Ketahanan Pangan Dan Energi (KKP-E)

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan.

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

III KERANGKA PEMIKIRAN

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.

Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI

PENDAHULUAN Latar Belakang

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 154 TAHUN 1980 TENTANG

Transkripsi:

Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi I. Pendahuluan Visi pembangunan pertanian di Indonesia adalah terwujudnya masyarakat yang sejahtra khususnya petani melalui pembangunan sistem agribisnis dan usaha-usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi. Pengembangan pembangunan pertanian di Bali khususnya tanaman pangan tidak dapat dilepaskan dengan keberadaan subak yang telah terbentuk sejak dahulu yang bersifat sosio-agraris-religius dan berkembang terus sebagai organisasi pengelola air dan lain-lain dipersawahan. Telah banyak program pertanian dari pemerintah untuk meningkatkan kesejahtraan petani melalui organisasinya yaitu subak. Namum kenyataannya tingkat pendapatan petani selaku anggota subak di Bali masih relatif rendah, khususnya yang bersumber dari usaha tani di lahan sawah. Belum diperolehnya hasil yang oftimal, khusnya dalam peningkatan kesejahteraan atau pendapatan petani disebabkan oleh berbagai factor antara lain terbatasnya lahan sawah, sebagian besar petani berstatus sebagai penyakap, kurangnya permodalan, biaya produksi yang tinggi atau tidak memadai, fluktuasi harga gabah, terbatasnya kemampuan untuk beragribisnis. Guna mengatasi masalah di atas, diperlukan adanya upaya pemberdayaan subak sebagai basis pembangunan pertanian tanaman pangan (padi) yaitu mewujudkan subak sebagai lembaga ekonomi dan tidak semata-mata sebagai lembaga pengelola air irigasi, tetapi dipacu sebagai lembaga ekonomi pedesaan. 1

Oleh karena itu pemberdayaan subak diarahkan untuk memperkuat subak dalam konteks agribisnis, agar mampu menciptakan jaringan produksi dan pemasaran yang tangguh, guna meningkatkan kemampuan finansialnya. II. Tinjauan Singkat Mengenai Agribisnis Berbasis Subak. Salah satu contoh bentuk kelembagaan pada aktivitas pertanian yang mendasarkan diri pada bentuk kelembagaan komunitas adalah subak. Subak mempunyai hak otonomi secara penuh untuk membentuk pengurus, mengatus keuangan, membuat peraturan (awig-awig), melaksanakan sanksi, menjaga ketertiban dan kesejahteraan anggota. Selain mengatur pengairan, ia juga mengatur waktu penyiapan lahan, penaburan benih, penanaman, dan mengatur pergiliran tanaman Pertanian merupakan sejenis proses produksi yang khas yang didasarkan pada pertumbuhan tanaman, dimana para petani mengatur dan menggiatkan pertumbuhan tanaman tersebut didalan suatu usaha taninya. Agribisnis merupakan suatu keseluruhan aktivitas bisnis di bidang pertanian yang saling terkait dan saling tergantung satu sama lain, mulai dari : (1) sub -sistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi; (2) sub-sistem usaha tani; (3) sub-sistem pengolahan dan penyimpanan hasil (agroindustri); (4) sub -sistem pemasaran, dan (5) sub-sistem penunjang, yang meliputi lembaga keuangan, taransportasi, penyuluhan, pelayanan informasi agribisnis, penelitian, kebijakan pemerintah dan asuransi agribisnis. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa agribisnis adalah merupakan segala usaha ekonomi yang berkaitan dengan usaha tani, yang meliputi usaha 2

pengadaan sarana produksi, usaha tani, usaha pengolahan hasil-hasil pertanian, dan usaha perdagangan sarana produksi dan produk-produk pertanian. Ciri-ciri pokok agribisnis meliputi : berorientasi pada pasar/ bersifat komersial yang ditandai oleh sebagaian besar sarana produksinya dibeli dan hasilnya dijual dipasar, rasional dan ekonomis, serta senantiasa berupaya memperoleh manfaat ekonomi yang maksimal dalam artian segala keputusan didasarkan pada pertimbangan ekonomi, bukan sosial. Subak mempunyai potensi yang memungkinkan untuk melakukan kegiatankegiatan ekonomi diantaranya adalah : adanya pengelolaan dana oleh subak, adanya pemanfaatan sarana produksi pertanian yang didasarkan pada periode tanamnya, adanya produksi pertanian, khususnya padi yang dihasilkan, adanya usaha ekonomis yang pernah dilakukan, seperti simpan pinjam dan adanya kebutuhan alat-alat dan mesin pertanian. Namun disisi lain banyak tantangan yang dihadapi oleh organisasi subak sebagai pengelola air irigasi didalam meningkatkan daya saing hasil pertanian. Tantangan tersebut meliputi: kualitas produk yang diminta seiring dengan meningkatnya pendapatan mereka, kontinuitas suplai, yaitu adanya jaminan ketersediaan produk untuk menciptakan pasar yang terpelihara, ketepatan waktu pengiriman produk pertanian, teknologi yang memadai pada setiap sub sistem agribisnis, kualitas sumber daya pada setiap subsistem agribisnis dan investasi disektor pertanian. 3

III. Peranan Subak dalam Pengembangan Agribisnis Padi. Berdasarkan karakreristik atau keberadaan yang dimiliki oleh subak, maka peranan subak dalam mengembangkan agribisnis tanaman padi dapat dilihat dari komponen kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh subak itu sendiri antara lain : 3.1. Adanya Awig-Awig atau Aturan yang Mengikat. Awig-awig subak merupakan seperangkat aturan yang memuat ketentuanketentuan yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan oleh seluruh anggota subak termasuk pengurusnya. Semua anggota subak, wajib memenuhi aturan-aturan yang termuat dalam awig-awig tersebut. Ini berarti bahwa terdapat suatu kekuatan di dalamnya yang dapat dimaksimalkan sehinggga pengelolaan usaha tani, yang berorientasi pada agribisnis dapat ditingkatkan. Beberapa aturan penting yang bisa tertuang dalam awig-awig subak meliputi : (1) distribusi dan alokasi air irigasi; (2) Penetapan pola tanam dan jadwal tanam; (3) pengelolaan keuangan subak; (4) Penyelenggaraan usaha agribisnis, dan lain -lain. Kekuatan dari awig-awig subak ini adalah adanya sanksi baik yang bersifat material maupun inmaterial yang dikenakan kepada anggota subak yang melanggarnya. Sehubungan dengan peranan subak dalam pengembangan agribisnis padi; awig-awig ini yaitu yang mengatur petani untuk berusaha tani secara kompak melalui pilihan jenis tanaman, varietas, dan jadwal penanaman akan memberikan suatu kekuatan bagi subak untuk mengusahakan kegiatan bisnis. Anggota subak yang tidak melakukan penanaman pada waktu yang ditentukan, tidak menananm varietas yang 4

disepakati akan dikenakan sanksi. Kegiatan bisnis yang dapat dikembangkan sehubungan dengan hal ini adalah penyediaan sarana produksi, seperti benih, pupuk dan pestisida sesuai dengan kebutuhan atau luas areal. Jika subak yang mngusahakan sendiri kebutuhan sarana produksi pertanian tersebut maka subak akan memiliki usaha bisnis dalam penyediaan sarana produksi dan tentunya adanya penerimaan atau keuntungan bagi lembaga subak. 3.2. Adanya Pertemuan-pertemuan Rutin Pada Subak Pertemuan-pertemuan rutin di subak yang biasa disebut sangkepan. Penentuan hari sangkepan dilakukan melalui kesepakatan diantara anggota dan pengurus subak. Anggota subak yang tidak hadir pada hari sangkepan akan dikenakan sanksi. Pada setiap sangkepan diselenggarakan beberapa acara pokok seperti pemanfaatan air irigasi, pemecahan masalah-masalah yang dihadapi anggota subak atau petani. Sangkepan ini biasanya dihadiri pula oleh PPL9 Penyuluh Pertanian Lapangan dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Sangkepan subak merupakan salah satu kekuatan yang dimiliki subak untuk terwujudnya kekompakan, khususnya di dalam pengambilan keputusan-keputusan yang berhubungan dengan pengelolaan usaha tani padi sawah misalnya : pengaturan pola tanam, jadwal tanam dan penentuan varietas yang ditanam dapat diputuskan melalui sangkepan tersebut. Dengan demikian sangkepan ini merupakan salah satu komponen kekuatan yang perlu dipertahankan oleh subak dalam kaitan pengembangan agribisnis padi. 5

3.3. Adanya Iuran-Iuran Wajib Iuran-iuran adalah sebagai salah satu upaya yang dilakukan subak untuk memperkuat penguatan modal atau keuangan subak. Bagi anggota yang tidak membayar iuran akan dikenakan sanksi, antara lain berupa penutupan air. Sanksi inilah yang menyebabkan para petani anggota subak selalu menepati kewajibannya untuk membayar iuran. Iuran ini biasanya dipungut setiap bulan atau setiap panen padi, atau jika diperlukan dengan adanya perbaikan-perbaikan saluran irigasi. Sehubungan dengan peran subak dalam pengembangan agribisnis padi, merupakan salah satu komponen kekuatan bagi subak untuk mengembangkan agribisnis padi. Melalui iuran ini subak dapat masukan modal yang selanjutnya dapat dikelola lagi untuk kepentingan atau penyediaan modal usaha bagi anggota subak. Artinya bahwa jika iuran petani dapat ditingkatkan maka penerimaan subak juga secara nyata akan meningkat dan selanjutnya para petani anggota subak dapat memanfaatkan untuk keperluaan usaha tani dengan nilai yang lebih besar melalui pinjaman subak. 3.4. Adanya Usaha-Usaha Simpan Pinjam. Dengan adanya pungutan iuran dari anggota subak baik setiap bulan maupun setiap panen, ini akan menambah modal bagi subak. Modal yang terkumpul ini dapat dikelola melalui kegiatan pinjaman dengan suku bunga tertentu. Anggota yang tidak mengembalikan pinjaman atau tidak membayar bunga akan dikenakan sanksi baik berupa denda atau penutupan air irigasi. Dalam kaitannya dengan peranan subak dalam mengembangkan agribisnis padi, simpan pinjam ini juga dapat membantu petani untuk memenuhi kebutuhan 6

usahanya termasuk juga konsumsi keluarganya, membantu petani untuk mempertahankan harga produk yang lebih baik atau layak, karena kebutuhan uang tunai secara mendesak dapat diperoleh melalui pinjaman subak. 3.5. Adanya Usaha Tani Yang Terpola Penetapan pola tanam dan jadwal tanam akan ditentukan melalui musyawarah mufakat diantara anggota subak dengan memperhatikan rekomendasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Ini berarti bahwa para anggota subak akan menyiapkan diri untuk melakukan pembibitan guna memenuhi batas waktu yang telah ditetapkan. Pelanggaran atas batas waktu ini akan dikenakan sanksi berupa denda yang besarnya ditentukan melalui rapat anggota. Dalam hubungannya dengan peranan subak dalam pengembangan agribisnis, penanaman yang terpola merupakan salah satu komponen kekuatan dalam subak untuk menata anggotanya di dalam melakukan usaha tani secara serempak. Artinya subak dapat mengatur distribusi air irigasi ke masing-masing tempek secara tepat, penyediaan sarana produksi seperti benih, pupuk, pestisida secara kompak. Dan juga dapat ditujukan waktu panen sehingga pasar dapat dikelola olah anggotanya. 3.6. Terbentuknya Koperasi Tani Pada Subak Seperti diketahui bahwa subak telah melakukan kerja sama dengan beberapa lembaga keuangan seperti Bank BRI yang dalam hal ini adalah penyediaan sarana produksi, uang garap, dalam bentuk kredit usaha tani. Para petani melalui subaknya terlebih dahulu menyedikan RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) yang dibuat untuk mengetahui kebutuhan sarana produksi yang dibutuhkan masing-masing anggota subak pada musim tanam padi. Ini berarti bahwa para petani telah terbiasa 7

untuk melakukan persiapan-persiapan mengenai kebutuhan sarana produksi untuk tanaman padinya, termasuk juga administrasi pengembalian pinjaman atau kredit usaha taninya melalui Bank BRI. Melalui koperasi inilah para petani juga secara individual memperolah sarana produksi seperti benih, pupuk dan obat-obatan,baik secara tunai maupun kredit. Dikaitkan dengan peranan subak dalam agribisnis padi, pengalaman kemitraan dengan lembaga keuangan seperti Bank BRI dan juga adanya Koperasi Tani merupakan suatu komponen kekuatan dalam subak untuk melakukan usaha bisnis. 3.7. Adanya Nilai Religi Dalam Subak Seperti diketahui bahwa subak memiliki sifat sosio-agraris-religius. Nilai religius ini juga merupakan pengejawantahan dari filosopi subak yaitu Tri Hita Karana (Parahyahngan yaitu hubungan antara manusia dengan Tuhan, Pawongan yaitu hubungan antara manusia dengan sesama dan Palemahan yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungannya). Dengan adanya nilai religius di subak para petani selalu merasa tergantung kepada keberadaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang dimanifestasikan dengan penyelenggaraan kegiatan ritual atau keagamaan. Atau dengan kata lain setiap petani anggota subak dengan kebersamaan selalu mengadakan kegiatan ritual dalam pelaksaan usaha tani. Dengan demikian rasa kebersamaan anggota subak dalam kegiatan ritual merupakan suatu kekuatan internal subak dalam mendukung pengembangan agribisnis dalam subak. 8

3.8. Adanya Sikap Petani Yang Positif Terhadap Agribisnis. Sikap petani yang dimaksud adalah adanya suatu kecendrungan yang terdapat dalam diri individu-individu petani sebagai anggota subak terhadap pengembangan agribisnis melalui organisasi subaknya. Hal ini bisa dilihat dari sikap petani dalam melakukan usaha taninya seperti : penggunaan sarana produksi yang berkualitas dan memadai, penggunaan benih yang bermutu, pemeliharaan tanaman yang baik, melakukan pasca panen yang baik dan memasarkan hasil panen secara lebih menguntungkan. Sikap petani yang demikian ini adalah merupakan sesuatu komponen kekuatan dalam mengembangkan usaha agribisnis IV. Kesimpulan dan Saran 4.1. Kesimpulan Berdasarkan kajian yang telah diuraikan di atas bahwa subak sangat berperan sekali dalam mendukung pengembangan agribisnis padi. Hal ini sudah barang tentu sangat terkait dengan karakteristik atau keberadaan subak itu sendiri yang merupakan suatu organisasi taradisional di Bali yang bersipat sosio-agraris-religius.yang mempunyai komponen-komponen kekuatan yang terkandung di dalamnya yang sangat mendukung pengembangan agribisnis padi di Bali. Komponen-komponen kekuatan subak antara lain : 1. Adanya awig-awig yang mengikat; 2. Adanya pertemuan rutin subak; 3. Adanya iuran-iuran rutin; 9

4. Adanya usaha simpan pinjam di subak; 5. Usahatani yang terpola atau ketatnya pola tanam yang ditetapkan; 6. Terbentuknya Koperasi Tani; 7. Nilai religi dalam subak; 8. Sikap petani yang positif terhadap agribisnis. Sedangkan komponen-komponen kelemahannya antara lain : 1. Rata-rata penguasaan sawah yang relatif sempit. 2. Setatus petani banyak sebagai penyakap; 3. Terbatasnya kemampuan permodalan; 4. Terbatasnya kemampuan managemen administrasi; 5. Rendahnya pengetahuan petani mengenai agribisnis; 6. Tidak memiliki tempat menyimpanan gabah. 4.2. Saran. Untuk meningkatkan peran subak dalam pengembangan agribisnis padi dapat dilakukan dengan melakukan beberapa strategi kegiatan antara lain : 1. Penyedian subsidi sarana produksi pertanian oleh Pemerintah. 2. Peningkatan peran koperasi dalam penyediaan sarana produksi. 3. Peningkatan modal usaha simpan pinjam di subak. 4. Pengembangan kemitraan di subak. 5. Peningkatan teknologi pertanian melalui pengembangan program pertanian. 10

6. Peningkatan pengetahuan tentang agribisnis. 7. Pengembangan penanganan pasca panen. 8. Memprogramkan asuransi pertanian. 9. Pembentukan lembaga pembeli gabah petani. 10. Mempermudah mekanisme pemberian kredit kepada petani. 11. Penyedian jalan usaha tani pada subak. 11