Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN REMOTE SENSING DALAM KEGIATAN EKSPLORASI GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

ANALISIS STRUKTUR KEKAR ZONA MINERALISASI EMAS MIOSEN AKHIR

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

BAB I PENDAHULUAN. administratif termasuk ke dalam provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Pulau

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian

Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

PENDUGAAN ZONA MINERALISASI GALENA (PbS) DI DAERAH MEKAR JAYA, SUKABUMI MENGGUNAKAN METODE INDUKSI POLARISASI (IP)

BAB I PENDAHULUAN I.1

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB IV PROSPEK MINERAL LOGAM DI DAERAH PENELITIAN

GEOLOGI DAERAH KOMPLEK GUNUNG PALASARI MANGLAYANG DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SUMEDANG, PROVINSI JAWA BARAT TUGAS AKHIR A

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Struktur Geologi dan Sebaran Batubara daerah Bentian Besar, Kabupaten Kutai Barat, Propinsi Kalimantan Timur

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GEOLOGI DAERAH CIHEA DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BOJONGPICUNG KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. curam, hanya beberapa tempat yang berupa dataran. Secara umum daerah Pacitan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

INTERPRETASI RESERVOIR HIDROKARBON DENGAN METODE ANALISIS MULTI ATRIBUT PADA LAPANGAN FIAR

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

PENYELIDIKAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LEMBAR PETA...

BAB 3. PENDEKATAN DAN METODOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989).

BATUAN BASALT (lanjutan) Batuan basalt di lapangan

PEMETAAN GEOLOGI. A. Peta Geologi. B. Pemetaan Geologi

BAB I PENDAHULUAN. digemari masyarakat. Hal ini dikarenakan emas selain digunakan sebagai

Untuk mengetahui ketelitian dari hasil groundtruth dan diperoleh 83.67% maka klasifikasi dianggap benar. (Purwadhi, 2001) Pembahasan

JUDUL TUGAS AKHIR PEMETAAN GEOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA ALOS DI DAERAH PEGUNUNGAN SELATAN ( Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah )

STUDI ALTERASI DAN MINERALISASI DAERAH TAMBAKASRI DAN SEKITARNYA, KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN KABUPATEN MALANG, PROVINSI JAWA TIMUR

Disusun Oleh: Alva. Kurniawann

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia memiliki daerah vulkanik yang berlimpah. Sebagian besar

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1.

KOMPONEN PENGINDERAAN JAUH. Sumber tenaga Atmosfer Interaksi antara tenaga dan objek Sensor Wahana Perolehan data Pengguna data

GEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI DAERAH SUKARESMI, KABUPATEN CIANJUR TANJUNGSARI, KABUPATEN BOGOR DAN SEKITARNYA, PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

ISTILAH DI NEGARA LAIN

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2011

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

KONTROL STRUKTUR JALUR MINERALISASI EMAS PADA URAT-URAT KUARSA DI BAWAH TANAH LEVEL 600 M 500 M DI PERTAMBANGAN EMAS PONGKOR, JAWA BARAT

LOGO PEMBAHASAN. 1. Pemetaan Geomorfologi, NDVI dan Temperatur Permukaan Tanah. 2. Proses Deliniasi Prospek Panas Bumi Tiris dan Sekitarnya

Kata kunci : Metode geomagnet, Mineral Sulfida, Foward Modeling, Disseminated.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin

ANOMALI IMBUHAN PADA SEGMEN ZONA TRANSFER SISTEM FLUVIAL CIKAPUNDUNG, JAWA BARAT

POTENSI ENDAPAN EMAS SEKUNDER DAERAH MALINAU, KALIMANTAN TIMUR

PENGINDERAAN JAUH D. SUGANDI NANIN T

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan

Optimizing Remote Sensing Data for Guiding Geothermal Exploration

HASIL DAN PEMBAHASAN Luas DAS Cileungsi

PEMANFAATAN CITRA LANDSAT 7 ETM+ UNTUK PEMETAAN POTENSI MINERALISASI EMAS DI KAWASAN GUNUNG DODO, KABUPATEN SUMBAWA, NTB

PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI AMPALLAS KABUPATEN MAMUJU, PROVINSI SULAWESI BARAT

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

SNI Standar Nasional Indonesia. Tata cara umum penyusunan laporan eksplorasi bahan galian BSN. ICS Badan Standardisasi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur 1

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan emas biasanya digunakan sebagai standar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambar 1. Lokasi kesampaian daerah penyelidikan di Daerah Obi.

BAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

STUDI ALTERASI DAN MINERALISASI EMAS BERDASARKAN ANALISIS PETROGRAFI CONTO INTI PEMBORAN DAERAH ARINEM, KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III LANDASAN TEORI

GEOLOGI DAERAH CIAMPEA-LEUWILIANG, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT TUGAS AKHIR A

INTERPRETATION OF GEOLOGICAL STRUCTURE AND LITHOLOGY BY LANDSAT 8 AND SRTM IMAGERY IN REMBANG DISTRICT AND ITS SURROUNDING

Pemetaan Sebaran Endapan Mineral Logam Berdasarkan Interpretasi Data Polarisasi Terimbas di Lapangan X PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT)

INTRUSI VULKANIK DI PERAIRAN SEKOTONG LOMBOK BARAT

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya

, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Potensial Mineral dengan Menggunakan Metode Gravitasi di Lapangan A, Pongkor, Jawa Barat

Cara memperoleh Informasi Tidak kontak langsung dari jauh Alat pengindera atau sensor Data citra (image/imagery) a. Citra Foto Foto udara

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA)

BAB IV HIDROGEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem bijih porfiri berasal dari fluida magmatik hidrotermal bertemperatur tinggi,

EKSPLORASI ENERGI PANAS BUMI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOFISIKA DI LAPANGAN PANAS BUMI TAMBU, KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH.

bdtbt.esdm.go.id Benefits of Remote Sensing and Land Cover

Gambar 4.15 Kenampakan Satuan Dataran Aluvial. Foto menghadap selatan.

Transkripsi:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Aplikasi Metode Penginderaan Jauh (Remote Sensing) untuk Eksplorasi Endapan Emas di Wilayah Kecamatan Cimanggu Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten Application Remote Sensing Methode for Gold Deposite Exploration in Cimanggu District, Pandeglang Regency, Banten Province 1 Nurdin Syaeful Bahri, 2 Nana Sulaksana, 3 Dudi Nasrudin Usman. 1,3 Prodi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung, 2 Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjajaran, Jl. Tamansari No.1 Bandung 40116 email: 1 nurdin.syaefulbahri@gmail.com Abstract. AS the development increasingly sophisticated technology, to efficiently time and cost in exploration activities can be done one of them by using remote sensing method which can be applied as one of the methods in determining gold potential zone in a particular region. Supported by controlling factors such as geological conditions, types of mineralization and alteration, geological structure, straightness, morphology, river flow patterns and vegetation anomalies. The observation area is limited by IUP Exploration of PT Cibaliung Sumberdaya with area of 7893,36 Ha located in Ciamnggu District, Pandeglang Regency, Banten Province. Gold deposit in Cimanggu area was first discovered by a local prospector in 1994 estimated to have 12,800 kg gold metal reserves or equivalent to 411.5 oz Au with an epithermal gold type low sulfidation in the form of a geologically structured vein that has a Northwest direction - Southeast. Based on the Regional Geological Map of the Research Region entered into the Honje Formation, this unit consists of litologies breccia volcanic, tuff, lava, andesites - basalt and corkscrew. Based on the interpretation of Landsat image using some software such as ER Mapper and ArcGis obtained the result surface lithology map consisting Aluvium, Andesite Lava, Breccia, Tuff and Andesite Piroklastik. While the results image interpretation SRTM obtained alignment with the general direction in quadrants 2 and 4. Because the hydrothermal in area is epithermal low sulfidation, whereas in addition to the high-impact hydrothermal solution is meteoric water. Rocks that have a high gold deposit potential in the research area are tuff and hydrothermal breccias that show the direction / trend corresponding to the geological data and geological structure of the local research area. In other words, the determination of exploration IUP of PT Cibaliung Sumberdaya is appropriate, because the area with interpretation using remote sensing shows similar results. Keywords: Exploration, Remote Sensing, Image, Epithermal Low Sulfidation, Potential. Abstrak. Seiring berkembangnya teknologi yang semakin canggih, sehingga dubutuhkan suatu cara dalam kegiatan eksplorasi agar lebih efisien baik dasri sisi waktu, biaya maupun sumberdaya manusia, salah satunya dengan menggunakan metode Penginderan Jauh (remote Sensing) yang dapat diaplikasikan dalam menentukan zona potensi emas pada suatu wilayah tertentu. Dengan didukung oleh faktor faktor pengontrol diantaranya kondisi geologi, jenis mineralisasi dan alterasi, struktur geologi, kelurusan, morfologi, pola aliran sungai dan anomali vegetasi. Wilayah pengamatan dibatasi oleh IUP Eksplorasi PT Cibaliung Sumberdaya yang memiliki luasan seluas 7893,36 Ha yang berlokasi diwilayah Kecamatan Ciamnggu, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Cebakan emas pada daerah Cimanggu pertama kali ditemukan oleh seorang lokal prospector pada tahun 1994 yang diperkirakan memiliki cadangan logam emas sebesar 12.800 kg atau setara dengan 411,5 oz Au dengan jenis emas epithermal low sulphidation berupa urat yang secara struktur geologi yang memiliki arah Barat Laut Tenggara. Berdasarkan Peta Geologi Regional Daerah Penelitian masuk kedalam Formasi Honje, satuan ini terdiri dari litologi berupa breksi gunung api, tuff, lava, andesit basal dan kayu terkersikkan. Hasil interpretasi citra Landsat menggunakan beberapa piranti lunak diantaranya ER Mapper dan ArcGis didapatkan hasil berupa peta litologi permukaan yang terdiri dari Aluvium, Lava Andesit, Breksi, Tuff dan Andesit Piroklastik. Sedangkan hasil interpretasi citra SRTM didapatkan kelurusan dengan arah umum di kuadran 2 dan 4. Tipe endapan dilokasi yaitu epithermal sulfidasi rendah, dimana selain larutan hidrothermal yang berpengaruh tinggi adalah air meteorik. Batuan yang memiliki potensi deposit emas tinggi pada wilayah penelitian adalah tuff dan breksi hidrothermal yang menunjukan arah/trend yang sesuai dengan data geologi dan struktur geologi lokal wilayah penelitian. Dengan kata lain penentuan IUP eksplorasi PT Cibaliung Sumberdaya sudah tepat, Karena wilayah tersebut dengan penginterpretasian menggunakan penginderaan jauh memperlihatkan hasil yang serupa. Kata kunci : Eksplorasi, Penginderaan Jauh, Citra, Epithermal Sulfidasi Rendah, Potensi. 475

476 Nurdin Syaeful Bahri, et al. A. Pendahuluan Latar Belakang Kegiatan eksplorasi emas itu sendiri dilakukan dengan menggunakan metode eksplorasi baik secara langsung (direct exploration) maupun tidak langsung (indirect exploration) seperti pemetaan geologi, parit/sumur uji, pemboran eksplorasi, eksplorasi geokimia dan eksplorasi geofisika. Kegiatan eksplorasi bertujuan untuk mengetahui kondisi geologi, sebaran dan tipe pembentukan bahan galian, khususnya dalam penelitian kali ini yaitu emas diwilayah tersebut. Dalam kegiatan eksplorasi secara langsung, salahsatu hambatan terbesar adalah kegiatan lapangan yang membutuhkan waktu relatif panjang dan biaya yang relatif mahal, terutama untuk daerah yang belum terjamah dan area yang luas. Seiring berkembangnya teknologi yang semakin canggih, untuk mengefisiensikan waktu dan biaya dalam kegiatan eksplorasi dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan metode Penginderan Jauh (remote Sensing) yang dapat diaplikasikan sebagai salahsatu metode dalam menentukan zona potensi emas pada suatu wilayah tertentu. Dengan didukung oleh faktor faktor pengontrol diantaranya kondisi geologi, jenis mineralisasi dan alterasi, struktur geologi, kelurusan, morfologi, pola aliran sungai dan anomali vegetasi. Tujuan Penelitian 1. Menentukan karakteristik litologi menggunakan metode Penginderaan Jauh disekitar wilayah Kecamatan Cimanggu. 2. Menentukan karakteristik struktur geologi dan kelurusan menggunakan Penginderaan Jauh disekitar Kecamatan Cimanggu. 3. Memetakan sebaran potensi emas disekitar wilayah Kecamatan Cimanggu. B. Landasan Teori 1. Penginderaan Jauh Penginderaan Jauh adalah serangkaian komponen yang digunakan untuk penginderaan jauh yang meliputi sumber energi, atmosfer, interaksi antara energi dan objek, sensor, perolehan data dan pengguna data (Sutanto, 1992). Terdapat empat komponen dasar dari sistem penginderaan jauh, yaitu target, sumber energi, alur transmisi, dan sensor. Komponen dalam sistem ini bekerja bersama untuk mengukur dan mencatat informasi mengenai target tanpa menyentuh obyek tersebut. Sumber energi yang menyinari atau memancarkan energi elektromagnetik pada target mutlak diperlukan. Energi berinteraksi dengan target dan sekaligus berfungsi sebagai media untuk meneruskan informasi dari target kepada sensor. Sensor merupakan sebuah alat yang mengumpulkan dan mencatat radiasi elektromagnetik. Gambar 1. Komponen Penginderaan Jauh (Remote Sensing) Volume 3, No.2, Tahun 2017

Aplikasi Metode Penginderaan Jauh (Remote Sensing) 477 Sumber Tenaga Sumber tenaga yang digunakan untuk penginderaan jauh diantaranya matahari, bulan, maupun cahaya buatan. Proses penginderaan Jauh dengan menggunakan sumber tenaga radiasi matahari pada siang hari disebut sistem pasif. sedangkan proses penginderaan jauh dengan menggunakan sumber tenaga buatan yang dilakukan pada malam hari disebut sistem aktif (Sutanto, 1992). Atmosfer Atmosfer bersifat selektif terhadap panjang gelombang sehingga hanya sebagaian kecil tenaga elektromagnetik dari radiasi sinar matahari yang dapat mencapai permukaan bumi dan dimanfaatkan untuk penginderaan jauh. Bagian spektrum elektromagnetik yang mampu melalui atmosfer dan dapat mencapai permukaan bumi disebut jendela atmosfer (atmospheric window). gelombang elektromagnetik mengalami hambatan oleh atmosfer bumi (Sutanto, 1992). Interaksi tenaga dengan objek Objek adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran dalam penginderaan jauh seperti atmosfer, biosfer, hidrosfer, dan litosfer. Interaksi antara tenaga atau radiasi dengan objek yang terdapat di permukaan bumi (Sutanto, 1992). Sensor dan wahana Sensor adalah alat yang digunakan untuk melacak, mendeteksi, dan merekam suatu objek dalam daerah jangkauan tertentu. Tiap sensor memiliki kepekaan tersendiri terhadap bagian spektrum elektromagnetik. Kemampuan sensor untuk merekam gambar terkecil disebut resolusi spasial. semakin kecil objekyang dapat direkam oleh sensor, semakin baik kualitas sensor itu (Sutanto, 1992). Perolehan Data Perolehan data dapat dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan interpretasi secara visual. dapat pula dengan cara numerik atau cara digital, yaitu dengan menggunakan komputer. Foto udara pada umumnya di interpretasi secara manual, sedangkan data hasil penginderaan jauh secara elektronik dapat diinterpretasikan secara manual maupun digital atau numerik (Sutanto, 1992). Pengunaan Data Pengguna data (perorangan, kelompok, badan, atau pemerintah) merupakan komponen paling penting dalam penginderaan jauh. Para penggunalah uang dapat menentukan diterima atau tidaknya hasil penginderaan jauh tersebut (Sutanto, 1992). 2. Penginderaan Jauh untuk Geologi Beberapa hal yang dapat diperoleh dari hasil interpretasi foto udara yang berhubungan dalam eksplorasi mineral antara lain: pemetaan pola kelurusan regional yang berhubungan dengan keberadaan lokasi-lokasi pertambangan, pemetaan pola rekahan lokal yang mungkin mengontrol keberadaan jebakan mineral, deteksi hidrotermal dari batuan teralterasi yang berasosiasi dengan jebakan mineral, serta basis data pemetaan geologi. 3. Kelurusan Kelurusan (Lineament) banyak digunakan dalam berbagai kegunaa, yang terkadang sering mempunyai arti yang berlainan. Sebagai contoh kenampakan kelurusan Teknik Pertambangan, Gelombang 2, Tahun Akademik 2016-2017

478 Nurdin Syaeful Bahri, et al. pada potret udara dan citra satelit antara lain, kelurusan zona sesar (rekahan), kelurusan lembah pemekaran, terpotongnya singkapan, sumbu lipatan, kekar, kelurusan intrusi, kelurusan bidang perlapisan batuan, garis batas fasies sedimen, kelurusan sungai (lembah), kelurusan topografi (rendah atau punggungan), kelurusan lapangan minyak dan gas bumi, kelurusan mata air panas, kelurusan dalam geofisika (mahnetik dan gaya berat), kelurusan tumbuhan, kelurusan rona (warna) dan lain lainnya. 4. Alterasi Hidrothermal Alterasi hidrotermal adalah perubahan mineralogi dan komposisi yang terjadi pada batuan ketika batuan berinteraksi dengan larutan hidrotermal. Larutan hidrotermal adalah suatu cairan panas yang berasal dari kulit bumi yang bergerak ke atas dengan membawa komponenkomponen pembentuk mineral bijih. Larutan hidrotermal pada suatu sistem dapat berasal dari air magmatik, air meteorik, connate atau air yang berisi mineral yang dihasilkan selama proses metamorfisme yang menjadi panas di dalam bumi dan menjadi larutan hidrotermal. C. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Sebaran Lithologi Permukaan Hasil pengolahan citra landsat untuk menentukan sebaran litologi dipermukaan didapatkan beberapa litologi antara lain alluvium, lava andesit, breksi, tuf dan andesit piroklastik (gambar 2). Berhubungan dengan tipe endapan emas diwilayah penelitian litologi tersebut dapat diklasifikasikan mana yang berpotensi mana yang tidak. Gambar 2. Peta sebaran lithologi permukaan Pada peta potensi deposit emas (Gambar 3) diperlihatkan yang berwarna merah adalah zona litologi yang berpotensi tinggi terbentuknya tipe endapan hidrothermal. Sebaran potensi deposit emas yang diperlihatkan menunjukan arah umum (Trend) dikuadran 2, seperti yang diperlihatkan pada diagram roset (Gambar 4). Volume 3, No.2, Tahun 2017

Aplikasi Metode Penginderaan Jauh (Remote Sensing) 479 Gambar 3. Peta potensi deposit emas berdasarkan litologi 2. Sebaran Potensi Emas Berdasarkan Kelurusan Berdasarkan pengolahan dengan metode perhitungan Lineament points density didapatkan nilai densitas kerapan tertinggi adalah 21/Km 2 dan nilai terendah adalah 4/Km 2 yang digambarkan dengan peta kerapatan kelurusan (Gambar 4). yang merperlihatkan zonasi kerapatan yang mengindeikasikan zona potensi deposit emas pada wilayah penelian. Dengan arah umum kelurusan terdapat di kuadran 2 (Gambar 5). Gambar 4. Peta Densitas Kelurusan Teknik Pertambangan, Gelombang 2, Tahun Akademik 2016-2017

480 Nurdin Syaeful Bahri, et al. Gambar 5. Arah Umum Kelurusan 3. Sebaran Deposit Emas Berdasarkan Struktur Geologi Lokal Hasil dari pengolahan struktur geologi ini adalah nilai densitas kerapatan struktur dengan nilai tertinggi 23/Km 2 dan nilai terendah 1/Km 2, yang digambarkan dengan peta tematik kerapatan density kelurusan (Gambar 6). Dengan arah umum struktur geologi terletak di kuadran 2 (Gambar 7). Gambar 6. Peta Densitas Struktur Geologi Lokal Gambar 6. Arah Umum Struktur Geologi Volume 3, No.2, Tahun 2017

Aplikasi Metode Penginderaan Jauh (Remote Sensing) 481 D. Kesimpulan 1. Batuan yang memiliki potensi deposit emas diantaranya adalah batuan dengan nilai permeabilitas tinggi pada wilayah penelitian adalah tuff Karena dapat dengan baik meloloskan air melalui bentuk butirnya. Selain itu produk dari sistem hidrothermal pada wailayah penelitian adalah breksi hidrothermal. 2. Kelurusan memiliki nilai kerapatan/densitas kelurusan dan trend/arah azimuth kelurusan, dengan nilai densitas paling tinggi adalah 21.21/Km2 dan yang terendah 2.52/Km2 dengan arah umum dari trend kelurusan berada di kuadran 2 dan 4 dengan range N 150o E N 155o E. 3. Analisis tersebut dibandingkan dengan kondisi asli dilapangan yang dilihat dari Peta Geologi Lokal yang menunjukan arah dari struktur geologi di kuadran 2 dan 4. Dari analisis tersebut membuktikan bahwa hasil interpretasi dengan metode Penginderaan Jauh (Remote Sensing) dapat menjadi metode dalam melakukan tahap eksplorasi awal. E. Saran Penggunaan metode Penginderaan Jauh (Remote Sensing) dapat diaplikasikan sebagai salah satu metode awal dalam kegiatan survey tinjau/prospeksi pada tahapan kegiatan eksplorasi. Daftar Pustaka Hermawan Danny, Gartiwa Iwan, Ismail Said, 1996. Laporan Eksplorasi Mineral Logam Mulia di Daerah Cimanggu Cibaliung, Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung. Jamal, Kusdji D. Kusumah, Syaiful Bahri, Sidarto, Suwijanto, 2014. Interpretasi Geologi Berbasis Data Inderaan Jauh: Rapid Mapping untuk Pemutakhiran Peta Geologi, Skala 1:50.000 Lembar Sumber, Jawa Barat. Pusat Survey Geologi, Bandung. Kim, G yoo-bum, 2003. Contruction of a Lineament Densuty Map with ArcView and Avenue Korea Water Resources Corporation, South Korea. McClay, K. R., 1986. Thrust Tectonics. Chapman and Hall, London. Sudana dan Santosa, 1992. Peta Geologi Lembar Cikarang skala 1 : 100.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Sutanto, 1992. Metode Penelitian Penginderaan Jauh. Gajah Mada University Press. T M. Lillesand, Ralph W. Kiefer, Jonathan W. Chipman, 2015 Remote Sensing and Image Interpretation. Seventh edition, Wiley, Hoboken. Teknik Pertambangan, Gelombang 2, Tahun Akademik 2016-2017