SERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zainal Arifin Nugraha, 2013

KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu. Naskah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan

MENGAPA KITA MEMPELAJARI FILOLOGI???

BAB I PENDAHULUAN. rakyat, sejarah, budi pekerti, piwulang, dll. (Nindya 2010:1). Manfaat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di

BAB I PENDAHULUAN. Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tulis terdiri dari dua bentuk, yaitu karya sastra tulis yang berbentuk

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN. (Ratna, 2004:34). Metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN. pikir manusia demi menunjang keberlangsungan hidupnya. Dalam Kamus Besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai

ANALISIS SEMIOTIK TEKSKIDUNG RUMEKSA ING WENGI

PATHISARI. Wosing těmbung: Sěrat Pangracutan, suntingan lan jarwanipun teks, kalěpasan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kawruh warnining udheng-udhengan (suatu tinjauan filologis) Budi Kristiono C UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN

2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI

Berdasarkan etimologinya, dua kata tersebut kemudian membentuk arti senang berbicara atau senang ilmu (Baried, 1996). Arti ini kemudian berkembang

NASKAH KH ANWAR RANJI WETAN MAJALENGKA. (Kajian Filologis) Proposal Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak hanya berupa arca atau prasasti, tetapi juga dapat berasal dari naskahnaskah

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada kertas, lontar, kulit kayu atau rotan (Djamaris, 1977:20). Naskah

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang sangat kaya. Salah satu kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, dan sastra (Baried, 1983: 4). Cipta sastra yang termuat dalam naskah,

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat dalam teks mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dipegang yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. Filologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu philos yang

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sebuah penelitian diperlukan penggunaan metode yang tepat agar hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibaca dalam peningglan-peninggalan yang berupa tulisan.

KAJIAN STRUKTURAL DALAM SERAT PARARATON: KEN ANGROK

BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ( R P K P S ) DAN BAHAN FILOLOGI NUSANTARA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. tentang kehidupan, berbagai buah pikiran, gagasan, ajaran, cerita, paham dan

Teks, Tekstologi, dan Kritik Teks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung

2014 SAJARAH CIJULANG

2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara atau kerajaan tentu mempunyai sistem hirarki dalam

BAB II KAJIAN TEORI. Filologi adalah suatu ilmu yang objek penelitiannya naskah-naskah lama

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang banyak masyarakat yang berburu naskah-naskah kuna

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa benda (tangible culture) atau budaya-budaya non-benda (intangible

BAB I PENDAHULUAN. hasil pemikiran orang-orang terdahulu yang dituangkan ke dalam sastra dan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, terdiri dari berbagai suku, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra, sebagai bagian dari proses zaman, dapat mengalami

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pengertian Filologi. kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah klasik

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB V PENUTUP. ditemukan dua varian naskah, yaitu naskah Sêrat Driyabrata dengan nomor

BAB I PENDAHULUAN. perpustakaan umum. Perpustakaan umum merupakan tempat atau lokasi yang

BAB I PENDAHULUAN. seperti kebudayaan Minang, Sumba, Timor, Alor dan lain-lain). Dalam Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

Daftar Pustaka (1992). Sastra Perang: Sebuah Pembicaraan mengenai Hikayat Perang Sabil. Jakarta: Balai Pustaka.

Alfian Rokhmansyah, M.Hum.

MANFAAT STUDI FILOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A)

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan terbentuk sebagai hasil sintesis dari pengalaman-pengalaman

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia.

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B)

BAB 1 PENDAHULUAN. Akan tetapi, hingga saat ini masih sedikit peneliti yang memberikan 1 Universitas Indonesia

Pokok Bahasan Rincian Pokok Bahasan Waktu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rizwan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia mempunyai dokumentasi sastra lama yang. berkualitas setara dengan hasil sastra peradaban lain. Semua sastra daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

BAB IV PENUTUP. ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut : A. Simpulan. 1. Sêrat Srutjar merupakan naskah jamak. Ditemukan tiga buah naskah yang

BAB I PENDAHULUAN. warisan leluhur nenek moyang kita sangat beragam dan banyak. menarik perhatian para ilmuwan, salah satunya berupa hikayat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Naskah naskah..., Andriyati Rahayu, FIB UI., Universitas Indonesia

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI SERAT CARETA SAMA UN: SUNTINGAN TEKS DISERTAI ANALISIS RESEPSI. Oleh MUHAMMAD HASAN NIM

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

Transkripsi:

SERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK) SKRIPSI Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Program Strata 1 dalam Ilmu Sastra Indonesia Oleh: Ika Cahyaningrum A2A 008 057 FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012

A. Latar Belakang Masalah Kegiatan penelitian dan penerbitan naskah sastra Indonesia dan sastra daerah banyak dilakukan, melalui Proyek Pembinaan sastra Indonesia dan Daerah, Pusat pembinaan dan Pengembangan bahasa, Bagian Proyek Penelitian, Pengkajian kebudayaan nusantara, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional. Kejayaan bangsa Indonesia pada masa lampau terlihat pada bukti peninggalannya, baik yang berada di dalam maupun di luar negeri. Peninggalan tersebut salah satunya berupa naskah. Naskah merupakan salah satu wujud dokumen sejarah yang banyak mengandung nilai budaya masa lalu. Sesuai pendapat Robson (1978: 8-9) yang mengungkapkan bahwa peninggalan karya sastra klasik, di dalamnya terkandung nilai-nilai rohaniah yang masih relevansi dengan kehidupan masa kini. Naskah 1 pada saat ini kurang populer di masyarakat. Meskipun jumlah naskah di Indonesia sangat banyak, Naskah hanya diperkenalkan dan dipelajari di lembaga pendidikan tertentu, khususnya dalam bidang filologi. Naskah bentuk identitas bangsa merupakan sumber yang tiada ternilai harganya bagi kebudayaan. Namun sejak berkembangnya ilmu kesusastraan di Indonesia, telah banyak memberikan sumbangan yang penting bagi penelitian-penelitian Naskah. Naskah tersebar dan disimpan di berbagai tempat, yaitu: perpustakaan Nasional 2, keraton atau istana, museum, yayasan, pemerintah daerah, masjid, pesantren, Griya Dewantara, Gedung kirtya, Pura Pakualaman, universitas baik dalam negeri maupun luar negeri, balai penelitian bahasa, bahkan disimpan oleh perorangan sebagai koleksi pribadi. Naskah juga terdapat di banyak tempat lainnya karena aktivitas penyidik atau kolektor barang antik (Robson, 1994: 3). Hal ini membuat keberadaan naskah tidak tercatat sehingga sulit untuk ditemukan. Naskah sebagai warisan budaya masa lampau mengandung isi yang sangat kaya dan beraneka ragam (Soeratno, 1985: 4). Isi naskah yang meliputi segala aspek kehidupan, seperti masalah sosial, politik, agama, pendidikan, kebudayaan, ekonomi, bahasa, dan sastra. Oleh karena dibutuhkan penelitian terhadap naskahnaskah tersebut. Djamaris (2002: 5), mengungkapkan aneka ragam dan luasnya isi naskah, sudah tentu membuat penelitian filologi banyak pula. Hasil penelitian filologi dapat digunakan sebagai sumber penelitian sastra khususnya, bahasa, sejarah, agama, undang-undang, adat-istiadat, nilai-nilai budaya, arsitektur, dan obat-obatan. Hal inilah yang menjadi titik tolak diperlukannya penelitianpenelitian filologi. Bachtiar dalam Basuki, (2004: 112), menyatakan bahwa kajian filologi Indonesia dapat menumbuhkan kesadaran terhadap warisan kebudayaan bangsa yang berharga dan berguna bagi pembentukan kebudayaan nasional. Selain keragaman isi, naskah di Indonesia juga memiliki keragaman dari segi huruf atau aksara, bahasa, bentuk, dan bahan yang digunakan Djamaris (2002: 5). dari segi bentuknya naskah ber-genre prosa, prosa berirama, puisi, dan drama. Dari segi aksara atau huruf, naskah ditulis dengan aksara Bali, Jawa, 1 Naskah adalah Semua bahan tulisan tangan peninggalan nenek moyang kita pada kertas, lontar, kulit kayu dan rotan. 2 Perpustakaan Nasional merupakan tempat yang paling banyak menyimpan naskah, mencapai 9.626 naskah yang tertulis dalam bahasa Aceh, Bali, Batak, Makasar, Jawa, Jawa Kuna, Madura, Melayu, Sunda, dan Ternate (Mulyadi, 1994: 5-6).

Sunda, Jawi (Arab-Melayu), Pegon, Bugis, Makasar, Karo, Mandailing, Rejang, Toba, Lampung, dan Kerinci. Sedangkan dari segi bahasa, naskah Nusantara ditulis dengan bahasa Jawa, Sunda, Melayu, Aceh, Batak, Minangkabau, Bugis, Makasar, Banjar, dan Wolio. Behrend dalam Mulyadi (1994:9), mengemukakan bahwa jumlah naskah Jawa di Indonesia dan Eropa pasti lebih dari 19.000, dan masih banyak yang tersimpan di tempat-tempat pribadi baik di Indonesia maupun di luar negeri. Sedangkan tempat penyimpanan naskah-naskah Jawa tersebar di seluruh Pulau Jawa dan Pulau Bali. Naskah Jawa mengalami perkembangan dari masa ke masa, seperti karya sastra Jawa Kuna, sastra Jawa Islam, dan sastra Jawa Baru. Sastra Jawa Kuna berkembang selama enam abad (dari abad ke-9 sampai abad ke-15) yang dimulai pada jaman Sailendra (tahun 700 Saka). Perkembangan sastra Jawa Kuna berpusat di pulau Jawa pada jaman kerajaan Hindu, yaitu jaman Kediri, Singasari, dan Majapahit. Sastra Jawa Islam lahir pada saat ajaran Islam masuk ke pulau Jawa sehingga sastra Jawa Kuna perlahan meredup. Pusat sastra Jawa Islam berada di dekat pantai, yaitu Gresik, Surabaya, Demak, Jepara, dan Cirebon. Sementara perkembangan sastra Jawa Baru berpusat di keraton Surakarta dan Yogyakarta. Naskah jawa yang berkategori tua adalah Serat Mumulen. Naskah Serat Mumulen (Selanjutnya disingkat SM) merupakan salah satu cerita dan Penjelasan tentang acara keraton yaitu berupa Persembahan atau Sesaji 3 untuk Leluhur Keraton Surakarta. Khususnya untuk para Rosul pada masa pakubuwana IX. Naskah Serat Mumulen terdapat di museum Radya Pustaka Surakarta dengan nomor kode SMP RP 83. Kode SMP RP (Surakarta Manuscript Project Radya Pustaka), Kode tersebut didapat dari proyek pembuatan microfilm Naskah kuno sekaligus pembuatan kathalog naskah kuno Radya Pustaka oleh Nancy K. Florida (Cornel University USA) pada tahun 1981. Serat Mumulen terdiri 10 halaman, yang menguraikan tentang Persembahan untuk leluhur kraton Pada Masa Pakubuwana IX. Persembahan yang diberikan pada leluhur kraton. Contoh: Sekul Liwet, Lombok Ejam, Gereh Pethek dan lain lain, mempunyai makna dan arti sendiri. Makanan untuk sesaji sangat beraneka ragam. Naskah SM ditulis dengan aksara Jawa dan berbahasa Jawa, memgandung banyak wawasan sesaji untuk membaca dan mengungkapkan makna sesaji naskah serat mumulen. Makna yang ada di balik Serat Mumulen, akan diungkap dengan teori semiotik. Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Semiotik mempelajari tentang sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti (Pradopo, 2007:119). Naskah yang akan dijadikan sebagai objek penelitian ini adalah naskah asli koleksi museum Radya Pustaka nomor kode SMP RP 83. Dikatakan asli karena tulisan dalam naskah kelihatan kuno. Keadaan naskah baik, tulisan mudah dibaca, penulisannya rapi, belum pernah diteliti, dan terjangkau. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dibahas dapat 3 Media atau sarana untuk mengingat dan mendoakan leluhur

dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana deskripsi naskah Serat Mumulen? 2. Bagaimana suntingan dan terjemahan teks Serat Mumulen? 3. Apa makna yang terkandung dalam naskah Serat Mumulen? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, tujuan penelitian Naskah Serat Mumulen adalah sebagai berikut: 1. Membuat dan menyajikan deskripsi naskah Serat Mumulen. 2. Membuat dan menyajikan suntingan dan terjemahan teks Serat Mumulen. 3. Mengungkap makna yang terkandung dalam naskah Serat Mumulen D. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Tahap pengumpulan data Tahap pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi pustaka, dengan mengumpulkan data-data kepustakaan. Data yang dikumpulkan berupa buku-buku acuan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas. Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri atas dua kategori yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer berupa naskah Serat Mumulen yang disingkat SM. Naskah SM disimpan di Perpustakaan Radya Pustaka Surakarta, dengan nomor kode SMP RP 83. Naskah SM dikaji dan dipahami berdasarkan kata, frasa, kalimat, paragraf, dan peristiwa-peristiawa yang dijelaskan melalui tanda-tanda terentu. Data sekunder dilakukan melalui studi lapangan dengan wawancara terhadap Kanjeng Arya Budayaningrat. Selain itu mencari buku-buku, makalah, artikel, koran, jurnal dan sumber informasi penunjang lainnya yang dapat membantu memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian teks SM. Selain kedua tahapan di atas, tahap yang lain adalah wawancara. Wawancara merupakan dialog yang dilakukan antara pewawancara dengan narasumber untuk memperoleh informasi. Informan yang dimintai informasi adalah para tokoh yang lebih banyak mengetahui pengetahuan tentang dunia sesaji di Keraton. 2. Analisis data Menurut Edward Djamaris di dalam tulisannya Filologi dan Cara Kerja Filologi menyebutkan ada lima langkah kerja efektif untuk melakukan penelitian filologi, yaitu: a. Inventarisasi naskah Tahap ini merupakan tahap awal dimana penulis harus menentukan terlebih dahulu objek (naskah) kajian yang akan diambil. Pencarian ini dilakukan dengan cara studi katalog. Tahap inventarisasi naskah (pengumpulan data) dalam penelitian ini dilakukan melalui pencarian naskah SM ke Museum Radya Pustaka, hingga penulis mengetahui naskah SM secara langsung. b. Deskripsi naskah Pada tahap ini dilakukan pendeskripsian naskah secara objektif, yang mengandung pengertian bahwa naskah dikaji berdasarkan ciri-cirinya

secara alami. Naskah diteliti secara menyeluruh mulai dari judul naskah, ukuran naskah, tempat penyimpanan naskah, pemilik naskah, keadaan naskah, huruf dan aksara naskah yang digunakan dalam teks naskah, bahan naskah, bentuk teks, usia teks naskah, pengarang naskah, kolofon, hingga ringkasan teks atau ikhtisar teks. Langkah ini dilakukan agar dapat diketahui gambaran naskah secara menyeluruh dan objektif (Djamaris, 2002:11). c. Transliterasi Dalam penelitian ini dilakukan transliterasi yaitu pengalihan atau penggantian huruf demi huruf dari abjad satu ke huruf yang lain, yaitu mentranslitkan naskah yang bertuliskan huruf Jawa ke dalam huruf latin. Dalam melakukan transliterasi perlu diikuti pedoman yang berhubungan dengan pemisahan, pengelompokan kata, serta ejaan dan pungtuasi (Baried, 1994:63-64). d. Suntingan teks Menurut Djamaris (2002: 9) menyunting teks dilakukan dengan memperhatikan pedoman ejaan yang berlaku, pemakaian huruf kapital, tanda-tanda baca, penyusunan alinea, dan bagian-bagian cerita. Tujuan dari menyunting teks adalah untuk memudahkan membaca dan memahami teks. Pada tahap ini digunakan metode diplomatik sebagai usaha perbaikan dan pengoreksian naskah ketika proses penulisan (penyalinan) karena dimungkinkan adanya kesalahan-kesalahan penulisan. e. Translasi Translasi adalah alih bahasa. Dalam tahap ini teks yang sudah ditransliterasi kemudian diartikan ke dalam bahasa Indonesia agar dapat dimengerti. Sehingga makna atau pesan dari teks akan terungkap dengan jelas. 3. Penyajian Hasil Analisis Data Hasil analisis data dari penelitian ini disajikan dalam bentuk deskriptif. Menurut Gorys Keraf (1995: 16), deskripsi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek atau hal sedemikian rupa, sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca yang seakan-akan melihat sendiri objek tersebut. Analisis penelitian ini juga menyajikan sebuah suntingan teks yang bersih dari kesalahan tulis agar mudah dibaca dan dipahami oleh masyarakat pada saat ini dan masa mendatang 4. Pendekatan Semiotik penelitian ini penulis menggunakan pendekatan semiotik. Menurut Hartoko (1986:131), semiotik dari kata Yunani semeion yang berarti tanda. Ilmu yang meneliti tanda tanda, sistem sistem tanda dan proses suatu tanda yang dapat diartikan. Pendekatan semiotik digunakan untuk mengetahui simbol dan makna yang terkandung dalam Serat Mumulen. E. Simpulan Serat Mumulen dapat dikategorikan ke dalam naskah berjenis simbolik yaitu dengan cara mempersembahkan sesaji dan mengetahui simbol dan makna sesaji. Naskah Serat Mumulen dengan ukuran 16 x 21 cm ditulis di Surakarta abad 19,

menceritakan tentang acara keraton yakni persembahan atau sesaji untuk leluhur keraton Surakarta Khususnya untuk para Nabi pada pakubuwana IX (1861-1893). Selain mengungkap makna dan simbol, serat mumulen mendiskripsikan tokoh pada masa kerajaan demak, pajang, dan surakarta yang berhubungan dengan kejayaan kerajaan hingga saat ini. Maka setiap tokoh harus diingat dan diberikan sesaji sesuai kriteria yang ada, dengan begitu masyarakat jawa bisa mendo akan para leluhur. Contoh : Kanjeng Sultan Demak diberikan sesaji nasi punar dan sambal kedelai. Sajen tersebut diberikan karena masyarakat berkeyakinan adanya wujud rasa syukur. Analisis Naskah Serat Mumulen menunjukkan bahwa pemaknaan yang dilakukan terhadap naskah Serat Mumulen mempresentasikan simbol-simbol sesaji berupa makanan, bunga dan buah-buahan pada acara hajat mantu di Keraton pada masa Pakubuwana I sampai Pakubuwana X, serta mengungkap penanda dan petanda dalam simbol yang terdapat dalam sesaji. Sesaji adalah media atau sarana untuk mengingat dan mendo akan leluhur. Masyarakat jawa masih mengenal sesaji sampai sekarang. Namun tradisi masyarakat jawa saat ini dianggap mistis, irasional, dan sebutan yang terkesan negatifoleh masyarakat modern. Hanya sedikit yang melihat yang melihat sebagai menifestasi bentuk lain dari do a. Dengan kata lain sesaji diartikan wujud dari sistem Religi masyarakat Jawa. Ada bermacam-macam sesaji dalam kehidupan masyarakat jawa, salah satunya sesaji dalam hajatan pernikahan yang terdapat dalam naskah serat mumulen yang harus dipertahankan.