Pengaruh Konsentrasi Larutan Gula dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Manisan Kering Ubi Jalar (Ipomoea batatas Lamb)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA

FORMULASI BISKUIT KELAPA PARUT KERING DENGAN PERLAKUAN PENYANGRAIAN DAN TANPA PENYANGRAIAN

Pengaruh Suhu Pengeringan Dan Konsentrasi Natrium Metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ) Terhadap Sifat Fisik-Kimia Tepung Biji Durian (Durio zibethinus)

Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA

Kajian Pembuatan Bumbu Dari Bawang Putih (Allium sativum) Dan Daun Jeruk Purut (Cytrus hystrix) Menggunakan Pengering Tipe Rak

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

PENGARUH PENAMBAHAN LABU KUNING (Cucurbita moschata) DAN UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L) TERHADAP KECEPATAN LELEH ES KRIM YANG DIHASILKAN

JURNAL. STUDI PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP NORI RUMPUT LAUT (Gracilaria sp.) DENGAN PENAMBAHAN CABAI RAWIT OLEH FINA RAHMADHANI NIM:

Kata kunci: Sorbet, terong belanda, buah bit, carboxy methyl cellulose, antioksidan.

PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH DENGAN SUKROSA DAN PERBANDINGAN TEPUNG JAGUNG, UBI JALAR DENGAN KACANG HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK JENANG

ABSTRAK. Kata kunci : ampas padat brem, hidrolisis, H 2 SO 4, gula cair

BAB III MATERI DAN METODE. super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun,

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK

ABSTRAK. Kata kunci : puree labu kuning, tapioka, bika ambon.

PENGARUH METODE PERLAKUAN AWAL (PRE-TREATMENT) DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP MUTU FISIK, KIMIA, DAN FUNGSIONAL TEPUNG UBI JALAR UNGU

OLEH : GLADYS AMANDA WIJAYA

PENGARUH KONSENTRASI BUBUR BUAH MANGGA DAN CMC (CARBOXY METHYL CELLULOSE) TERHADAP MUTU SORBET AIR KELAPA

KAJIAN PENGOLAHAN PERMEN RUMPUT LAUT (Glacilaria Sp) DENGAN KONSENTRASI GULA YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN

PEMBUATAN PATI DARI BIJI DURIAN MELALUI PENAMBAHAN NATRIUM METABISULFIT DAN LAMA PERENDAMAN

Kata Kunci : langsat, selai, sukrosa, uji organoleptik, uji proksimat

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN

METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN B. BAHAN DAN ALAT 1. BAHAN 2. ALAT C. TAHAPAN PENELITIAN 1. PENELITIAN PENDAHULUAN III.

KARAKTERISTIK MANISAN NANGKA KERING DENGAN PERENDAMAN GULA BERTINGKAT

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan September Desember 2016 di

KAJIAN PENGOLAHAN PERMEN RUMPUT LAUT (Glacilaria Sp) DENGAN KONSENTRASI GULA YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN

NUTRIFIKAST MAKANAN JAJANAN DARI BAHAN DASAR TEPUNG TERIGU DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TEMPE

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN GARAM DAN SUHU FERMENTASI TERHADAP MUTU KIMCHI LOBAK

KARAKTERISTIK SNACK BARS BERBAHAN DASAR TEPUNG KACANG HIJAU DAN PISANG LOKAL SKRIPSI. Oleh MUHAMMAD DHANY ISMAIL

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP MUTU MINUMAN FERBEET (Fermented Beetroot) SKRIPSI. Oleh :

UJI VARIASI SUHU TERHADAP MUTU KELAPA PARUT KERING PADA ALAT PENGERING KELAPA PARUT (Desiccated Coconut)

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

PENGARUH KONSENTRASI PATI UBI JALAR PADA BAHAN PELAPIS EDIBEL TERHADAP MUTU BUAH SALAK SIDIMPUAN TEROLAH MINIMAL SELAMA PENYIMPANAN SKRIPSI OLEH :

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH KONSENTRASI PEKTIN DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU SELAI NANAS LEMBARAN SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

PEMBUATAN SUSU DARI KULIT PISANG DAN KACANG HIJAU

PEMANFAATAN Gracilaria sp. DALAM PEMBUATAN PERMEN JELLY

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan lokal, termasuk ubi jalar (Erliana, dkk, 2011). Produksi ubi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae)

PENGARUH KONSENTRASI BUSA

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN :

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017 di

PENGARUH KONSENTRASI CARBOXY METHYL CELLULOSE DAN KONSENTRASI GULA TERHADAP MUTU SELAI JAGUNG

AGROTECHNO Volume 1, Nomor 1, April 2016, hal

METODE. Materi. Rancangan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

PENGARUH PERBANDINGAN UBI JALAR UNGU DENGAN AIR DAN KONSENTRASI STARTER TERHADAP MUTU MINUMAN PROBIOTIK SARI UBI JALAR UNGU SKRIPSI OLEH:

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iii. DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR LAMPIRAN... viii. INTISARI...

PENGARUH SUHU PENGERINGAN TERHADAP MUTU ROSELLA KERING (Hibiscus sabdariffa) Rita Hayati, Nurhayati, dan Nova Annisa

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK FLAKE

Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2,3,4

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

Padang, Maret Putri Lina Oktaviani

PENGARUH EDIBLE COATING DARI PATI JAGUNG DAN LAMA PENCELUPAN TERHADAP MUTU BUAH NENAS TEROLAH MINIMAL

HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Prosedur Penelitian 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan yield nata de cassava yang optimal.

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

Pengolahan Sagu (Metroxylon) sebagai Bahan Baku Pembuatan Es Krim

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012

ANALISIS MUTU KECAP AIR KELAPA DENGAN PENAMBAHAN KEDELAI DAN JAGUNG (Analysis of Quality Coconut Water Soy Sauce with the Addition of Soy and Corn)

PENGARUH PERBANDINGAN BUAH NAGA MERAH DENGAN SIRSAK DAN KONSENTRASI AGAR-AGAR TERHADAP MUTU SELAI LEMBARAN

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

PEMANFAATAN RESIDU BREM SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN ARENIA STICKY RICE

3.1. Tempat dan Waktu Bahan dan Aiat Metode Penelitian

JURNAL. PENGARUH PENAMBAHAN JUMLAH KARAGENAN BERBEDA TERHADAP MUTU BAKSO IKAN LOMEK (Harpodon neherreus) OLEH DWI MUARIF

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

METODE. Bahan dan Alat

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2011, Hal Vol. 6, No. 2 ISSN :

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

PENGARUH LAMA FERMENTASI DAN KONSENTRASI GULA TERHADAP MUTU MANISAN KULIT SEMANGKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

PENGARUH FORTIFIKASI ALGA HIJAU BIRU (Spirulina) PADA MAKARONI IKAN PATIN (Pangasius hyppophthalmus) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman umbi-umbian, baik

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG (Zea mays L.) DALAM PEMBUATAN COOKIES. ABSTRACT

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

Pengawetan pangan dengan pengeringan

Studi Komposisi Sari Jagung Manis dan Karagenan Pada Kualitas Jeli Jagung Manis

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

ARTIKEL ILMIAH. Evaluasi Mutu dan Waktu Kadaluarsa Sirup Teh Dari Jumlah Seduh Berbeda RINGKASAN

UJI KOMPOSISI BAHAN BAKU TERASI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PENCETAK TERASI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI PEMBUATAN KERUPUK DARI UBI KAYU DENGAN PENAMBAHAN IKAN PORA-PORA

Transkripsi:

Pengaruh Konsentrasi Larutan Gula dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Manisan Kering Ubi Jalar (Ipomoea batatas Lamb) The Influence of Concentration of Sugar Solution and Drying Temperature on The Quality of Candied Sweet Potato (Ipomoea batatas Lamb) Irhami 1, Chairil Anwar 2, Mulla Keumalawaty 3 1,2,3Prodi Teknologi Hasil Ternak, Politeknik Indonesia-Venezuela (POLIVEN), Jl. Bandara Sultan Iskandar Muda Blang Bintang Aceh Besar 23372, Indonesia Email : irhamistp@yahoo.co.id Abstract This study aims to determine the best concentration of the sugar solution and drying temperature in order to get the good quality of dried candied sweet potato. This research used a completely randomized design (CRD) 3 x 3 factorial design with two factors, namely the concentration of sugar solution and drying temperature. The concentration factor of sugar solution consisted of three levels, namely 60%, 70% and 80%, as well as the drying temperature consists of three levels, namely 50 C, 60 C and 70 C. Thus there were 9 combination treatments with three replications thus obtained 27 experimental unit. The results showed that the concentration of sugar solution was highly significant (P 0.01) on water content and sugar content, but the it was not significant (P> 0.05) to the yield, organoleptic color, aroma and taste of dried candied sweet potato. Drying temperature treatment was highly significant (P 0.01) on yield, moisture content and sugar content, but the it was not significant (P> 0.05) on the organoleptic color, aroma and taste of dried candied sweet potato. The interaction of sugar solution concentration and drying temperature was highly significant (P 0.01) to water content and a significant (P 0.05) on sugar, but the effect was not significant (P> 0.05) on other parameters. Dried candied sweet potato obtained by chemical analysis of treatment of 80% sugar solution concentration and drying temperature 50 C with 50.58% yield characteristics, the water content of 12.09% and 69.14% sugar content, while based on the best quality organoleptic analysis obtained from the treatment of sugar solution concentration of 80% and the drying temperature of 60 C with 3.63% the characteristic color, aroma and flavor 3.60% 3.62%. Keywords: sugar, sweet potato, the drying temperature Pendahuluan Ubi jalar merupakan tanaman pangan yang produktivitasnya cukup tinggi. Tetapi di Indonesia status ubi jalar sebagai komoditas pangan belum setaraf dengan padi atau jagung. Penggunaan ubi jalar sebagai makanan pokok sepanjang tahun terbatas dikonsumsi oleh penduduk di Papua dan Maluku (Rukmana, 1997). Selama ini masyarakat menganggap ubi jalar merupakan makanan masyarakat kelas bawah, padahal ubi jalar memiliki prospek dan peluang yang cukup besar sebagai bahan baku industri pangan seperti tepung, pati dan sebagainya. Ubi jalar sebagai bahan baku industri cukup tersedia karena mudah dibudidayakan. Produksi ubi jalar di Indonesia pada tahun 2004-2005 mencapai sekitar 1,899,222 ton/tahun. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada tahun 2005-2006 20 menghasilkan ubi jalar sekitar 22,985 ton/tahun (BPS, 2005-2006). Menurut data statistik ini, hasil dari ubi jalar di Nanggroe Aceh Darussalam tergolong cukup besar sehingga memiliki peluang untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut. Ubi jalar mengandung zat gizi yang berpengaruh positif pada kesehatan, disamping itu potensi penggunaannya juga cukup luas dan cocok untuk program diversifikasi pangan (Jamrianti, 2007). Salah satu produk olahan dari ubi jalar adalah manisan kering ubi jalar, yaitu irisan ubi yang telah menyerap gula dan dikeringkan. Sampai saat ini manisan kering ubi jalar belum dikenal oleh masyarakat. Namun berbeda dengan manisan lainnya, produk manisan kering ubi jalar dapat diolah setiap waktu karena bahan baku tersedia sepanjang tahun

dan tidak mengenal musim. Seperti manisan buah, pembuatan manisan kering ubi jalar tidak sulit dilakukan. Pengolahan dapat dilakukan dengan alatalat sederhana, dengan cara yang mudah dan biaya murah. Produk manisan kering ubi jalar juga memiliki daya simpan yang lebih lama dikarenakan kandungan gula yang tinggi serta pengeringan yang optimal, sehingga kadar air bahan menjadi rendah. Pada penelitian ini ubi jalar yang digunakan adalah berwarna orange karena banyak mengandung betakaroten yang baik untuk tubuh. Dalam proses pembuatan manisan kering ubi jalar ditambahkan gula yang dapat berfungsi sebagai pemanis dan sekaligus pengawet. Pemberian gula dalam bahan pangan dengan konsentrasi yang cukup tinggi yaitu di atas 70% (atau paling sedikit 40% padatan terlarut) akan menyebabkan sebagian air yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme, atau dengan kata lain aktivitas air (a w) dari bahan pangan menjadi berkurang (Buckle et al., 1987). Karena konsentrasi gula optimum untuk menghasilkan manisan kering ubi jalar yang baik belum diketahui, maka perlu dilakukan penelitian dengan mencoba beberapa konsentrasi gula yang berbeda. Selain penambahan gula, pengolahan manisan kering ubi jalar juga melibatkan proses pengeringan. Proses pengeringan adalah proses terjadinya penguapan air karena perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan. Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air pada bahan sampai batas tertentu dimana perkembangan mikroorganisme yang dapat menyebabkan pembusukan dan perubahan akibat kegiatan enzim dapat dihambat atau dihentikan sehingga bahan dapat disimpan lebih lama (Taib dkk, 1988). Suhu pengeringan dapat mempengaruhi mutu manisan kering ubi jalar yang dihasilkan. Suhu yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya case hardening yaitu bagian sebelah luar (permukaan) dari bahan sudah kering sedangkan bagian sebelah dalamnya masih basah. Sebaliknya suhu yang terlalu rendah akan menyebabkan waktu pengeringan yang terlalu lama sehingga bahan yang dikeringkan menjadi rusak (Taib dkk, 1988). Menurut Hasbullah (2001) dan Aminah (2002), suhu yang biasa digunakan untuk pembuatan manisan kering adalah 60 C. Dalam penelitian ini akan dipelajari pengaruh penambahan konsentrasi gula dan suhu pengeringan dengan oven terhadap mutu manisan kering ubi jalar yang dihasilkan. 21 Bahan dan Metode Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Nabati dan Laboratorium Pasca Panen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala pada bulan Januari sampai Februari 2008. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ubi Jalar lokal yang berwarna orange diperoleh dari pasar yang ada di Kota Banda Aceh. Bahan tambahan yang digunakan adalah gula pasir, Asam Sitrat, dan Natrium Bisulfit. Sedangkan bahan kimia yang digunakan untuk analisis produk adalah Etanol, β-karoten murni, dan Kloroform. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau, talenan, panci, baskom plastik, saringan, sendok pengaduk, kompor gas, timbangan, dan oven listrik. Sedangkan peralatan laboratorium untuk analisis terdiri atas erlenmeyer, gelas ukur, cawan porselin, corong, kertas saring, gelas beker, tabung Cuvet, desikator, refraktometer Abbe, Spektrofotometer, dan Fruit Hardness Tester Model AST. 166 ES. Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3x3 yang terdiri atas dua faktor yaitu faktor konsentrasi gula (G) terdiri atas tiga taraf (G 1= 60%, G 2= 70% dan G 3= 80%) dan faktor suhu pengeringan terdiri atas tiga taraf (S 1= 50ºC, S 2= 60ºC dan S 3= 70ºC). Dengan demikian terdapat 9 kombinasi perlakuan dengan tiga kali ulangan sehingga diperoleh 27 satuan percobaan. Data akan dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA). Bila terdapat pengaruh nyata pada perlakuan maka analisis diteruskan dengan uji lanjutan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Pengukuran parameter uji 1. Rendemen bertujuan untuk mengetahui kehilangan berat dari proses pengolahan dengan cara membandingkan berat awal bahan dengan berat akhirnya. 2. Uji kuat tusuk dilakukan dengan menggunakan alat Fruit Hardness Tester Model AST. 166 ES. Tujuannya untuk menentukan besarnya tekanan yang diperlukan untuk dapat menusukkan alat penekan ke dalam sampel sampai batas tertentu.

Rendemen (%) 3. Kadar air, bertujuan untuk mengetahui kepekaan suatu komoditi akibat tekanan uap dari atmosfir disekitarnya serta struktur dari komoditi itu sendiri. Uji kadar air menggunakan kaedah Apriantono, et al., 1989. 4. Kadar gula, Refraktometer dihidupkan dan suhu diatur sesuai suhu kamar (27 C). Lensa refraktometer dibersihkan dengan etanol dan dilap dengan tisu sampai kering. Sampel padat dicampur bersama aquades dengan perbandingan 1:10 dan dihancurkan dengan menggunakan blender. Sampel diletakkan di atas lensa, kemudian lensa ditutup. Tombol pengatur sinar diputar sehingga akan didapatkan dua sisi yang berbeda yaitu satu sisi gelap dan sisi terang yang tegak lurus dengan garis skala dan dibaca skalanya. Setelah didapatkan skalanya atau indeks bias, selanjutnya dicari nilai indeks bias yang sebenarnya sesuai suhu pengukuran dengan persamaan: n D = n Dm + [(T - 20 C) X 0,0000078] 5. Kadar betakaroten, ditimbang sampel 0,1 gram, dimasukkan dalam tabung reaksi. Dilarutkan dengan larutan kloroform 10 ml (ditambahkan dalam tabung reaksi). Kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring hingga endapan dan larutan terpisah. Larutan sampel dimasukkan ke dalam tabung Cuvet lalu dimasukkan ke dalam Spektronik untuk dihitung nilai absorbansi. Dibaca nilai absorbansi yang didapatkan. 6. Pengujian organoleptik dilakukan untuk mendapatkan preferensi panelis. Hasil dan Pembahasan Rendemen Rendemen manisan kering ubi jalar yang dihasilkan berkisar antara 41,25% sampai 50,75% dengan rendemen rata-rata 46,07%. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor konsentrasi larutan gula dan interaksi antara konsentrasi larutan gula dengan suhu pengeringan berpengaruh tidak nyata (P > 0,05) terhadap manisan kering ubi jalar yang dihasilkan. Namun suhu pengeringan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P 0,01) terhadap produk manisan kering ubi jalar. 22 52 50 48 46 44 42 40 38 36 50,34 c 45,77 b 42,09 a S1 = 50 C S2 = 60 C S3 = 70 C Suhu Pengeringan (S) Gambar 1. Pengaruh suhu pengeringan terhadap rendemen manisan kering ubi jalar. Grafik diatas menunjukkan bahwa rendemen manisan kering ubi jalar tertinggi diperoleh dari perlakuan suhu pengeringan 50 C (50,34%) yang berbeda nyata (P 0,01) dengan kedua perlakuan lainnya yaitu suhu pengeringan 60 C (45,77%) dan suhu pengeringan 70 C (42,09%). Semakin tinggi suhu pengeringan yang digunakan maka rendemen manisan kering ubi jalar akan semakin rendah. Hal ini diduga karena suhu pengeringan yang tinggi akan menguapkan cairan yang ada dalam bahan dalam jumlah yang lebih besar sehingga kadar air dalam bahan menjadi rendah. Akibatnya berat bahan menjadi berkurang sehingga rendemen yang dihasilkan pun menjadi rendah. Uji Kuat Tusuk Nilai tingkat kekerasan manisan kering ubi jalar berkisar antara 2,59 sampai 3,92 kg/cm 2, dengan tingkat kuat tusuk rata-rata 3,11 kg/cm 2. Hasil analisis sidik ragam uji kuat tusuk manisan kering ubi jalar menunjukkan bahwa konsentrasi larutan gula, suhu pengeringan dan interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata (P > 0,05) terhadap uji kuat tusuk manisan kering ubi jalar. Hal ini diduga karena manisan kering ubi jalar tidak memiliki tekstur yang begitu keras seperti manisan pala. Karena belum pernah dilakukan analisis kuat tusuk (kekerasan) pada manisan kering ubi jalar, maka dapat diketahui bahwa nilai kuat tusuk pada manisan kering ubi jalar (3,11 kg/cm 2 ) memberikan tekstur yang lebih lunak dibandingkan dengan nilai kuat tusuk pada manisan pala (3,58 kg/cm 2 ). Kadar Air Kadar air manisan kering ubi jalar yang dihasilkan berkisar antara 10,35% sampai 18,75% dengan nilai rata-rata keseluruhan sebesar 14,11%. Hasil analisis sidik ragam manisan kering ubi jalar menunjukkan bahwa faktor konsentrasi larutan gula

Kadar gula (%) Kadar air (%) dan suhu pengeringan serta interaksi antara keduanya berpengaruh sangat nyata (P 0,01) tehadap kadar air manisan kering ubi jalar. 20,00 18,00 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 18,69i 15,58g 12,09c 16,26h 14,40e 11,57b 14,74f 13,22d 10,40a S1 = 50 C S2 = 60 C S3 = 70 C Suhu pengeringan (S) Gambar 2. Pengaruh interaksi antara konsentrasi larutan gula dan suhu pengeringan terhadap kadar air manisan kering ubi jalar. Grafik diatas memperlihatkan bahwa kadar air tertinggi manisan kering ubi jalar terdapat pada perlakuan suhu pengeringan 50 C dengan konsentrasi larutan gula 60% yaitu sebesar 18,69% yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan kadar air manisan kering ubi jalar terendah terdapat pada suhu pengeringan 70 C dengan konsentrasi larutan gula 80% sebesar 10,40%. Hal ini terjadi karena manisan kering ubi jalar dikeringkan dengan suhu yang berbeda dan larutan gula yang berbeda pula sehingga jumlah air yang hilang atau diuapkan juga berbeda. Semakin tinggi suhu pengeringan akan semakin besar energi panas yang dibawa udara, sehingga semakin banyak jumlah air yang diuapkan dari permukaan bahan yang dikeringkan dan semakin tinggi konsentrasi larutan gula yang digunakan maka akan semakin tinggi pula jumlah air yang terikat sehingga kadar air yang diperoleh akan semakin kecil. Menurut Purnomo (1995), gula bersifat higroskopis menyebabkan terikatnya sebagian kandungan air dalam bahan sehingga air bebas menjadi berkurang. Semakin tinggi jumlah gula yang ditambahkan maka semakin tinggi jumlah air bebas yang terikat, sehingga kadar air dalam bahan menjadi rendah. Kadar air manisan kering ubi jalar yang dihasilkan masih dalam standar yang diinginkan yaitu dibawah 20% (Hasbullah, 2001). Kadar Gula Hasil analisis kadar gula manisan kering ubi jalar yang diperoleh berkisar antara 53,50% sampai 74,72% dengan nilai rata-rata keseluruhan sebesar 63,89% (Lampiran 7a). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam manisan kering ubi jalar (Lampiran 7b) dapat diketahui bahwa konsentrasi larutan gula dan 23 suhu pengeringan berpengaruh sangat nyata (P 0,01) terhadap kadar gula manisan kering ubi jalar yang dihasilkan. Sedangkan interaksi antara kedua perlakuan tersebut berpengaruh nyata (P 0,05) terhadap manisan kering ubi jalar yang dihasilkan. 80,00 72,35f Gula 60% 69,14e 70,00 63,16c 64,88d Gula 70% 60,00 Gula 80% 54,24a 55,03ab 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 56,37b 65,77d 74,03f S1 = 50 C S2 = 60 C S3 = 70 C Suhu pengeringan (S) Gula 60% Gula 70% Gula 80% Gambar 3. Pengaruh interaksi antara konsentrasi larutan gula dan suhu pengeringan terhadap kadar gula manisan kering ubi jalar. Grafik diatas memperlihatkan bahwa kadar gula tertinggi manisan kering ubi jalar diperoleh dari perlakuan dengan konsentrasi larutan gula 80% dan suhu pengeringan 70 C yaitu 74,03%. Nilai tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi larutan gula 80% pada suhu pengeringan 60 C yaitu sebesar 72,35%, akan tetapi berbeda nyata dengan seluruh perlakuan lainnya. Sedangkan kadar gula terendah diperoleh dari perlakuan konsentrasi larutan gula 60% pada suhu pengeringan 50 C (54,24%) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi larutan gula 60% pada suhu pengeringan 60 C yaitu sebesar 55,03, tetapi berbeda nyata dengan seluruh perlakuan lainnya. Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan gula dan suhu pengeringan yang digunakan maka semakin tinggi kadar gula manisan kering ubi jalar yang dihasilkan. Meningkatnya kadar gula dalam manisan kering ubi jalar dipengaruhi oleh meningkatnya konsentrasi larutan gula yang ditambahkan dari luar sesuai perlakuan pada saat pemasakan, dan dipengaruhi juga oleh penggunaan suhu pengeringan yang tinggi. Semakin tinggi suhu pengeringan maka air dalam bahan akan berkurang sehingga proporsi gula menjadi lebih tinggi. Kadar Betakaroten Prekursor vitamin A yang terdapat dalam tanaman adalah karotenoid. Senyawa betakaroten merupakan pigmen yang banyak terdapat dalam semua bagian tanaman yang berwarna kuning.

Sedangkan yang berwarna merah selain mengandung karoten, warnanya juga dipengaruhi oleh pigmen yang menyebabkan warna merah itu sendiri seperti antosianin (Anwar, 1989). Hasil analisis betakaroten manisan kering ubi jalar hanya 9 sampel yang dianalisis dari 27 satuan percobaan. Dari data hasil analisis betakaroten yang terdapat pada Tabel 1, diketahui bahwa kadar betakaroten berkisar antara 8067,69 SI (perlakuan konsentrasi larutan gula 70% dengan suhu pengeringan 50 C) dan 8930,13 SI (perlakuan konsentrasi larutan gula 70% dengan suhu pengeringan 70 C) dengan rata-rata sebesar 8498,91 SI. Sedangkan kadar betakaroten bahan baku ubi jalar lebih rendah, yaitu 7609,17 SI. Hal ini diduga karena dengan semakin sedikitnya air dalam bahan maka akan menyebabkan proporsi komponen dalam bahan meningkat. Manisan kering ubi jalar yang dikeringkan pada suhu 70 C cenderung memperlihatkan kandungan betakaroten yang lebih besar dibandingkan dengan penggunaan suhu 50 C dan 60 C karena air dalam bahan pada suhu 70 C sudah lebih sedikit sehingga proporsi betakaroten terhadap keseluruhan bahan menjadi lebih besar. Tabel 1. Data nilai konsentrasi betakaroten manisan kering ubi jalar Kode sampel Absorbansi pada 460 nm (A) Konsentrasi betakaroten (SI) G 2S 1U 1 0,0938 8111,35 G 2S 2U 1 0,0948 8220,52 G 2S 3U 1 0,1013 8930,13 G 2S 1U 2 0,0983 8602,62 G 2S 2U 2 0,0943 8165,94 G 2S 3U 2 0,1006 8853,71 G 2S 1U 3 0,0934 8067,69 G 2S 2U 3 0,0936 8089,52 G 2S 3U 3 0,1003 8820,96 Rata-rata 8429,16 Bahan baku ubi jalar 0,0892 7609,17 Menurut Winarno (1993), pengeringan adalah proses menghilangkan sebagian besar air dari suatu bahan padat yang lembab dengan cara menguapkan cairan (air bebas) tersebut dan membuang uap yang terbentuk. Dengan mengurangi kadar air, maka persentasi kandungan protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral dalam bahan pangan akan meningkat. 24 Meskipun ubi jalar telah mengalami proses pengolahan menjadi manisan kering ubi jalar, tetapi kandungan betakarotennya masih cukup besar. Betakaroten sebagai provitamin A bersifat stabil terhadap panas, asam dan alkali, tetapi akan rusak pada panas tinggi, serta mudah teroksidasi oleh udara dan sinar (Winarno, 1995). Menurut Gaman dan Sherrington (1981), pada umumnya betakaroten tidak dipengaruhi oleh metode pemasakan, tetapi proses penggorengan kemungkinan dapat mengurangi sedikit kandungannya. Sejumlah betakaroten pada sayur dan buah-buahan akan hilang selama pengeringan lambat, tetapi kehilangan betakaroten akan sangat berkurang pada cara pengeringan modern, seperti pengeringan dengan cara cepat. Penilaian Organoleptik Pengamatan organoleptik manisan kering ubi jalar meliputi : warna, aroma dan rasa. Untuk pengamatan organoleptik dihitung secara dirataratakan karena pengujian berdasarkan tingkat kesukaan panelis. Hasil analisis uji organoleptik warna manisan menunjukkan nilai kesukaan panelis berkisar antara 2,80 3,75 (biasa hingga suka) dengan ratarata 3,42 (biasa). Nilai kesukaan panelis terhadap aroma manisan berkisar antara 3,10 3,65 (biasa hingga suka) dengan rata-rata 3,46 (biasa) dan nilai kesukaan panelis terhadap rasa manisan berkisar antara 3,20 3,85 (biasa hingga suka) dengan ratarata 3,49 (biasa). Hasil analisis sidik ragam organoleptik warna, aroma dan rasa manisan kering ubi jalar menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi larutan gula, suhu pengeringan dan interaksi antara keduanya memberikan pengaruh yang tidak nyata (P > 0,05) terhadap nilai organoleptik rasa manisan kering ubi jalar. Hal ini diduga bahwa faktor penambahan konsentrasi larutan gula dan suhu pengeringan dari setiap perlakuan menghasilkan warna manisan kering ubi jalar yang tidak jauh berbeda dimata panelis. Aroma gula juga tidak dapat merubah aroma ubi jalar sehingga manisan kering ubi jalar yang dihasilkan memiliki aroma yang seragam untuk setiap perlakuan. Gula yang ditambahkan ke dalam produk manisan kering ubi jalar adalah lebih besar dari 60% ( 60%) yang berarti sudah memiliki rasa yang cukup manis (menurut panelis) sehingga pada produk manisan kering ubi jalar yang dihasilkan tidak memiliki perbedaan rasa yang signifikan.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: 1. Perlakuan konsentrasi larutan gula berpengaruh sangat nyata (P 0,01) terhadap kadar air dan kadar gula, tetapi berpengaruh tidak nyata (P > 0,05) terhadap rendemen, kekerasan, organoleptik warna, aroma dan rasa manisan kering ubi jalar yang dihasilkan. 2. Perlakuan suhu pengeringan berpengaruh sangat nyata (P 0,01) terhadap rendemen, kadar air dan kadar gula, tetapi berpengaruh tidak nyata (P > 0,05) terhadap kekerasan, organoleptik warna, aroma dan rasa manisan kering yang dihasilkan. 3. Interaksi perlakuan konsentrasi larutan gula dan suhu pengeringan berpengaruh sangat nyata (P 0,01) terhadap kadar air dan berpengaruh nyata (P 0,05) terhadap kadar gula, tetapi berpengaruh tidak nyata (P > 0,05) terhadap rendemen, kekerasan, organoleptik warna, aroma dan rasa manisan kering ubi jalar yang dihasilkan. 4. Kandungan betakaroten di dalam manisan kering ubi jalar memiliki rata-rata sebesar 8429,16 SI. Meskipun ubi jalar telah mengalami proses pengolahan menjadi manisan kering ubi jalar, tetapi kandungan betakarotennya masih cukup besar. Saran 1. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan ubi jalar dan alat pengeringan yang lain. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap daya simpan dari manisan kering ubi jalar. Daftar Pustaka 1. Aminah. 2002. Pembuatan Manisan Kering. http://www.agribisnis.deptan.go.id. [28 Juli 2007] 2. Anwar, M. N. 1989. Spektroskopi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB, Bogor. 3. Apriyantono, A. D. Fardiaz, N.L. Puspitasari, Sediawati, dan S. Budiyanto. 1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. PAU Pangan dan Gizi. IPB, Bogor. 4. Buckle, K.A., R.A. Edward., G.H. Fleet and M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan. UI Press, Jakarta. 5. Badan Pusat Statistik. 2005. Aceh Dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Nanggroe Aceh Darussalam. 6. Gaman, P.M. and K.B. Sherrington. 1981. Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. UGM Press, Yogyakarta. 7. Hasbullah. 2001. Manisan Kering Ubi Jalar. http://www.warintek.ristek.go.id. [20 Desember 2006] 8. Purnomo, H. 1995. Aktivitas Air dan Peranannya dalam Pengawetan Pangan. UI Press, Jakarta. 9. Rukmana, R. 1997. Ubi Jalar, Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius, Jakarta. 10. Taib, G., G. Said, dan S. Wiraatmaja. 1988. Operasi Pengeringan pada Pengolahan Hasil Pertanian. Medyatama Sarana Perkasa, Jakarta. 11. Winarno, F.G. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 12. Winarno, F.G. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 25