PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian dilaksanakan melalui 2 (dua) program utama yaitu: (1) Program peningkatan ketahanan pangan dan (2) Program pengembangan Agrobisnis. Dalam ha1 ketahanan pangan, pemerintah dituntut mampu menyediakan bahan pangan yang mencukupi dan terjangkau oleh seluruh masyarakat sehingga tercipta iklim stabilitas nasional yang dibutuhkan de~ni kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Pengembangan agrobisnis, dalam upaya mewujudkan sistem agrobisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi serta dalam rangka mengantisipasi era perdagangan bebas sehingga menuntut produk yang berkualitas. Dalam kondisi krisis yang sedang melanda negara kita, sektor pertanian masih mempunyai pertu~nbuhan positif sehingga diharapkan sektor pertanian tetap mampu menjadi motor penggerak pembangunan nasional dan sekaligus sebagai upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani khususnya serta masyarakat pada umumnya (Departemen Pertanian, 2001). Semakin kita rnendekati tahap pelaksanaan pembangunan pertanian, meneliti bagaimana kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung, sebaiknya kita menyadari adanya enam macam kegiatan atau kelompok-kelompok kegiatan. Meskipun semua kelompok kegiatan itu saling pengaruh mempengaruhi, namun masih perlu ditinjau, direncanakan dan diorganisir sendiri-sendiri. Keenam kegiatan itu adalah: (1) Penelitian untuk menemukan dan mengemba~igka~i teknologi usaha tani (dan yang ada hubungannya dengan itu) yang baru dan yang
lebih baik. (2) Mengusahakan adanya impor atau produksi dalam negeri bagi sarana produksi dan alat-alat pertanian yang diperlukan agar teknologi baru itu dapat digunakan. (3) Menciptakan struktur pedesaan progresif ataupun organisasi daerah pedesaan yang dapat menyediakan saluran-saluran agar bahan-bahan dan informasi-informasi dapat tersalur dengan mudah antara masing-masing usaha tani dengan seluruh masyarakat di sekitarnya. (4) Menciptakan dan memelihara adanya perangsang yang cukup bagi petani-petani untuk meningkatkan produksi. (5) Memperbaiki tanah pertanian. (6) Mendidik dan melatih teknisi-teknisi agar mampu melaksanakan tugas-tugas tersebut dengan baik (AT. Mosher, 1974) Berdasarkan pandangan Mosher di atas, maka program peningkatan ketahanan pangan merupakan salah satu program utama dalam pembangunan pertanian. Untuk mendukung program tersebut, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan baru dalam ha1 pendanaan. Pemerintah mengeluarkan skim kredit baru yang lebih fleksibel, luwes dan mudah dibandingkan dengan skim kredit yang ada sebelumnya. Diharapkan skim ini lebih aman dari oknum yang akan menyalahgunakan dan menyelewengkan dana yang diperuntukkan bagi petani, peternak dan nelayan. Tujuan penyelenggaraan Kredit Ketahanan Pangan (KKP) selain untuk peningkatan ketahanan pangan nasional juga untuk peningkatan pendapatan petani, peternak dan nelayan melalui kredit investasi dan atau modal dengan tingkat bunga yang rendah. Tujuan lain dengan adanya KKP ini pemerintah mendidik petani untuk bisa mandiri, yaitu dengan menurunkan subsidi bunga secara bertahap sehingga akhirnya pada tahun 2004 tidak ada lagi subsidi bunga KKP (Hartoyo, 2000).
Keberhasilan peningkatan produksi pangan di masa lalu dalam ha1 tercapai swasembada pangan, tidak terlepas dari peran pemerintah melalui penyediaan kredit program dengan suku bunga yang rendah, fasilitas Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) dan subsidi sarana produksi (pupuk dan pestisida). Kredit sebetulnya merupakan kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukanlditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati. Adapun kredit menurut Undang-Undang pokok perbankan No. 14 tahun 1967 yaitu "Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara Bank dengan lain pihak, dalam ha1 mana pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang ditentukan (Sukmadi, 1994). Pengertian ini mempertegas bahwa dana kredit benar-benar harus disalurkan kepada penerima kredit dengan perjanjian. Pengalokasian dana kredit untuk ha1 lain betul-betul melanggar ketentuan ini, sehingga pelakunya harus diproses secara hukum. Penyelewengan dana kredit ini bukan ha1 baru. Tidak terealisasinya dana Kredit Usaha Tani (KUT) buat petani yang melibatkan aparat dan oknum-oknum lain karena adanya informasi yang terdistorsi atau dengan kata lain informasi yang tidak jelas tentang kredit. Karena itu, informasi dan komunikasi memegang peranan yang penting dalam proses realisasi dana kredit. Sebagaimana ditetapkan dalam GBHN oleh MPR, tujuan pembangunan adalah meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Sedang tujuan kedua adalah memperkuat landasan untuk tahap pembangunan berikutnya. Khusus mengenai kebijakan pembangunan pertanian arahnya adalah
tercukupinya kebutuhan pangan dengan harga yang dapat dijangkau oleh rakyat, tercukupinya bahan baku industri dan meningkatkan produksi untuk pasaran ekspor. Untuk memenuhi kebutuhan pangan dengan harga yang terjangkau oleh rakyat, ditempuh kebijakan yang umumnya sangat regulatif. Untuk kedua sektor ini (tanaman pangan dan tanaman industri) umumnya tidak memberikan keuntungan yang tinggi sehingga dijadikan komoditas pertanian rakyat. Sedangkan untuk subsektor perkebunan yang umum memberikan keuntungan tinggi, ditawarkan kepada investor (Juliantoro, 2000). Hal ini membawa dampak dengan susahnya petani memperoleh kredit. Salah satu bentuk kredit yang diberikan kepada petani pada awal tahun 2001 adalah bentuk KKP. Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu andalan penghasil pangan di Jawa Timur khususnya tanaman padi. Keberhasilan Ponorogo sebagai salah satu penyangga pangan di Jawa Timur tidak lepas dari keterlibatan petani (kelompok tani) dalam mengikuti program KKP. Dari data yang diperoleh, tercatat 12 kelompok tani yang ikut program KKP di Kabupaten Ponorogo. Bila dibandingkan dengan bentuk kredit yang lain, maka program KKP ini lebih fleksibel, tidak berbelit-belit dan mudah realisasinya. Sampai saat ini program KKP yang berjalan di Kabupaten Ponorogo adalah untuk tanaman padi dan kedelai. KKP yang sedang dikembangkan di Kabupaten ini adalah KKP pola kemitraan. KKP ini adalah sebuah model sosialisasi KKP pola kemitraan antara PT Petrokimia Gresik, PT Bank Bukopin dan Perum Sarana Pengembangan Usaha. Beberapa alasan mengapa KKP pola kemitraan ini perlu diadakan antara lain adalah keterbatasan petani baik dalam aspek ekonomi, peralatan pertanian serta SDM yang menangani bidang pertanian di Kabupaten Ponorogo. Pernilillan
Kabupaten Ponorogo sebagai lokasi penelitian dengan alasan Ponorogo merupakan salah satu kabupaten dengan jumlah kelompok tani terbanyak yang mengikuti program KKP. Di samping itu, tidak terlepas dari keberhasilail pertanian di Ponorogo (pada tahun 2000 terjadi kenaikan gabah kering giling dari 338.142,5 ton menjadi 433.292,s ton atau terjadi kenaikan 28,14%) yang menjadi salah satu motor penggerak di bidang penyediaan pangan khususnya padi. Keikutsertaan petani dalam program KKP ini tidak berdiri sendiri akan tetapi dipengaruhi faktor-faktor baik internal maupun eksternal. Faktor-faktor inilah yang turut berperan dalam mendorong petani untuk ikut dalam program KKP. Indikator-indikator perilaku komunikasi yang mendorong petani terlibat dalam program KKP antara lain: pencarian informasi, kehadiran rapat anggota kelompok, keterdedahan terhadap media, kontak dengan pembina, ketua kelompok, penyuluh, pihak Bank, Petrokimia Gresik dan Dinas Pertanian. Indikator-indikator begitu pentingnya sehingga tingkat pemahaman petani tentang KKP diwarnai indikator-indikator perilaku komunikasi. Variabel bebas lain yang turut menentukan keterlibatan petani dalam program KKP adalah penggunaan jenis media. Indikator variabel ini adalah menonton tv, mendengarkan radio, membaca majalahlbrosur.variabe1 ketiga yang menentukan keterlibatan petani dalall~ program KKP adalah karakteristik individu. Indikatornya adalah unlur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan yang digarap serta status tanahllahan. Pemahaman petani tentang KKP merupakan salah satu faktor penentu keikutsertaan petani dalarn program KKP. Adapun faktor-faktor penting yang
turut menentukan pemahaman petani tentang KKP antara lain: Karakteristik individu, perilaku komunikasi dan penggunaan jenis media. Perurnusan Masalah Kelancaran program KKP diduga karena adanya kernantapan pengetahuan petani tentang KKP. Perilaku komunikasi dan karakteristik petani memegang peranan penting dalam pelaksanaan program KKP. Hal ini tidak lain sejauhmana pengetahuan petani tentang KKP tidak dapat dilepaskan dengan bagaimana petani berkomunikasi untuk mencari informasi tentang KKP dan bagaimana keadaan petani tersebut. Petani peserta program KKP di Kabupaten Ponorogo ini tidak saja mencari informasi tentang program KKP dari mulut ke mulut akan tetapi, berdasarkan hasil wawancara, mereka di samping mencari informasi dari mulut ke mulut juga mendengarkan radio, menonton tv serta membaca majalah/brosur. Karena itu, faktor menonton tv, mendengarkan radio serta membaca majalahlbrosur turut menjadi faktor penentu pemahaman petani tentang KKP sehingga mereka ikut program ini. Berdasarkan asumsi ini, maka masalah yang ingin dicari jawabannya dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik individu (karakteristik petani) dengan pemahaman petani tentang KKP di Kabupaten Ponorogo. 2. Apakah terdapat hubungan antara perilaku komunikasi petani dengan tingkat pemahainannya tentang KKP. 3. Apakah terdapat hubungan antara penggunaan jenis media dengan pemahaman petani tentang KKP.
4. Bagaimana gambaran kondisi kelompok tani peserta program KKP di Kabupaten Ponorogo berkenaan dengan karakteristik individu, perilaku komunikasi dan penggunaan jenis media. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah mengkaji program KKP yang sedang berlangsung di Kabupaten Ponorogo. Sedang secara khusus, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengkaji bagaimana pemahaman petani tentang KKP 2. Mengkaji kondisi petani di Kabupaten Ponorogo berkenaan dengan karakteristik individu, perilaku komunikasi dan penggunaan jenis media. 3. Mengkaji hubungan antara karakteristik individu, perilaku komunikasi dan penggunaan jenis media dengan tingkat pemahaman petani tentang KKP. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat inemberi masukan bagi kelancaran program KKP di Kabupaten Ponorogo. Di samping itu juga: 1. Sebagai sumber informasi yang dapat membantu kelancaran program KKP di Kabupaten Ponorogo. 2. Memberikan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Ponorogo mengenai upaya-upaya meningkatkan efektifitas pelaksanaan program KKP. 3. Memberi masukan kepada pelaksana program KKP di lapangan sebagai bahan menyusun strategi pelaksanaan yang efektif dan efisien untuk program KKP, khususnya di Kabupaten Ponorogo.
4. Sebagai informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti pada bidang yang sama. 5. Sebagai masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya disipl in ilmu komunikasi pembangunan.