MAKALAH MANAJEMEN AGRIBISNIS PERIKANAN PROSPEK BISNIS PERIKANAN 5 TAHUN KEDEPAN

dokumen-dokumen yang mirip
Tinjauan Mata Kuliah. 1 Aquaculture Indonesia Weblog Unggulnya Akuakultur Indonesia (internet artickle, 31 May 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

TUGAS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN GURAMEH. Nama : Kotot wijayanto Nim : Kelas : D3 Manajemen Informatika 2A

PELUANG USAHA PEMBESARAN IKAN GURAMEH

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

KARYA ILMIAH BISNIS DAN BUDIDAYA KEPITING SOKA. Di susun oleh : NAMA :FANNY PRASTIKA A. NIM : KELAS : S1-SI-09

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Poduksi perikanan Indonesia (ribu ton) tahun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar yang ada di wilayah Asia Tenggara.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

Keragaan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2017

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang

Kebijakan Perikanan Budidaya. Riza Rahman Hakim, S.Pi

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi manusia. Perikanan budidaya dinilai

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas perairan yang di dalamnya terdapat beraneka kekayaan laut yang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2016

Refleksi Capaian Kegiatan T.A 2017 dan Outlook Rencana Kerja T.A 2018 Ditjen. Perikanan Budidaya

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2012

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2016 SEBESAR 104,57

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

EVALUASI PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN FEBRUARI 2014

I. PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia yakni sektor pertanian. Sektor pertanian. merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia karena

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2016 SEBESAR 102,57

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Permintaan produk peternakan terus meningkat sebagai konsekuensi. adanya peningkatan jumlah penduduk, bertambahnya proporsi penduduk

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. global saat ini. Sektor ini bahkan berpeluang mengurangi dampak krisis karena masih

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2016

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2016

PENGERTIAN EKONOMI POLITIK

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

rovinsi alam ngka 2011

BAB I PENDAHULUAN. tulang punggung dunia dalam memasok pangan dunia terutama dari sektor

I. PENDAHULUAN. Saat ini perikanan tangkap di Indonesia telah mengalami gejala padat tangkap

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2016 SEBESAR 104,23

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2014

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2014

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2017

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian

111. POLA OPTIMAL PEMABARAN XARET INDONESIA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2015

I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN

BAB I PENDAHULUAN. Usaha perikanan bukanlah usaha yang hanya sekedar melakukan kegiatan

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah laut Indonesia dikelilingi garis pantai sepanjang km yang

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi di dalam memasok total kebutuhan konsumsi protein di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016

UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN. UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

Indonesia mempakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari. dapat pulih seperti minyak bumi dan gas mineral atau bahan tambang lainnya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2016

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2017 SEBESAR 102,22

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2017 SEBESAR

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

Transkripsi:

MAKALAH MANAJEMEN AGRIBISNIS PERIKANAN PROSPEK BISNIS PERIKANAN 5 TAHUN KEDEPAN OLEH INTAN PRATIWI 11363 JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2011

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, persaingan untuk mempertahankan hidup sangat ketat. Hal ini terjadi karena semakin berkurangnya lapangan pekerjaan. Pemerintah tidak bisa lagi membendung pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Oleh karena itu, setiap individu dituntut untuk tidak selalu berharap pada kebijakan pemerintah. Kita harus bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Indonesia memiliki kekayaan alam laut yang banyak dan beranekaragam. Potensi produksi perikanan Indonesia tergolong cukup besar. Potensi produksi hasil-hasil laut, baik ikan maupun non-ikan masih dapat ditingkatkan lagi dengan usaha budidaya. Subsektor perikanan merupakan salah satu subsektor yang mempunyai peran cukup penting dalam perekonomian nasional dewasa ini. Bahkan menjadi salah satu sumber penerimaan devisa negara yang penting. Selain itu, komoditas perikanan juga merupakan sumber protein hewani yang cukup potensial untuk perbaikan dan peningkatan gizi masyarakat di samping sumber protein hewani lainnya. Namun, pengembangan agribisnis perikanan menghadapi berbagai masalah yang mendesak. Misalnya, bagaimana pola pemanfaatan sumberdaya ikan secara optimal dan lestari; bagaimana strategi dan program peningkatan taraf hidup nelayan dan petani ikan; bagaimana upaya memperluas kesempatan kerja dan berusaha; bagaimana meningkatkan produksi sesuai potensi lestari sumberdaya ikan dan daya dukung lingkungannya; serta bagaimana meningkatkan volume dan nilai ekspornya. Di samping itu, penangkapan ikan tanpa izin dan masalah ekspor secara langsung di laut (transhipment) masih belum dapat ditanggulangi dengan efektif (Anonim, 2010a). Menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, masa lima tahun ke depan merupakan periode yang baik bagi dunia usaha. Bahkan, ada yang menyebut 5 sampai 10 tahun ke depan merupakan kesempatan emas bagi Indonesia. Menurutnya, masa 5 tahun kedepan adalah masa yang merupakan peluang bagi Indonesia untuk benar-benar maju. Beberapa pengamat-pengamat internasional mengatakan, "Dari segi situasi dan prakondisi, 5 tahun mendatang ada sejumlah faktor yang sangat bisa untuk menjadi pendorong, keberhasilan dunia usaha dan perekonomian kita," ujarnya. Beberapa faktor yang dimaksud adalah pulihnya perekonomian dunia. Kedua, keadaan Indonesia yang masih bisa tumbuh dalam 2

krisis global. Ketiga, belum optimalnya pendayagunaan potensi Indonesia. Keempat, pemerintah saat ini memiliki rencana aksi yang jelas dan efektif. Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad menghendaki sektor kelautan dan perikanan berkembang cepat, tidak hanya tumbuh 10 atau 20 persen per tahun tetapi dalam waktu lima tahun ke depan mampu berkembang menjadi tiga kali lipat. Dalam penjelasannya, Fadel menjelaskan tentang pentingnya memahami lingkungan makro sektor kelautan dan perikanan yaitu bagaimana situasi perikanan dunia, kebijakan para global player dan posisi Indonesia dalam konstelasi perikanan dunia. Untuk itu, Departemen Kelautan dan Perikanan melaksanakan grand strategy yang diberi nama The Blue Revolution Policy. Kebijakan ini memuat empat agenda yaitu: 1. Memperkuat kelembagaan dan SDM secara terintegrasi. 2. Mengelola sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan. 3. Meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan. 4. Memperluas akses pasar domestik dan internasional (Anonim, 2010b) Menurut Fadel, seperti dilansir situs resmi DKP, tren dunia menunjukkan bahwa produk perikanan akan menjadi produk global. Tingkat konsumsi ikan perkapita dunia cenderung menaik akibat adanya perubahan gaya hidup. Fadel ingin menjadikan Indonesia menjadi penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar 2015. Ini berangkat dari realitas bahwa untuk perikanan tangkap Indonesia berada pada peringkat keempat sedangkan untuk budidaya pada peringkat ketiga. B. Tujuan 1. Mengetahui prospek bisnis perikanan dalam lima tahun kedepan. 2. Mengetahui bisnis perikanan yang dapat memberikan peluang pasar yang menjanjikan. C. Manfaat Makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan atau informasi mengenai prospek bisnis perikanan maupun peluang bisnis dalam 5 tahun kedepan. 3

II. PEMBAHASAN Dewasa ini, budidaya ikan merupakan salah satu usaha yang sangat baik dikembangkan mengingat ke depan masih memiliki pangsa pasar yang menjanjikan. Usaha ini akan memperbanyak peluang bersaing dibandingkan dengan usaha penangkapan. Pengembangan usaha budidaya semakin memegang peranan penting dalam pembangunan perikanan Indonesia. Disamping itu, usaha bubidaya memiliki ketahanan pangan dalam mengawal kehidupan dimasa depan. Berikut beberapa prospek usaha budidaya perairan, antara lain : A. Budidaya Rumput Laut Rumput Laut dalam pengembangannya mempunyai prospek yang cukup baik, di samping potensi sumberdaya yang cukup besar, dengan beberapa faktor pendukung lainnya: teknologi budidaya yang sangat sederhana, modal kecil, dapat dimassalkan, periode pemeliharaan singkat (45 hari), permintaan pasar besar, menyerap tenaga kerja, produk olahan yang beragam. Sentra pengembangan meliputi: Kep Riau, Lampung, DKI Jakarta, Banten Jabar, Bali, NTT, NTB, Kalsel, Kaltim, Sulut, Sulsel, Sulteng, Sultera, Maluku, Maluku Utara dan Papua. Permintaan rumput laut dipengaruhi oleh permintaan pengguna rumput laut, yaitu industri-industri makanan, obat-obatan dan bahan polimer. Perkembangan ekspor rumput laut menurut jumlah dan nilainya dapat disajikan seperti berikut ini (Nugroho, 2006) Tabel 1. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Rumput Laut, 2001 2005 Volume Nilai (US$ 1000) Harga Tahun Jumlah (ton) Perkembangan Jumlah Per- US$ kembangan / kg. 2001 27.874 17.230 0,618139 2002 28.560 2,46% 15.785-8,39% 0,552696 2003 40.162 40,62% 20.511 29,94% 0,510707 2004 51.011 27,01% 25.296 23,33% 0,495893 2005 63.020 23,54% 39.970 58,01% 0,634243 4

Sumber : Ditjen Perikanan Tangkap DKP RI,2006 Ekspor rumput laut Indonesia secara total selalu meningkat pesat. Perkembangan ekspor itu terjadi pada hampir seluruh negara tujuan ekspor rumput laut Indonesia, Peningkatan ekspor paling pesat terjadi pada negara tujuan ekspor rumput laut Indonesia di Asia yaitu: Cina, Hongkong dan Phillipina. Data terakhir DKP 2007 menyebutkan bahwa ekspor rumput laut Indonesia telah mencapai 189.000 ton, dan berkembang dari tahun 2005 2007 rata-rata 56,29% (Hasil Pertemuan Pengembangan Genetika Improvement Rumput Laut, DKP,2007). Proyeksi peluang pasar, selain ditunjukkan oleh perkembangan ekspor juga dapat dilihat dari selisih antara jumlah permintaan/kebutuhan dunia dan jumlah yang diproduksi. Berikut ini proyeksi perkembangan peluang pasar rumput laut 5 tahun ke depan yang disusun oleh DKP (Departemen Kelautan dan Perikanan RI,2007). Secara grafis prediksi perkembangan kebutuhan, produksi luar negeri dan peluang pasar rumput laut Indonesia dapat disajikan dalam diagram berikut. Grafik 1 Grafik Proyeksi Perkembangan Kebutuhan, Produksi dan Peluang Pasar Rumput Laut, 2005 2010. B. Budidaya Ikan Air Tawar 1. Budidaya ikan nila Secara umum ikan nila memang layak untuk dijadikan produk andalan budidaya perikanan. Di antara jenis ikan bersirip (finfish), ikan nila memiliki pertumbuhan produksi tertinggi, yakni sekitar 23,96 %, dalam kurun waktu 2004-2008. Kalau pada tahun 2004 5

produksi ikan nila masih sejumlah 97.116 ton, dalam tahun 2008 telah mencapai volume produksi 220.900 ton. Selain pasar domestik, ikan nila juga memiliki prospek yang positif di pasar internasional. Konsumsi ikan nila di Eropa maupun Amerika Serikat senantiasa menunjukkan kenaikan. Di Amerika Utara, pada tahun 2004 telah mengimpor ikan nila sebesar 112.945 ton, yang berarti meningkat 25 % dibandingkan angka tahun 2003, dan lebih tinggi 68 % dibanding tahun 2002. Setelah dari angka tersebut dipasok dari China, sisanya dari Taiwan, Thailand dan Indonesia. (Andi, 2009) 2. Budidaya ikan gurame Gurameh memiliki prospek menjanjikan untuk dibudidayakan, baik skala kecil maupun besar. Hal itu didukung oleh faktor-faktor berikut : 1. Harga jual gurameh lebih tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya, sehingga secara ekonomi relatif lebih menguntungkan, 2. Permintaan pasar terhadap guramih cukup tinggi dan masih belum terpenuhi, sehingga peluang pasar masih terbuka lebar 3. Lahan budidaya masih tersedia luas, dapat berupa kolam semen, empang, ataupun waduk. Petani gurameh jawa barat lebih banayk menggunakan empang dan waduk. sangat potensial untuk memelihara guramih 4. Data dan informasi tentang budi daya cukup memadai 5. Pakan untuk usaha pembenihan maupun pembesaran guramih tersedia sepanjang tahun. 6. Benih guramih banyak dihasilkan oleh pemerintah melalui Balai Benih Induk (BBI) dan pembudidaya yang khusus menjual benih 7. Pengangkutan hasil panen guramih tergolong mudah, tetapi harus ditangani secara hatihati. Selain untuk memenuhi pasar lokal, ikan gurami juga berpotensi menembus pasar ekspor. Pasar mancanegara yang masih terbuka lebar di antaranya Amerika, Jepang, Malaysia, Singapura, dan Brunai Darussalam. Gurami untuk ekspor harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh Badan standarisasi nasional. Produksi guramih yang ada saat ini memang belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat. Hal ini terbukti dari lebih sedikitnya persediaan ikan guramih di pasaran. Tidak seperti ikan mas dan lele yang jauh lebih mudah ditemui. Harga guramih pun relatif lebih tinggi. 6

Harga ikan guramih dari tahun ke tahun tetap stabil, bahkan menunjukan kenaikan yang berarti. Harga guramih yang relatif tinggi ini terutama disebabkan oleh permintaan pasar tinggi, sedangkan produksi masih rendah. Celah pasar itulah yang membuat harga guramih konsumsi bertahan di angka Rp. 20.000 Rp. 25.000 per kilogram sejak tahun 2000. harga guramih ditingkat petani Rp 20.000p/kg. Sementara itu harga di jawa tengah dan jawa timur Rp. 17.000-18.000/kg. Harga itu oleh berbagai pengamat diperkirakan bertahan hingga 2-3 tahun ke depan. 3. Budidaya ikan lele Prospek kebutuhan konsumsi ikan dalam 5 tahun kedepan cukup tinggi, hal ini disebabkan masih rendahnya tingkat konsumsi masyarakat akan protein ikan. Hal ini mendorong berkembangnya usaha budidaya ikan, khusunya ikan lele, dikarenakan pemeliharaan ikan lele cukup mudah dan perkembangan ikan lele cukup cepat dari bibit sampai tingkat konsumsi. Berkembnagnua usaha budidaya ikan lele ini juga mengakibatkan kebutuhan akan bibit lele semakin meningkat tajam. Hal ini menjadi tantangan bagi pembudidaya bibit ikan lele untuk dapat memenuhi permintaan pasar yang akan melonjak. Peluang usaha Budi daya lele dumbo salah satunya dengan kolam terpal dapat dilakukan dalam beberapa bentuk, antara lain : tujuan pembibitan dan tujuan konsumsi. Budi daya Ikan Lele Dumbo sebagai bibit merupakan upaya memenuhi kebutuhan bibit yang terus meningkat seiring dengan permintaan Ikan Lele Dumbo Konsumsi. Budi Daya Ikan Lele Dumbo Konsumsi merupakan upaya memelihara Ikan Lele Dumbo sampai ukuran dan bobot tertentu. Biasanya dari berat 1 ons per ekor ikan lele dumbo sampai 1 kg per ekor. Ukuran Lele Dumbo 1 Kg /ekor ke atas biasanya digunakan pada kolam pemancingan yang berisi Lele dumbo. 4. Budidaya lobster air tawar Salah satu komoditas yang masuk sebagai komoditas perikanan karena diusahakan di laut, dan yang dapat dikembangkan dengan menjalin kerja sama kemitraan adalah budidaya lobster. Melihat secara geografis Indonesia memiliki 2 iklim tropis yang mendukung untuk melakukan pengembangan lobster air tawar sepanjang tahun tanpa henti. Dengan demikian, potensi lobster air tawar yang umumnya bertelur 4-5 kali dalam setahun dan bisa dimanfaatkan secara maksimal. 7

Dalam usaha ini, semakin besar skala usahanya, perputaran modalnya tentu juga semakin besar. Misalnya, pembenihan skala kecil hanya melibatkan belasan indukan, sedangkan pada skala besar bisa puluhan hingga ratusan indukan yang dikawinkan, modal yang diperlukan tentu juga semakin besar. Jumlah indukan yang harus dipelihara harus mengikuti luas kolam. Peluang pasar yang masih tersedia selama lobster air laut masih menjadi produk konsumsi, pasti ada pasar yang menampungnya, meskipun pembudidayaan lobster air tawar, ikan mas, lele, gurami sudah banyak dan permintaan lobster banyak. Harga lobster konsumsi untuk pasar lokal masih sangat tinggi. Hal ini sangat wajar karena jumlah penawaran lebih sedikit daripada permintaan. Beberapa tahun kedepan, bukan tidak mungkin harga lobster air tawar bisa lebih terjangkau. Dengan demikian lobster air tawar akan mdah dijumpai di supermarket, kafe, restoran seafood, bahkan tidak heran jika warung tenda dipinggir jalan juga bakal menyajikannya. C. Budidaya Ikan Air Laut dan Payau 1. Budidaya ikan bandeng Jenis ikan bersirip yang secara tradisional telah dikenal sejak lama adalah Bandeng. Pada awalnya bandeng hanya mengandalkan benih dari alam, tetapi sejak akhir tahun 1990- an, benih bandeng sudah bisa dipasok dari hasil usaha pembenihan (hatchery). Ikan bandeng selain untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, juga dibutuhkan untuk dimanfaatkan sebagai umpan dalam penangkapan tuna di laut, dan dalam beberapa tahun terakhir ini bandeng sudah menjadi komoditas ekspor, terutama dalam bentuk bandeng tanpa tulang/duri. Oleh karena itu ke depan bandeng mempunyai prospek yang lebih baik. Sentra pengembangan bandeng meliputi: NAD, Jabar, Jateng, Jatim, Banten, NTB, Sulsel, Sultra, dan Kaltim. 2. Budidaya udang Crustacea (windu vaname, udang galah, udang putih, kepiting, rajungan dan udang Cherax). Jenis Crustacea yang telah dikembangkan selama ini di kenal luxury food dan bernilai ekonomis tinggi antara lain: udang merupakan komoditas unggulan yang memberikan kontribusi terbesar yaitu ± 65% terhadap nilai ekspor nilai hasil perikanan. Pada awalnya jenis udang yang dibudidayakan adalah udang windu yang merupakan 8

indegeneus species Indonesia, setelah mewabahnya penyakit terutama WSSV yang mengakibatkan gagalnya usaha budidaya udang windu, maka di introduksi udang vaname (th.2000) dan rostris (th.2001) dari Hawaii. Untuk mengembangkan usaha budidaya udang kedepan, upaya yang dilakukan antara lain: revitalisasi tambak intensif, dengan udang vaname seluas 700 ha, dengan produktivitas 30 ton/ha/tahun, revitalisasi tambak tradisional seluas 140.000 ha (40% dari tambak tradisional) dengan produktivitas: 600-700 kg/ha/tahun, impor vaname SPF/SPR, pengembangan induk SPF vaname dalam negeri, revitalisasi backyard hatchery (hatchery skala rumah tangga), penerapan sertifikasi, pengembangan laboratorium, dan pengembangan sarana/prasarana.sentra pengembangan udang, terutama untuk windu dan vaname adalah: NAD, Sumut, Lampung, Sumsel, Jabar, Jateng, Jatim, Kalbar, Kalsel, Sulsel, dan NTB. 3. Budidaya kerapu Dengan garis pantai terpanjang di dunia yaitu 81.000 km dan luas laut yang mencapai 5,8 juta km2, menjadikan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam sumberdaya kelautan, terutama sektor perikanan. Salah satu komoditi laut yang potensial untuk dikembangkan di indonesia adalah Ikan Kerapu (coral reef fishes). Untuk memenuhi permintaan akan ikan kerapu yang terus meningkat, tidak dapat dipenuhi dari hasil penangkapan sehingga usaha budidaya merupakan salah satu peluang usaha yang masih sangat terbuka luas. Kerapu merupakan jenis ikan demersal yang suka hidup di perairan karang, di antara celah-celah karang atau di dalam gua di dasar perairan. Ikan karnivora yang tergolong kurang aktif ini relatif mudah dibudidayakan, karena mempunyai daya adaptasi yang tinggi. Ikan Kerapu merupakan ikan laut yang hidup di terumbu karang dan memiliki harga jual yang relatif tinggi yaitu mencapai US$ 20 (Rp 200.000,-) untuk setiap kilogramnya. Tingginya harga jual tersebut menyebabkan eksploitasi sumberdaya kerapu yang tidak terkendali serta membahayakan ekosistem perairan khususnya terumbu karang. Untuk menghindarkan terjadinya kepunahan terhadap populasi ikan kerapu di alam, maka upaya mengalihkan usaha penangkapan ke usaha budidaya kerapu di air payau merupakan langkah strategis yang perlu dilakukan. 9

D. Budidaya Ikan Hias Ikan hias mempunyai peluang yang besar, baik untuk pasar lokal maupun ekspor, dan kelebihan ikan hias adalah dapat diusahakan dalam skala besar maupun skala rumah tangga, perputaran modal yang relatif cepat. Karena sifatnya yang demikian, maka usaha ikan hias mampu menyerap tenaga kerja di mana saja, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Jenis yang berpotensi untuk dikembangkan adalah; botia, arwana, koi, discus, koki, kuda laut. Bagi komoditas kuda laut, teknologi budidayanya telah berhasil dilakukan, akan tetapi belum berkembang di masyarakat, selain karena populasi di alam masih cukup banyak juga karena masih tergantung pada pakan alami yang penyediaannya masih terbatas, sehingga sulit untuk dilakukan secara masal. Namun demikian kuda laut memiliki pasar domes-tik maupun ekspor, serta berpeluang menjadi komoditas alternatif dalam upaya diversifikasi usaha budidaya. Daerah sentra ikan hias meliputi: Jambi, Sumsel, DKI Jakarta, Jatim, Jabar, DI Yogyakarta, Kalbar, Kalsel, Sulsel, dan Papua. 10

DAFTAR PUSTAKA Anang, Nugroho. 2006. Budidaya Rumput Laut. http://www.bi.go.id/sipuk/id/?id=4&no=53804&idrb=49201. Diakses pada tanggal 11 Mei 2011. Andi. 2009. Budidaya Ikan Andalan Usaha Perikanan Masa Depan. http://www.ujungpandangekspres.com/view.php?id=42210. Diakses pada tanggal 11 Mei 2011. Anonim. 2010a. Agribisnis Perikanan. http://www.agrinaonline.com/show_article.php?rid=9&aid=2306. Diakses pada tanggal 11 Mei 2011. Anonim. 2010b. Empat Kebijakan DKP. http://www.ciputraentrepreneurship.com/entrepreneur/internasional/wanita/203- jadikan-indonesia-produsen-ikan-terbesar-dkp-siapkan-empat-kebijakan.html. Diakses pada tanggal 11 Mei 2011. Anonim. 2011a. Budidaya Gurame. http://artikelhot.com/275/pedederan-di-plastik-dgnikan-gurame.aspx. Diakses pada tanggal 11 Mei 2011. Anonim. 2011b. Budidaya Lele. http://galeriukm.web.id/unit-usaha/peternakan/budi-dayalele-dumbo-dengan-kolam-terpal. Diakses pada tanggal 11 Mei 2011. Departemen Kelautan dan Perikanan RI., 2007. Peluang Pengembangan Usaha Budidaya Perikanan Laut dan Darat Indonesia. Laporan Tahunan Departemen Kelautan dan Perikanan RI Jakarta, 350 hal. Dirtjen Perikanan Budidaya DKP., 2005. Potensi Pengembangan dan Produksi Perikanan Budidaya Nasional. Laporan Tahunan Ditjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan Jakarta, 285 hal. 11