Keywords: lower respiratory infection, usage, antibiotics evaluation

dokumen-dokumen yang mirip
Fajar Prasetya Kelompok Bidang Ilmu Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D

PHARMACY, Vol.13 No. 02 Desember 2016 ISSN

INTISARI. Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik

Peresepan Antibiotik pada Pasien Anak Rawat Jalan di BLUD RS Ratu Zalecha Martapura: Prevalensi dan Pola Peresepan Obat

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INTISARI KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

I. PENDAHULUAN. besar di Indonesia, kasus tersangka tifoid menunjukkan kecenderungan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran

POLA PEMBERIAN ANTIBIOTIKA PADA PENGOBATAN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN Penelitian Tugas Akhir

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2015 SKRIPSI

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

Kata Kunci: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), Dengue Shock Syndrome (DSS), morbiditas, mortalitas. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK UNTUK PENYAKIT DIARE PADA PASIEN BALITA DI INSTALASI RAWAT INAP RSI SULTAN AGUNG SEMARANG TAHUN 2015 ARTIKEL.

ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

INTISARI. Kata Kunci : Antibiotik, ISPA, Anak. Muchson, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten 42

RASIONALITAS KRITERIA TEPAT DOSIS PERESEPAN COTRIMOXAZOLE PADA PENGOBATAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS S

Evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien febris rawat inap di sebuah rumah sakit swasta di Yogyakarta (periode Januari Juni 2002)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua yaitu, infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah.

POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PENYAKIT PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL WAHAB SJAHRANIE

Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013

ABSTRAK ANALISIS KASUS PENDERITA PNEUMONIA DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2007

GAMBARAN PENURUNAN DEMAM PADA PASIEN DEMAM TIFOID DEWASA SETELAH PEMBERIAN FLUOROQUINOLONE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare,

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia. 1. merupakan pneumonia yang didapat di masyarakat. 1 Mortalitas pada penderita

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI JUNI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA DIARE AKUT PEDIATRI

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan kasus per penduduk per tahun, atau kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

ABSTRAK. Zurayidah 1 ;Erna Prihandiwati 2 ;Erwin Fakhrani 3

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. adalah penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam tifoid merupakan suatu infeksi tropis yang masih menjadi

ANALISIS BIAYA ANTIBIOTIK PADA TERAPI PNEUMONIA PASIEN BPJS ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di. seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN SIRUP KOTRIMOKSAZOL PADA BALITA PENDERITA DIARE SPESIFIK DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN

ABSTRAK PREVALENSI TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU ROTINSULU BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2007

PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK PADA TERAPI DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

ABSTRAK PROFIL PENDERITA HEMOPTISIS PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP SANGLAH PERIODE JUNI 2013 JULI 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sikni Retno Karminigtyas, Rizka Nafi atuz Zahro, Ita Setya Wahyu Kusuma. with typhoid fever in inpatient room of Sultan Agung Hospital at Semarang was

POLA KLINIS PNEUMONIA KOMUNITAS DEWASA DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK. GAMBARAN IgM, IgG, DAN NS-1 SEBAGAI PENANDA SEROLOGIS DIAGNOSIS INFEKSI VIRUS DENGUE DI RS IMMANUEL BANDUNG

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun...

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi saluran pernafasan akut saat ini merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.

KAJIAN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DALAM TERAPI DEMAM TYPHOID PADA PASIEN ANAK RAWAT INAP DI RSUD Dr. M.M DUNDA LIMBOTO

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER : Triswaty Winata, dr., M.Kes.

ABSTRAK INSIDENSI TIPE PENYAKIT INFEKSI DENGUE PADA ANAK USIA 0 15 TAHUN DI RS. IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2005

PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ISPA DI BEBERAPA PUSKESMAS KOTA SAMARINDA

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENGGUNAANCEFADROXYL SIRUP PADA BALITA PENDERITA ISPA DI APOTEK KIMIA FARMA MISTAR BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PENGOBATAN PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN RAWAT INAP PENDERITA INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSD Dr. SOEBANDI JEMBER (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009)

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang utama dalam

KESESUAIAN DOSIS PEMBERIAN AMOXICILLIN PADA PASIEN ANAK DI POLI KIA PUSKESMAS PANJATAN I PERIODE OKTOBER-DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. subtropis terutama di negara berkembang dengan kualitas sumber air yang tidak

EVALUASI POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK PENDERITA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RS X TAHUN NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting khususnya di negara berkembang (Kemenkes, 2011). Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. infeksi bakteri. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berubah dalam

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA KANKER PARU DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2011

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi Ulkus Diabetika

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup manusia dan derajat kesehatan masyarakat dalam aspek pencegahan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang

ABSTRAK. PEMERIKSAAN IgM DAN IgG DENGUE RAPID TEST DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG

Transkripsi:

EVALUASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN RAWAT INAP PENDERITA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN BAWAH DI RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 25 Fajar Prasetya 1), Zullies Ikawati 2) Kelompok Bidang Ilmu Farmakologi-Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman e-mail: fajar_prasetya@yahoo.co.id 1) Laboratorium Farmasi Klinik dan Farmakoterapi Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada 2) ABSTRACT The non-tbc lower respiratory infection is a kind of infection that can attack bronchus, bronchioles and lung, the clinical manifestation can chronicle and severe. Generally the caused in children is virus and bacteria while in adult is bacteria, which is using antibiotics in medical attention. The purpose of research is to find out the infection pattern and the kind of antibiotics and to evaluate the using antibiotics based on effectivity. The non-experimental research that was form in a retrospective survey was done through medical record of patient with the lower respiratory infection in the time limit of january-june 25 in Panti Rapih Hospital. The using of antibiotics was surveyed from medical record then analyzed using quantitative descriptive and presented in percentage. The result was that the most infection from patient with lower respiratory infection is bronchitis 45 % from 132 patients with 137 cases, the biggest percentage is man 58 % and placed in children age between -14 years old 52 % with the length of medical attention 6 days in average. Based on this research 95 % gave clinical respond of fever decerease within 2-6 days and 45 % showed heal conditions, 4 % better, 1 % not heal and 5 % died. Keywords: lower respiratory infection, usage, antibiotics evaluation ABSTRAK Infeksi saluran pernapasan bawah non TBC merupakan suatu golongan infeksi yang dapat menyerang bronkus, bronkiolis, dan paru, manifestasi kliniknya dapat bersifat akut dan kronis. Umumnya pada anak-anak penyebabnya adalah virus dan bakteri, sedangkan pada orang dewasa adalah bakteri, yang dalam pengobatannya menggunakan antibiotika. Penelitian ini bertujuan mengetahui pola infeksi dan jenis antibiotika serta mengevaluasi penggunaan antibiotika berdasarkan efektivitas. Penelitian non eksperimental yang berbentuk survei retrospektif dilakukan melalui rekam medik pasien dengan infeksi saluran pernapasan bawah yang menjalani rawat inap pada kurun waktu Januari-Juni 25 di RS Panti Rapih Yogyakarta, kemudian dianalisis secara deskriftif kuantitatif yang dinyatakan dengan presentase. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa jenis infeksi yang terbanyak pada pasien dengan infeksi salauran pernapasan bawah adalah bronkitis 45 % dari 132 pasien dengan 137 kasus, presentase terbesar pada pria 58 % dan terdapat pada anak-anak dengan umur -14 tahun 52 %, dengan lama rawat rata-rata 6 hari. Berdasarkan penelitian 95 % memberikan respon klinik turunnya demam dalam 2-6 hari, dan sebanyak 45 % menunjukan kesembuhan, membaik 4 %, tetap belum sembuh 1 %, serta meninggal 5 %. Kata Kunci: infeksi saluran pernapasan bawah, penggunaan, evaluasi antibiotika J. Trop. Pharm. Chem. 21. Vol 1. No. 1. 27

PENDAHULUAN Infeksi saluran pernafasan bawah non TBC merupakan suatu golongan infeksi yang dapat menyerang bronkus, bronkiolus dan paru, manifestasi klinisnya dapat bersifat akut dan kronis. Umumnya pada anak-anak penyebabnya adalah virus dan bakteri, pada orang dewasa penyebabnya adalah bakteri (Rasmin, 1997). Saluran pernafasan bawah sangat mudah terkena infeksi oleh bermacam-macam mikroorganisme, karena ia adalah salah satu sistem organ yang berhubungan lansung dengan lingkungan (Schulman, 1994). Infeksi saluran pernapasan merupakan penyakit yang banyak diderita masyarakat. Survey kesehatan rumah tangga (21) menunjukan bahwa 36 % kematian bayi dan 13 % kematian anak balita disebabkan oleh ISPA, juga disebutkan bahwa sebagian besar mortalitas ISPA disebabkan oleh pneumonia. Didaerah Istimewa Yogyakarta infeksi saluran pernafasan bawah merupakan 6,32 % dari seluruh penyakit, dan merupakan 9,4 % penyakit penyebab kematian (Anonim 21). Insidensi tahunan infeksi saluran pernafasan bawah relatif masih sangat tinggi dinegara sedang berkembang seperti indonesia. Rachmatullah (1994) menyebutkan bahwa infeksi saluran pernafasan bawah banyak ditemukan di Indonesia dengan angka kesakitan dan kematian yang cukup tinggi. Hal ini sangat berbeda dengan insidensi infeksi saluran pernafasan bawah di Amerika serikat relatif sudah rendah, yaitu 4 juta kasus pneumonia pertahun, hanya satu juta diantaranya perlu perawatan rumah sakit (Halm dan Teirstein, 22). Pola pengobatan antibiotika dirumah sakit biasanya masih berdasarkan pengalaman klinis dan empirik, belum didasarkan pada pola kuman dan sensitivitas dari antibiotika. Hal ini menyebabkan pengobatan tidak efektif serta efisien dan lebih jauh lagi dapat meningkatkan resistensi bakteri terhadap antibiotika, kekambuhan/relaps dan waktu penyembuhan yang lebih lama (Dwiprahasto dkk, 1995). Dari penelusuran awal yang dilakukan terhadap pasien rawat inap dengan diagnosis infeksi saluran pernapasan bawah di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta selama periode Januari-Juni 25, ditemukan 214 kasus dengan berbagai jenis antibiotika yang digunakan. Banyaknya jenis antibiotika yang beredar saat ini dan adanya kuman yang resisten terhadap beberapa antibiotika, dan di satu sisi pengembangan antibiotika untuk terapi infeksi saluran pernafasan telah banyak menurunkan morbiditas dan mortalitas menyebabkan pemilihan antibiotika yang efektif, efisien, aman dan sedikit efek samping pada pasien infeksi saluran pernafasan semakin kompleks yang memerlukan berbagai pertimbangan baik dari segi kualitas maupun harga yang terjangkau, walaupun dilakukan secara empirik. Selain itu penentuan diagnosis yang tepat sangat diperlukan agar penggunaan obatnya bisa rasional yaitu: tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat, tepat dosis, dan waspada terhadap efek samping obat (Anonim, 1998). Berdasarkan hal yang disebut di atas, maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk memperoleh gambaran tentang penyakit infeksi dan evaluasi efektivitas penggunaan antibiotika dengan infeksi pernapasan bawah di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari-Juni 25. METODE Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen dilakukan dengan rancangan deskriptif evaluatif melalui penelusuran J. Trop. Pharm. Chem. 21. Vol 1. No. 1. 28

data secara retrospektif terhadap rekam medik penderita infeksi saluran pernapasan bawah yang dirawat di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta selama kurun waktu Januari hingga Juni 25. Diambil seluruh kasus yang memenuhi kriteria inklusi. Ditempuh tahap-tahap penelitian yang merupakan urutan kegiatan. Bahan penelitian berupa catatan rekam medik pasien rawat inap dengan diagnosis infeksi saluran pernafasan bawah yang dirawat di RS Panti Rapih Yogyakarta selama kurun waktu Januari hingga Juni 25 yang mendapat terapi antibiotika, hasil pemeriksaan radiologi, hasil pemeriksaan laboratorium (hasil kultur dan sensitivitas tes, hasil sputum, hasil pemeriksaan darah lengkap). Alat penelitian dalam penelitian ini adalah berupa formulir penelitian terstruktur untuk mencatat data rekam medik penderita infeksi saluran pernapasan bawah. Data yang dikumpulkan dicatat dalam form penelitian meliputi identitas pasien, riwayat penyakit pasien, diagnosis, tanda-tanda vital, pemakaian antibiotika, pemakaian obat lain, pemeriksaan laboratorium (sputum, kultur, sensitivitas dan darah lengkap), pemeriksaan radiologi. Alat penelitian lain berupa SPM RS Panti Rapih Yogyakarta tahun 1998, pedoman penggunaan antibiotik untuk infeksi saluran pernafasan bawah oleh WHO tahun 23, dan referensi standar terapi yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu untuk infeksi saluran pernapasan bawah. Penelitian dilaksanakan dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah proses penelusuran dan pengumpulan data. Tahap kedua adalah proses pengolahan data. Tahap ketiga adalah analisis dan evaluasi data, dan tahap keempat adalah pengambilan kesimpulan dan saran. PEMBAHASAN Deskripsi umum hasil penelitian, akan disajikan dalam dua kategori besar. Pertama adalah pola penyakit infeksi saluran pernafasan bawah dan yang kedua adalah evaluasi efektivitas penggunaan antibiotika pada pasien dengan infeksi saluran pernapasan bawah. Karakteristik subyek penelitian dalam hal ini dikelompokan berdasarkan umur, jenis kelamin, dan diagnosis masuk ditampilkan pada Tabel 1. Pada penelitian ini pola penyakit infeksi saluran pernapasan bawah yang didapat dari 214 kasus rawat inap dengan infeksi saluran pernafasan bawah selama kurun waktu bulan Januari sampai Juni 25 di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, dipilih 137 kasus terdiri dari 132 pasien yang memenuhi kriteria inklusi kemudian dilakukan pengamatan terhadap pola penggunaan antibiotika berdasarkan distribusi jenis penyakit infeksi saluran pernafasan bawah yang didapatkan dari uji kultur sputum, darah, urin, dan faeses. Kemudian melakukan distribusi kasus berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin yang terdapat dalam catatan rekam medik pasien serta lama hari rawat di rumah. Ada beberapa cara untuk menyatakan efektivitas antibiotika, yaitu dengan melihat apakah kuman penyebab sudah tidak ada dalam pemeriksaan kultur bakteri, angka leukosit yang sudah normal, pemeriksaan sputum negatif, turunnya demam pada suhu tubuh normal 36-37,8 C dalam 24-72 jam, serta perbaikan tandatanda vital, dan dibandingkan antara sebelum pemberian terapi antibiotika dengan sesudah terapi antibiotika. J. Trop. Pharm. Chem. 21. Vol 1. No. 1. 29

Tabel 1. Karakteristik subyek penelitian penggunaan antibiotika pasien rawat inap dengan infeksi saluran pernapasan bawah di RS Panti Rapih Yogyakarta periode Januari-Juni 25 Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (%) 14 (anak) 69 (53 %) 15 4 (dewasa) 15 (11 %) 41 65 (dewasa) 19 (14 %) > 65 29 (22 %) Total 132 (1 %) Jenis Kelamin Pria Wanita Jumlah % Jumlah % 41 53 28 51 7 9 8 14 12 16 7 13 17 22 12 22 77 (58 %) 1 55 (42 %) Diagnosis Masuk Jumlah (%) Bronkitis 6 (45 %) Bronkiektasis 1 (8 %) Pneumonia 12 (9 %) Bronkopneumonia 5 (38 %) Total 132 (1 %) 1 Pasien di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta dengan infeksi saluran pernafasan bawah tidak semuanya dilakukan pemeriksaan sesudah terapi seperti disebut di atas, sehingga efektivitas antibiotika hanya diamati berdasarkan turunnya demam secara berangsur-angsur pada suhu tubuh normal 36-37,8 C dalam 24-72 jam, serta perbaikan klinis pasien. Evaluasi efektivitas antibiotika berdasarkan turunnya demam dilakukan pada pasien infeksi saluran pernapasan bawah yang hanya mendapat antibiotika tunggal dan kombinasi dengan turunnya demam > 2 hari (Dahlan dan Soemantri, 1992). Dari Tabel 2 terlihat efektivitas penggunaan antibiotika berdasarkan turunnya demam pada pasien dengan infeksi saluran pernapasan bawah tertinggi ditemukan 69 (77.3 %) kasus pada turunnya demam 1-3 hari dan 16 (22.7 %) kasus dengan turunnya demam 4 hari. Penggunaan seftriakson 4 g/hari selama 3 hari telah berhasil mengatasi demam infeksi saluran pernapasan bawah dengan baik dimana demam umumnya mereda pada hari ke-3 (Mansjoer, 1999). Evaluasi efektivitas antibiotika berdasarkan turunnya demam dilakukan pada pasien infeksi saluran pernapasan bawah yang hanya mendapat antibiotika tunggal dan kombinasi dengan turunnya demam > 2 hari (Dahlan dan Soemantri, 1992). Respon klinis atau hasil pengobatan merupakan tahap akhir dalam perawatan di rumah sakit yang sangat diharapkan semua pihak untuk dicapainya perbaikan kondisi dan kesembuhan pasien. Respon klinis merupakan keadaan yang tergantung banyak faktor antara lain berat ringannya penyakit, daya tahan tubuh pasien, efektivitas dan ketepatan pengobatan yang ditunjang juga oleh keberhasilan perawatan selama di rumah sakit. J. Trop. Pharm. Chem. 21. Vol 1. No. 1. 3

Tabel 2. Efektivitas penggunaan antibiotika berdasarkan turunnya demam pada pasien dengan infeksi saluran pernapasan bawah di RS Panti Rapih Yogyakarta periode Januari-Juni 25. Turunnya Demam Antibiotika Frekuensi 1-3 hari 4 hari n % n % Sefadroksil 5 4 8 1 2 Seftriakson 15 11 73 4 27 Sefotaksim 4 4 1 Sefiksim 12 12 1 Seftizoksim 4 4 1 Sefepim 3 3 1 Gentamisin 1 8 8 2 2 Erytomisin 1 7 7 3 3 Amoksisilin 9 5 56 4 44 Ampisilin 1 1 1 Ko-Amoksiklav 2 2 1 Levofloksasin 4 3 75 1 25 Siprofloksasin 2 1 5 1 5 Metronidasol 2 2 1 Kotrimoksazol 4 3 75 1 25 Jumlah 87 69 77.3 % 16 22.7 % Jadi hasil pengobatan yang buruk belumlah pasti sebagai akibat lansung dari penggunaan obat yang tidak benar, tetapi pengobatan yang rasional sangatlah jelas menunjang kesembuhan pasien. Dalam penelitian ini peneliti mengambil data respon klinis/hasil pengobatan berdasarkan pernyataan dokter pada lembar keterangan keadaan keluar. Respon klinis diklasifikasikan ke dalam 4 kategori yaitu: sembuh, membaik, belum sembuh (tetap) atas permintaan sendiri (APS), boleh pulang (BLPL) dan meninggal dunia (M), yang merupakan pernyataan yang ditulis oleh dokter yang menangani pada waktu pasien mau pulang. Evaluasi efektivitas penggunaan antibiotika berdasarkan respon klinis dilakukan pada pasien infeksi saluran pernapasan bawah yang mendapatkan antibiotika tunggal dan kombinasi. Dari penelitian ini secara umum penggunaan antiobiotika pada pasien dengan infeksi saluran pernapasan bawah memberikan respon sembuh yaitu 45 %, membaik 4 %, tetap belum sembuh 1%, dan meninggal 5 %. Efektivitas penggunaan antibiotika berdasarkan respon klinis pada pasien infeksi saluran pernapasan bawah secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3. Dari penelitian ini ditemukan pasien infeksi saluran pernapasan bawah dengan respon klinis sembuh (BLPL 45 %), membaik (BLPL 36 %, APS 4 %), tetap belum sembuh (BLPL 2 %, APS 8 %, dan M 5 %). Pasien meninggal dunia pada pasien bronkitis 1 kasus, pneumonia 1 kasus, dan bronkopneumonia 6 kasus. Pasien meninggal dikarenakan pasien mengalami apnea yaitu gagal napas atau penghentian pernapasan yang menyebabkan asidosis dan vasokontriksi arteriol paru. Terapi yang diberikan adalah seftriakson dalam dosis tunggal dimana tidak dianjurkan diberikan dalam bentuk tunggal karena tidak dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap beberapa bakteri patogen yang potensial misalnya P. aeruginosa (Clarke dkk, 1994). J. Trop. Pharm. Chem. 21. Vol 1. No. 1. 31

Tabel 3. Efektivitas penggunaan antibiotika berdasarkan respon klinis pada pasien infeksi saluran pernapasan bawah di RS Panti Rapih Yogyakarta periode Januari-Juni 25 Gol. Jenis Antibiotika S B Tetap M Efektiv. Antibiotika Frek. BS Gol. n (%) n (%) n (%) n (%) AB Sefadroksil 12 1(84%) 1(8%) 1(8%) Sefradin 2 1(5%) 1(5%) Sefprozil 3 2(66%) 1(34%) Sefuroksim 3 2(66%) 1(34%) Sefotaksim 7 4(58%) 2(29%) 1(13%) Sefalo- Seftriakson 37 11(3%) 17(46%) 5(14%) 4(1%) sporin Seftazidim 3 1(34%) 2(66%) 44% (Lini II) Sefiksim 28 9(33%) 18(65%) 1(2%) sembuh Seftizoksim 6 5(84%) 1(16%) Sulperason 1 1(1%) Sefotiam 1 1(1%) Sefepim 4 2(5%) 2(5%) Kuinolon (Lini II) Makrolida (lini I) Ofloksasin 5 2(4%) 1(2%) 2(4%) Levofloksasin 24 1(42%) 9(38%) 2(8%) 3(12%) Gatifloksasin 1 1(1%) 6(6%) 2(2%) 1(1%) Siprofloksasin 4 1(25%) 2(5%) 1(25%) Klindamisin 3 1(34%) 2(66%) Spiramisin 1 1(1%) Azytromisin 2 1(5%) 1(5%) Streptomisin 1 1(1%) Erytromisin 13 5(38%) 7(54%) 1(8%) Penisilin (Lini I) Ampisilin Amoksisilin Ko-amoksiklav 2 16 4 1(5%) 14(88%) 2(5%) 1(5%) 2(22%) 2(5%) Sulbaktam 1 1(1%) Gentamisin 13 4(3%) 7(54%) 1(8%) 1(8%) Amikasin 2 1(5%) 1(5%) Metronidazol 3 1(34%) 2(66%) Kotrimoksazol 6 3(5%) 3(5%) Thiamfenikol 1 1(1%) Total 218 97(45%) 88(4%) 21(1%) 12(5%) Keterangan: S= sembuh, B= membaik, BS= belum sembuh, M= meninggal 33% Sembuh 45% Sembuh 73% Sembuh Pada tabel 3 terlihat efektivitas penggunaan antibiotika lini kedua golongan sefalosporin memberikan respon klinis sembuh 44 %, golongan kuionolon 33 %, sedangkan antibiotika lini pertama yaitu golongan penisilin dan makrolida memberikan respon klinis sembuh lebih tinggi yaitu 73 % dan 45 %. Perhitungan ini didapat dengan cara menjumlahkan total pasien yang sembuh kemudian dibagi dengan jumlah frekuensi penggunaan obat disetiap golongan. KESIMPULAN Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa jenis infeksi yang terbanyak pada pasien dengan infeksi saluran pernapasan bawah adalah bronkitis 6 (45 %) kasus dari 132 pasien dengan 137 kasus, persentase terbesar pada pria 77 (58 %) dan terdapat pada umur anak-anak -14 tahun 52 %, dengan lama rawat ratarata 6 hari. Efektivitas penggunaan antibiotika berdasarkan respon klinis J. Trop. Pharm. Chem. 21. Vol 1. No. 1. 32

pasien sembuh boleh pulang 45 %, membaik (boleh pulang 36 %, atas permintaan sendiri 4 %), tetap belum sembuh (boleh pulang 2 %, atas permintaan sendiri 8 %, dan meninggal 5 %). Antibiotika lini pertama yaitu golongan penisilin memberikan respon klinis sembuh paling tinggi yaitu 73 %. UCAPAN TERIMA KASIH Kepada Pimpinan Rumah Sakit Panti Rapih yang telah bersedia memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian. DAFTAR PUSTAKA 1. Clarke, F.H.; Zemcov, S.J.V.; & Hubinette, M.M. 1994, Comparativ In Vitro Activity of FK- 37, A New Cephalosporin Antibiotic. Diagn Micro Infec Dis, 2; 27-23. 2. Dahlan, Z.; & Soemantri, E.S. 1992, Pedoman Pengelolaan Infeksi Saluran Pernapasan Bawah Akut Pemilihan Secara Empirik, M.K.I (3), 11-116. 3. Dwiprahasto, I.; Kristin, E.; & Mustofa. 1995, Penggunaan Antibiotika Rasional, Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 1-29, 146-166; Yogyakarta. 4. Halm, E.A.; & Teirstein, A.S. 22, Management of Community-Acquiered Pneumonia, NEJM, 347: 239-245. 5. Mansjoer, A.; Triyanti, K.; Savitri, R.; Wardhani, W.I.; Setyowulan, W.; Tiara, A.D.; & Hamsah, A. 2, Infeksi Saluran Pernapasan Bawah, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid Pertama, Media Aesculaplus; Jakarta, 421-425. 6. Rasmin, M. 1997, Infeksi Saluran Nafas Bawah, M.K.I, 47, (6), 271-272. 7. Rachmatullah. 1996, Infeksi Saluran Nafas Bawah Akut Pada Orang Dewasa, M.K.I, 44 (8), 486-494. 8. Schulman, S.T.; Phair, J.; & Sommers, H. 1994, The Biologic & Clinical Basic of Infectious Diseases, Fourth Edition, wahab, S., Editor Edisi Bahasa Indonesia, Dasar Biologis & Klinis Penyakit Infeksi, Fakultas Kedokteran UGM, Gadjah Mada University Press; Yogyakarta, 521-535, 66-67 J. Trop. Pharm. Chem. 21. Vol 1. No. 1. 33