BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu instansi atau organisasi Pemerintah Kota. (Kesbangpol dan Linmas) Kota Tanjungbalai memiliki tugas melaksanakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 88 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

SINGKAWANG JANTUNG KALIMANTAN BARAT

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

Governance dituntut adanya sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RENCANA KERJA 2018 BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017

ANATOMI KEAMANAN NASIONAL

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 40 Tahun 2011 TENTANG KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia memiliki suku, adat istiadat, bahasa, agama, ras, seni dan

BAB I PENDAHULUAN. melainkan kebutuhan untuk meredakan ketegangan konflik dari salah satu pihak.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMBAURAN KEBANGSAAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

LAPORAN KINERJA ESELON III TAHUN 2016 BIDANG KEWASPADAAN DAERAH BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KOTA MALANG BAB I PENDAHULUAN

PENYELENGGARAAN FORUM KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT (FKDM) KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya

Oleh: DEPUTI VI/KESBANG KEMENKO POLHUKAM RAKORNAS FKUB PROVINSI DAN KAB/KOTA SE INDONESIA

Balikpapan, Februari 2016 Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Balikpapan, Astani Pembina Tingkat I NIP

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sosiokultural yang beragam dan geografis yang luas. Berikut adalah

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KESATUAN BANGSA, POLITIK DAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. juga multikultural, dimana dalam kehidupan tersebut terdapat berbagai macam

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. berjalan lancar jika didukung oleh adanya kondisi yang aman dan tenteraman. Salah satu hal

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.

ANALISA PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK HORIZONTAL DI KALIMANTAN BARAT. Alwan Hadiyanto Dosen Tetap Program Studi Ilmu Hukum UNRIKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan macam-macam suku bangsa, agama, ras, dan sumber daya manusia. Dibalik itu semua Indonesia

I. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat.

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM PEMBAURAN KEBANGSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 104 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG TEKNIS PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2012, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Penang

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 25 TAHUN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK

BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang memiliki ribuan pulau, tiga ratus lebih suku, budaya,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dan berkedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) bagi siswa.

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

DISAMPAIKAN PADA : RAPAT KOORDINASI NASIONAL PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA, PUSAT DAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PARIAMAN dan WALIKOTA PARIAMAN MEMUTUSKAN:

BAB I. PENDAHULUAN. hakikat suku bangsa, agama, ras dan golongan dalam masyarakat juga memiliki latar

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA ORIENTASI KESIAPAN SATLINMAS DALAM PERLINDUNGAN MASYARAKAT

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG

BIRO HUKUM DAN HUMAS

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara telah mendorong pemerintah. baik pusat maupun daerah untuk lebih bersungguh-sungguh

PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMBAURAN KEBANGSAAN DALAM PROVINSI JAMBI

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12TAHUN 2006 TENTANG KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

L K I P LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan meningkatnya ketergantungan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. seluruhnya akibat pengaruh bencana tsunami. Pembangunan permukiman kembali

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kemajemukan, tetapi yang terpenting adalah keterlibatan aktif terhadap kenyataan

SAMBUTAN WALIKOTA BANDUNG PADA ACARA PERINGATAN HARI JADI KE-204 KOTA BANDUNG TAHUN 2014

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA KESBANGPOL KOTA SALATIGA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung di

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya beragam (plural). Suatu

Tugas Umum Pemerintahan

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 70 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 181 ayat (1) Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENJA - SKPD) TAHUN ANGGARAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai

BUPATI SIAK KEPUTUSAN BUPATI SIAK NOMOR 341/HK/KPTS/2014 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA KANTOR KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KABUPATEN SIAK

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA SEMINAR FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KABUPATEN SLEMAN TANGGAL : 21 MEI 2014

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu instansi atau organisasi Pemerintah Kota Tanjungbalai, Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpol dan Linmas) Kota Tanjungbalai memiliki tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat. Oleh karena itu, sesuai dengan tugasnya tersebut, Badan Kesbangpol dan Linmas dikehendaki senantiasa mampu merumuskan maupun mengimplementasikan strategi yang tepat dalam konteks dinamika keberagaman masyarakat dalam rangka memelihara suasana kehidupan masyarakat yang menyatu dan kondusif di Kota Kota Tanjungbalai yang terdiri dari berbagai ragam suku, agama, adat istiadat, profesi dan golongan masyarakat selama ini sedikit banyaknya mengalami pengaruh baik langsung maupun tidak langsung dari dinamika politik dan kebangsaan di tingkat nasional maupun regional yang dapat berdampak terhadap suasana kemasyarakatan dan kondusivitas daerah. Di samping itu, lebih dari satu dekade paska reformasi setelah dirasakan terjadinya pelunturan nilai-nilai kebangsaan yakni persatuan dan kesatuan serta adanya kecenderungan perbedaan berbagai kepentingan kelompok elit politik yang muncul ke permukaan dalam nuansa pluralitas masyarakat Indonesia. Keragaman masyarakat dan perbedaan kepentingan tersebut jika tidak diantisipasi dengan baik oleh pemerintah, akan menjurus kepada gesekan bahkan konfik 1 1

2 suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) di daerah termasuk di Kota Secara historis, tercatat berbagai kasus konflik menonjol yang pernah terjadi di Kota Tanjungbalai di antaranya : konflik antara Suku Aceh dan Suku Melayu Tahun 1976, konflik antar agama di Sungai Dua tahun 1988, konflik antar pemuda Etnis Tionghoa dan Etnis Karo tahun 1989, amuk massa dan penjarahan terhadap Etnis Tionghoa tahun 1998, konflik antar Pemuda Pancasila dan Ikatan Pemuda Karya tahun 2001, konflik antar nelayan tradisonal dengan nelayan Pukat Harimau (trawl) tahun 2004, konflik Pemilihan Umum Anggota DPRD Kota Tanjungbalai tahun 2004 konflik pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil kepala daerah tahun 2009, konflik Pendirian Patung Budha tahun 2010 serta aksi sporadis pembakaran dan pengrusakan rumah ibadah dan yayasan sosial Etnis Tionghoa dan pembakaran kapal pukat tarik dua oleh nelayan tradisional di tahun 2016 (sumber : Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Tanjungbalai, 2016). Dari berbagai konflik tersebut di antaranya ada pula yang sampai menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang tentunya dapat mengganggu ketentraman dan ketertiban masyarakat, serta mengusik persatuan kesatuan bangsa, keharmonisan masyarakat dan situasi kondusif daerah. Untuk mengantisipasi, mencegah dan mengatasi berbagai permasalahan yang telah disebut di atas agar tidak terjadi di Kota Tanjungbalai, maka peranan Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kota Tanjungbalai yang dibentuk melalui Peraturan Daerah Kota Tanjungbalai Nomor 16 Tahun 2008 adalah sangat diperlukan dan bersifat strategis. Oleh karena itul, selaku instansi yang tugasnya adalah membantu 2

3 Walikota Tanjungbalai dalam memelihara kesatuan bangsa dan situasi kondusif daerah, satuan kerja perangkat daerah ini dituntut memiliki kepekaan dan ketanggapan dalam menyusun strategi serta mengimplementasikannya melalui berbagai program dan kegiatan yang terencana dengan baik dan tepat sasaran. Hal tersebut di atas menimbulkan ketertarikan dalam diri penulis untuk melakukan penelitian tesis ini. Adapun topik peneitian tesis dimaksud adalah tentang bagaimana Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Tanjungbalai mengantisipasi dan menghadapi berbagai permasalahan pluralitas dan dinamika kemasyarakatan dengan menyusun serta mengimplementasikan strategi di bidang kesatuan bangsa, politik, dan perlindungan masyarakat agar terpelihara kesatuan bangsa dan situasi kondusif di Kota Untuk membatasi lingkup bahasan penelitian ini, penulis memusatkan perhatian tentang strategi apa saja yang ditetapkan serta bagaimana implementasi strategi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat untuk menghadapi dan mengantisipasi dinamika dan perkembangan daerah selama ini, khususnya yang terjadi di tahun 2016 dalam rangka pemeliharaan kesatuan bangsa dan situasi kondusif di Kota Penulis memilih Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Tanjungbalai sebagai lokus penelitian, karena Satuan Kerja perangkat Daerah (SKPD) ini sesuai dengan latar belakang permasalahan yang ada serta menjadi salah satu SKPD yang bertanggung jawab dalam rangka mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa, demokratisasi politik serta ketenteraman dan ketertiban masyarakat. Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis menetapkan judul penelitian tesis ini yaitu: Implementasi Strategi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan 3

4 Perlindungan Masyarakat Dalam Rangka Pemeliharaan Kesatuan Bangsa dan Situasi Kondusif di Kota Tanjungbalai. Selanjutnya penulis melihat bahwa kajian terhadap implementasi strategi organisasi dalam rangka memelihara kesatuan bangsa dan situasi kondusif ini belum pernah dilakukan oleh mahasiswa Magister Studi Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik serta mahasiswa program magister lainnya. Kalaupun ada penelitian yang berkaitan dengan topik tentang implementasi strategi, namun menurut hemat penulis pokok permasalahan dan lokus penelitiannya adalah berbeda-beda. Penulis menegaskan bahwa penelitian sesuai dengan judul tersebut di atas dapat dipertanggungjawabkan orisinalitasnya secara akademis. 1.2. Perumusan Masalah Perumusan masalah merupakan pertanyaan yang timbul berdasarkan judul maupun latar belakang masalah yang ada serta hal yang inti dan mengandung pertanyaan apa saja yang akan dicari jawabnya dalam sebuah penelitian (Sujarweni, 2014 :42) Adapun masalah yang dapat dirumuskan oleh penulis adalah : 1. Strategi apa saja yang diimplementasikan Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat dalam rangka pemeliharaan kesatuan bangsa dan situasi kondusif di Kota Tanjungbalai? 2. Bagaimana implementasi strategi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat dalam rangka pemeliharaan kesatuan bangsa dan situasi kondusif di Kota Tanjungbalai? 4

5 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan penelitian : 1. Untuk mengetahui strategi-strategi yang diimplementasikan Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat dalam rangka pemeliharaan kesatuan bangsa dan situasi kondusif di Kota 2. Untuk mengetahui gambaran tentang implementasi strategi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat dalam rangka pemeliharaan kesatuan bangsa dan situasi kondusif di Kota b. Manfaat penelitian: 1. Untuk menambah khasanah penelitian tentang strategi dan manajemen pembangunan yang dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah yang membidangi kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat. 2. Sebagai saran dan masukan yang dapat digunakan oleh Pemerintah Kota Tanjungbalai c.q. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik dalam hal penyusunan dan implementasi strategi dalam rangka memelihara kesatuan bangsa dan situasi kondusif sesuai kebutuhan serta dinamika perkembangan daerah. 5