BAB I PENDAHULUAN. sepeda motor yang tidak memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi). Kurangnya

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. hampir terjadi diberbagai daerah terutama di kota-kota besar. Kondisi semacam

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. transportasi pribadi khususnya sepeda motor guna mempercepat dan

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra suatu negara ditunjukkan oleh citra sistem lalu lintas di negara

STUDI TENTANG KESADARAN HUKUM SISWA DALAM BERLALU LINTAS:

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan

BAB I PENDAHULUAN. pemantapan integrasi nasional guna memperkukuh ketahanan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan tertentu dengan mempergunakan alat tertentu pula.

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini manusia dituntut untuk bisa berpindah-pindah tempat dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman,

BAB I PENDAHULUAN. kematian tiap hari di seluruh dunia. Berdasarkan laporan POLRI, angka

BAB I. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

DATA PIRANTI LUNAK SAT LANTAS POLRES SUMBAWA TAHUN 2016 NO JENIS NOMOR/TAHUN TENTANG JUMLAH KET

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widya Budhi Wicoksono, 2013

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan lalu lintas yang terjadi di kota Bandung dari hari ke hari

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah

A). Perbandingan pelanggaran lalu lintas selama 12 hari pelaksanaan Ops Zebra Siak 2017 dengan Ops Zebra Siak 2016, sbb :

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

LAPORAN HASIL KEGIATAN KAMSELTIBCAR LANTAS KEPADA SISWA SMK YKPP BONTANG PADA HARI SELASA, 25 SENIN 2016

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa. Untuk menunjang pembangunan tersebut salah satu sarana yang di

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang luas yang terdiri dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi di kota-kota besar di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Lalu lintas di Yogyakarta sudah semakin padat dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jalur selatan Jawa dan jalur Semarang-Madiun, yang menjadikan posisinya

2015 HUBUNGAN ANTARA STRES BERKEND ARA D ENGAN D ISIPLIN BERLALU LINTAS PAD A PENGGUNA SEPED A MOTOR D ENGAN STATUS MAHASISWA D I KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan transportasi untuk memindahkan orang dan atau barang dari suatu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pengaruh era globalisasi di segala bidang kehidupan berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. menurut data statistik dari OICA (Organisation Internationale des Constructeurs

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kelalaian

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN HELM SNI TERHADAP TINGKAT KETAATAN MASYARAKAT DALAM HUBUNGANNYA DENGAN FUNGSI HUKUM SEBAGAI ALAT PENGENDALI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. tidur hingga kembali tidur. Menurut Harold Lasswell, lalu lintas dimana polisi lalu lintas bertindak sebagai komunikator

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di sekitar jalan raya, sehingga undang-undang ini memiliki fungsi hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

Peranan Polisi Lalu Lintas dalam Meningkatkan Kedisiplinan Berlalu Lintas Pengguna Kendaraan Bermotor di Wilayah Kepolisian Resort Bantul

BAB I PENDAHULUAN. Bajo, kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur. Perkembangan yang. sektor, salah satunya yang sangat pesat ialah pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum. merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

Salah satu roda perekonomian yang berperan penting adalah transportasi jalan

I. PENDAHULUAN. bahwa : Tidak ada satupun lembaga kemasyarakatan yang lebih efektif di dalam. secara fisik tetapi juga berpengaruh secara psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

Foto 5. public adress Foto 7. public adress

BAB I PENDAHULUAN. pembelian kendaraan bermotor yang tinggi. motor meningkat setiap tahunnya di berbagai daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk yang cukup memprihatinkan. Sejak tahun 1992 hingga 2009, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan angkutan barang wajib memiliki izin, sesuai yang telah

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau

BAB I PENDAHULUAN. heran karena seirama dengan kemajuan dalam berbagai kehidupan, pertambahan

IV. GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) meru pakan merupakan alat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kepolisian Republik Indonesia dalam menciptakan situasi keamanan dan

PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan penggunaan sepeda motor di Negara Indonesia sebagai salah

No Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan maupun secara berk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi tata cara kita berperilaku atau

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi

TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNA JALAN DALAM MEMATUHI PERATURAN DI KAWASAN TERTIB LALU LINTAS PROPOSAL

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi yang sangat besar. Mata pencaharian masyarakatnya beragam, sumber daya alamnya sangat banyak. Mengingat banyaknya kebutuhan masyarakat terhadap sepeda motor mengakibatkan perkembangan sepeda motor mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Perkembangan sepeda motor yang begitu pesat di Indonesia, memberikan dampak yang luas bagi lingkungan sekitarnya. Keberadaan sepeda motor sangat membantu manusia melakukan aktivitasnya, karena dapat digunakan sebagai alat transportasi dan juga bisa digunakan sebagai penunjang kegiatan perekonomian. Pesatnya jumlah sepeda motor saat ini tidak lepas dari jumlah penduduk yang terus bertambah. Sepeda motor yang banyak menjadi pilihan masyarakat karena dianggap lebih praktis dalam penggunaannya serta harga yang tidak terlalu mahal. Banyaknya masyarakat yang membutuhkan sepeda motor maka semakin banyak pula masyarakat yang melanggar peraturan, seperti pemilik kendaraan sepeda motor yang tidak memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi). Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap peraturan yang mengakibatkan masyarakat tersebut banyak melanggar aturan hukum dalam berlalu lintas. Akan tetapi, rendahnya kepedulian masyarakat terhadap peraturan yang berlaku saat ini sehingga dalam berkendaraan harus menaati peraturan supaya tertib dalam berlalu lintas. 1

2 Berdasarkan Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nomor 22 Tahun 2009 selanjutnya disingkat dengan UULAJ, pengendara sepeda motor dimulai dari usia 17 tahun. Tertulis pada Pasal 81 ayat 2 bahwa persyaratan usia pemohon SIM A, C, dan D adalah 17 tahun, sedangkan untuk SIM B1 adalah 20 tahun, dan usia 21 tahun untuk SIM B2. Kemudian SIM berdasarkan pada Pasal 77 ayat 2 UULAJ sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 terdiri atas dua jenis yaitu: a. SIM kendaraan bermotor perseorangan; dan b. SIM kendaraan bermotor umum. Dengan demikian, masing-masing golongan SIM itu berbeda-beda sesuai dengan kendaraan yang digunakannya. Sehingga pengemudi harus memperhatikan kesesuian SIM yang dimilikinya dengan kendaraan yang kemudikannya. Apabila pengendara sepeda motor masih melanggar peraturan yang sudah ditetapkan, dalam arti tidak mempunyai SIM berarti pengendara tidak menaati peraturan yang sudah ditetapkan. Akan mengakibatkan tidak tertibnya lalu lintas dan bisa menimbulkan kecelakaan kepada dirinya sendiri maupun orang lain di jalan raya. Dalam masyarakat modren (maju) faktor kesadaran hukum berpengaruh pada kebutuhan hukum masyarakat karena pada dasarnya mereka memiliki kebudaya dan berkeyakinan bahwa mereka membutuhkan hukum dan hukum itu bertujuan baik, benar, dan adil. Walaupun begitu penting dari tujuan hukum yang tertulis pada Pasal 77 ayat 1 UULAJ tersebut masih banyak pengendara sepeda motor di Kabupaten Batu Bara khususnya di Desa Ujung Kubu yang tidak mengerti tentang penggunaan SIM dalam berkendaraan.

3 Pada kenyataanya, permasalahan ini jelas terlihat di Desa Ujung Kubu Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara. Masyarakatnya masih kurang membudayakan kepatuhan dan kesadaran hukum terhadap pengendara sepeda motor seperti yang dimaksud pada Pasal 77 ayat 1 UULAJ tentang penggunaan SIM serta kurangnya pemahaman pengguna sepeda motor ditinjau dari Pasal 77 ayat 1 UULAJ tentang penggunaan SIM. Dari hasil wawancara dilakukan sebanyak 10 orang hanya 2 orang yang mempunyai SIM, kebanyakan masyarakat di Desa Ujung Kubu Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara pengedara sepeda motor dibawah umur dan ada juga yang cukup umur akan tetapi tidak memiliki SIM. Remaja tergolong rentan terhadap kecelakaan saat berkendara. Remaja yang belum berusia17 tahun atau belum diperbolehkan memiliki SIM, tidak boleh mengendarai mobil atau sepeda motor sendiri. Mengemudikan sendiri ke sekolah atau kepentingan lainnya, selain untuk alasan kepraktisan dan mobilitas, juga seringkali dijadikan sebagai suatu kebanggaan bagi para remaja. Menurut neuropsikolog Elizabeth Sowell, seperti dirilis kembali oleh Satlantas Polres Cimahi, pada remaja dibawah 17 tahun, bagian otak yang disebut lobus frontal belum tumbuh secara sempurna. Lobus frontal ini adalah bagian otak yang mengatur perencanaan, pengorganisasian, dan antisipasi. Hal tersebut berarti, kemampuan melakukan hal-hal yang dimaksud masih lemah. Padahal, untuk dapat berkendaraan dengan aman di jalan raya, kemampuan yang diatur oleh lobus frontal sudah harus berfungsi secara maksimal. Dengan demikian, menyadarkan diri tentang konsekuensi buruk yang dapat dihadapi. (http://azfiamandiri.blogspot.co.i

4 d/2015/05/mengapa-batas-usia-memiliki-sim-harus.html, di akses 17 Januari 2017 ) Dalam berkendaraan remaja selalu ugal-ugalan di jalan raya dan tidak perduli terhadap keselamatan dirinya maupun orang lain. Kurangnya pemahaman orang tua, terhadap peraturan berlalu lintas mengakibatkan anak dibawah umur banyak mengendarai sepeda motor dengan sesuka hati mereka saat berada di jalan raya. Kebanyakan orang tua mengizinkan anaknya berkendaraan yang belum mencapai usia 17 tahun. Pada hal, sudah ditetapkan dalam UULAJ. Aturan tersebut yang menegaskan kaum remaja 17 tahun keatas yang sudah memiliki SIM boleh mengemudikan kendaraan bermotor di jalan raya. Kebanyakan masyakat tidak memahami terhadap penggunaan atau kepemiliki SIM mengakibatkan mereka melanggar peraturan lalu lintas dalam berkendaran. Masyarakat menganggap bahwa SIM tidak perlu dimiliki karena menurut mereka membuat SIM biayanya mahal, ada juga sebagian masyarakat beralasan tidak memiliki SIM karena tidak pernah berjalan melintasi kota atau pergi jauh menggunakan sepeda motor. Kurangnya sosialisasi Polantas (Polisi Lalu Lintas) terhadap masyarakat pengendara sepeda motor dalam aturan pengguna SIM yang berdasarkan pada Pasal 77 ayat 1 UULAJ. Banyak masyarakat yang tidak patuh dalam budaya hukum seperti menaati aturan lalu lintas saat berkendaraan. Setelah ada petugas kepolisian melakukan razia barulah timbul barbagai alasan masyarakat seperti lupa membawa SIM saat berkendaraan. Dalam budaya hukum dapat dilihat dari tradisi perilaku masyarakat di Desa Ujung Kubu

5 Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara, mencerminkan tidak menaati rambu-rambu lalu lintas dalam kendaraan. Hukum yang berlaku bagi semua subjek hukum, timbulnya kepatuhan hukum diawali dari kesadaran hukum masyarakat di Desa Ujung Kubu Kecamtan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara untuk menaati peraturan yang berdasarkan pada Pasal 77 ayat 1 UULAJ. Saat ini tingginya angka kecelakaan lalu lintas di jalan raya, dikarenakan banyak pengemudi yang ceroboh dan tidak patuh terhadap peraturan lalu lintas. Karena tingginya kecelakan lalu lintas di jalan raya, maka pemerintah membentuk pekan operasi simpatik toba 2016 yang bernama Kawasan Tertib Lalu lintas (KTL) tujuan Polres Batu Bara membuat pekan operasi simpatik toba 2016 ini, untuk menegur pengendara yang tidak patuh terhadap aturan dalam berlalu lintas. Polres Batu Bara telah melakukan Tindakan Langsung (tilang) terhadap 2.63 pelanggar, serta melakukan teguran terhadap 1.760 pengendara dan terdapat 7 tewas akibat kecelakaan selama 3 pekan operasi simpatik toba 2016. Selanjutnya dalam operasi ini, Kapolres Batu Bara AKBP M Agung Suyono SIk melalui kasat lantas AKP Nasib Manurung, didampingi KBO (Kaur Bin Ops) Lantas Iptu HW Siahaan, mengatakan selama operasi berlangsung jumlah kecelakaan di Batu Bara ada 23 kasus, dengan korban meninggal dunia sebanyak 7 orang, luka berat 11 orang serta luka ringan sebanyak 28 orang, dengan kerugian materil mencapai sebesar Rp 31.525.000. (http://www.metroasahan com/news/batubara/2016/03/23/ 3989/operasi-simpatik-7-tewas-kecelakaan, di akses 17 Januari 2017 )

6 Melihat dari kondisi tersebut maka dapat diberlakukan Pasal 77 ayat 1 UULAJ tentang orang yang mengemudi kendaraan bermotor di jalan wajib memiliki SIM sesuai dengan jenis kendaraan bermotor yang dikemudikan dan syarat usia pengemudi. Hal ini tidak sesuai dengan peraturan yang sudah berlaku, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap aturan penggunaan SIM. Kemudian mengangkatnya menjadi sebuah karya ilmiah dengan judul: Pemahaman Masyarakat Terhadap Pengguna Surat Izin Mengemudi Bagi Pengendara Sepeda Motor Ditinjau Dari Pasal 77 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (Studi Kasus Desa Ujung Kubu KecamatanTanjung Tiram Kabupaten Batu Bara) B. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah merupakan sejumlah masalah yang berhasil ditarik dari uraian latar belakang yang akan diteliti dalam lingkup permasalahan yang lebih luas dibandingkan perumusan masalah. Pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Meskipun demikian, penelitian yang akan dilakukan harus berangkat dari masalah, agar suatu penelitian lebih terarah dan jelas tujuannya maka perlu dijelaskan identifikasi masalahnya pada penelitian ini ialah sebagai berikut: 1. Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pengguna SIM ditinjau dari Pasal 77 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nomor 22 Tahun 2009.

7 2. Kurangnya budaya kepatuhan dan kesadaran pengendara sepeda motor terhadap Pasal 77 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nomor 22 Tahun 2009. 3. Kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat pengendara sepeda motor dalam aturan pengguna SIM yang berdasarkan pada Pasal 77 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nomor 22 Tahun 2009 di Desa Ujung Kubu Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara. 4. Banyaknya usia pengendara sepeda motor di bawah umur dan pengendara yang cukup umur tidak menggunakan SIM saat berkendaraan di Desa Ujung Kubu Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara. 5. Kebanyakan masyakat tidak memahami terhadap penggunaan atau kepemilikan SIM mengakibatkan mereka melanggar peraturan lalu lintas dalam berkendaran. C. Pembatasan Masalah Salah satu hal yang paling penting dalam penelitian adalah perlunya dibatasi pembatasan masalah yang akan diteliti agar pembahasannya tidak terlalu luas. Maka berdasarkan penjelasan diatas, adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini ialah: 1. Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pengguna SIM ditinjau dari Pasal 77 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nomor 22 Tahun 2009.

8 2. Kurangnya budaya kepatuhan dan kesadaran pengendara sepeda motor terhadap Pasal 77 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nomor 22 Tahun 2009. D. Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan bagian yang sangat penting dari masalah yang akan diteliti. Jadi, rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Maka dari penjelasan diatas, rumusan masalah dalam hasil penelitan ini adalah: 1. Bagaimana pemahaman masyarakat terhadap pengguna SIM ditinjau dari Pasal 77 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan? 2. Bagaimana budaya kepatuhan dan kesadaran pengendara sepeda motor terhadap Pasal 77 Undang-Undang Lalu Lintas Angkutan Jalan Nomor 22 Tahun 2009? E. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian merupakan langkah utama agar dapat menentukan kearah mana sasaran yang dicapai dalam suatu penelitian. Maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pemahaman masyarakat terhadap pengguna SIM bagi pengendara sepeda motor ditinjau dari Pasal 77 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nomor 22 Tahun 2009 di Desa Ujung Kubu Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.

9 2. Untuk mengetahui penyebab kurangnya budaya kepatuhan dan kesadaran pengendara sepeda motor terhadap Pasal 77 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nomor 22 Tahun 2009. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis, untuk memperluas wawasan pengetahuan penulis terhadap pengguna SIM. 2. Bagi orang tua, untuk memberi pemahaman terhadap orang tua tentang pengguna SIM supaya bisa memberi pemahaman terhadap anaknya yang berkendara dibawah umur. 3. Bagi kepolisian, khususnya Polantas diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam rangka menegakan hukum lalu lintas di jalan dalam rangka menciptakan ketertiban dalam berlalu lintas. 4. Tokoh masyarakat, untuk memberi pemahaman terhadap masyarakat tentang pengguna SIM. 5. Bagi pengembangan Ilmu Pengetahuan dibidang hukum, untuk menjadikan bahan refrensi tentang pemahaman masyarakat terhadap SIM.