BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BIAYA PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL YANG MENJALANI SEKSIO SESAREA DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. kandungan, saat kelahiran dan masa balita (dibawah usia lima tahun).

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23/1992 tentang Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 40/2004, penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

BAB I PENDAHULUAN. memperlihatkan bahwa kelahiran caesar darurat menyebabkan risiko kematian

BAB I PENDAHULUAN. isi, akurat, tepat waktu, dan pemenuhan persyaratan aspek hukum. berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

BAB I PENDAHULUAN. secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam bidang kesehatan. World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Untuk memenuhi hak masyarakat miskin dalam. agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjalani kehidupannya dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai derajat kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) mengacu pada jumlah wanita yang meninggal

BAB I PENDAHULUAN. yang bermutu dan memperoleh penghasilan yang cukup untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Di seluruh dunia, diperkirakan ibu meninggal karena komplikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diberikan oleh petugas kesehatan yang tidak lain tujuannya untuk memelihara

BAB I PENDAHULUAN. Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS (Badan Pelaksanan Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Hal ini terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional dan Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. kesepakatan global ( Millenium Development Goals/MDG s) pada tahun 2015,

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat1. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Operasi caesar atau dalam isitilah kedokteran Sectio Caesarea, adalah

Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI)

BAB I PENDAHULUAN. setempat dan juga kearifan lokal yang berlaku pada daerah tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

(GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan dan perkembangan putra-putrinya, kesejahteraan anak

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. khususnya mengenai jaminan social (Depkes RI, 2004). Penyempurna dari. bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini masih cukup tinggi. Menurut Riset Kesehatan Dasar

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan program Indonesia Case Based Groups (INA-CBG) sejak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pula 1 lahir mati. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia, trauma kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia melalui kementerian kesehatan di awal tahun 2014, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini keadaan ibu post partum masih sangat memprihatinkan, karena

BUPATI SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS,

TENTANG BUPATI SERANG,

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I. Sistem Manajemen Pelayanan Rumah Sakit dengan Sistem Manajemen. Pelayanan yang baik, harus memperhatikan keselamatan pasien, dapat

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan

Eksistensi Apoteker di Era JKN dan Program PP IAI

BAB I PENDAHULUAN. Morbiditas dan mortalitas ibu dan anak meningkat pada kasus persalinan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base

BAB 1 PENDAHULUAN. kehamilan sebagai komplikasi persalinan atau nifas, dengan penyebab terkait atau

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan yang sempurna kepada pasien baik pasien rawat jalan, rawat

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin

BAB 1 PENDAHULUAN. puncak produktivitasnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah dengan memantapkan penjaminan kesehatan melalui. jaminan kesehatan. Permenkes No. 71 tahun 2013 tentang Pelayanan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Jamkesmas ( Jaminan Kesehatan Masyarakat ) kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di. kesehatan meluncurkan upaya terobosan berupa Jaminan Persalinan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM). Dalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. yang terkait dengan kehamilan dan persalinan, dengan kata lain 1400 perempuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan dengan berbasis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

suplemen Informasi Jampersal

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. seperti semula dan berlangsung kira-kira 6 minggu. 1. dibagi menjadi periode pasca persalinan (immediate postpartum), periode

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indikator derajat kesehatan masyarakat, tercermin dalam kondisi angka kematian,

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurunnya AKI dari 334

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

Oleh. Siti Rahmawati.Atjo, M Hakimi, A Ghufron M, Ronny R, Indra Bastian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun sekitar setengah juta perempuan dan satu setengah juta bayi baru lahir kehilangan nyawa dikarenakan komplikasi yang terjadi pada persalinan. Kemudahan akses dan ketepatan waktu dalam menjangkau fasilitas medis untuk mendapatkan pelayanan pertolongan kedaruratan obstetrika dan bayi baru lahir sangat penting untuk menyelamatkan keduanya dari ancaman kejadian komplikasi (Honda et al., 2011). Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia difokuskan pada penyebab langsung yang terjadi 90% pada saat persalinan dan dan segera setelah persalinan yaitu perdarahan (28%), preeklamsia dan eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi pada puerpurium (8%) dan lain -lain. Kematian ibu juga diakibatkan oleh faktor keterlambatan yaitu dalam mengambil keputusan, memperoleh pelayanan dari tenaga kesehatan dan terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada keadaan emergensi yang semua ini dikenal sebagai suatu tiga terlambat. Berdasarkan kesepakatan Millenium Development Goals (MDG s) pada tahun 2015, diharapkan angka kematian ibu menurun dari 228 pada tahun 2007 menjadi 102 dan angka kematian bayi menurun dari 34 pada tahun 2007 menjadi 23 (PERMENKES, 2011). Angka seksio sesarea dewasa ini meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang. Di Amerika Serikat, dari empat juta persalinan pada tahun 2005 diperkirakan 30,2% dilahirkan dengan seksio sesarea. Angka operasi sesar dibawah 5% pada suatu daerah merupakan gambaran susahnya dalam mencapai akses untuk mendapatkan pelayanan kedaruratan obstetri. Berdasarkan hasil dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia menyebutkan angka seksio sesarea pada tahun 1997 berkisar 4,3% dari total persalinan. Angka ini semakin meningkat menjadi 22,8% pada tahun 2007 (Sinaga, 2009).

Vyas et al., (2011) menungkapkan bahwa rara-rata biaya seksio sesarea pada tahun 2008 di India mencapai 1823,67 rupee (365.271 rupiah) di rumah sakit pemerintah, 4232,87 rupee (847.821 rupiah) di rumah sakit perusahaan, dan 9754,67 rupee (1.953.809 rupiah) di rumah sakit swasta. Penelitian yang dilakukan di Islamabad pada tahun 2012 menyebutkan biaya seksio sesarea mencapai US$162. Rumah Tangga Miskin sering mencari alternatif dalam pertolongan kedaruratan obstetrika pada tradisional medicine. Biaya yang dihabiskan dari pelayanan kedaruratan obstetri khususnya operasi sesar, secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan tanpa penyulit (Honda et al., 2011). Dalam era desentralisasi antara tahun 2000-2007 perkembangan rumah sakit daerah dan rumah sakit pemerintah pusat pada umumnya mengalami berbagai perubahan menarik. Sebagai catatan, sebelum era desentralisasi sudah terjadi dinamika dalam hal manajemen rumah sakit dengan adanya kebijakan swadana yang berupa Keputusan Presiden ( Keppres). Sebelum kebijakan desentraslisasi, sudah terjadi situasi yaitu kebijakan nasional yang bertujuan melakukan otonomi manajemen rumah sakit pemerintah. Dalam rentetan kebijakan tersebut, pada intinya terjadi pemisahan rumah sakit pemerintah dari dinas kesehatan secara manajemen (Trisnantoro, 2009). Rumah sakit pemerintah yang terdapat di tingkat pusat dan daerah tidak lepas dari pengaruh perkembangan tuntutan tersebut. Dipandang dari segmentasi kelompok masyarakat, secara umum rumah sakit pemerintah merupakan layanan jasa yang menyediakan untuk kalangan menengah ke bawah, sedangkan rumah sakit swasta melayani masyarakat kelas menengah ke atas. Biaya kesehatan cenderung terus meningkat dan rumah sakit dituntut untuk secara mandiri mengatasi masalah tersebut. Peningkatan biaya kesehatan ini menyebabkan fenomena tersendiri bagi rumah sakit pemerintah karena rumah sakit pemerintah memiliki segmen layanan kesehatan untuk kalangan menengah ke bawah. (Trisnantoro, 2009). Rumah sakit pemerintah diharapkan menjadi rumah sakit yang murah dan bermutu. Rumah sakit pemerintah menghadapi dilema antara misi melayani

masyarakat kelas menengah ke bawah dan adanya keterbatasan sumber dana, serta berbagai aturan dan birokrasi yang harus dihadapi. Kondisi tersebut akan mengakibatkan rumah sakit pemerintah mengalami kebingungan apakah rumah sakit dijadikan sebagai lembaga birokrasi dalam sistem kesehatan ataukah sebagai lembaga pelayanan kesehatan yang tidak birokratis dan tidak memenuhi prinsip pelayanan (Basuki, 2007). Konstitusi dan undang-undang kementrian kesahatan sejak tahun 2005 telah melaksanakan program jaminan kesehatan sosial, dimulai dengan program yang bernama Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin (JPKM) pada tahun 2005. Program tersebut lebih banyak dikenal sebagai program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin ( Askeskin) mulai tahun 2005 sampai dengan 2007, tetapi kemudian berubah nama menjadi program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin (Jamkesmas). Semua program tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu penjaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan prinsip asuransi kesahatan sosial. Pada tahun 2011 dilaksanakan perbaikan berbagai aspek dalam program Jamkesmas (PERMENKES, 2011). Pada tahun 2011 diperkenalkan paket kesehatan yang dinamakan Indonesian Diagnosis Related Groups (INA-CBG s). Pada tahun 2010 Menteri Kesahatan menandatangani kesepakatan dengan empat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) farmasi untuk menjamin ketersediaan obat dan alat yang dibutuhkan oleh Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) J amkesmas dengan harga yang terjangkau sebagaimana telah di tetapkan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan. Pasien atau masyarakat yang berhak memperoleh pelayanan Jamkesmas adalah mereka masyarakat miskin yang memenuhi kriteria Rumah tangga Miskin (RTM) menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dan jika minimal memenuhi 9 variabel yang telah menjadi kriteria maka di kategorikan sebagai RTM (PERMENKES, 2011). Pada tahun 2011 mulai dikenal Jaminan Persalinan (Jampersal). Jaminan Persalinan dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan finansial bagi ibu hamil untuk mendapatkan Jaminan Persalinan, yang didalamnya termasuk pemeriksaan

kehamilan, pelayanan nifas termasuk Keluarga Berencana (KB) pasca persalinan, dan pelayanan bayi baru lahir. Tujuan khusus dari program ini yaitu meningkatkan cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, dan pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan yang kompeten serta terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif, transparan, dan akuntabel (PERMENKES, 2011). Mayoritas pasien ibu bersalin di RSUP Dr. Sardjito menggunakan pembiayaan persalinannya dengan Jampersal sejak tahun 2011 sampai dengan akhir 2013. Mulai tahun 2014 sejak bulan januari nama dari system pembiayaan ini berubah menjadi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang didalamnya melebur dari seluruh sistem pembiayaan sebelumnya. Jaminan Kesehatan Nasional yang kemudian dikenal dan dikelola dalam Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) mulai diterapkan sejak Januari 2014 di RSUP Dr. Sardjito yang di dalamnya tergabung mulai dari Askes, Jamsostek, Jamkesmas, dan Jampersal (Kemenkes, 2013). Sistem pembiayaan pada JKN ini menggunakan prinsip casemix INA-CBG s berdasarkan casemix dari International Classification of Disease X (ICD X) yang dijadikan sebagai pedoman penetapan tarifnya. Di Indonesia konsep casemix awalnya dikenal dengan nama Indonesian Diagnosis Related Group (INA-DRG) yang disusun oleh pemerintah dengan mengacu pada standar penyusunan tarif pelayanan rumah sakit internasional atau International Refined Diagnosis Related Groups (IR-DRG) versi dua. Standar tarif baku ini dibuat berdasarkan kumpulan data biaya pelayanan rumah sakit dan uji coba penerapan sistem pembiayaan terpadu berbasis layanan di 15 rumah sakit vertikal tahun 2006. Sistem casemix merupakan pengelompokkan episode perawatan pasien di rumah sakit yang memiliki kesamaan penggunaan sumber daya dan karakteristik klinis. Diagnosis Related Group (DRG) merupakan salah satu jenis sistem casemix yang menggunakan diagnosis dan prosedur medis sebagai dasar pengelompokan.. Dasar pengelompokkan menggunakan ICD 10 untuk diagnosis (terdapat 14.500 kode dan ICD 9 untuk prosedur atau tindakan terdapat 7500 kode). INA-DRG di gantikan dengan INA-CBG s pada tahun 2010.

Untuk mengendalikan biaya, pihak rumah sakit memerlukan sistem akuntansi yang tepat, khususnya metode penghitungan penentuan biaya guna menghasilkan informasi biaya yang akurat berkenaan dengan biaya aktivitas pelayanannya. Selama ini pihak rumah sakit dalam menentukan harga pokoknya hanya menggunakan sistem biaya tradisional yang penentuan harga pokoknya tidak lagi mencerminkan aktivitas yang spesifik karena banyaknya kategori yang bersifat tidak langsung dan cenderung tetap (Kamaruddin, 2007). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka yang menjadi masalah pokok dalam penelitian ini adalah: 1. Berapa besarnya biaya rata-rata pada pasien JKN yang menjalani operasi seksio sesarea pada RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta? 2. Berapa besarnya biaya pada pasien JKN yang menjalani operasi seksio sesarea di RSUP Dr. Sardjito berdasarkan karakteristik pasien? 3. Apakah biaya pasien JKN yang menjalani operasi seksio sesarea di RSUP Dr. Sardjito sudah sesuai dengan tarif yang dibayarkan oleh pengelola asuransi BPJS untuk JKN? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian pada penelitian ini adalah: 1. Mengetahui besarnya rata-rata biaya total pada pasien JKN yang menjalani operasi seksio sesarea di RSUP Dr. Sardjito 2. Mengetahui besarnya biaya pasien JKN yang menjalani operasi seksio sesarea di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta berdasarkan karakteristik pasien. 3. Mengetahui kesesuaian antara biaya pasien JKN yang menjalani seksio sesarea di RSUP Dr. Sardjito dengan tarif yang dibayarkan oleh pengelola asuransi BPJS untuk JKN.

D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Mengetahui besarnya biaya rata-rata pasien JKN yang menjalani operasi seksio sesarea di RSUP Dr. Sardjito pada Januari-Juni tahun 2014 dari berbagai karakteristik pasien. 2. Mengetahui kesesuaian antara biaya pasien JKN yang menjalani seksio sesarea di RSUP Dr. Sardjito dengan tarif yang dibayarkan oleh pengelola asuransi BPJS untuk JKN. 3. Menjadi gambaran untuk memperbaiki kesesuaian tarif INA-CBG s yang dijadikan dasar tarif asuransi JKN. 4. Sebagai bahan bacaan atau literatur bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini. 5. Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi penulis tentang pengelolaan managemen rumah sakit yang berhubungan dengan keuangan. E. Keaslian Penelitian Penelitian dengan desain kohort yang dilakukan Storeng et al. (2008) tentang Paying the prece: The Cost and consequences of emergency obstetric care in Burkina Faso menganalisis perbandingan biaya yang dihabiskan pada suatu emergensi kasus obstetrik pada wanita yang mengalami komplikasi obstetrik mengancam nyawa dengan wanita yang menjalani persalinan tanpa komplikasi. Hasilnya biaya yang dihabiskan sangat signifikan lebih tinggi pada wanita yang menjalani persalinan dengan komplikasi obsteri. Penelitian secara kohort juga dilakukan oleh Khan dan Zaman (2010) tentang Cost of vaginal delivery and Caesarean section at a tertiary level pubic hospital in Islamabad menggambarkan perbandingan rata-rata biaya yang dihabiskan antara persalinan vaginal dengan persalinan seksio sesarea. Persalinan seksio sesarea mempunyai biaya rata-rata 140US$. Peneltian oleh Hoque et al. (2012) tentang Cost of Maternal Health-related Complication in Bangladesh. Tiga kelompok berdasar klasifikasi morbiditas maternal yaitu wanita dengan komplikasi obstetric

berat, wanita dengan komplikasi obstetric ringan, dan wanita dengan persalinan normal. Hasil penelitian dianalisis mengenai biaya yang dihabiskan dan sejauh mana menyebabkan dampak finansial yang dialami sebuah keluarga yang mengalaminya. Penelitian dilakukan dengan melihat dampak finansial pada 6 minggu dan 6 bulan pasca persalinan dengan hasil perempuan yang mengalami komplikasi obstetrik yang berat mengalami dampak finansial yang sangat bermakna. Peniltian oleh Firman pada tahun 2011 di RSUD Bima dengan judul Utilization Review case Cesarean Section Post Implementation Indonesian Case Base Groups (INA -CBG s) in RSUD Bima menyatakan rekomendasi untuk reevaluasi INA-CBG s berdasarkan hasil penelitian biaya seksio sesarea belum termasuk obat-obatan mencapai 1.700.000 rupiah sedangkan yang di klaim oleh pemerintah melalui jamkesmas hanya 1.200.000 rupiah.