BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Proses identifikasi dari jenazah dan sisa-sisa makhluk hidup yang telah meninggal merupakan ranah yang sangat penting di masyarakat modern pada saat ini untuk konsekuensi hukum dan kepetingan etik. Identifikasi bertujuan untuk mengenali karakteristik individu yang berguna untuk membedakan satu individu dengan individu lainnya (Angelis et al., 2011). Indentifikasi personal didasarkan pada perbandingan antara data ante-mortem dengan postmortem. Identifikasi visual dengan penggunaan dental record, sidik jari dan pemeriksaan DNA merupakan metode identifikasi yang paling umum digunakan. Akan tetapi penerapan metode ini dipengaruhi oleh perubahan yang terkait dengan waktu, perubahan suhu dan kelembaban (Deepak et al., 2014). Proses identifikasi membantu penegakan identitas dari korban kecelakaan lalu lintas maupun korban bencana alam lainnya. Pada kondisi tertentu seperti pada kasus jenazah yang rusak, jenazah yang terbakar, ataupun jenazah yang tenggelam, identifikasi secara visual tidak memungkinkan untuk dilakukan. Seperti 1
2 becana letusan gunung merapi pada tahun 2010 dan yang terjadi pada akhir tahun 2014 mengenai jatuh nya pesawat Air Asia QZ8501 yang memakan banyak korban. Proses identifikasi sangat susah dilakukan mengingat kondisi korban yang sudah tidak lagi utuh. Oleh karena itu diperlukan metode lain yang bisa digunakan untuk membantu identifikasi. Metode lain yang diyakini cukup menjanjikan adalah analisis terhadap rigi palatum (Chairani dan Auerkari, 2008). Analisis terhadap rigi palatum (palatoscopy atau rugoscopy) diyakini cukup menjanjikan dikarenakan rigi palatum merupakan analog dari sidik jari, memiliki karakteristik yang unik pada setiap individu (Bansode dan Kulkarni, 2009) dan juga rigi palatum stabil pada jangka waktu yang lama (Angelis et al., 2011; Nayak et al., 2007). Selain itu rigi palatum memiliki berbagai macam bentuk. Bentuk rigi palatum di klasifikasikan menjadi kurva (curved), bergelombang (wavy), lurus (straight), dan sirkular (circular) (Chairani, 2008). Rigi palatum memang memiliki bentuk yang individualistik, bahkan pada individu kembar sekalipun tidak terdapat pola dari rigi palatum yang sama (Pretty dan Sweet, 2001). Oleh karena individualistik tersebut, maka analisis terhadap rigi palatum dapat ikut serta
3 berperan dalam bidang ilmu forensik sebagai salah satu ciri individu untuk kepentingan identifikasi. I.2. Perumusan Masalah Bagaimana fenomenal format ciri indeks jumlah rigi palatum yang terpotong lintang intercaninus terhadap yang terpotong membujur dari antar insisivus sejajar raphe palatina mediana pada orang Indonesia di Yogyakarta? I.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui format ciri indeks jumlah rigi palatum yang terpotong lintang intercaninus terhadap yang terpotong membujur dari antar insisivus sejajar raphe palatina mediana pada orang Indonesia di Yogyakarta sebagai data base suatu ciri individu. I.4. Keaslian Penelitian Penelitian tentang rigi palatum sebagai sarana identifikasi forensik telah banyak dilakukan. Diantaranya penelitian dengan judul Palatal Rugae for the Construction of Forensic Identification. Hasil dari penelitian ini diketahui dari 100 subyek penelitian
4 memiliki pola rigi palatum yang berbeda dan unik. Pola rigi palatum terdiri dari berbagai bentuk yang diamati antara lain bentuk curve, line dan sinuous (bergelombang). Bentuk curve paling banyak ditemukan dalam penelitian ini. Selain itu juga berdasarkan penelitian ini diketahui pola rigi palatum antara lelaki dan perempuan berbeda, juga persebaran pola rigi palatum tidak merata dibagian kanan dan kiri (Bing et al., 2014). Penelitian lainnya adalah Perbandingan Ciri Arah dan Ukuran Rigi Palatum yang terpotong Paling Dominan oleh Garis antar Insisivus yang Sejajar dengan Raphe Mediana Palatinae antara Mahasiswa Indonesia dan India. Hasil penelitian tersebut adalah terdapat perbedaan bermakna pada ciri arah rigi palatum kiri, dan tidak terdapat perbedaan bermakna pada ciri arah rigi palatum kanan antara mahasiswa Indonesia dengan India, sedangkan untuk ukuran rigi palatum kanan dan kiri pada ke duanya tidak terdapat perbedaan (Agustina, 2014). Selain itu salah satu penelitian tentang rigi palatum telah dilakukan oleh Gadro dan Aswin (1995) pada individu kembar. Penelitian-penelitian tersebut membahas ciri kualitatif dari rigi palatum, seperti bentuk, arah dan ukuran rigi palatum. Sedangkan penelitian ini membahas ciri kuantitatif yang di
5 formatkan ke dalam format ciri numerik jumlah rigi palatum yang sejauh ini belum dijumpai dalam tinjauan literatur. I.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi ilmu kedokteran forensik dalam membantu proses identifikasi manusia dan bisa dijadikan sebagai standar tambahan untuk metode identifikasi. Serta penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai dasar penelitian untuk penelitian selanjutnya.