Oleh: Ratna Meinar Rahayu

dokumen-dokumen yang mirip
(Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Ciawi Tahun Pelajaran 2013/2014) Sri Murni

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING)

PRANITASARI ANDINI

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

Nina Anggraeni

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING

Beny Yosefa dan Wiwin Hesvi Universitas Pasundan Bandung

Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining terhadap pemahaman matematik peserta didik

Sariyani, Purwati Kuswarini, Diana Hernawati ABSTRACT

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA YANG MENDAPATKAN METODE PEMBELAJARAN PSI DENGAN KONVENSIONAL

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs NEGERI CILENDEK

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK

Absract. Key words: students result of learning, expository learning strategy, contextual teaching learning strategy. Abstrak

Rahayu Siti Fatonah, Purwati Kuswarini Suprapto, Romy Faisal Mustofa

DEVI RESTIYANI.

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Citra Yunita dan Khairul Amdani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

PADA SUB KONSEP SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA

SIPA FAUZIYAH. Program Studi Pendidikan Matematika

Ibnu Kadaruloh, Depi Setialesmana,

Abstract. Keywords: Creative Problem Solving and Problem Based Learning as learning model. Abstrak

Rina Nurlatifah

Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 1, hal. 7-12, September 2015

ELI HANDAYANI

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK MAHASISWA

FANY SRILESTARI

(The Influence of Advance Organizer Learning Model Based Concept Map on Students Learning Achievement in Human Excretion Subject) ABSTRACT

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

WIWIT WITASARI

1 Antologi UPI Volume No. Edisi Juni 2015

KONTRIBUSI PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DI SERTAI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN PROJECT BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bung Hatta.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Risna Cahyani

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 15 PADANG

Key Word: Conceptual Understanding, Numbered Heads

Teti Robiah

(Difference of Students Achievement Using Double Loop Problem Solving Model and Problem Based Learning Model on The Human Respiration System)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

(The Influence of Based Inquiry Learning Model Type of Guided Inquiry to The Students Learning Achievement on Ecosystem) ABSTRACT

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PROBLEM SOLVING PADA MATERI POKOK LINGKARAN

Keywords: Student Result learning, cooperative learning mode, kancing gemerincing type, and talking stick type.

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

PENGARUH PENERAPAN STATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRUE OR FALSE

Citra Yunita dan Khairul Amdani Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Unimed

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SYNERGETIC TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 POLEWALI

(The Influence of Creative Problem Solving Learning Model by Video Media to The Student Achievement on The Material Environmental Pollution.

Cici Wijayanti*) Purwati Kuswarini Suprapto*) Faculty of Educational Science and Teacher s Training Siliwangi University ABSTRACT

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA

(The Influence of Problem Based Learning (PBL) Model with Process Skills Approach to Increase The Student s Achievement)

THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED LEARNING IN STUDENT S LEARNING OUTCOMES

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE INSIDE-OUTSIDE CIRCLE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPS SMA N 5

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

Korelasi antara Motivasi Belajar dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Peserta Didik Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL)

ARTIKEL. Oleh : RINI MELIA SARI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

SYAMSUL AZIZ

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, 1-5 ISSN:

PENGARUH METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI APLIKASI TURUNAN

Vol. 3 No. 3(2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal Neka Amelia Putri 1), Yarman 2), Yusmet Rizal 3) Abstract

Keywords: Everyone Is A Teacher Here (ETH) Strategy, Mathematics Selflearning, Mathematics Learning Achievement

Siska Ryane Muslim Program Pascasarjana Universitas Terbuka Graduate Studies Program Indonesia Open University ABSTRAK

matematis siswa SMPN 1 Karangrejo Tulungagung Tahun Pelajaran 2016/2017 yang menggunakan model discovery learning lebih baik daripada menggunakan mode

ABSTRACT. : Mnemonic learning model students human excretion system subject learning achievement. ABSTRAK

Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Peserta Didik yang Menggunakan Model Creative Problem Solving (CPS)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 15 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

Hemalia Sulaika, Erviyenni, dan Johni Azmi Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Riau

Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

Harri Kurnia, Hernawan. Abstract

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa MTS

Wirakaryati dan Jurubahasa Sinuraya Jurusan Fisika FMIPA Unimed)

Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 4, Maret 2017

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMK MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN SCAFFOLDING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP PERTIWI 2 PADANG

(The Influence of Cooperative Learning Model Type of Question Student Have toward Students Learning Achievement on Excretion System Subject) ABSTRACT

(THE DIFFERENCE OF THE STUDENTS RESULT OF LEARNING PROCESS USE GUIDED INQUIRY MODEL AND FREE INQUIRY ON THE ENVIROMENTAL CHANGES)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

PENGARUH PENDEKATAN MODEL-ELICITING ACTIVITIES

Arinil Haq, Purwati Kuswarini, Ai Sri Kosnayani ABSTRACT

System Concepts) ABSTRACT

Keywords: the tipe of model Cooperative Student Teams Achievement Division (STAD), Learning Outcomes

Atik Susanti

Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematik Peserta Didik dengan Menggunakan Model Pembelajaran Means Ends Analysis (MEA)

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

Siva Fauziah, Purwati Kuswarini Suprapto, Endang Surahman

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

THE DIFFERENCE OF THE STUDENTS ACHIEVEMENT USING COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE TIME TOKEN AND TYPE PLAYING ANSWERS ON THE CONCEPT ECOSYSTEM

PENERAPAN METODE INQUIRY PADA MATERI HIMPUNAN

Anisa Nabilasari, Purwati Kuswarini Suprapto, Diana Hernawati

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE POWER OF TWO TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS XI MIA SMAN 4 PADANG ABSTRACT

Penerapan Scaffolding Untuk Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Inna Sakinah Manik dan Nurdin Bukit Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Unimed

Keywords: Problem Based Learning, Technique Business of Beresiko, Mathematics Learning Outcome

Transkripsi:

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) (PENELITIAN TERHADAP PESERTA DIDIK KELAS X MA NEGERI 2 CIAMIS TAHUN PELAJARAN 2012/2013) Oleh: Ratna Meinar Rahayu ratna.meinar@student.unsil.co.id Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya Jl. Siliwangi No.24 Kota Tasikmalaya ABSTRAK Kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik masih tergolong rendah. Sebagian besar peserta didik mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soalsoal matematika yang bersifat tidak rutin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik yang lebih baik antara yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dan model pembelajaran langsung, dan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap pembelajaran matematika melalui model pembelajaran tersebut. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal tes kemampuan pemecahan masalah matematik, dan angket angket skala sikap model likert. Populasi dalam penelitian ini peserta didik kelas X MA Negeri 2 Ciamis berjumlah 311 orang. Sampel dalam penelitian diambil dua kelas secara acak menurut kelas dari seluruh populasi, yaitu kelas X-4 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah peserta didik 36 orang menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dan kelas X-5 sebagai kelas kontrol dengan jumlah peserta didik 36 orang menggunakan model pembelajaran langsung. Teknik analisis data menggunakan uji perbedaan dua rata-rata. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik melalui model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) lebih baik daripada peningkatan kemampuan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik melalui model pembelajaran langsung. Sikap peserta didik terhadap pembelajaran matematika melalui model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) menunjukkan sikap positif. Kata Kunci : Kemampuan pemecahan masalah matematik, model pembelajaran Problem Based Instruction.

2 ABSTRACT Students are still lack in mathematics problem solving ability. Most of students sometimes find that it s difficult for them to solve unusual/subroutine mathematics problems. The objectives of the study were to know further about improving students mathematics problem solving ability between students who are undergoing teaching by using Problem Based Instruction (PBI) and students who are undergoing teaching by using Direct Method on the one hand and to know students attitude to the mathematics learning by using those models on the other hand. The writer used experimental method. The instrument used was in the form of several items on the basis of mathematics problem solving ability and attitude scale questionnaire by using Likert model. The population of the study was about 311 sudents of the tenth grade of MA Negeri 2 Ciamis. The sample of the study was taken two classes randomly based on the total population class, namely class X-4 as the experiment group that consists of 36 students and class X-5 as the control group that consists of 36 students. Both groups were taught by different Teaching Model. On the one hand, she used Problem Based Instruction (PBI) for experiment group. On the other hand, she used Direct Method for control group. Finally, she used data analysis technique by using two mean differences test. Based on the result of the study and data analysis, it can be concluded that improving students mathematics problem solving ability by using Problem Based Instruction (PBI) was better than by using Direct Method. Besides that, students attitude to the process of teaching and learning activities by using Problem Based Instruction (PBI) model tend to be positive. Key Word : Mathematics problem solving ability, Problem Based Instruction (PBI) model. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapan dan dimanapun berada. Pendidikan sebagai bagian terpenting kehidupan masyarakat di era global ini harus dapat memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya berbagai kompetensi peserta didik. Sekolah sebagai institusi pendidikan perlu mengembangkan pembelajaran sesuai tuntutan kebutuhan era global. Oleh karena itu dalam pendidikan peserta didik dibekali berbagai disiplin ilmu, salah satunya yaitu matematika. Matematika sangat dibutuhkan dan berguna dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat memberikan kemudahan bagi seseorang dalam menyikapi suatu masalah. Oleh karena itu matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki peranan

3 penting dalam dunia pendidikan dan sudah semestinya mata pelajaran matematika diberikan di semua jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi, sehingga peserta didik memiliki kompetensi yang handal dalam pemecahan masalah. Kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah matematik belum menunjukkan hasil yang baik. Sebagian besar peserta didik mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang bersifat tidak rutin. Faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik di antaranya model pembelajaran yang digunakan kurang melibatkan peserta didik untuk aktif membangun pengetahuannya sendiri sehingga pembelajaran menjadi tidak bermakna. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengatasi rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik yaitu model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI). Model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) adalah model pembelajaran yang menjadikan situasi masalah yang real bagi peserta didik sebagai awal pembelajaran kemudian peserta didik menyelesaikan permasalahan melalui penyelidikan dan dialog. sintaks model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) (Trianto, 2011:98) terdiri dari lima tahap yang ditunjukkan pada tabel berikut : Tabel 1. Sintaks Pengajaran Berdasarkan Masalah Tahap Tahap-1 Orientasi peserta didik pada masalah Tahap-2 Mengorganisasi peserta didik untuk belajar Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Tingkah Laku Guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih. Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses- proses yang mereka gunakan.

4 Sumber : Trianto (2011:98) Model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dikembangkan untuk menjadikan peserta didik menjadi manusia kritis yang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya, bukan sebagai peserta didik yang hanya menerima informasi begitu saja tanpa memahami manfaat informasi yang diperolehnya itu. Dalam hal ini pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) mengutamakan keaktifan peserta didik dalam belajar, sehingga kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik dapat ditingkatkan secara optimal dengan cara berlatih berpikir tingkat tinggi dan menggali kemampuan atau pengetahuan sendiri. Dalam pembelajaran ini guru berperan mendorong peserta didik dalam menggali kemampuan tersebut. Sumiati dan Asra (2009:139) mengemukakan Pemecahan masalah atau problem solving merupakan suatu proses untuk menemukan suatu masalah yang dihadapi berupa aturan- aturan baru yang tarafnya lebih tinggi. Penyelesaian masalah matematik dalam penelitian ini menggunakan penyelesaian secara terstruktur dengan langkah- langkah pemecahan masalah menurut Polya. Langkah- langkah pemecahan masalah Polya yaitu memahami soal, merencanakan pemecahan, melakukan perhitungan, dan memeriksa kembali hasil. Dalam pembelajaran matematika, masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Menurut Tim MKPBM (2001:86) Jika suatu masalah diberikan kepada seorang anak dan anak tersebut langsung mengetahui cara menyelesaikannya dengan benar, maka soal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah. Berdasarakan pendapat tersebut tidak semua pertanyaan akan menjadi suatu masalah. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui peserta didik. Penelitian relevan terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik dilaporkan Subegti, Destu Arief (2009) terhadap peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 5 Malang dengan judul Penerapan Model Problem Based Instruction (PBI) untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Kelas XI pada Pembelajaran Lingkaran. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran

5 Problem Based Instruction (PBI) dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif peserta didik. Penelitian relevan yang dilakukan oleh Kuswati, Wawat (2011) terhadap peserta didik kelas VII-D SMP Negeri 17 Kota Tasikmalaya dengan judul Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Problem Based Instruction (PBI) pada Materi Himpunan Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik. Hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran Kooperatif Tipe Problem Based Instruction (PBI) pada materi himpunan dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik. Penelitian relevan dengan dengan judul Pembelajaran Model Problem Based Instruction (PBI) pada Pokok Bahasan Trigonometri di Kelas X SMA Negeri 1 Lawang dilaporkan oleh Sakinah, Ni Luh (2010). Dari penelitiannya disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan Trigonometri menggunakan pembelajaran model Problem Based Instruction (PBI) adalah baik. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik yang lebih baik antara yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dan model pembelajaran langsung, dan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap pembelajaran matematika melalui model pembelajaran tersebut. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini peserta didik kelas X MA Negeri 2 Ciamis berjumlah 311 orang. Sampel dalam penelitian diambil dua kelas secara acak menurut kelas dari seluruh populasi, yaitu kelas X-4 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah peserta didik 36 orang menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dan kelas X-5 sebagai kelas kontrol dengan jumlah peserta didik 36 orang menggunakan model pembelajaran langsung. Teknik pengumpulan data dengan melaksanakan pretes dan postes di kelas eksperimen dan kelas kontrol, dan penyebaran angket di kelas eksperimen. Teknik analisis data menggunakan uji perbedaan dua rata-rata

6 HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang diolah yaitu normal gain yang merupakan selisih antara skor pretes dengan skor postes kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik dibagi dengan selisih skor maksimum dengan skor pretes. Dari hasil penelitian, rata-rata pretes kedua kelas homogen, dengan rata-rata pretes kelas eksperimen sebesar 5,19 dan kelas kontrol memiliki rata-rata pretes sebesar 5,11. Hasil pengujian homogenitas untuk pretes menunjukan bahwa hasil pretes kedua kelas homogen. Setelah hasil uji kesamaan dua rata-rata ternyata ternyata t 0,17 t 2, 38 maka Ho diterima dan H 1 hiung ditolak, artinya tidak terdapat perbedaan kemampuan awal peserta didik kedua kelas.. Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal yang sama. hal ini sejalan dengan pendapat Russeffendi, E.T. (2005:53) yang menyatakan bahwa naiknya skor pada postes dibandingkan dengan pretes belum tentu disebabkan karena perlakuan, untuk itu perlu diuji kemampuan awal kedua kelas sehingga peneliti yakin bahwa kemampuan awal kedua kelas sama. Dengan demikian peningkatan yang terjadi merupakan hasil dari perlakuan yang diberikan selama penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas eksperimen memiliki nilai postes yang lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Rata-rata skor postes untuk kelas eksperimen yaitu 29,03 setara mencapai presentase sebesar 72% dan kelas kontrol memperoleh nlai rata-rata sebesar 25,86 mencapai presentase sebesar 65%. Kritera Ketuntasan Minimun (KKM) yang harus dicapai peserta didik sebesar 71%. Skor maksimal ideal sebesar 40, maka Kritera Ketuntasan Minimun (KKM) setara dengan 28,4. Nilai postes kelas eksperimen menunjukan ketercapaian Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 70 hanya tercapai sebesar 53%, yaitu sebanyak 19 orang peserta didik mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dan peserta didik yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 47% yaitu sebanyak 17 orang. Pada kelas kontrol peserta didik yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 28% yaitu sebanyak 10 orang dan peserta didik yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 72% yaitu sebanyak 26 orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) mengalami peningkatan kemampuan tabel

7 pemecahan masalah matematik yang lebih baik dibandingan dengan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran langsung. Hal ini terlihat dari data gain ternormalisasi kelas eksperimen memiliki nilai normal gain yaitu 0,91 sedangkan rata- rata skor normal gain kelas kontrol 0,79. Bila digambarkan dalam diagram seperti tampak pada gambar berikut ini: Gambar 1. Normal Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Untuk melihat perbedaan rata-rata normal gain kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam gambar berikut ini: 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 0.69 Rata-rata Gain 0.6 Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Gambar 2. Rata-rata Normal Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hasil analisis skala sikap peserta didik terhadap pembelajaran matematika melalui model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) menunjukkan bahwa sikap peserta didik terhadap pembelajaran matematika melalui model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) menunjukkan sikap positif dengan rata-rata

kesuluruhan dari ketiga komponen sikap sebesar 3,78. Rekapitulasi hasil skala sikap secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel berikut ini : Tabel 2 Rekapitulasi Akhir Sikap Peserta Didik terhadap Pembelajaran Matematika melalui Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) 8 No Indikator 1 Kognitif 2 Afektif 3 Konatif No. Item Rata-rata Positif Negatif Tiap Tiap Item Indikator 2 4,36 3 3,69 6 4,61 7 3,97 10 3,39 13 3,31 1 4,22 5 4,11 12 3,83 14 4,06 17 2,78 18 4,50 19 3,44 4 3,25 8 3,50 9 4,11 11 4,14 15 3,19 16 3,36 3,89 3,44 3,59 Keseluruhan 3,78 Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas eksperimen yaitu model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) yang terdiri dari enam tahap yaitu mengorientasi peserta didik pada masalah, mengorganisasi peserta didik untuk belajar, membimbing penyelidikan individual atau kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil pemecahan masalah, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Materi yang diberikan mengenai trigonometri. Pada tahap pertama yaitu mengorientasi peserta didik pada masalah. Peneliti sebagai guru memfasilitasi peserta didik untuk mengingat kembali materi yang telah

9 dipelajari sebelumnya, menjelaskan tujuan pembelajaran dan menyajikan masalah yang berkaitan dengan materi trigonometri. Setelah itu guru mengaitkan pengetahuan yang dimiliki peserta didik sebelumnya dengan materi yang dipelajari. Berdasarkan teori belajar Ausubel, menurut Trianto (2011: 37) agar terjadi belajar bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif peserta didik. Pada tahap ini, peserta didik mencoba mengingat kembali materi yang sudah diperoleh sebelumnya untuk dapat membangun konsep yang akan dipelajari. Pada tahap kedua yaitu mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, guru mengelompokan peserta didik kedalam kelompok kecil yang heterogen, masing-masing terdiri dari 4-5 orang, pengelompokan berdasarkan kemampuan akademik yang diperoleh sebelumnya. Pada tahapan ini, peserta didik belajar untuk saling membantu dengan teman kelompoknya dan dituntut untuk mengemukakan ide-idenya dalam memecahkan persoalan materi trigonometri sehingga terjadi diskusi atau dialog antar kelompok. Pada tahap ini peserta didik diberi kesempatan untuk aktif dalam menyelidiki konsep dan aktif menemukan konsep secara mandiri. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Bruner (Trianto, 2011:38) Peserta didik hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri Pada tahap ini setiap kelompok diberikan bahan ajar berupa masalah atau situasi yang dikaitkan dengan dunia nyata atau situasi yang direkayasa yang ada kaitannya dengan materi trigonometri. Melalui bahan ajar yang diberikan, peserta didik diberi kesempatan menemukan dan membangun sendiri pemahamannya tentang materi trigonometri dan menyelidiki masalah sehingga mereka lebih mudah dapat memperoleh solusi untuk memecahkan masalah yang diberikan dan proses belajar akan berjalan dengan baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Bruner (Komalasari, Kokom, 2011:21) mengemukakan Proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

10 Pada tahap ketiga yaitu membimbing penyelidikan individual atau kelompok, guru membimbing peserta didik selama proses diskusi kelompok berlangsung. Guru membantu peserta didik dalam mengumpulkan informasi yang sesuai dengan masalah dan memberikan motivasi dalam pemecahan masalah serta memberikan pertanyaan yang membuat peserta didik memikirkan dan informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Pada tahap ini guru memberikan bantuan kepada peserta didik secukupnya hanya pada saat mengalami kesulitan. Hal ini sejalan dengan teori Vygotsky tentang pentingnya Scaffolding. Menurut Trianto (2011: 39) Peserta didik seharusnya diberikan tugas-tugas kompleks, sulit, dan realistiks dan kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas-tugas itu. Pada tahapan ini, peserta didik melakukan penyelidikan untuk mengumpulkan informasi-informasi yang sesuai dalam memecahkan masalah. Tahap keempat yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Setelah diskusi kelompok dianggap cukup, beberapa kelompok dipilih secara acak untuk menyajikan hasil kerja kelompok mengenai bahan ajar yang telah diselesaikan, sementara itu kelompok yang tidak menyajikan kedepan mencermati dan memberikan tanggapan terhadap apa yang disajikan. Pada tahapan ini, guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan meluruskan konsep apabila peserta didik mengalami kekeliruan. Setelah peserta didik diperkirakan memahami konsep, kemudian guru membagikan LKPD yang berisi masalah-masalah untuk didiskusikan sebagai tahapan mengaplikasikan konsep yang baru saja dipahami. Pada tahap akhir yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi secara bersama terhadap proses pemecahan masalah yang digunakan. Guru memberikan arahan dan penjelasan mengenai proses pemecahan yang digunakan, supaya tidak terjadi kesalahan konsep. Berdasarkan hasil analisis data, rata-rata gain ternormalisasi yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) diperoleh 0,69 (kategori sedang). Pada hasil pengolahan data yang diperoleh ternyata, yaitu 3 > 2,38, maka H 0 ditolak dan H 1 diterima. Hal ini sesuai dengan pengujian hipotesis, dengan demikian peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik yang

11 mengunakan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) lebih baik daripada peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik yang mengunakan model pembelajaran langsung. Hal ini dikarenakan pemeblajaran matematika melalui Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol karena pembelajaran matematika melalui model Problem Based Instruction (PBI) lebih menekankan pada peran aktif peserta didik untuk menemukan pengetahuan dan membangun pemahamannya sendiri, sehingga kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik dapat berkembang secara optimal. Berdasarkan hasil pengolahan angket, diperoleh nilai rata-rata untuk komponen kognitif sebesar 3,89, komponen afektif sebesar 3,44 dan komponen konatif sebesar 3,59 sehingga diperoleh nilai rata- rata kesuruhan dari komponen sikap sebesar 3,78 yang lebih dari rata- rata skor netral yaitu 3. Hasil analisis skala sikap ini menunjukkan bahwa sikap peserta didik terhadap pembelajaran matematika melalui model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) menunjukkan sikap positif. Hal ini tidak terlepas dari rancangan pembelajaran dan cara menyajikan pembelajaran pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik sehingga pembelajaran menggunakan model Problem Based Instruction (PBI) menghasilkan tanggapan positif dari peserta didik. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data, analisis data dan pengujian hipotesis, maka penulis dapat memberikan simpulan dari hasil penelitian ini sebagai berikut : 1. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik melalui model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) lebih baik dari peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik melalui model pembelajaran langsung. 2. Peserta didik menunjukkan sikap positif terhadap pembelajaran matematika melalui model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Berdasarkan simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut :

12 1. Bagi kepala sekolah diharapkan agar memberikan dukungan dan motivasi kepada guru untuk menerapkan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dalam pembelajaran matematika. 2. Bagi guru dan calon guru matematika hendaknya dapat menggunakan model pembelajaran yang melibatkan peserta peserta didik dalam pembelajaran matematika dan mampu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik dengan cara berlatih berpikir tingkat tinggi dan menggali kemampuan atau pengetahuan sendiri salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI). 3. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan agar menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) terhadap kemampuan matematika lainnya atau pada materi yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Komalasari, Kokom. (2011). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama. Kuswati, Wawat. (2011). Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Problem Based Instruction (PBI) pada Materi Himpunan Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik. Skripsi FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya: Tidak diterbitkan. Russefendi, E.T. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito. Tim MKPBM. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana. Sakinah, Ni Luh. (2010). Pembelajaran Model Problem-Based Instruction (PBI) pada Pokok Bahasan Trigonometri di Kelas X SMA Negeri 1 Lawang. Skripsi Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang: Tidak diterbitkan. Subegti, Destu Arief. (2009). Penerapan Model Problem Based Instruction (PBI) untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Lingkaran. Skripsi Universitas Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang: Tidak diterbitkan.