Fraksi mol tiga komponen dari sistem terner (C = 3) sesuai dengan X A + X B + Xc =

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

ENERGI KESETIMBANGAN FASA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I DIAGRAM TERNER (SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II ENERGI KESETIMBANGAN FASA Sabtu, 19 April 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II. Kesetimbangan Fasa. 22 April 2014

Sistem tiga komponen

Diagram Segitiga dan Kesetimbangan Cair-Cair

KESETIMBANGAN FASA. Komponen sistem

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI. Indah Desi Permana Sari

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada

Widya Kusumaningrum ( ) Page 1

2. Fase komponen dan derajat kebebasan. Pak imam

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL AIR

PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI

KESETIMBANGAN FASA. Sistem Satu Komponen. Aturan Fasa Gibbs

Metodologi Penelitian

Laporan Praktikum Kimia Analitik II. Koefisien Distribusi Iod

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

Laporan Praktikum Kimia Fisik

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit

Percobaan 6 DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA JENIS PELARUT YANG BERCAMPUR. Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang

Kimia Fisika Bab 6. Kesetimbangan Fasa OLEH: RIDHAWATI, ST, MT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI Sabtu, 26 April 2014

3 Metodologi Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN KONSENTRASI LARUTAN H 2 SO 4 DAN KONSENTRASI LARUTAN CH 3 COOH DENGAN TITRASI ASAM BASA (ASIDI-ALKALIMETRI)

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

BAB I PRAKTIKUM ASIDI AL-KALIMETRI

TUGAS KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN FASE DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 : ANDI AZIS RUSDI MOH. SOFYAN HARMILA EKA YULIASTRI

FISIKA 2. Pertemuan ke-4

PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

PERCOBAAN IV PEMBUATAN BUFFER Tujuan Menghitung dan pembuat larutan buffer atau dapar untuk aplikasi dalam bidang farmasi.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan

BAB II. KESEIMBANGAN

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

HUKUM RAOULT. campuran

BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN. STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya.

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan,

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah,

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V METODOLOGI. Tahap pelaksanaan percobaan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu : memanaskannya pada oven berdasarkan suhu dan waktu sesuai variabel.

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step)

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

r = pengulangan/replikasi 15 faktor nilai derajat kebebasan Penurunan bilangan peroksida pada minyak jelantah.

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

Revisi BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PENELITIAN

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PERCOBAAN 3 REAKSI ASAM BASA

Jurnal sains kimia Vol.II No.2,2010 PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu :

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

Percobaan 1 PENGGUNAAN ALAT DASAR LABORATORIUM

UJIAN PRAKTIK KIMIA SMA NEGERI 4 MATARAM

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Praktikum Kimia Fisika II Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & Asam Kuat

BABffl METODOLOGIPENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini kerangka konsep yang digunakan yaitu:

Lampiran Sumber Belajar : Purba, Michael Kimia SMA. Erlangga. Jakarta

TINJAUAN MATA KULIAH MODUL 1. TITRASI VOLUMETRI

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen

LEMBAR KERJA SISWA 2

Metodologi Penelitian

KAJIAN MODEL MENTAL SISTEM TERNER AIR-KLOROFORM- ASAM ASETAT (VALIDASI PROSEDUR PRAKTIKUM KIMIA FISIKA)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C : PENDIDIKAN MIPA

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. BAHAN YANG DIGUNAKAN Aquades Indikator PP NaOH 0,1 N Asam asetat pekat Trikloroetan (TCE)

Kesetimbangan Fasa Bab 17

Perhatikan gambar diagram P-T berikut:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN I KESETIMBANGAN KIMIA DI DALAM LARUTAN PROGRAM STUDI S-1 KIMIA

BAB V METODOLOGI. Dalam pelaksanaan percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN

STOIKIOMETRI LARUTAN. Andian Ari Anggraeni, M.Sc

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

LAPORAN PRAKTIKUM ASPIRIN

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

Transkripsi:

DIAGRAM TERNER I. DASAR TEORI erdasarkan hukum fase Gibbs jumlah terkecil peubah bebas yang diperlukan untuk menyatakan keadaan suatu sistem dengan tepat pada kesetimbangan dilengkapkan sebagai : V = C P + 2 dengan V = jumlah derajat kebebasan, C = jumlah komponen, dan P = jumlah fasa. Dalam ungkapan di atas, kesetimbangan mempengaruhi suhu, tekanan, dan komposisi sistem. Jumlah derajat kebebasan untuk sistem tiga komponen pada suhu dan tekanan tetap dapat dinyatakan sebagai : V = 3 P Jika dalam sistem hanya terdapat satu fasa, maka V = 2. erarti, untuk menyatakan keadaan sistem dengan tepat perlu ditentukan konsentrasi dari dua komponennya. Sedangkan bila dalam sistem terdapat dua fasa dalam kesetimbangan V = 1; berarti hanya satu komponen yang harus ditentukan konsentrasinya dan konsentrasi komponen yang lain sudah tentu berdasarkan diagram fasa untuk sistem tersebut. Oleh karena itu, sistem tiga komponen pada suhu dan tekanan tetap mempunyai jumlah derajat kebebasan maksimum = 2 (jumlah fasa minimum = 1), maka diagram fasa ini dapat digambarkan dalam satu bidang datar berupa suatu segitiga sama sisi yang disebut diagram terner. Tiap sudut segitiga tersebut menggambarkan suatu komponen murni. Prinsip penggambaran komposisi dalam diagram terner dapat dilihat pada gambar di bawah ini : C XA XC A X 1. Fraksi mol tiga komponen dari sistem terner (C = 3) sesuai dengan X A + X + Xc = Titik pada sisi A : campuran biner A dan C : campuran biner dan C

AC : campuran biner A dan C Diagram fase yang digambarkan sebagai segitiga sama sisi menjamin dipenuhinya sifat ini secara otomatis sebab jumlah jarak ke sebuah titik didalam segitiga sama sisi yang diukur sejajar dengan sisi-sisinya sama dengan panjang sisi segitiga itu yang dapat diambil sebagai satuan panjang. Sistem 3 komponen sebenarnya banyak memungkinkan yakni pada percobaan ini digunakan sistem 3 komponen yang terdiri atas zat cair yang sebagian tercampur. Sistem 3 zat cair yang sebagian dibagi menjadi : Tipe 1 : Pembentukan sepasang zat cair bercampur sebagian Tipe 2 : Pembentukan 2 pasang zat cair bercampur sebagian Tipe 3 : Pembentukan 3 pasang zat cair bercampur sebagian Dalam percobaan yang dilakukan menggunakan tipe 1. Tipe 1 : Pembentukan sepasang zat cair yang bercampur sebagian. C Kalau bercampur sebagian, maka campuran antara dan C pada temperatur dan tekanan tertentu membentuk dua lapisan I larutan C dalam II larutan dalam C b 4 D b a 3 1 a 2 b 2 a 3 b 1 a 4 Diagram : 3 Cairan dengan 1 inodal Penambahan A pada campuran dan C akan memperbesar daya larut keduanya. C adalah susunan keseluruhan antara dan C. Pada penambahan A, susunan keseluruhan bergerak sepanjang CA. Susunan masing-masing lapisan dinyatakan dengan garis kesetimbangan 1 1, 2 2 dan seterusnya. Pada titik b 4 kedua lapisan hilang dan terbentuk lapisan tunggal. Hilangnya kedua lapisan tidak bersama-sama.

Kedua lapisan dapat menjadi identik hanya pada satu susunan yaitu d, titik D disebut titik isotermal kritis atau plait point. Semua campuran yang terdapat di daerah a D b selalu terbagi kedalam dua lapisan. Grafik, a D b disebut kurva binodal. Hanya plait point tidak berimpit dengan maksimal grafik binodal. II. ALAT DAN AHAN Alat alat yang digunakan yaitu : Erlenmeyer : 5 buah uret 50 ml : 1 buah Statif dan Klem : 1 buah Gelas Ukur 10 ml : 3 buah Pipet tetes : 3 buah Corong : 3 buah Gelas kimia : 2 buah ahan - bahan yang digunakan yaitu : Asam Asetat pekat (zat A) Aquadest (zat ) Kloroform (zat C) III. PROSEDUR KERJA 1. Ke dalam labu erlenmeyer yang bersih dan kering, membuat 9 macam campuran cairan A dan C yang saling larut dalam komposisi sebagai berikut : Labu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Zat A (ml) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Zat C (ml) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2. Menitrasi tiap campuran dalam erlenmeyer 1 sampai 9 dengan zat sampai tepat timbul kekeruhan dan mencatat jumlah volume zat yang digunakan. 3. Menentukan rapat massa masing masing cairan murni A, dan C. Perhitungan :

Menghitung konsentrasi ketiga komponen dalam % mol untuk tiap-tiap campuran ketiga perubahan jumlah fasa dengan rumus : n i X i x 100 % n n n A C Menggambarkan kesembilan titik itu pada kertas grafik dan membuat kurva binodal sampai memotong sisi A dari segitiga. IV. HASIL PENGAMATAN No. Variabel yang diamati Hasil pengamatan Perbandingan asam asetat dan kloroform: 1. Labu 1 ( 1ml : 9 ml) 0,5 ml 2. Labu 2 (2 ml : 8 ml) 0,7 ml Aquades yang dititrasikan sampai tepat timbul kekeruhan : 3. Labu 3 (3 ml : 7 ml) 0,9 ml 4. Labu 4 (4 ml : 6 ml) 0,95 ml 5. Labu 5 (5 ml : 5 ml) 1 ml 6. Labu 6 (6 ml : 4 ml) 2,2 ml 7. Labu 7 (7 ml : 3 ml) 4,2 ml 8. Labu 8 (8 ml : 2 ml) 6,6 ml 9. Labu 9 (9 ml : 1 ml) 7,2 ml V. ANALISIS DATA Dalam percobaan ini, dilakukan pencampuran tiga komponen, yaitu asam asetat (zat A), kloroform (zat ) dan aquadest (zat C). Ketiga komponen tersebut bercampur dengan volume yang berbeda beda sehingga pencapaian titik akhirnya juga berbeda. Titik akhir titrasi tersebut ditandai dengan tepat timbulnya kekeruhan pada larutan. Dari percobaan didapatkan hasil: Labu 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Asam asetat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kloroform 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Aquadest 0,5 0,7 0,9 0,95 1 2,2 4,2 6,6 7,2 Pada perlakuan yang pertama yaitu mencampurkan 1 ml asam asetat (CH 3 COOH) dengan 9 ml kloroform (CHCl 3 ) dan dititrasi menggunakan aquadest. Pada volume 0,5 ml aquadest, tepat muncul kekeruhan pada larutan yang menandakan bahwa titik akhir titrasi telah tercapai. Perlakuan yang kedua mencampurkan 2 ml CH 3 COOH dengan 8 ml CHCl 3 yang kemudian dititrasi dengan aquadest. Pada saat dititrasi aquadest yang diperlukan sebanyak 0,7 ml agar didapatkan kekeruhan pada larutan. Untuk perlakuan perlakuan selanjutnya seperti mencampurkan 3 ml, 4 ml, 5 ml, 6 ml, 7 ml, 8 ml dan 9 ml asam asetat dengan 7 ml, 6 ml, 5 ml, 4 ml, 3 ml, 2 ml dan 1 ml kloroform, di mana terlihat jelas volume asam asetat yang dicampurkan bertambah sedang kloroform yang dicampurkan semakin berkurang. Ini dapat disimpulkan bahwa persentase kloroform (zat ) yang ditampilkan dalam kurva semakin kecil seiring dengan berkurangnya volumenya( lihat lampiran diagram terner). Hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya volume asam asetat yng dicampurkan, sehingga diperlukan lebih banyak air pula untuk dapat melarutkan larutan tersebut. Kekeruhan pada akhir titrasi terjadi karena air dapat campur seluruhnya dengan asam asetat, sedangkan kloroform dan air hanya campur sebagian. Campur sebagian antara air dan kloroform ini akan membentuk suatu lapisan yang menyebabkan timbulnya kekeruhan. Dari perhitungan yang diperoleh dari data hasil pengamatan diperoleh sembilan titik diagram terner, di mana masing masing titik menggambarkan komposisi komposisi masing masing zat pada tiap campuran (dapat dilihat pada lampiran). Perbedaan persentase pada setiap zat ( larutan ) disebabkan oleh volum dari masing-masing komponen berbeda, sehingga terjadi perubahan daya saling larut antara komponen-komponen larutan tersebut. Setiap penambahan aquadest pada campuran tersebut menyebabkan perubahan daya larut antar larutan, hal ini kemudian digambarkan dalam diagram terner. Dari setiap perlakuan berarti diperoleh sembilan diagram terner yang berarti ada sembilan titik dalam kesembilan diagram terner tersebut.. Dengan menggabungkan kesembilan titik tersebut, diperoleh sebuah garis lengkung yang disebut kurva binodal. Kurva binodal yang telah dibuat tersebut diperoleh dengan cara menghubungkan titik-titik dari 1 sampai 9 dengan menarik sebuah garis kesetimbangan dari susunan masing-masing larutan

Kurva inodalnya sebagai berikut: C(CH 3 Cl ) 10 90 20 80 30 70 40 60 XA 50 50 X C 60 40 70 30 80 20 90 10 A (CH3COOH) 10 20 30 40 50 60 70 80 90 (H 2 O) X Ketidakteraturan garis dalam menggambar pada kurva binodal mungkin disebabkan akibat adanya penurunan volume aquadest digunakan untuk mencapai kekeruhan pada saat menitrasi. VI. KESIMPULAN 1. Asam asetat,kloroform, dan air merupakan sistem 3 komponen yang dapat campur sebagian dan dapat digambarkan dalam diagram terner 2. asam asetat dan air dapat campur seluruhnya begitu juga asam asetat dan kloroform, tetapi air dan kloroform tidak dapat campur seluruhnya,hanya campur sebagian saja 3. Titik akhir titrasi asam asetat (CH 3 COOH) dan kloroform (CHCl 3 ) dengan aquadest (H 2 O) di tandai dengan timbulnya kekeruhan 4. Semakin banyak volume asam asetat dan semakin sedikit volume kloroform maka semakin banyak volume aquadest yang dperlukan untuk menitrasi larutan tersebut

5. Penambahan aquadest pada larutan asam asetat pekat dan kloroform pada komposisi yang berbeda menyebabkan perubahan daya saling larut antara kedua zat tersebut