Deskripsi BALING-BALING KAPAL BERSIRIP

dokumen-dokumen yang mirip
Deskripsi BALING-BALING KAPAL BERSIRIP

Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau mendorong kapal di pelabuhan, laut lepas atau melalui sungai atau terusan.

ANALISA PENGARUH BENTUK FOIL SECTION NOZZLE TERHADAP EFISIENSI PROPULSI PADA KAPAL TUNDA

Deskrpsi ROBOT LENGAN LENTUR DUA-LINK DENGAN VARIASI BEBAN BAWAAN

Analisa Pengaruh Trim terhadap Konsumsi Bahan Bakar

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH PENGETAHUAN TEKNOLOGI,INFORMASI DAN KOMUNIKASI

RANCANG BANGUN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT

ANALISA PENGARUH PELETAKAN OVERLAPPING PROPELLER DENGAN PENDEKATAN CFD

ANALISA PENGARUH ALIRAN FLUIDA YANG DITIMBULKAN OLEH GERAKAN PUTARAN PROPELLER PADA KAPAL IKAN TERHADAP TEKANAN PROPELLER DENGAN PENDEKATAN CFD

START STUDI LITERATUR MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN. PENGUMPULAN DATA : - Kecepatan Angin - Daya yang harus dipenuhi

PERBANDINGAN HASIL RANCANGAN BALING-BALING PADA METODE CROUCH DAN METODE BP-δ UNTUK KAPAL IKAN 30 GT

PEMODELAN RESPON GETARAN TORSIONAL DAN LATERAL PADA SISTEM PROPULSI KAPAL JENIS PROPULSORS FIXED PITCH PROPELLER

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

KAJIAN EKSPERIMEN PENAMBAHAN PROPERTIES OUTLET PADA GAS BUANG ENGINE UNTUK MENAMBAH DAYA DORONG DAN EFEK TURBULENSI

PERHITUNGAN DAYA MOTOR PENGGERAK UTAMA a. EHP (dinas) = RT (dinas) x Vs = 178,97 Kn x 6,172 m/s = Kw = Hp

PENGARUH JARAK RUDDER DAN PROPELLER TERHADAP KEMAMPUAN THRUST MENGGUNAKAN METODE CFD (STUDI KASUS KAPAL KRISO CONTAINER SHIP)

PENULISAN DOKUMEN SPESIFIKASI PERMOHONAN PATEN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. displacement dari kapal tersebut. Adapun hasil perhitungan adalah : 2. Coefisien Blok (Cb) = 0,688

BAB II LANDASAN TEORI

RANCANG BANGUN PROTOTIPE ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT DAN MEKANIK PEMBUAT LUBANG UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS TANAM

MODIFIKASI BENTUK BURITAN KAPAL DAN SISTEM PROPULSI KT ANGGADA XVI AKIBAT RENCANA REPOWERING. A.K.Kirom Ramdani ABSTRAK

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. Analisa efek secondary..., Paian Oppu Torryselly, FT UI, 2008

BAB I VEKTOR DALAM BIDANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dosen Pembimbing: Ir. Suhariyanto, MSc Oleh : Alessandro Eranto Bais

PERANAN BALING BALING PADA GERAKAN KAPAL. Budi Utomo *

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Rotating Disk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PENGARUH ALIRAN FLUIDA YANG DITIMBULKAN OLEH GERAKAN PUTARAN PROPELLER PADA KAPAL IKAN TERHADAP TEKANAN PROPELLER DENGAN PENDEKATAN

BAB III METODE PELAKSANAAN

ANALISA EFISIENSI PROPELLER B-SERIES DAN KAPLAN PADA KAPAL TUGBOAT ARI 400 HP DENGAN VARIASI JUMLAH DAUN, SUDUT RAKE MENGGUNAKAN CFD

MENGGAMBAR POTONGAN BENDA KERJA

SIMULASI AERODINAMIS DAN TEGANGAN PROPELER PESAWAT TIPE AIRFOIL NACA M6 MELALUI ANALISA KOMPUTASI DINAMIKA MENGGUNAKAN MATERIAL PADUAN (94% Al-6% Mg)

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

Bagaimana Sebuah Pesawat Bisa Terbang? - Fisika

USULAN BIDANG MARINE MANUFACTURE AND DESIGN (MMD) Oleh: Hanifuddien Yusuf NRP

STUDI PERANCANGAN SISTEM PROPULSI WATERJET PADA KAPAL PENUMPANG 200 PAX TIPE WAVE PIERCHING CATAMARAN

Mekanika Fluida II. Karakteristik Saluran dan Hukum Dasar Hidrolika

DRAFTING PATEN. Oleh : Dr. Ir. Bambang Sujanarko, M.M. Sentra HKI Lembaga Penelitian Universitas Lember 2015

PENGGUNAAN BENTUK SUDU SETENGAH SILINDER ELLIPTIK UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TURBIN SAVONIUS

PERHITUNGAN RODA GIGI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANCANGAN KINCIR TERAPUNG PADA SUNGAI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK

ANALISA ENGINE PROPELLER MATCHING PADA KAPAL PERINTIS BARU TYPE 200 DWT UNTUK MEDAPATKAN SISTEM PROPULSI YANG OPTIMAL

ANALISA PERUBAHAN SISTEM PROPULSI DARI SCHOTTLE MENJADI TWIN SCREW PADA KAPAL PENUMPANG KMP NIAGA FERRY II

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR

a. Turbin Impuls Turbin impuls adalah turbin air yang cara kerjanya merubah seluruh energi air(yang terdiri dari energi potensial + tekanan +

BAB I PENDAHULUAN. Kapal sebagai sebuah wahana teknis terdiri dari beberapa sistem permesinan yang

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Vektor

MAKALAH ELEMEN MESIN II PENGGUNAAN RODA GIGI PADA PESAWAT TERBANG. Dosen Pengampu: Catur Pramono, S.T., M.Eng.


BLOWER DAN KIPAS SENTRIFUGAL

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

STUDI PERANCANGAN VOITH TURBO FIN BERULIR PADA TUGBOAT DENGAN PENDEKATAN CFD

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

ANALISA PENGGUNAAN FLAP PADA MODIFIKASI KEMUDI MENYERUPAI BENTUK EKOR IKAN TERHADAP MANEUVERABILITY KAPAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN

ANALISA RESPON HARMONIK STRUKTUR POROS PROPELLER KAPAL MENGGUNAKAN ANSYS WORKBENCH 14.5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN. Mulai. Dipasang pulley dan v-belt yang sesuai. Ditimbang kelapa parut sebanyak 2 kg. Dihidupkan mesin pemeras santan sistem screw press

Energi angin (Wind Energy) Hasbullah, S.Pd., MT

BAB I DASAR TEORI I. TRANSFORMATOR

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon

BAB 1 Vektor. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, Ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom

BAB II LANDASAN TEORI

Bab IV Analisis dan Pengujian

PENGUKURAN KAPASITAS KERJA LAPANG

INSTALASI PERMESINAN

VEKTOR. Oleh : Musayyanah, S.ST, MT

BAB II LANDASAN TEORI. tidak terdefinisi. Standar tersebut dapat berupa barang yang nyata, dengan syarat

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

PENGARUH PANJANG CEROBONG DAN SUDUT BLADE TERHADAP DAYA THRUST PADA HOVERCRAFT ABSTRAK

Studi Simulasi dan Eksperimental Pengaruh Pemasangan Plat Bersudut Pada Punggung Sudu Terhadap Unjuk Kerja Kincir Angin Savonius

GERAK LURUS Kedudukan

BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan

Variasi Ukuran Puli Terhadap Produksi Hasil Alat Penumbuk Jengkol

ANALISA PERBANDINGAN TIPE KORT NOZZLE TERHADAP GAYA DORONG PROPELLER DENGAN METODE CFD

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH SUDUT BLADE TERHADAP THRUST FORCE PADA HOVERCRAFT. Dadang Hermawan 1) Nova Risdiyanto Ismail (2) ABSTRAK

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap II Semifinal Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

DRAF PATEN. 10 Judul Usulan Invensi: BILAH TURBIN ANGIN DENGAN PENGENDALIAN SUDUT PITCH BILAH. Oleh: Dr. Ramadoni Syahputra, S.T., M.T.

RANCANGAN PROPELLER OPTIMUM KAPAL IKAN TRADISIONAL

BAB I PENDAHULUAN. sebuah sistem kerja pada suatu instalasi mesin. Getaran yang berlebih

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Simulasi Respon Getaran Torsional dan Lateral Pada Sistem Propulsi Kapal Jenis Propulsors Fixed Pitch Propeller

BAB II DASAR TEORI 2.1 Spin Coating Metode Spin Coating

PENGHEMATAN ENERGI PADA INDUSTRI SEMEN Studi Kasus : Pemasangan VSD S pada Fan

KONSEP ENERGI GERAK DAN PENGHEMATAN ENERGI

INVESTIGASI GEOMETRI DAN PERFORMA HIDRODINAMIS PROPELER PRODUKSI UKM PADA KONDISI OPEN WATER

BAB IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR REKAYASA DAN RANCANG BANGUN ALAT PEMOTONG RUMPUT (DORONG) DENGAN MOTOR PENGGERAK HONDA WB 20T

Transkripsi:

1 Deskripsi BALING-BALING KAPAL BERSIRIP Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan suatu sirip-sirip penambah daya dorong pada baling-baling kapal, khususnya sirip-sirip tersebut dibuat menyatu dengan daun-daun baling-baling dan memotong daun baling-baling tersebut pada sudut tertentu. 3 Latar Belakang Invensi Salah satu indikator keberhasilan dalam rancang-bangun kapal adalah tercapainya kecepatan servis kapal (Vs) sesuai dengan yang direncanakan. Dan parameter utama yang sangat menentukan terhadap kecepatan servis kapal tersebut, adalah rancangan SISTEM PROPULSI KAPAL (Sistem Penggerak Kapal). Secara umum, Sistem Propulsi Kapal terdiri dari 3 (tiga) komponen utama, yaitu : (a) Main Engines (Motor Induk); (b) Transmission Systems (Sistem Transmisi Daya); (c) Propulsor (Alat Gerak Kapal). Prinsip kerja dari Sistem Propulsi Kapal adalah sebagai berikut; Main Engines sebagai sumber daya utama memberikan DAYA OUTPUT-nya ke Propulsor melalui Sistem Transmisi Daya. Besarnya DAYA yang DISERAP oleh Propulsor tergantung pada besarnya efisiensi system transmisi tersebut. DAYA yang DISERAP oleh Propulsor inilah yang selanjutnya digunakan untuk mendorong kapal. Salah satu jenis Propulsor (Alat Gerak Kapal) yang sering digunakan untuk menggerakan kapal sampai dengan saat ini adalah Screw Propeller (Baling-baling ulir). Gaya dorong (Thrust) pada Screw Propeller (Balingbaling ulir) terjadi sebagai akibat adanya perbedaan distribusi tekanan antara bagian punggung daun balingbaling dan bagian muka daun baling-baling. Distribusi

2 tekanan pada daerah/bagian muka daun baling-baling adalah relatif lebih besar dibandingkan dengan distribusi tekanan pada daerah/bagian punggung daun baling-baling, sehingga hal ini menyebabkan timbulnya Gaya Angkat (LIFT Force). Proyeksi vector gaya angkat tersebut pada sumbu lateral kapal, yang kemudian disebut dengan gaya dorong kapal (Thrust). Sampai dengan saat ini, khalayak luas beranggapan bahwa besarnya gaya dorong kapal (Thrust) adalah berbanding lurus dengan daya yang diserap oleh Baling-baling. Sehingga bilamana diinginkan adanya peningkatan kecepatan servis kapal, maka diperlukan adanya kenaikan gaya dorong (Thrust) kapal. Dan kenaikan tersebut, membawa pada kebutuhan kenaikan daya dorong kapal. Selanjutnya, kebutuhan terhadap meningkatnya daya dorong kapal pada akhirnya memberikan konsekuensi pada peningkatan kebutuhan DAYA OUTPUT dari Main Engines (Motor Induk). Hal ini tentunya akan merugikan pada nilai kompetisi ekonomis kapal. Ringkasan Invensi 3 Invensi yang diusulkan ini pada prinsipnya adalah memaksimalkan daya yang diserap oleh baling-baling, sehingga menghasilkan daya dorong (thrust) yang juga maksimal. Dan pada akhirnya dapat meningkatkan kecepatan servis kapal, tanpa harus memperbesar daya yang harus terpasang. Atau dengan kata lain, baling-baling yang diinvensikan ini secara tidak langsung adalah merupakan upaya dalam penghematan energi terhadap Main Engines (Motor Induk) yang terpasang di kapal. Konsep invensi baling-baling kapal bersirip ini adalah menurunkan besarnya distribusi tekanan pada daerah/bagian punggung dari daun baling-baling, sehingga perbedaan tekanan antara daerah/bagian muka dan punggung adalah lebih besar dibandingkan dengan baling-baling yang saat ini ada di pasaran/masyarakat pengguna. Suatu metode penurunan distribusi tekanan pada daerah/bagian punggung daun baling-baling tersebut, adalah

3 dengan menaikan kecepatan aliran fluida (Va) yang melintasi permukaan daun baling-baling tersebut, yakni dengan menambahkan sepasang sirip yang berbentuk seperti pacul pada bagian/daerah punggung yang bertujuan untuk meningkatkan akselerasi aliran fluida yang melintasi pada daerah/bagian tersebut. Uraian Singkat Gambar Untuk memudahkan pemahaman mengenai inti invensi ini, selanjutnya akan diuraikan perwujudan invensi melalui gambar-gambar terlampir. Gambar 1, adalah tampak belakang dari baling-baling kapal bersirip sesuai dengan invensi ini. Gambar 2, adalah tampak samping dari baling-baling kapal yang hanya diambil pada satu daun baling-baling sesuai dengan invensi ini. 3 Uraian Lengkap Invensi Sebagaimana telah dikemukan pada latar belakang invensi bahwa gaya dorong (Thrust) kapal adalah merupakan suatu produk/hasil kinerja dari baling-baling saat beroperasi pada putaran dan kondisi tertentu. Peningkatan Gaya Dorong tersebut pada umumnya dapat diperoleh dengan cara mengganti motor induk dengan motor-motor lainnya, yang memiliki kapasitas daya yang lebih besar. Cara ini tentunya mempunyai konsekuensi teknis yang diperoleh, yaitu menjadi sangat mahal dan tidak menguntungkan bagi para pemakai. Mengacu pada Gambar 1, yang memperlihatkan suatu baling-baling kapal bersirip tampak belakang sesuai dengan invensi ini. Baling-baling seperti invensi yang diusulkan adalah mengkondisikan daun baling-baling (1) untuk meningkatkan Gaya Dorong (Thrust) yang dihasilkan dari baling-baling saat bekerja pada putaran tertentu. Pengkondisian daun baling-baling (1) yang dimaksudkan adalah dengan memasang sirip (3, 4) berbentuk seperti

4 3 PACUL secara berpasangan pada bagian/daerah punggung () dari keseluruhan daun baling-baling (1). Penambahan sepasang sirip (3, 4) berbentuk seperti PACUL ini bertujuan untuk mengarahkan aliran fluida yang melintasi bagian/daerah punggung () tersebut, agar lebih seragam (Uniform) dan memiliki percepatan (Akselerasi) yang lebih besar. Dengan kedua kondisi tersebut, maka laju aliran fluida untuk punggung () daun baling-baling yang bersirip seperti PACUL menjadi lebih baik atau lebih tinggi, apabila dibandingkan dengan punggung daun balingbaling yang polos. Sehingga, distribusi tekanan yang terjadi pada bagian/daerah punggung daun baling-baling tersebut adalah tidak sama. Distribusi tekanan yang terjadi pada daerah/bagian punggung () daun baling-baling yang bersirip seperti pacul menjadi lebih rendah, apabila dibandingkan dengan distribusi tekanan yang terjadi pada bagian/daerah punggung daun baling-baling yang polos (yaitu baling-baling yang sudah dikenal oleh masyarakat sampai saat ini). Di lain pihak, distribusi tekanan yang terjadi pada bagian/daerah muka daun baling-baling adalah relatif tetap atau tidak berubah antara daun baling-baling bersirip seperti PACUL dengan daun baling-baling yang polos. Perbedaan distribusi tekanan yang terjadi pada kedua daerah/bagian muka dan punggung () dari daun baling-baling (1) inilah yang nantinya menjadi Gaya Angkat (LIFT) balingbaling. Dan bilamana Gaya Angkat (LIFT) tersebut diproyeksikan terhadap Sumbu Lateral Kapal, maka Gaya Angkat (LIFT) akan menjadi Gaya Dorong Baling-baling Kapal. Sehingga jika distribusi tekanan pada daerah/bagian punggung () daun baling-baling bersirip seperti PACUL adalah lebih rendah dari pada punggung daun baling-baling yang polos, maka besarnya Gaya Dorong (Thrust) yang terjadi pada daun baling-baling bersirip seperti PACUL menjadi lebih besar bila dibandingkan dengan daun baling-baling yang polos. Invensi ini memiliki perbedaan yang sangat mencolok dibandingkan dengan baling-baling yang ada di pasaran atau yang dikenal oleh masyarakat luas. Yaitu pada keberadaan

sepasang sirip yang berbentuk pacul yang terletak pada bagian/daerah punggung () di tiap-tiap daun baling-baling. Sebagaimana pula diungkapkan pada Gambar 2, yang menunjukkan satu bagian daun baling-baling (1) sesuai dengan invensi ini. Baling-baling bersirip untuk menambah Gaya Dorong Kapal ini adalah meliputi jumlah sirip (3, 4), bentuk sirip (3, 4) dan posisi/kedudukan sirip (3, 4) pada daun baling-baling (1) (Propeller Blades), dengan deskripsi sebagai berikut ; (a) Jumlah Sirip Jumlah sirip pada masing-masing daun baling-baling (1) adalah 2 (dua) bilah, yang dipasang pada bagian punggung daun baling-baling () secara bersusun, yang disebut dengan sirip atas (3) dan sirip bawah (4). (b) Bentuk Sirip Pada dasarnya bentuk sepasang sirip yang digunakan pada masing-masing baling-baling sesuai dengan invensi ini adalah seperti bilah PACUL, dimana pada bilah depan (7) adalah lebih tajam dibandingkan dengan bilah belakang (8). Panjang bilah keseluruhan sirip atas (3) adalah lebih panjang hingga 40 (empat puluh) persen dibandingkan dengan Panjang bilah keseluruhan sirip bawah (4). Tinggi maksimum sirip (3, 4) adalah 14 (empat belas) persen dari panjang keseluruhan bilah Sirip 3 (c) Posisi atau Kedudukan Sirip Posisi sirip (3, 4) pada masing-masing daun balingbaling (1) dapat dibedakan dalam 2 (dua) sudut pandang, yaitu : Posisi sirip terhadap Jari-jari

6 baling-baling (dinotasikan dengan huruf, R), dan Posisi sirip terhadap rasio Sisi Masuk (2) dan Sisi Keluar (6)(rasio ini dinotasikan dengan simbol, a/b). Penempatan Posisi sepasang sirip (3, 4) seperti bilah PACUL tersebut adalah berada dalam rentang % R (tigapuluh persen) hingga 80% R (delapan puluh persen). Jari-jari baling-baling, adalah jarak dari titik pusat hingga bagian ujung daun baling-baling. Tebal maksimum sirip adalah terletak di daerah/bagian belakang dari bilah sirip (3, 4), yakni antara 60% hingga 90% dari panjang bilah sirip (3, 4) seperti PACUL tersebut. Kedudukan sirip atas (3) dan sirip bawah (4) ditentukan oleh besarnya rasio (a/b) Sisi Masuk (2) dan Sisi Keluar (6), yaitu berada dalam rentang 0, hingga 2. Ujung Depan dari kedua sirip atas dan sirip bawah, atau Bagian yang disebut dengan sisi masuk, adalah berkedudukan tepat di daerah bilah depan (7) dari daun baling-baling (1). 3

7 Klaim 1. Suatu baling-baling kapal bersirip untuk memaksimalkan daya yang diserap oleh baling-baling kapal, sehingga menghasilkan daya dorong (thrust) yang juga maksimal dan pada akhirnya dapat meningkatkan kecepatan servis kapal, tanpa harus memperbesar daya yang harus di-instal, terdiri dari: suatu daun baling-baling ditambahkan dengan sepasang sirip dengan sekurang-kurangnya dua bilah sirip atas dan bawah; sepasang sirip dimaksud dibuat secara menyatu dengan dan pada bagian punggung dari setiap daun baling-baling; dan sepasang sirip atas dan sirip bawah berada pada kedudukan yang ditentukan oleh besarnya rasio Sisi Masuk dan Sisi Keluar (a/b), yaitu berada dalam kisaran 0, sampai 2. 2. Suatu baling-baling kapal bersirip sesuai dengan klaim 1, dimana jumlah sirip disukai sekurang-kurangnya dua bilah. 3. Suatu baling-baling kapal bersirip sesuai dengan klaim 1, dimana pada dasarnya bentuk sepasang sirip yang digunakan pada masing-masing baling-baling sesuai dengan invensi ini adalah seperti bilah PACUL, dimana pada bilah bagian depan adalah lebih tajam dibandingkan dengan bilah bagian belakang. 4. Suatu baling-baling kapal bersirip sesuai dengan klaim 1 sampai 3, dimana panjang bilah keseluruhan sirip atas adalah lebih panjang hingga 40 (empat puluh) persen dibandingkan dengan panjang bilah keseluruhan sirip bawah. 3. Suatu baling-baling kapal bersirip sesuai dengan klaim 1 sampai 3, dimana tinggi maksimum sirip adalah 14 (empat belas) persen dari panjang keseluruhan bilah sirip.

8 6. Suatu baling-baling kapal bersirip sesuai dengan klaim 1 sampai, dimana penempatan posisi sepasang sirip seperti bilah PACUL tersebut adalah berada dalam kisaran % R (tigapuluh persen) hingga 80% R (delapan puluh persen) jari-jari baling-baling, yakni jarak dari titik pusat hingga bagian ujung daun baling-baling. 7. Suatu baling-baling kapal bersirip sesuai dengan klaim 1 sampai, dimana tebal maksimum sirip adalah terletak di daerah/bagian belakang dari bilah sirip, yakni antara 60% hingga 90% dari panjang bilah sirip seperti PACUL tersebut.

9 Abstrak BALING-BALING KAPAL BERSIRIP Suatu baling-baling kapal bersirip untuk memaksimalkan daya yang diserap oleh baling-baling kapal, sehingga menghasilkan daya dorong (thrust) yang juga maksimal dan pada akhirnya dapat meningkatkan kecepatan servis kapal, tanpa harus memperbesar daya yang harus diinstal, terdiri dari: suatu daun baling-baling ditambahkan dengan sepasang sirip dengan sekurang-kurangnya dua bilah sirip atas dan bawah; sepasang sirip dimaksud dibuat secara menyatu dengan dan pada bagian punggung dari setiap daun baling-baling; dan sepasang sirip atas dan sirip bawah berada pada kedudukan yang ditentukan oleh besarnya rasio Sisi Masuk dan Sisi Keluar (a/b), yaitu berada dalam kisaran 0, sampai 2. 3