BAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, termasuk perkebunan sebagai sumber penghasilan utama daerah.

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan produksi pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkat tinggi setelah aplikasi pestisida. Penggunaan bahan-bahan beracun itu pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu negara berkembang dan negara agraris yang

BAB 1 PENDAHULUAN. ayat (1) yang menyatakan bahwa Penggunaan pestisida dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia, alih fungsi lahan pertanian merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. membunuh atau mengendalikan berbagai hama tanaman. Tetapi pestisida. lingkungan apabila tidak tepat dalam menggunakannya.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan pertanian sebagai leading sector melalui suatu

BAB I PENDAHULUAN. sistem pertanian di Indonesia. Pestisida digunakan untuk mengurangi

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA

BAB I PENDAHULUAN. petani, sehingga Indonesia dikenal sebagai negara agraris.

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan pestisida di seluruh dunia (world-wide), tetapi dalam hal kematian

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki wilayah perkebunan kelapa sawit yang cukup luas.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) Kelompok Intervensi O1 X O2

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR

PESTISIDA 1. Pengertian 2. Dinamika Pestisida di lingkungan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida merupakan salah satu teknologi pengendalian organisme

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat dan tarap hidup manusia. Penggunaan pestisida di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

I. PENDAHULUAN. kecenderungan semakin menurun, angkatan kerja yang bekerja pada sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. kemauan hidup sehat bagi seluruh penduduk. Masyarakat diharapkan mampu

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1.2 Tujuan Untuk mengetahui etika dalam pengendalian OPT atau hama dan penyakit pada tanaman.

BAB I PENDAHULUAN. dengan bantuan tenaga kesehatan, seperti perawat. Perawat sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terpadat di

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala. dibebankan padanya (Suma mur, 2009).

SUMMARY NURLAILA GAIB NIM :

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang optimal yang setinggi-tingginya sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif

BAB 1 : PENDAHULUAN. pestisida. Pengunaan agrokimia diperkenalkan secara besar-besaran untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau

I. PENDAHULUAN. Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung.

PESTISIDA : HAL HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Khairunisa Sidik,2013

BAB I PENDAHULUAN. diketahui kapan terjadinya, tetapi hal tersebut dapat dicegah. Kondisi tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 Tentang : Perlindungan Tanaman

Paparan Pestisida. Dan Keselamatan Kerja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kulit akibat kerja merupakan peradangan kulit yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

No. kuesioner. I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Pendidikan : 4. Lama Bekerja : 5. Sumber Informasi :

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PEMAKAIAN (APD) ALAT PELINGDUNG DIRI PADA PETANI PENGGUNA PESTISIDA DI DESA CURUT KEC.

BAB I PENDAHULUAN. yang multiguna, dapat digunakan sebagai bumbu masakan, sayuran, penyedap

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan berbagai penyebab penyakit lainnya yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan pembangunan. Disisi lain kegiatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN th > 49 th 2 9. Tidak Tamat SD - - Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi/PT - -

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Food

BAB I PENDAHULUAN. dan dampak negatif terhadap kesehatan manusia (Wudianto, 1999).

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sayuran.sayuran berperan penting karena mengandung berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan

BAB I PENDAHULUAN. padi sawah merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun.

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan. Tumbuhan yang digunakan meliputi untuk bahan pangan,

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENYEMPROTAN RACUN DISUSUN OLEH: KLK AGRISERVINDO 12/02/2016 KLK AGRISERVINDO

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari resiko yang relatif sangat kecil dibawah tingkatan tertentu, dan hal

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa lepas dari peranan

BAB I PENDAHULUAN. bulan Agustus 2014 berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik berjumlah sekitar

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar (asasi) manusia dan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). Bekerja merupakan salah satu kegiatan utama bagi setiap orang atau masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan. Dalam melakukan pekerjaan mempunyai risiko gangguan kesehatan atau penyakit yang ditimbulkan oleh pekerjaan tersebut, terutama di sektor informal, baik petani, nelayan, pedagang kaki lima dan bahkan pembantu rumah tangga, karena ketidaktahuan tenaga kerja sektor informal mempunyai risiko yang lebih tinggi dalam kaitannya dengan gangguan kesehatan yang diderita akibat dari pekerjaan (Anies, 2005). Kaitannya dengan faktor yang berpengaruh terhadap kondisi kesehatan, dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai potensi bahaya risiko yang bisa terjadi akibat sistem kerja atau cara kerja, penggunaan mesin, alat dan bahan serta lingkungan disamping faktor manusianya, oleh karena itu perlu adanya upaya pencegahan dan pengendalian terhadap kemungkinan timbulnya gangguan kesehatan (Faris, 2009). Pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun membutuhkan pangan yang semakin besar. Dalam rangka mencukupi kebutuhan

2 pangan tersebut, Indonesia mencanangkan beberapa program bidang pertanian. Salah satunya adalah program intensifikasi tanaman pangan. Dari program ini diharapkan produksi pangan meningkat dari luas lahan yang sudah ada. Program ini tentu ditunjang dengan perbaikan teknologi pertanian, varietas lahan, perbaikan teknik budidaya yang meliputi pengairan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit ini terus diaktifkan (Wudianto, 2007). Untuk peningkatan jumlah produksi pertanian, salah satu caranya dengan pemberantasan hama, gulma, dan penyakit dengan penggunaan pestida secara intensif untuk penunjang program pemenuhan kebutuhan pangan. Ketergantungan pestisidapun naik sehingga dosis pestisida dinaikkan (Kusdwiratri,1998). Salah satu pengaruh penggunaan pestisida adalah terjadinya pencemaran lingkungan yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan, salah satu pencemaran di lingkungan kerja pertanian yaitu pencemaran udara berupa uap dan partikel dari pestisida semprot dengan bantuan angin yang dapat mempengaruhi kesehatan petani, dengan kondisi lingkungan kerja di atas, maka petani memiliki beban kerja tambahan dan kapasitas kerja yang dapat mempengaruhi kesehatan terutama terhadap gangguan sistem pernafasan (Kusdwiratri, 1998). Petani merupakan salah satu pekerja sektor informal, berbeda dengan pekerja sektor formal. Pembinaan kesehatan dan pencegahan kecelakaan kerja terhadap tenaga kerja disektor formal telah berjalan dengan baik, di bawah pengawasan Kementerian Tenaga Kerja serta instansi terkait. Para petani atau tenaga kerja di pertanian, tidak jarang mendapat penyakit maupun gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaannya tanpa disadari, misalnya keluhan

3 pusing, cepat lelah, daya kerja berkurang, jarang dianggap sebagai gangguan yang serius (Anies, 2005). Menurut Shobib (2013) yang mengutip pendapat Ani, setiap hari ribuan petani dan para pekerja di sektor pertanian teracuni oleh pestisida akibat kurangnya pengetahuan untuk menggunakan alat pelindung diri (APD) dan setiap tahun diperkirakan jutaan orang yang terlibat di pertanian menderita keracunan akibat pestisida. Perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2009 terjadi sekitar 600.000 kasus dan 60.000 kematian terjadi di India dan yang paling rentan adalah anak-anak, perempuan, pekerja di sektor informal dan petani miskin. Di Bangladesh, pada 2008 keracunan pestisida paling tinggi menyebabkan kematian. Di Kamboja, setidaknya 88% petani mengalami dampak akut keracunan pestisida. Di China, antara 53.000 dan 123.000 orang keracunan pestisida setiap tahun. Menurut Shobib (2013) yang mengutip pendapat Elanda dkk, setiap tahunnya sekitar 5.000 sampai 10.000 mengalami dampak yang sangat berbahaya seperti kanker, cacat, mandul dan hepatitis. Menurut Shobib (2013) yang mengutip pendapat Ani, sebagai negara agraris, penggunaan pestisida di Indonesia cukup tinggi. Pada tahun 2008 tercatat sekitar 1.336 formulasi dan 402 bahan aktif pestisida telah didaftarkan untuk mengendalikan hama diberbagai bidang komoditi. Hasil penelitian Pesticide Action Network Asia and the Pasific (PANAP) tentang bahaya pestisida di Wonosobo, Jawa Tengah sebagai bagian pemantauannya di kawasan Asia, pada Agustus-Oktober 2009 menunjukkan bahwa 6 orang terdiri dari 2 orang

4 perempuan dan 4 orang laki-laki dari 100 responden mengalami gangguan kesehatan. Adanya berbagai akibat samping penggunaan pestisida, pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan. Tahun 1986 dikeluarkan Instruksi Presiden No. 3 tahun 1986 tentang penerapan pengendalian hama terpadu (PHT) dan larangan peredaran dan penggunaan 57 jenis pestisida untuk tanaman padi. Program PHT sendiri mulai dilaksanakan tahun 1989. Subsisidi pestisidapun dihapuskan sejak bulan Januari 1989 (Wudianto, 2007). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Winasa (1989) tentang pemanfaatan alat pelindung pada 102 petani bawang merah di Brebes, ternyata hanya 18 (17,65%) yang memanfaatkannya dengan baik. Secara lebih terperinci ia mengemukakan bahwa hanya 2 (1,96%) responden yang memanfaatkan kacamata pelindung, 12 (11,76%) memanfaatkan sepatu boot, 18 (17,65) memanfaatkan sarung tangan, 27 (26,46) menggunakan masker. Baju lengan panjang digunakan oleh 57 (55,88%) responden, celana panjang pada 85 (83,33%) dan topi pelindung pada 99 (97,06%) responden. Umumnya mereka kurang menyadari perlunya alatalat pelindung tersebut, karena ternyata hanya 19 (25,53%) di antara 75 petani yang tidak menggunakan masker atau alat pelindung pernafasan yang mengetahui kegunaannya. Sedangkan di kalangan yang tidak menggunakan sarung tangan hanya 20 (23,80%) saja yang benar-benar tahu manfaatnya. Secara keseluruhan, hanya 18 (17,65%) responden yang di nilai baik menggunakan alat pelindung, sedangkan 84 (82,35%) sisanya masih perlu di tingkatkan pengetahuaannya.

5 Menurut Novizan (2003), petani pada umumnya beranggapan bahwa menggunakan APD saat menangani pestisida adalah hal yang tidak praktis dan merepotkan. Bahkan, tidak jarang ditemukan petani yang mengaku bahwa mereka sudah kebal dan terbiasa dengan bau pestisida yang menyengat. Hal ini dapat terjadi karena minimnya pengetahuan petani terkait keselamatan kerja. Disamping itu, kegiatan penyuluhan dan informasi pertanian yang sampai pada petani hanya memberikan pengetahuan tentang cara pemakaian dan manfaat pestisida untuk meningkatkat hasil panen. Dalam konteks Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), salah satu pengendalian dampak negatif pestisida yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Berdasarkan Pedoman Bimbingan Penggunaan Pestisida (Kementrian Pertanian RI, 2011), jenis APD yang diperlukan bagi pengguna pestisida adalah pakaian yang menutupi tubuh, penutup atau pelindung kepala, pelindung mata, sepatu boot, masker, dan sarung tangan. Kabupaten Karo dikenal sebagai daerah pertanian tanaman buah dan sayuran (hortikultura), Desa Suka Sipilihen merupakan salah satu desa yang berada di Kabupaten Karo yang mayoritas penduduknya petani dan dari seluruh petani sebagian besar merupakan petani jeruk, disamping itu hal yang paling mendasari pemilihan desa ini sebagai lokasi penelitian adalah karena berdasarkan wawancara, ditemui seorang petani pekerja puluhan tahun yang menggunakan bahan kimia pestisida yang mengidap kanker kelenjar getah bening yang disebabkan terpaparnya petani dengan pestisida secara terus menerus dengan dosis yang tinggi dan kebiasaan bekerja tanpa menggunakan alat pelindung diri

6 yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan petani tentang manfaat dan kegunaan alat pelindung diri. Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di Desa Suka Sipilihen Kabupaten Karo dengan cara observasi langsung pada tanggal 09 Oktober 2015, pada petani jeruk Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, menunjukkan bahwa petani jeruk belum menggunakan APD yang memenuhi standar aman diantaranya adalah masker, sarung tangan, celana panjang dan sepatu boot sesuai dengan peraturan dari Depkes RI tentang APD, pada saat berinteraksi dengan pestisida petani hanya memakai pakaian biasa, alas kaki berupa sandal, dan penutup kepala berupa plastik. Rata-rata pestisida yang di formulasikan lebih dari satu jenis pestisida bahkan ada yang sampai empat jenis pestisida sekaligus. Pada umumnya pengaplikasian pestisida di Kabupaten Karo dilakukan 10 hari sekali, dan ada juga yang seminggu sekali tetapi masih ditemukan buah dan daun jeruk yang berguguran dan busuk disebabkan oleh organisme pengganggu tanaman (hama), bahkan sebagian buruh petani ada yang melakukan penyemprotan dengan mengaplikasikan pestisida setiap hari. Selain itu petani rentan terhadap bahaya serangan hama seperti serangga yang ada pada tanaman pada saat pemetikan buah dan kecacingan disebabkan oleh terpaparnya petani dengan tanah pupuk yang terbuat dari kotoran ternak pada saat pembersihan lahan dan pemupukan. Di Desa Suka Sipilihen juga, berdasarkan wawancara perorangan kepada 3 keluarga petani yang peneliti lakukan pada tanggal 09 Oktober 2015 sejauh ini, belum ada penyuluhan pertanian khususnya terkait penggunaan alat pelindung diri

7 pada saat menggunakan pestisida, yang ada hanya penyuluhan tentang produk pestisida untuk meningkatkan hasil panen, sehingga menyebabkan masih minimnya pengetahuan petani terkait bahaya yang ditimbulkan pestisida bagi kesehatan apabila tidak menggunakan alat pelindung diri serta maanfaat penggunaannya karena masih kurangnya perhatian dan pengawasan dari Kementerian Ketenagakerjaan pada pekerja sektor non formal. Sehingga hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian pada petani jeruk sebagai salah satu upaya promosi kesehatan yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan penyuluhan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tentang Alat Pelindung Diri (APD). Menurut Sumardjo (1999), penyuluhan merupakan suatu intervensi komunikasi yang diselenggarakan untuk menimbulkan perubahan kualitas perilaku secara sukarela (voluntare change) bagi kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya dalam aspek perilaku, menurut Notoatmodjo (2007) yang mengutip pendapat Benyamin Bloom, membagi perilaku manusia menjadi tiga domain, yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangannya, tiga domain dalam teori ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Berdasarkan penelitian Bernadetta (2011) yang mengutip pendapat Sastraatmadja, penyuluhan pertanian didefinisikan sebagai pendidikan nonformal yang ditujukan kepada petani dan keluarganya dengan tujuan jangka pendek untuk mengubah perilaku termasuk sikap, dan pengetahuan ke arah yang lebih baik, serta tujuan jangka panjang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

8 Indonesia. Selain menciptakan suatu perubahan pengetahuan dan sikap bagi masyarakat petani, penyuluhan pertanian juga diharapkan mampu mengarahkan wawasan berpikir dan menumbuhkan karakter sebagai bangsa yang sedang melakukan pembangunan. Karena itu perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh penyuluhan K3 tentang APD terhadap pengetahuan dan sikap petani jeruk dalam penggunaan APD di Desa Suka Sipilihen Kabupaten Karo tahun 2016. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh penyuluhan K3 tentang APD terhadap pengetahuan dan sikap petani jeruk dalam penggunaan APD di Desa Suka Sipilihen Kabupaten Karo tahun 2016.

9 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan K3 tentang APD terhadap pengetahuan dan sikap petani jeruk dalam penggunaan APD di Desa Suka Sipilihen Kabupaten Karo tahun 2016. Tujuan Khusus 1. Mengetahui perbedaan antara tingkat pengetahuan dan sikap petani jeruk sebelum dan setelah penyuluhan k3 tentang APD. 2. Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap petani jeruk yang mendapat penyuluhan k3 tentang APD dengan yang tidak mendapat penyuluhan k3 tentang APD. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh penyuluhan K3 tentang APD terhadap pengetahuan dan sikap petani jeruk dalam penggunaan Alat APD di Desa Suka Sipilihen Kabupaten Karo tahun 2016. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi petani jeruk agar lebih disiplin dalam menggunakan APD sehingga keterpaparan terhadap berbagai bahaya ditempat kerja dapat diminimalkan.

10 2. Sebagai bahan masukan/informasi bagi peneliti selanjutnya dalam hal penelitian lanjutan untuk promosi kesehatan dalam menggunakan alat pelindung diri. 3. Bagi Pemerintah khususnya dinas kesehatan setempat, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan terkait penggunaan alat pelindung diri dan mengadakan program promosi terkait K3 pada petani jeruk.