TOPIK 15 STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA DI PERSIMPANGAN JALAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. berkepentingan (Margaretta dan Soeprianto 2012). Keberhasilan. tingkat kepercayaan investor dalam berinvestasi.

I. PENDAHULUAN. masyarakat bawah. Sarana lembaga keuangan non bank yang mampu memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi mengandung makna kerjasama. Definisi koperasi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian perdagangan bebas seperti AFTA (ASEAN Free Trade Area), kemudian ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) serta Indonesia

Bab 1: Akuntansi dan mekanisme debet kredit

BAB I PENDAHULUAN. penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan harus sesuai dengan standarstandar

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan suatu investasi atau operasi perusahaan dengan minimal

DISCUSSION PAPER REVIU KOMPREHENSIF ATAS SAK ETAP

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan bisnis dalam skala nasional dan. intemasional, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mencanangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NAMA : MELISA MARIA NPM : JURUSAN : AKUNTANSI PEMBIMBING : NOVA ANGGRAINIE, SE., MMSI

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk mengambil keputusan baik secara internal maupun oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya laporan keuangan digunakan oleh perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. bagi para pemakai informasi keuangan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi.

Reformasi SAK ETAP dan Akuntansi Nirlaba: Tugas Besar IAI untuk Negeri. Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah termasuk Indonesia. Dalam perkembangan perekonomian Indonesia, bernilai tinggi hingga usaha kecil dan menengah.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang sangat penting bagi perusahaan komersial. Dalam kerangka

3. Standar Akuntansi Syariah Standar Akuntansi Syariah akan diluncurkan dalam tiga bahasa yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Arab.

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari globalisasi, para pelaku kegiatan bisnis antar negara membutuhkan

Pernyataan Pencabutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SEMINAR PENULISAN ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Permasalahan. PSAK atau Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan adalah suatu standar

ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN LABA-RUGI MENGGUNAKAN METODE PSAK DAN IFRS PADA PT.TELEKOMUNIKASI INDONESIA.Tbk

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan konsep dasar akuntansi, yakni konsep kesatuan usaha (entity theory),

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbedaan kondisi ekonomi, hukum, sosial, dan politik di berbagai negara,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang didukung oleh sanksi-sanksi untuk setiap ketidakpatuhan (Belkaoui,

Indonesian Institute Of Certified Public Accountants TECHNICAL newsflash

BAB I PENDAHULUAN. perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu- kewaktu supaya diketahui kemajuan atau kemundurannya serta perlu

PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA MENUJU INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang digunakan sebagai kantor atau pabrik, peralatan, kendaraan dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam penyajian informasi laporan keuangan dibutuhkan sebuah aturan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejak tahun 2010 Indonesia masuk dalam daftar negara yang melakukan

01FEB AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I. STANDAR AKUNTANSI DAN AKUNTANSI KEUANGAN Sumber : Kieso, Weygandt, & Warfield Dwi Martani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan IFRS, Tanggung Jawab Sosial dan Pendidikan Akuntansi di. Indonesia. Di Susun Oleh : UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA FAKULTAS EKONOMI

KONTRAK ASURANSI Menerapkan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan dengan PSAK 62: Kontrak Asuransi

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanya efek globalisasi membuat Negara menyelaraskan serta

DISCUSSION PAPER REVISI PSAK UNTUK ENTITAS NIRLABA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen (pihak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Populasi Indonesia yang mencapai lebih dari 250 juta jiwa menjadikan

PENDAHULUAN. dalam satu periode (Kieso et al., 2011). Terdapat dua pendekatan untuk melaporkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Koperasi sebagai lembaga di mana orang-orang yang memiliki kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. International Financial Reporting Standard (IFRS) merupakan salah satu standar

Tinjauan Atas PSAK No.1 (Revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan dan Perbedaannya dengan PSAK No.1 (Revisi 1998)

Tiga karakteristik identifikasi, pengukuran dan komunikasi informasi keuangan mengenai kesatuan ekonomi kepada pihak yang berkepentingan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia saat ini sangatlah pesat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. et al., 2011). Kelompok pemakai laporan keuangan terdiri dari investor, kreditor,

BAB I PENDAHULUAN. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mendorong berkembangnya Negara-negara dalam

AKUNTANSI DAN MEKANISME DEBET KREDIT

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi informasi telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, serta

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ini, isu globalisasi telah menjadi sebuah fenomena

BAB I PENDAHULUAN. melakukan revisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang. Konvergensi Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) ke

Bab II TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi lahir pada permulaan abad ke-19 sebagai suatu reaksi terhadap sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. (2009), unit (2010) dan unit (2011). Di antaranya sekitar 26-27

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, perkreditan, kegiatan pemasaran, atau kegiatan lain. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. membuat laporan keuangan yang dihasilkan menjadi tidak seragam.

1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. properti di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang signifikan sekitar 20% di

BAB I bermanfaat bagi pemakainya? IASB (International Accounting Standard Board)

ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Makin tinggi perdapatan per kapita masyarakat, makin mampu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang sangat pesat dalam dunia bisnis saat ini

BAB 1. Pendahuluan. untuk pengambilan keputusan oleh berbagai macam pihak berkepentingan seperti

Public Hearing ED PSAK 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi global yang semakin pesat menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Globalisasi pasar keuangan yang terjadi saat ini menuntut perusahaan untuk

REGULASI DAN STANDAR TERKAIT AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena para pedagang merasa pasar dalam negeri tidak lagi

PERSIAPAN PENERAPAN PSAK ETAP Oleh : Syarief Basir, CPA, SH, MBA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaporan keuangan adalah laporan keuangan itu sendiri. Menurut Belkaui

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian dunia dimana batasan penghambat menjadi semakin berkurang

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir International Financial Reporting Standards (IFRS)

BAB I PENDAHULUAN. IFRS (International Financial Reporting Standards) telah menjadi pedoman

BAB I PENDAHULUAN. kalangan profesi yang bergabung dalam sebuah lembaga resmi. Seperti banyak

BAB I PENDAHULUAN. dipilih pada suatu industri untuk investor domestik maupun investor internasional.

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dapat diperoleh serta seberapa relevan dan andal informasi

Bab I. Pendahuluan. Pada tahun 2010 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengesahkan revisi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akuntansi dikenal sebagai bahasa bisnis. Dalam hal bisnis, terdapat

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. menemukan masih terdapat beberapa perusahaan yang belum melakukan

Tanggapan Atas Exposure Draft PSAK 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi

PERBANDINGAN PSAK, SAK ETAP, DAN SAK EMKM

TEORI AKUNTANSI MAKALAH ADOPSI PENUH IFRS

BAB I PENDAHULUAN. Pasca adopsi penuh International Financial Reporting Standards (IFRS) di tahun

KERANGKA KERJA KONSEPTUAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA IFRS (International Financial Reporting Standards) oleh International Accounting Standard Board (IASB).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. baik organisasi profit maupun non profit untuk menghasilkan informasi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. perbankan Indonesia serta sejalan dengan upaya peningkatan

Transkripsi:

TOPIK 15 STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA DI PERSIMPANGAN JALAN SEANDAINYA BAPEPAM-LK TIDAK MEWAJIBKAN LAPORAN KEUANGAN DIAUDIT, MASIH BANYAKKAH PERUSAHAAN GO- PUBLIC DI INDONESIA MENGINGINKAN JASA AUDIT LAPORAN KEUANGAN? Pertanyaan yang menjadi tagline di atas menjadi menarik dan layak untuk diuji secara empiris. Di satu sisi, penulis bersyukur bahwa kemungkinannya sangat kecil BAPEPAM-LK membebaskan perusahaan go-public terhadap kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan auditan. Di sisi lain, penulis meyakini bahwa BAPEPAM-LK cepat atau lambat akan memberi tekanan yang semakin kuat kepada penyusun standar akuntansi keuangan untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan. Topik ini membahas posisi pengembangan akuntansi keuangan di Indonesia saat ini, dan mengusulkan langkah alternatif dalam pengembangan akuntansi dalam rangka meningkatkan peran dan fungsi akuntansi keuangan. AsgardChapter 183

Pengembangan standar akuntansi keuangan Indonesia setidaktidaknya dapat dibahas mulai dari tahun 1984 dengan terbitnya Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) yang merupakan hasil revisian dari PAI 1973. Selanjutnya, revisi besar dilakukan kembali pada tahun 1994 dengan diterbitkannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 1994 oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK). Pengembangan SAK 1994 memiliki benang merah yang cukup jelas dengan standar akuntansi keuangan yang dikembangkan di Amerika oleh FASB. Dalam beberapa hal, namun demikian, DSAK menyampaikan standar secara variatif. Dalam perkembangannya, DSAK melakukan harmonisasi yang mengarah pada pengadopsian International Financial Reporting Standards (IFRS). Salah satu wujud dari pengadopsian ini adalah banyaknya PSAK yang telah direvisi, dan akan disusul oleh semakin banyak standar akuntansi keuangan revisian di masa datang untuk mengejar pencapaian tujuan di tahun 2012. Adopsi secara penuh IFRS oleh DSAK dimaksudkan untuk mencapai konvergensi standar akuntansi secara internasional yang sejauh ini juga dilakukan oleh IASB dan FASB. Penyusunan standar yang mengadopsi IFRS dilakukan dengan semangat tinggi agar tidak ketinggalan dengan negara-negara lain. Yang perlu direnungkan, sejauh manakah konvergensi standar ini memberi manfaat yang lebih besar dibanding biaya yang harus ditanggung. Sejauh ini yang dapat diprediksikan adalah biaya konvergensi yang jumlahnya sangat besar mengingat perubahan tersebut melibatkan banyak pihak, baik yang sudah menjadi Akuntan maupun yang akan menjadi Akuntan di masa datang. AsgardChapter 184

Disamping mengembangkan standar akuntansi keuangan untuk bisnis umum (disebut SAK Umum), DSAK juga mengembangkan beberapa standar akuntansi keuangan Syariah. Sampai dengan akhir tahun 2007 DSAK telah menerbitkan 6 PSAK Syariah (IAI, 2007). Sekilas, PSAK Syariah ini memiliki keterkaitan cukup erat dengan PSAK Umum. Namun demikian, jika dicermati, sebenarnya terdapat hal-hal baru yang dapat dianggap terobosan baru yang dilakukan oleh DSAK. Salah satunya adalah keberanian DSAK memunculkan elemen baru laporan keuangan, yaitu Dana Syirkah Temporer. DSAK mendefinisikan elemen Dana Syirkah Temporer sebagai berikut (IAI 2007): Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya di mana entitas syariah mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dan tersebut dengan pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan. Jika dilihat sebagai persamaan akuntansi, elemen Dana syirkah Temporer ini berada di sisi kanan (kredit) persamaan yang berarti merupakan salah satu jenis sumber pendanaan (sources of fund). Hal lain yang menarik untuk dicermati sekaligus diapresiasi adalah keberanian DSAK melepaskan diri dari belenggu rasionalitas yang selama ini dipegang, yaitu anggapan bahwa sumber pendanaan seharusnya hanya terdiri dari 2 elemen saja, yaitu utang (DSAK menyebutnya kewajiban atau liabilities) dan ekuitas. DSAK mendefinisikan elemen ekuitas sebagai berikut: Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas syariah setelah dikurangi semua kewajidan dan dan syirkah temporer. AsgardChapter 185

Hal ini mencerminkan DSAK telah menerapkan rasionalitas matematika dalam pendefinisian ekuitas di PSAK Syariah. DSAK juga menunjukkan cita-cita luhurnya dengan gagasan menerbitkan standar akuntansi keuangan UKM (usaha kecil dan menengah) dan untuk ETAP (entitas tanpa akuntabilitas publik). Mengapa disebut sebagai cita-cita luhur? DSAK menyadari betapa akuntansi seharusnya berperan tidak hanya di perusahaanperusahaan yang terdaftar di pasar modal saja, yang otomatis merupakan perusahaan besar, tetapi juga seharusnya berperan di berbagai jenis entitas, diantaranya di UKM dan ETAP. Sepengetahuan penulis, melalui searching di Internet, standar akuntansi keuangan UKM dan ETAP masih berupa exposure draft (ED). ED PSAK UKM dan ETAP terkesan banyak kesamaannya dengan PSAK Umum. Standar akuntansi keuangan untuk UKM dan ETAP seharusnya berbeda dari standar akuntansi keuangan umum. Terdapat 3 jenis perbedaan utama antara entitas di bisnis kecil, UKM misalnya, dan perusahaan go-public. Perbedaan yang pertama, dibandingkan dengan di perusahaan go-public, transaksi barter lebih sering dilakukan di UKM atau ETAP. Sebagaimana telah didiskusikan di topik-topik sebelumnya, standar akuntansi keuangan yang berlaku mengabaikan transaksi barter, terutama yang tidak melibatkan aliran aset didalamnya. Perbedaan yang kedua, keterikatan para pelaku UKM dan ETAP untuk mematuhi standar akuntansi keuangan UKM dan ETAP juga tidak mudah untuk dipaksakan, dibandingkan perusahaan go-public. BAPEPAM-LK secara aktif berperan untuk mengawasi perusahaan AsgardChapter 186

perusahaan go-public melalui ketentuan yang dapat memaksa perusahaan untuk menjalankan peraturan dan standar yang ditetapkan, termasuk standar akuntansi keuangan. Perbedaan yang ketiga, entitas kecil, terutama UKM, di Indonesia lazimnya mendapat dukungan dan bantuan secara kontinyu dari pemerintah baik berupa dana segar maupun berbagai fasilitas. Hal ini tentunya perlu dirancang laporan keuangan yang difungsikan sebagai pertanggungjawaban dari entitas yang menerima bantuan dan fasilitas kepada pemerintah. Tiga karakteristik di atas sangat berbeda dari perusahaanperusahaan yang terdaftar di pasar modal. Artinya, ada risiko yang cukup jelas dan nyata bahwa PSAK UKM dan ETAP, yang sekarang masih berupa ED, menjadi peraturan dengan sepi peminat jika PSAK UKM dan ETAP tersebut diidentikkan dengan perusahaan go-publik. Namun demikian, gagasan untuk penyusunan PSAK UKM dan ETAP patut diapresiasi. Di satu sisi DSAK berharap sebagai bagian yang responsif terhadap keinginan dunia untuk mengkonvergensi standar akuntansi keuangan. Di sisi lain, DSAK juga terdorong untuk mengembangkan standar akuntansi yang dapat bermanfaat untuk berbagai entitas, termasuk UKM dan ETAP. Jika demikian, apa yang seharusnya dilakukan DSAK? Setidak-tidaknya terdapat 4 pilihan berikut ini. Alternatif pertama, DSAK lebih memfokuskan diri untuk pencapaian konvergensi akuntansi dengan risiko cita-cita luhur sulit dipenuhi secara optimal karena proses bisnis UKM dan ETAP di Indonesia AsgardChapter 187

memiliki karakteristik unik dan menarik yang tidak terakomodasi oleh standar akuntansi internasional. Juga, DSAK perlu mempertimbangkan terjadinya perubahan signifikan dalam proses konvergensi standar akuntansi keuangan di masa-masa datang. Alternatif kedua, DSAK mengambil langkah yang berbeda atau bahkan berlawanan dengan standar internasional (IFRS). Alternatif ketiga, DSAK sebatas mengikuti kemana arus perubahan akuntansi keuangan menuju. Alternatif keempat, DSAK mengembangkan standar akuntansi yang dapat bermanfaat bagi banyak entitas, termasuk UKM dan ETAP, dengan tetap dapat melakukan konvergensi standar akuntansi keuangan yang dirancang sesuai dengan standar internasional. Harapan ideal adalah bahwa DSAK mengambil alternatif keempat. Pertanyaan dasarnya, apakah itu mungkin? Dalam kesempatan ini penulis ingin berbagi gagasan yang dapat dipertimbangkan dalam pengembangan akuntansi keuangan agar akuntansi mencapai kedua tujuan, yaitu akuntansi yang memberi manfaat bagi berbagai entitas sekaligus memenuhi konvergensi standar akuntansi internasional. Gagasan yang diajukan di sini adalah sederhana, yaitu pengembangan standar akuntansi keuangan Indonesia seharusnya mendasarkan diri pada perspektif matematika. Mungkinkah gagasan tersebut mencapai 2 tujuan sekaligus? Berikut ini argumen yang mendasari pengembangan akuntansi keuangan berbasis matematika. Untuk mencapai tujuan pertama, pengembangan akuntansi berbasis matematika telah terbukti dapat mengidentifikasi berbagai jenis transaksi yang mungkin terjadi di bisnis sebagaimana telah didiskusikan di buku ini melalui simulasi transaksi menggunakan AsgardChapter 188

persamaan akuntansi. Demikian pula, dukungan pemerintah dalam berbagai bentuk dapat diakomodasi dengan menambahkan elemen Dana Pemerintah, misalnya, di sisi kanan persamaan akuntansi, daripada mengumpulkan semua jenis pendanaan selain dari utang ke elemen Ekuitas. Penyusunan standar akuntansi berbasis matematika juga lebih mudah dipahami dan dipraktikkan oleh para pelaku bisnis karena logika matematika yang digunakan relatif mudah. Dengan penerapan yang mudah dan output akuntansi yang memberi manfaat besar bagi pelaku bisnis maka peran akuntansi dalam mengatur berbagai entitas bisnis dapat tumbuh berkembang. Untuk mencapai ujuan kedua, yaitu konvergensi standar akuntansi internasional, akan lebih mudah dipenuhi jika pengembangan akuntansi berbasis matematika digunakan karena sebenarnya standar akuntansi keuangan internasional yang dikembangkan selama ini tidak menyimpang dari perspektif matematika. Sebagai contoh kongkrit, standar akuntansi selalu menjalankan mekanisme debet dan kredit secara benar. Yang menjadi persoalan sebenarnya dalam pengembangan akuntansi keuangan internasional adalah kekurang-pedulian penyusun standar akuntansi dalam mengembangkan standar dari perspektif matematika. Penyusun standar akuntansi menganggap bahwa penerapan matematika di akuntansi hanya sebatas penerapan mekanisme debet dan kredit di akun-akun buku besar utama (general ledgers). Penyusun standar akuntansi internasional justru sedikit terlalu asyik dengan pengembangan akuntansi berbasis prinsip-prinsip dasar. Dalam pengembangan standar akuntansi, DSAK dapat mengembangkan akuntansi keuangan berbasis matematika dengan AsgardChapter 189

tetap mendasarkan pada prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh standar akuntansi keuangan internasional. Dengan cara tersebut maka standar akuntansi keuangan yang dikembangkan DSAK, jika gagasan ini dilaksanakan, dapat memenuhi konvergensi standar akuntansi keuangan internasional sekaligus bermanfaat bagi berbagai entitas bisnis. Kesimpulan: Seandainya pengertian konvergensi menuntut DSAK mengadopsi sepenuhnya, tanpa perubahan, standar akuntansi keuangan yang ditetapkan IASB, misalnya, maka merupakan tantangan bagi DSAK untuk meyakinkan pada lembaga penyusun standar akuntansi internasional bahwa pengembangan akuntansi berbasis matematika memiliki landasan pengetahuan yang lebih robust dibanding dengan metoda pengembangan akuntansi yang sudah ada yang dalam hal ini memfokuskan pada prinsip-prinsip dasar semata. AsgardChapter 190