BAB II LANDASAN PUSTAKA. Istilah Koperasi berasal dari bahasa Latin Cooperate yang. bersama-sama. Menurut Revrisond Baswir (2000:2) dalam bukunya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam pelaksanaannya

ASPEK PERMODALAN RASIO MODAL SENDIRI TERHADAP TOTAL ASET. Modal Sendiri. Total Aset

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 14/Per/M.KUKM/XII/2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. cocok untuk perekonomian Indonesia. Menurut Undang-undang Republik

APLIKASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) USAHA SIMPAN PINJAM KOPERASI DALAM PENILAIAN KESEHATAN KSP/ USP KOPERASI

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional Variabel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 14/Per/M.KUKM/XII/2009 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORITIS

ANALISIS KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DI KPRI NAGARA NGAGLIK SLEMAN TAHUN

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 TENTANG

Draft Htl Maharani Agustus 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian yang dilakukan oleh Fandy Adi Putra dengan judul Analisis Kinerja

BAB II URAIAN TEORITIS. Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DI UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI KOPANESA

NALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN UNIT SIMPAN PINJAM PADA KOPERASI X DI KABUPATEN GRESIK TAHUN BUKU

MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

Draft Htl Maharani Agustus 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. didirikan oleh orang perseorangan atau badanhukum koperasi, dengan pemisahan

2017, No Menengah Republik Indonesia tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 15/PER/M.KUKM/IX/2015

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 3 Nomor 1 EdisiFebruari 2018 ( )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SETIA BHAKTI WANITA SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI UNIT SIMPAN PINJAM (USP) PADA KPRI GOTONG ROYONG DINAS KESEHATAN KABUPATEN KARANGANYAR UNTUK TAHUN 2015 ABSTRACT

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan bentuk analisis untuk membuat data-data tersebut mudah diatur. Semua

Bandung, 04 Maret Pertemuan ke - 2

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI, DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 19/Per/M.KUKM/XI/2008 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. KP. Telkom Padang. Pengaruh jumlah modal sendiri (X1) terhadap SHU adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

NPM : Dosen Pembimbing : Dr. Masodah,SE.,MMSi

BAB II BAHAN RUJUKAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENENTUKAN TINGKAT KESEHATAN KOPERASI PADA KSPPS BMT SEPAKAT SEJAHTERA BERSAMA CABANG ADILUWIH

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, bukan milik investor tetapi milik anggota. Dengan adanya. mendapatkan keuntungan yang dikelola secara lebih efisien.

, No Usaha Kecil dan Menengah Nomor 19/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi sudah ti

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat laporan keuangan yang harus selesai dalam waktu 6 (enam) bulan

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM MUKTI BINA USAHA KELURAHAN MUKTISARI KOTA BANJAR JAWA BARAT TAHUN SKRIPSI

LANDASAN TEORI. dengan masalah penelitian.landasan teori diperlukan untuk menjelaskan konsep konsep

Kata kunci: tingkat kesehatan, koperasi simpan pinjam, jatidiri koperasi

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI, DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 19/Per/M.KUKM/XI/2008 TENTANG

a. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi yang sama.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan berkaitan dengan tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya dari kesulitan-kesulitan ekonomi yang umumnya diderita oleh mereka

ANALISIS KINERJA KOPERASI BERDASARKAN TINGKAT KESEHATAN SESUAI PERMENKOP

SUMBER DANA KOPERASI. koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

Koperasi. By :

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi. Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar melakukan kegiatan berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai penggerak

Dalam UU No. 17 Tahun 2012 Pasal 1 Ayat 1disebutkan

BAB II LANDASAN TEORI. Kata koperasi berasal dari bahasa Latin cooperere yang dalam bahasa Inggris

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. Tinjauan Teoretis dan Perumusan Hipotesis. yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pekerjaan yan dilakukan secara bersama-sama sebenarnya dapat dikatakan

PELATIHAN PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI DI KABUPATEN BULELENG

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KOPERASI. Tujuan Pembelajaran

Analisis Tingkat Kesehatan Koperasi Pada Koperasi Simpan Pinjam Cendrawasih Kecamatan Gubug Tahun Buku 2011

TINGKAT KESEHATAN KSP. MADANI NTB ABSTRACT

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH BMT AKBAR TAHUN BUKU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROSPEK KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM ( KSP ) UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI LOMBOK TIMUR - NTB

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. NOMOR 08/per/Dep.

PENILAIAN KINERJA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) SEJAHTERA NGADILUWIH BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NO.20/PER/M.

Tri Dewi Eindrias Devi Farah Azizah Fakultas Ilmu Administrasi Univеrsitas Brawijaya Malang Еmail: ABSTRACT

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahasa Inggris disebut cooperation dan cooperative. Koperasi berasal dari

Analisis Tingkat Kesehatan Unit Simpan Pinjam (USP) Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) HIDUP Tulungagung PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. mengenai definisi sistem terlebih dahulu. Penjelasan mengenai sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi juga berlandaskan pada prinsip-prinsip koperasi, sekaligus gerakan

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Sesuatu yang di capai Prestasi yang di perlihatkan. tetapi juga mengelola proses kerja selama periode tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI

Ni Komang Ike Yasa Dewi. Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Indonesia.

AN ANALYSIS OF THE SOUNDNESS LEVEL OF KARYA INSAN MANDIRI SHARIA SAVINGS AND LOAN COOPERATIVE (KSPS KIM) IN PENGKOL, JATIROTO, WONOGIRI IN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran suatu negara. Para pelaku ekonomi baik perusahaan besar maupun. anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang

Koperasi 1

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakatnya melalui pembinaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darwanto (2013) melakukan penelitian tentang. Republik Indonesia Universitas Brawijaya Malang. Berdasarkan penelitian

Transkripsi:

BAB II LANDASAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Koperasi Secara Umum a. Pengertian Koperasi Istilah Koperasi berasal dari bahasa Latin Cooperate yang dalam bahasa Inggris Cooperation. Co artinya bersama dan operation artinya bekerja, sehingga Cooperation berarti bekerja atau berusaha bersama-sama. Menurut Revrisond Baswir (2000:2) dalam bukunya yang berjudul Koperasi Indonesia menjelaskan bahwa secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka, melalui pembentukan sebuah perusahaan yang dikelola secara demokratis. bahwa: Menurut Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 menyebutkan Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orangseorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Menurut ILO (International Labour Organization) (dalam Revrisond Baswir, 2015:22) menjelaskan bahwa: Koperasi adalah suatu perkumpulan orang, biasanya yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang melalui suatu bentuk organisasi organisasi perusahaan yang diawasi secara demokratis,

masing-masing memberikan sumbangan yang setara terhadap modal yang diperlukan, dan bersedia menanggung resiko serta menerima imbalan yang sesuai dengan usaha yang mereka lakukan Menurut Hendrojogi (dalama Alfi Rohmaning Tyas, 2014:9) menyebutkan bahwa: Koperasi itu merupakan suatu wadah bagi golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah yang dalam rangka usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya berusaha meningkatkan tingkat hidup mereka. Sedangkan ICA (International Cooperative Alliance) (dalam Hendar, 2005: 17-18) mendefinisikan koperasi sebagai:...kumpulan orang-orang atau badan hukum yang bertujuan untuk perbaikan sosial ekonomi anggotanya dengan memenuhi kebutuhan ekonomi anggotanya dengan jalan berusaha bersama dengan saling membantu antara satu dengan lainnya dengan cara membatasi keuntungan, usaha tersebut harus didasarkan prinsipprinsip koperasi. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa koperasi berbeda dengan badan usaha yang lainnya karena dalam koperasi memfokuskan untuk menyejahterakan seluruh anggotanya melalui usaha yang dijalankan bersama. Seluruh anggota koperasi akan mendapatkan imbalan secara proporsional sesuai dengan kontribusi mereka terhadap koperasi. Menurut Hendar Kusnadi (2005:22-23), perbedaan koperasi dengan perusahaan konvensional lain adalah: Tabel II.1. Perbedaan Koperasi dengan Perusahaan Konvensional Perusahaan Komponen Koperasi Konvensional Anggota Keanggotaan terbuka Keanggotaan terbuka untuk semua pemakai. untuk para penanam modal

Modal awal yang tertentu. Pemilik yang ada dimasukkan minimal dan biasanya hanya menambah karenanya tidak jumlah anggotanya merupakan rintangan sebanyak penanam modal bagi keanggotaan. Para baru yang dipandang anggota dapat perlu. Penanam modal dimasukkan dana baru diperoleh melalui tambahan sesuai dengan penjualan saham yang pemanfaatannya ditawarkan dengan harga terhadap pelayanan pasar. koperasi. Pemilik Pemakai adalah pemilik Penanam modal adalah pemilik Pengawasan Pengawasan berada pada Terikat pada penanam anggota atas dasar hal yang sama. modal sebanding dengan modal yang ditanamkan Kemanfaatan Anggota/pemakai memperoleh kemanfaatannya sebanding dengan pemanfaatannya atas jasa yang disediakan oleh koperasi. Tingkat bunga yang dibayarkan untuk dalam perusahaan itu. Penanam modal memperoleh bagian laba sebagai hasil dari modal yang ditanamkannya, sebanding dengan modal yang ditanamkan oleh tiap-tiap penanam modal. modalnya terbatas. Sumber: Buku Ekonomi Koperasi Edisi Kedua (Hendar Kusnadi) tahun 2005 b. Landasan dan Asas Koperasi Landasan merupakan pedoman dalam menentukan arah, tujuan, peran, serta kedudukan Koperasi terhadap pelaku-pelaku ekonomi lainnya. Landasan Koperasi di Indonesia terdiri dari 2 (dua) landasan yaitu landasan idiil dan landasan strukturil. Landasan idiil adalah Pancasila, sedangkan landasan strukturil adalah Undang- Undang Dasar 1945. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam UU No.25 Tahun 1992 tentang Pokok-pokok Perkoperasian. Dalam UU No 25 tahun 1992

Pasal 2, dinyatakan bahwa Koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta berdasar atas asas kekeluargaan. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945 yang berbunyi...perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah Koperasi. c. Tujuan Koperasi Dalam Pasal 4 UU No 25 Tahun 1992 dijelaskan bahwa: Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian Nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. d. Prinsip Koperasi Revrisond Baswir (2015:33) menjelaskan prinsip-prinsip koperasi sebagai berikut: Prinsip-prinsip pengelolaan koperasi merupakan penjabaran lebih lanjut dari asas kekeluargaan yang dianut oleh Koperasi. Prinsipprinsip koperasi ini biasanya mengatur baik mengenai hubungan antara Koperasi dengan para anggotanya, hubungan antar sesama anggota Koperasi, pola kepengurusan organisasi Koperasi, serta mengenai tujuan yang ingin dicapai oleh Koperasi sebagai lembaga ekonomi yang berasas kekeluargaan. Prinsip-prinsip koperasi dikembangkan oleh para pelopor koperasi di Rochdale, yang kemudian dikenal sebagai Prinsip-prinsip Rochdale atau The Principles of Rochdale. Prinsip Rochdale dipelopori oleh 28 koperasi konsumsi di Rochdale, Inggris pada tahun 1944 yang kemudian terjadi penyesuaian oleh berbagai negara sesuai

dengan keadaan koperasi, sosial budaya, dan perekonomian masyarakat setempat. Menurut Revrisond Baswir (2015: 35-36), prinsip-prinsip Rochdale tersebut adalah sebagai berikut: 1. Barang-barang dijual bukan barang palsu dan dengan timbangan yang benar; 2. Penjualan barang dengan tunai; 3. Harga penjualan menurut harga pasar; 4. Sisa hasil usaha (keuntungan) dibagikan kepada para anggota menurut perimbangan jumlah pembelian tiap-tiap anggota ke Koperasi; 5. Masing-masing anggota mempunyai satu suara; 6. Netral dalam politik dan kegamaan. Keenam prinsip tersebut sampai sekarang banyak digunakan oleh Koperasi di banyak negara sebagai prinsip-prinsip pendiriannya. Namun di dalam perkembangannya kemudian, ditambahkan beberapa prinsip lain seperti: 7. Adanya pembatasan bunga atas modal; 8. Keanggotaan bersifat sukarela; 9. Semua anggota menyumbang dalam permodalan (saling tolong untuk mencapai penyelamatan secara mandiri).

Koperasi di Indonesia melaksanakan prinsip-prinsip Koperasi yang tercantum dalam pasal 5 UU No 25 Tahun 1992. Prinsip-prinsip tersebut meliputi: 1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka; 2. Pengelolaan dilaksanakan secara demokratis; 3. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota; 4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal; 5. Kemandirian Dalam pengembangan koperasim koperasi juga melaksanakan prinsip Koperasi sebagai berikut: 6. Pendidikan perkoperasian; 7. Kerja sama antar Koperasi. e. Fungsi dan Peran Koperasi Menurut UU No 25 Tahun 1992 Pasal 4 tentang perkoperasian, fungsi dan peran koperasi adalah sebagai berikut: 1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan pada masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya; 2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat;

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya; 4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Menurut Revrisond Baswir (2000:68), dua peran penting koperasi adalah sebagai berikut: 1. Peran koperasi dalam Bidang Ekonomi Peran koperasi dalam bidang ekonomi secara khusus antara lain sebagai berikut: a) Menumbuhkan motif berusaha yang lebih berperikemanusiaan b) Mengembangkan metode pembagian SHU secara adil c) Memerangi monopoli d) Menawarkan barang dan jasa dengan harga yang lebih murah e) Meningkatkan penghasilan anggota koperasi f) Menumbuhkan sikap jujur dan keterbukaan dalam pengelolaan perusahaan 2. Peran koperasi dalam Bidang Sosial Peran koperasi dalam bidang sosial secara khusus antara lain sebagai berikut: a) Mendidik anggotanya untuk memiliki semangat bekerjasama

b) Mendorong terwujudnya suatu tatanan sosial yang manusiawi atas rasa persaudaraan dan kekeluargaan c) Mendorong terwujudnya tatanan nasional yang bersifat demokratis d) Mendorong terwujudnya kehidupan masyarakat yang tenteram f. Jenis-jenis Koperasi Subandi (dalam Yuni Astuti Dwi Suryani, 2015:14) mengelompokkan koperasi berdasarkan bidang usahanya sebagai berikut: 1. Koperasi konsumsi adalah koperasi yang bergerak dalam bidang penyediaan barang-barang konsumsi yang dibutuhkan oleh para anggotanya. Jenis konsumsi yang dilayani oleh suatu koperasi sangat tergantung pada ragam anggota dan daerah kerja tempat koperasi didirikan. 2. Koperasi produksi adalah koperasi yang kegiatan usahanya memproses bahan baku menjadi barang jadi atau setengah jadi. Tujuannya adalah untuk menyatukan kemampuan dan modal para anggotanya guna meningkatkan barang-barang tertentu melalui proses yang meratakan pengelolaan dan memiliki sendiri. 3. Koperasi pemasaran adalah koperasi yang dibentuk terutama untuk membantu para anggotanya dalam memasarkan barang-barang yang dihasilkannya. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan

mata rantai niaga, dan mengurangi sekecil mungkin keterlibatan perantara dalam memasarkan produk-produk yang dihasilkan. 4. Koperasi kredit atau Simpan Pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam pemupukan simpanan dari para anggotanya untuk dipinjamkan kembali kepada para anggotanya yang membutuhkan bantuan modal untuk usahanya. Selain itu koperasi simpan pinjam juga bertujuan untuk mendidik anggotanya untuk bersifat hemat dan gemar menabung serta menghindarkan anggotanya dari jeratan para rentenir. 2. Unit Simpan Pinjam Koperasi a. Pengertian Unit Simpan Pinjam Koperasi (USP Koperasi) Berdasarkan Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementrian KUKM No. 06/Per/Dep.6/IV/2016, dijelaskan bahwa Unit Simpan Pinjam Koperasi yang selanjutnya disebut USP Koperasi adalah unit koperasi yang bergerak di bidang usaha simpan pinjam sebagai bagian dari kegiatan usaha Koperasi yang bersangkutan. b. Syarat Pembentukan USP Koperasi Di dalam Peraturan Menteri KUKM No 15/Per/M.KUKM/IX/2015, disebutkan bahwa syarat pembentukan USP Koperasi adalah: 1) Pembukaan USP Koperasi dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan kelayakan usaha serta manfaat bagi anggotanya.

2) Koperasi yang memiliki unit simpan pinjam wajib mengajukan permohonan ijin usaha simpan pinjam. 3) USP Koperasi yang memiliki modal tetap lebih kecil dari Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) didaftar pada buku registrasi koperasi dan selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sudah mengajukan permohonan ijin usaha. 4) USP Koeprasi wajib dikelola secara terpisah dengan unit usaha lainnya. 5) USP Koperasi yang telah mencapai aset sebesar sekurangkurangnya Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dapat memisahkan menjadi KSP. (Permen KUKM No 15/Per/M.KUKM/IX/2015) c. Kegiatan Unit Simpan Pinjam Koperasi Menurut Peraturan Menteri KUKM No 15/Per/M.KUKM/IX/2015 dijelaskan bahwa kegiatan Usaha Simpan Pinjam meliputi: 1. Menghimpun simpanan dari anggota; 2. Memberikan pinjaman kepada anggota, calon anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi lain dan atau anggotanya; dan 3. Mengelola keseimbangan sumber dana dan penyaluran pinjaman. (Permen KUKM No 15/Per/M.KUKM/IX/2015)

d. Pengawasan Unit Simpan Pinjam Koperasi Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 08/Per/Dep.6/IV/2016 tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan Usaha Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi, dijelaskan pengertian bahwa: Pengawasan Usaha KSP dan USP Koperasi adalah upaya yang dilakukan oleh pengawas koperasi, pemerintah, gerakan koperasi, dan masyarakat, agar usaha KSP dan USP Koperasi diselenggarakan dengan baik sesuai dengan perundang-undangan. Sedangkan pemeriksaan Usaha KSP dan USP Koperasi adalah proses dan serangkaian kegiatan mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan lain yang dilakukan oleh Pengawas KSP dan USP Koperasi untuk membuktikan ada atau tidak adanya pelanggaran atas peraturan perundang-undangan. Menurut Pasal 2 Peraturan Menteri Negara koperasi dan UKM Nomor 21/Per/M.KUKM/XI/2008 disebutkan bahwa, tujuan pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi adalah sebagai berikut: 1. Mengendalikan KSP dan USP Koperasi dalam menjalankan kegiatan usahanya sesuai dengan ketentuan dengan ketentuan hukum yang berlaku. 2. Meningkatkan citra dan kredibilitas KSP dan USP Koperasi sebagai lembaga keuangan yang mampu mengelola dana dari

anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya berdasarkan prinsip koperasi. 3. Menjaga dan melindungi asset KSP dan USP Koperasi dari tindakan penyelewengan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. 4. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan KSP dan USP Koperasi terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. 5. Mendorong pengelolaan KSP dan USP Koperasi mencapai tujuannya secara efektif dan efisien yaitu meningkatkan pemberdayaan ekonomi anggota. Dijelaskan lebih lanjut dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 21/Per/M.KUKM/XI/2008, bahwa ruang lingkup pengawasan KSP dan USP Koperasi meliputi: 1. Pembinaan pelaksanaan pengendalian internal KSP dan USP Koperasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku 2. Pemantauan perkembangan KSP dan USP Koperasi secara berkala melalui laporan keuangan KSP dan USP Koperasi yang bersangkutan 3. Pemeriksaan terhadap KSP dan USP Koperasi yang menyangkut organisasi dan usahanya, termasuk program pembinaan anggota sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) KSP dan USP Koperasi

4. Penilaian kesehatan KSP dan USP Koperasi sesuai standar kesehatan KSP dan USP Koperasi yang diatur dalam ketentuan yang berlaku. 3. Penilaian Kesehatan Koperasi Berdasarkan Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan UKM Nomor 06/Per/Dep.6/IV/2016, bahwa Penilaian Kesehatan Usaha Simpan Pinjam merupakan penilaian untuk mengukur tingkat kesehatan KSP dan USP Koperasi. Penilaian kesehatan koperasi sangat diperlukan untuk mengetahui kondisi tingkat kesehatan sehingga koperasi dapat mengambil keputusan yang hendak diambil untuk kemajuan koperasi selanjutnya. Ruang lingkup Penilaian Kesehatan KSP meliputi penilaian terhadap beberapa aspek sebagai berikut: a. Aspek Permodalan Menurut Hendrojogi (dalam Alfi Rohmaning Tyas, 2014:23), permodalan merupakan dana yang akan digunakan untuk melaksanakan usaha-usaha koperasi. Arti modal lebih ditekankan kepada nilai, daya beli, atau kekuasaan untuk menggunakan apa yang terkandung dalam barang modal. Hendar (dalam Alfi Rohmaning Tyas, 2014:23) menyatakan bahwa sumber-sumber permodalan koperasi dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, hibah, modal

penyertaan, cadangan koperasi, utang jangka pendek maupun utang jangka panjang. Berdasarkan pada Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No. 20/Per/M.KUKM/XI/2008, dijelaskan bahwa modal sendiri KSP adalah jumlah simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lain yang memiliki karakteristik sama dengan simpanan wajib, hibah, cadangan yang disisihkan dari Sisa Hasil Usaha dan dapat ditambah dengan maksimal 50% modal penyertaan, sedangkan pinjaman diberikan yang berisiko adalah dana yang dipinjamkan oleh KSP kepada peminjam yang tidak mempunyai agunan yang memadai. Analisis untuk aspek permodalan menyangkut kemampuan Koperasi dalam memanfaatkan apa yang terkandung dalam barang modal. Aspek permodalan dinilai melalui 3 (tiga) rasio, yaitu: 1) Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aset Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aset digunakan untuk mengetahui perbandingan jumlah modal sendiri dengan total aset yang dimiliki oleh Koperasi Simpan Pinjam (KSP) atau Unit Simpan Pinjam (USP). Jadi, dari rasio tersebut bisa diketahui sejauh mana aset yang dimiliki didanai oleh modal sendiri. 2) Rasio Modal Sendiri terhadap Pinjaman Diberikan yang Berisiko

Rasio Modal Sendiri terhadap Pinjaman Diberikan yang Berisiko digunakan untuk mengetahui perbandingan modal sendiri dengan pinjaman diberikan yang berisiko yaitu pinjaman yang memiliki agunan tidak memadai. Dari rasio ini dapat diketahui kemampuan modal sendiri untuk menutup kerugian apabila pinjaman yang berisiko ini tidak tertagih. 3) Rasio Kecukupan Modal Sendiri Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No. 20/Per/M.KUKM/XI/2008, Rasio Kecukupan Modal Sendiri digunakan untuk mengetahui perbandingan antara Modal Tertimbang dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). b. Aspek Kualitas Aktiva Produktif Aktiva produktif sering juga disebut earning asset atau aktiva yang menghasilkan, karena penempatan dana tersebut untuk mencapai tingkat penghasilan yang diharapkan. Aktiva produktif adalah kekayaan koperasi yang mendatangkan penghasilan bagi koperasi bersangkutan. Kualitas aktiva produktif dinilai melalui 4 rasio yaitu: 1) Rasio volume pinjaman pada anggota terhadap total volume pinjaman diberikan Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No. 20/Per/M.KUKM/XI/2008, dijelaskan bahwa Volume

pinjaman pada anggota adalah pinjaman koperasi yang berasal dari pinjaman anggota, sedangkan volume pinjaman adalah semua pinjaman koperasi yang berasal dari anggota, koperasi lainnya, bank dan lembaga keuangan lain, penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya serta sumber lain yang sah. 2) Rasio risiko pinjaman bermasalah terhadap pinjaman yang diberikan Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No. 20/Per/M.KUKM/XI/2008, dijelaskan bahwa pinjaman yang diberikan adalah dana yang dipinjamkan dan dana tersebut masih di tangan peminjam atau sisa dari pinjaman pokok tersebut yang masih belum dikembalikan oleh peminjam, sedangkan risiko pinjaman bermasalah adalah perkiraan risiko atas pinjaman yang kemungkinan macet atau tidak tertagih. Pinjaman bermasalah terdiri dari pinjaman kurang lancar, pinjaman yang diragukan dan pinjaman macet. Kriteria pinjaman bermasalah dapat dilihat di tabel berikut: No Pinjaman Kurang Lancar (PKL) 1. Pengembalian pinjaman dilakukan dengan angsuran a. Terdapat tunggakan angsuran pokok: 1<x<2 bulan bagi pinjaman dengan Tabel II.2 Kriteria Pinjaman Bermasalah Kriteria Pinjaman Bermasalah Pinjaman yang Diragukan (PDR) Pinjaman masih dapat diselamatkan dan agunannya bernilai sekurangkurangnya 75% dari hutang peminjam termasuk bunganya; Pinjaman Macet (PM) Tidak memenuhi kriteria kurang lancar dan diragukan, atau;

angsuran harian atau dan/atau mingguan; 3<x<6 bulan bagi pinjaman yang masa angsurannya ditetapkan bulanan; 6<x<12 bulan bagi pinjaman yang masa angsurannya ditetapkan 6 bulan/lebih; atau b. Terdapat tunggakan bunga: 1<x<3 bulan bagi pinjaman dengan masa angsuran kurang dari 1 bulan; atau 3<x<6 bulan bagi pinjaman yang masa angsurannya lebih dari 1 bulan. 2. Pengembalian pinjaman Pinjaman tidak dapat Memenuhi kriteria tanpa angsuran diselamatkan tetapi diragukan tetapi a. Pinjaman belum jatuh agunannya masih dalam jangka waktu tempo bernilai sekurangkurangnya 12 bulan sejak Terdapat tunggakan 100% dari digolongkan bunga yang hutang peminjam diragukan belum ada melampaui 3 bulan termasuk bunganya. pelunasan. tetapi belum melampaui 6 bulan. b. Pinjaman telah jatuh tempo Pinjaman telah jatuh tempo dan belum dibayar tetapi belum melampaui 3 bulan. 3. - - Pinjaman tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada Pengadilan Negeri atau telah diajukan penggantian kepada perusahaan asuransi pinjaman. Sumber: Permen KUKM No. 14/Per/M.KUKM/XII/2009

3) Rasio Cadangan Risiko terhadap Risiko Pinjaman Bermasalah Cadangan risiko adalah cadangan tujuan risiko yang dimaksudkan untuk menutup risiko apabila terjadi pinjaman macet/tidak tertagih. 4) Rasio Pinjaman yang Berisiko terhadap Pinjaman yang Diberikan Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No. 20/Per/M.KUKM/XI/2008, dijelaskan bahwa pinjaman diberikan yang berisiko adalah dana yang dipinjamkan oleh KSP kepada peminjam yang tidak mempunyai agunan yang memadai, sedangkan pinjaman yang diberikan adalah dana yang dipinjamkan dan dana tersebut masih di tangan peminjam atau sisa dari pinjaman pokok tersebut yang masih belum dikembalikan oleh peminjam. c. Penilaian Manajemen Pengertian manajemen dapat menunjuk kepada orang/sekelompok orang, atau bisa juga merupakan proses. Manajemen dalam koperasi terdiri dari rapat anggota, pengurus, dan manajer. Ada hubungan timbal balik antara ketiga unsur tersebut, dalam arti bahwa tidak satu unsur pun bisa bekerja secara efektif tanpa dibantu atau didukung oleh unsur-unsur lainnya (Hendrojogi, 2002:135). Manajemen koperasi adalah suatu proses untuk mencapai tujuan melalui usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Untuk

mencapai tujuan koperasi, perlu diperhatikan adanya sistem manajemen yang baik, agar tujuannya berhasil, yaitu dengan diterapkannya fungsi-fungsi manajemen. Penilaian aspek manajemen KSP/USP Koperasi meliputi lima komponen yaitu: 1) Manajemen umum; 2) Kelembagaan; 3) Manajemen Permodalan; 4) Manajemen aktiva; dan 5) Manajemen likuiditas d. Penilaian Efisiensi Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber/biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan. Penilaian aspek efisiensi koperasi menyangkut kemampuan koperasi dalam melayani anggotanya dengan penggunaan asset dan biaya seefisien mungkin. Penilaian efisiensi KSP/USP koperasi didasarkan pada 3 (tiga) rasio yang menggambarkan sampai seberapa besar KSP/USP koperasi mampu memberikan pelayanan yang efisien kepada anggotanya dari penggunaan asset yang dimilikinya. Tiga rasio tersebut adalah:

1) Rasio beban operasi terhadap partisipasi bruto Beban operasi anggota terdiri dari beban pokok, beban usaha dan beban perkoperasian adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan aktivitas usaha Koperasi Simpan Pinjam, sedangkan partisipasi bruto adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dari partisipasi anggota terhadap usaha jasa keuangan koperasi dalam periode waktu tertentu sebelum dikurangi beban pokok. 2) Rasio beban usaha terhadap SHU Kotor Rasio beban usaha terhadap SHU Kotor digunakan untuk mengetahui perbandingan beban usaha yang dikeluarkan dengan SHU Kotor yang dihasilkan. Beban usaha adalah beban-beban yang dikeluarkan oleh KSP/USP yang berkaitan dengan operasional simpan pinjam. 3) Rasio efisiensi pelayanan Rasio efisiensi pelayanan digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi atas biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pelayanan simpan pinjam dengan volume pinjaman yang diberikan pada anggota. Biaya untuk pelayanan tersebut salah satunya adalah biaya untuk menggaji karyawan bagian pelayanan. Semakin rendah rasionya berarti semakin baik. e. Likuiditas Perhitungan aspek likuiditas menyangkut kemampuan Koperasi Simpan Pinjam dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya. Penilaian kuantitatif terhadap likuiditas KSP dan USP Koperasi dilakukan terhadap 2 (dua) rasio, yaitu: 1) Pengukuran Rasio Kas Bank terhadap Kewajiban Lancar Tatik Suryani, dkk (2008: 82) menjelaskan bahwa Kas adalah alat pembayaran milik KSP atau USP yang siap dan bebas digunakan untuk membiayai kegiatan umum KSP atau USP, sedangkan Bank adalah sisa rekening milik KSP atau USP yang siap dan bebas digunakan untuk membiayai kegiatan umum KSP atau USP. Kewajiban lancar adalah kewajiban atau hutang koperasi jangka pendek, salah satunya adalah simpanan sukarela. 2) Pengukuran rasio pinjaman diberikan terhadap dana yang diterima Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No. 20/Per/M.KUKM/XI/2008, dijelaskan bahwa Pinjaman yang diberikan adalah dana yang dipinjamkan dan dana tersebut masih ada di tangan peminjam atau sisa dari pinjaman pokok tersebut yang masih belum dikembalikan oleh peminjam. Sedangkan dana yang diterima adalah total pasiva selain hutang biaya dan SHU belum dibagi. f. Kemandirian dan Pertumbuhan Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No. 20/Per/M.KUKM/XI/2008, dijelaskan bahwa kemandirian dan pertumbuhan koperasi merujuk pada bagaimana kemampuan

koperasi dalam melayani masyarakat secara mandiri dan seberapa besar pertumbuhan koperasi di tahun yang bersangkutan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penilaian terhadap kemandirian dan pertumbuhan didasarkan pada 3 (tiga) rasio, yaitu: 1) Rasio Rentabilitas Aset Rasio Rentabilitas aset adalah SHU sebelum pajak dibandingkan dengan total aset. Rasio ini untuk mengetahui kemampuan aset yang dimiliki dalam menghasilkan SHU sebelum pajak. 2) Rasio Rentabilitas Modal Sendiri Rasio Rentabilitas Modal Sendiri yaitu SHU bagian anggota dibandingkan total modal sendiri. SHU bagian anggota adalah SHU yang diperoleh anggota atas partisipasi simpanan pokok, dan simpanan wajib dan transaksi pemanfaatan pelayanan KSP. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No. 20/Per/M.KUKM/XI/2008, dijelaskan bahwa total modal sendiri adalah jumlah dari simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lain yang memiliki karakteristik sama dengan simpanan wajib, hibah, cadangan yang disisihkan dari Sisa Hasil Usaha dan dalam kaitannya dengan penilaian kesehatan dapat ditambah dengan maksimal 50% modal penyertaan.

3) Rasio Kemandirian Operasional Pelayanan Rasio Kemandirian Operasional yaitu partisipasi netto dibandingkan beban usaha ditambah beban perkoperasian. Partisipasi Netto adalah partisipasi bruto dikurangi beban pokok. Sedangkan Beban Pokok adalah jumlah biaya atas dana yang dihimpun dari anggota. g. Jati Diri Koperasi Penilaian aspek jatidiri koperasi bertujuan untuk mengukur keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya yaitu mempromosikan ekonomi anggota. Aspek penilaian jatidiri koperasi menggunakan 2 (dua) rasio, yaitu: 1) Rasio Partisipasi Bruto Rasio Partisipasi Bruto adalah tingkat kemampuan koperasi dalam melayani anggota, semakin tinggi/besar persentasenya semakin baik. Partisipasi Bruto adalah kontribusi anggota kepada koperasi sebagai imbalan penyerahan jasa pada anggota yang mencakup beban pokok dan partisipasi netto. Pengukuran rasio partisipasi bruto dihitung dengan membandingkan partisipasi bruto terhadap partisipasi bruto ditambah pendapatan.

2) Rasio Promosi Ekonomi Anggota (PEA) Rasio ini untuk mengukur kemampuan koperasi memberikan manfaat efisiensi partisipasi dan manfaat efisiensi biaya koperasi dengan simpanan pokok dan simpanan wajib, semakin tinggi persentasenya semakin baik. Rasio Promosi Ekonomi Anggota dihitung dengan membandingkan promosi ekonomi anggota terhadap simpanan pokok ditambah simpanan wajib. Promosi Ekonomi Anggota (PEA): Manfaat MEPP + Manfaat SHU. MEPP (Manfaat Ekonomi Partisipasi Pemanfaatan Pelayanan) adalah manfaat yang bersifat ekonomi yang diperoleh anggota dan calon anggota pada saat bertransaksi dengan KSP, sedangkan manfaat SHU adalah SHU bagian anggota yang diperoleh satu tahun sekali berdasarkan perhitungan partisipasi anggota dalam pemanfaatan pelayanan KSP. (Peraturan Menteri Koperasi dan UKM RI No. 20/Per/M.KUKM/XI/2008). Simpanan Pokok adalah sejumlah uang yang diwajibkan kepada anggota untuk diserahkan kepada koperasi pada waktu seseorang masuk menjadi anggota koperasi tersebut dan besarnya sama dengan semua anggota, sedangkan Simpanan Wajib adalah simpanan tertentu yang diwajibkan kepada

anggota untuk membayarnya kepada koperasi pada waktu-waktu tertentu. B. Tinjauan Pustaka Sebagai acuan dari penelitian ini, dikemukakan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sebelum-sebelumnya: 1. Alfi Rohmaning Tyas (2014) meneliti tentang analisis tingkat kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Mukti Bina Usaha Kelurahan Muktisari Kota Banjar, Jawa Barat Tahun 2011-2013. Penelitian ini menganalisis tingkat kesehatan koperasi ditinjau dari tujuh aspek, yaitu: aspek permodalan, aspek kualitas aktiva produktif, aspek manajemen, aspek efisiensi, aspek likuiditas, aspek kemandirian dan pertumbuhan, dan aspek jatidiri. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil penilaian dengan total skor sebesar 68,02 dan dapat dikategorikan dengan predikat cukup sehat. 2. Yuni Astuti Dwi Suryani (2015) meneliti tentang penilaian tingkat kesehatan unit simpan pinjam Koperasi Pegawai Republik Indonesia PGP Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen Tahun 2011-2012. Penelitian ini menganalisis tingkat kesehatan koperasi ditinjau dari beberapa aspek, yaitu: aspek permodalan, aspek kualitas aktiva produktif, aspek manajemen, aspek efisiensi, aspek likuiditas, aspek kemandirian dan pertumbuhan, dan aspek jatidiri. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa pada tahun 2011 tingkat kesehatan USP PGP berada pada kategori kurang sehat dengan total skor sebesar 58,30, sedangkan pada tahun 2012 berada pada kategori cukup sehat dengan total skor sebesar

61,35. Berdasarkan rata-rata skor yang didapat pada tahun 2011-2012, USP PGP berada pada kategori cukup sehat. 3. Albert Budiyanto Soleh (2013) meneliti tentang analisis tingkat kesehatan Koperasi Kartika Kuwera Jaya dengan menggunakan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 14/PER/M.KUKM/XII/2009. Aspek yang diteliti masih menggunakan tujuh aspek penilaian yang lazim digunakan yaitu aspek permodalan, aspek kualitas aktiva produktif, aspek manajemen, aspek efisiensi, aspek likuiditas, aspek kemandirian dan pertumbuhan, dan aspek jatidiri. Dari ke tujuh aspek penilaian tersebut, nilai skor tingkat kesehatan Koperasi Kartika Kuwera Jaya adalah sebesar 76,40 yang artinya Koperasi Kartika Kuwera Jaya tergolong koperasi yang cukup sehat. 4. Karmani Kamar (2014) meneliti tentang Analisis Kinerja Keuangan dan Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam (Studi Kasus pada KSP Al- Ikhlas di Kota Makassar). Acuan yang digunakan dalam penelitian adalah Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 14/PER/M.KUKM/XII/2009. Dalam penelitian ini, tahun 2011 diperoleh skor sebesar 73,9 dan pada tahun 2012 diperoleh skor sebesar 79,15. Dari hasil tersebut, maka koperasi simpan pinjam Al-Ikhlas Makassar tergolong dalam kategori Cukup Sehat. 5. Munarsah (2007) meneliti tentang analisis tingkat kesehatan Unit Simpan Pinjam (USP) pada Primkopti Semarang Barat Tahun 2000-2005. Aspek penilaian yang diteliti berupa aspek kualitas aktiva produktif, aspek

likuiditas, aspek rentabilitas, dan aspek permodalan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2000, tingkat kesehatannya mencapai 58,73 yang berada dalam kategori kurang sehat, pada tahun 2001 sebesar 70,93 berada dalam kategori cukup sehat, tahun 2002 sebesar 69,66 dalam kategori cukup sehat, tahun 2003 sebesar 34,00 dalam kategori tidak sehat, pada tahun 2004 sebesar 51,48 dalam kategori kurang sehat, dan pada tahun 2005 mencapai 69,36 dalam kategori cukup sehat. Dari keempat aspek yang diteliti, aspek yang paling menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan adalah kualitas aktiva produktif dan likuiditas, selanjutnya aspek rentabilitas, dan yang paling sehat adalah aspek permodalan. 6. Nurwahidjah, Sri Kartikowati, Gani Haryana (2015) meneliti tentang Analisis Tingkat Kesehatan Unit Simpan Pinjam pada Koperasi Serba Usaha Rejosari Pekanbaru. Pedoman dalam melakukan penilaian kesehatan menggunakan Peraturan Menteri Negara Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 20/Per/M.KUKM/XI/2008 meliputi permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan serta jatidiri koperasi. Data diperoleh dari laporan keuangan selama 5 tahun dari tahun 2010-2014. Hasil penelitian yang ditemukan pada Unit Simpan Pinjam memperoleh predikat cukup sehat. Tahun 2010 memperoleh skor sebesar 63,65, tahun 2011 memperoleh skor sebesar 63,65, tahun 2012 memperoleh skor

sebesar 63,65, tahun 2013 memperoleh skor sebesar 64,90, dan tahun 2014 memperoleh skor sebesar 66,15. 7. I Nyoman Karyawan (2015) meneliti tentang Penilaian Kesehatan dan Rasio Keuangan Koperasi Simpan Pinjam Mitra Lestari Mataram. Pedoman penelitian menggunakan Peraturan Menteri Negara Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 20/Per/M.KUKM/XI/2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Koperasi Simpan Pinjam Mitra Lestari Mataram termasuk dalam kategori Sehat dengan perolehan skor sebesar 84,19. C. Kerangka Berpikir Koperasi Karyawan Mitra Starlight merupakan koperasi yang bergerak pada 2 (dua) bidang usaha yaitu Unit Toko dan Unit Simpan Pinjam. Penelitian ini memfokuskan pada satu bidang usaha yaitu Unit Simpan Pinjam (USP). Salah satu permasalahan yang dihadapi Unit Simpan Pinjam adalah belum tercapainya Unit Simpan Pinjam secara kualitas. Penilaian Kesehatan Unit Simpan Pinjam Koperasi Karyawan Mitra Starlight berpedoman pada Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementrian KUKM No. 06/Per/Dep.6/IV/2016 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. Tingkat kesehatan USP dianalisis berdasarkan 7 (tujuh) aspek yang mencakup aspek keuangan dan manajemen yaitu aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, dan jatidiri koperasi. Aspek Manajemen meliputi manajemen umum,

kelembagaan, manajemen permodalan, manajemen aktiva dan manajemen likuiditas. Dari skor masing-masing aspek kemudian diakumulasikan untuk menentukan kriteria kesehatan Unit Simpan Pinjam. Hasil dari penilaian akan menunjukkan kondisi tingkat kesehatan koperasi yang berada pada kondisi sehat, cukup sehat, dalam pengawasan, dan dalam pengawasan khusus. Adapun kerangka berpikir dari penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI KARYAWAN MITRA STARLIGHT Laporan Keuangan Tahun 2013-2015 Analisis Tingkat Kesehatan Berdasarkan Per. Dep. Pengawasan Menteri KUKM No. 06/Per/Dep.6/IV/2016 Aspek Permodalan Aspek Kualitas Aktiva Produktif Aspek Manajemen Aspek Efisiensi Aspek Likuiditas Aspek Kemandiri an dan Pertumbu han Aspek Jatidiri Koperasi Tingkat Kesehatan KSP/USP SEHAT CUKUP SEHAT DALAM PENGAWASAN Gambar II.1 DALAM PENGAWASAN KHUSUS Skema Penilaian Tingkat Kesehatan Unit Simpan Pinjam Koperasi Karyawan Mitra Starlight

Aspek-aspek yang digunakan untuk menilai tingkat kesehatan Unit Simpan Pinjam Koperasi Karyawan Mitra Starlight dihitung dengan menggunakan tolok ukur yang telah ditentukan. Rata-rata total skor masingmasing aspek selama tahun 2013-2015 akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan kriteria kesehatan unit simpan pinjam yaitu sehat, cukup sehat, dalam pengawasan, dan dalam pengawasan khusus.