Policy Brief-4. Membangun Otonomi Perguruan Tinggi Dalam Kerangka Sentralisasi dan Desentralisasi Sistem Tata Kelola dan Manajemen

dokumen-dokumen yang mirip
&DIKTI. Keuangan Negara DEPARTEMEN KAJIAN & AKSI STRATEGIS

RENCANA STRATEGIS

Otonomi Akademik & Peningkatan Peran Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum dalam Pengembangan Pendidikan Nasional

PROGRAM KERJA UNRAM YANG MAJU, RELEVAN DAN BERDAYA SAING

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. terdiri dari pejabat negara dan pegawai negeri untuk menyelenggarakan tugas

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 5 TAHUN 2008

Kebijakan Pendidikan Tinggi Bidang Kesehatan. Ridwan Roy T Kasubdit Pembelajaran Ditjen Dikti

Rencana Strategik (Renstra) Fakultas Ekonomi Bab 1. Pendahuluan. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Standar Penelitian STIKES HARAPAN IBU

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kancah internasional. Kemajuan PT berimbas pada kemajuan dunia ekonomi,

Persiapan Implementasi Hibah Perencanaan dan Pengembangan Inovasi Akademik di tingkat fakultas dan sekolah. PIKA, Jumat, 26 Juni 2015

I. PENDAHULUAN yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Adanya

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

RKPD Kabupaten OKU Selatan Tahun 2016 Halaman I. 1

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola

OTONOMI DAERAH PERTEMUAN 7

Menelisik Kembali Kondisi Ventura UI

STANDAR DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

STANDAR MUTU. Program Studi S1 Teknik Elektro. Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI)

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

Kajian Statuta Universitas Indonesia Aspek Tri Dharma Pendidikan Tinggi. Oleh: Ida Fauziah 1

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

Tunjangan Kinerja pada PTN Badan Hukum. Dialog Bersama Rektor IPB Bogor, 17 Februari 2014

Kopertis Wilayah III Jakarta RENSTRA. Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

RENJA BAGIAN PERTANAHAN TAHUN 2015 (REVIEW)

Oleh: Ir. Agus Pambagio, M.Eng.Mgt., CPN

2. Upaya strategis Lembaga Pendidikan Swasta dalam menggali sumbersumber

STANDAR PEMBIAYAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. adanya administrasi perpajakan, untuk administrasi pajak pusat, diemban oleh

KATA PENGANTAR. Muaro Sijunjung, Februari 2014 INSPEKTUR KENFILKA, SH, MH PEMBINA UTAMA MUDA NIP

KOMISI INFORMASI PUSAT REPUBLIK INDONESIA TOR & RAB. : Optimalisasi Peran Pemerintah Daerah Dalam Mendukung Sekretariat Komisi Informasi

PELAKSANAAN SERTIFIKASI GURU DAN KESIAPAN LPTK DALAM MENDUKUNG PROGRAM SERTIFIKASI GURU

2014, No.16 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi adalah pengaturan

MAKALAH CIVIC EDUCATION. Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI

MANAJEMEN KEUANGAN RUMAH SAKIT SWASTA DAN RUMAH SAKIT BADAN LAYANAN UMUM (BLU)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pedoman Pelaksanaan program kerja dan Realisasi Anggaran FOR/SPMI-UIB/PED

RENCANA STRATEGIS DINAS PENANAMAN MODAL, PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DAN TENAGA KERJA KABUPATEN TUBAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN

BAB I KEBIJAKAN MUTU INTERNAL FAKULTAS A. Kebijakan Umum 1. Fakultas sebagai bagian dari Universitas Andalas berpartisipasi aktif dalam gerakan menjag

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN. Lampiran 1: Kesesuaian Pedoman Sistem Akuntansi PTN BLU X dengan. PMK No 76 Tahun

PENGENALAN TUGAS BIDANG UMUM DAN KEUANGAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MULAWARMAN

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB I DESKRIPSI SWOT TIAP KOMPONEN

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

PROGRAM HIBAH KOMPETISI 2004 INFORMASI UMUM

VISI, MISI DAN PROGRAM KERJA MENTRI PENDIDIKAN REPUBLIK INDONEISA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Policy Brief Launching Arsitektur Kabinet : Meretas Jalan Pemerintahan Baru

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja pemerintah merupakan salah satu isu yang terdapat dalam

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Penyusunan Statuta Perguruan Tinggi Swasta Prof.Dr.Johannes Gunawan,SH.,LL.M

Desain Tata Kelola Kelembagaan Hulu Migas Menuju Perubahan UU Migas Oleh: Wiwin Sri Rahyani * Naskah diterima: 13 April 2015; disetujui: 22 April 2015

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL

KERANGKA ACUAN KEGIATAN HIBAH IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN INOVASI AKADEMIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

RENCANA STRATEGIS Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hasil pertanian. Jumlah penduduk Idonesia diprediksi akan menjadi 275 juta

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mengatur pelimpahan kewenangan yang semakin luas kepada

DIREKTORAT KELEMBAGAAN DAN KERJA SAMA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI 2015

SURAT KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI DEL No. 024/ITDel/Rek/SK/III/18. Tentang PEDOMAN KESESUAIAN BIDANG KEILMUAN DOSEN INSTITUT TEKNOLOGI DEL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

STANDAR PENGABDIAN MASYARAKAT

KATA SAMBUTAN GUBERNUR PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah terhadap asal usul dan adat istiadat setempat, sehingga pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia.

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang saling berkaitan. Empat komponen yang di maksud adalah

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. daerah diharapkan mampu menciptakan kemandirian daerah dalam mengatur dan

PERAN SPMI BAGI PENINGKATAN KUALITAS PT

I. PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 154 Tahun 2000

3.4 Penentuan Isu-isu Strategis

KANTOR PENJAMINAN MUTU INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur

.BAB 1 PENDAHULUAN. dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

STANDAR PEMBIAYAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI) UNIVERSITAS ISLAM MALANG PUSAT PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS ISLAM MALANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan

ITB Multikampus. Kementerian Advokasi Kebijakan Kampus Kabinet Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Rencana Strategis. Rancangan. Penyusunan.

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BOPTN dan BPPTNBH. Bahan Biro Perencanaan dalam Rakor Pengawasan Bersama Itjen-BPKP. Solo, 28 Februari 2017

21 Universitas Indonesia

STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Transkripsi:

Policy Brief-4 Membangun Otonomi Perguruan Tinggi Dalam Kerangka Sentralisasi dan Desentralisasi Sistem Tata Kelola dan Manajemen a. Review Makna Otonomi Dalam konteks Perguruan Tinggi Negeri (untuk selanjutnya disingkat PT), otonomi pada hakekatnya adalah pergeseran peran pemerintah pusat cq. DirJen Dikti melalui pemberian sebagian kewenangan kepada PTN. Dengan istilah yg lebih popular, system sentralisasidesentralisasi. Walaupun demikain, dalam hal pendanaan, pemerintah masih mempunyai kuwajiban untuk tetap memenuhi tanggung jawab konstitusinya. Otonomi ini diperlukan agar PT ybs mampu meningkatkan kualitas akademik, inovasi dan ilmu pengetahuan. Dengan otonomi, PT juga dituntut untuk meningkatkan transparansi dalam tanggung jawab socialnya. Peningkatan peran PT sangat diperlukan agar PT mampu bersaing dalam skala global. Agar pelaksanaan otonomi PT dapat berjalan seperti yang diinginkan, diperlukan organisasi yang sehat. Policy brief berikut ini akan membahas lebih pada bentuk sentralisasi dan desentralisasi dalam tatakelola dan manajemen PT, khususnya PTN yang dirancang akan berubah statusnya menjadi PTN-Bh. Otonomi PT masih menjadi nafas yang diharapkan dalam status PTN-Bh. b. Sistem sentralisasi dan desentralisasi tatakelola PT Pemberian otonomi oleh pemerintah pusat kepada PT sudah seharusnya diikuti juga dengan pergeseran peran dalam tatakelola dan manajemen di tingkat PT. Seirama dengan nafas otonomi, pergeseran peran ini bisa diartikan sebagai pergeseran dalam bentuk sentralisasi-desentralisasi. Bentuk sistem sentralisasi-desentralisasi yang ideal mendorong terbangunnya keseimbangan peran dan fungsi antara lembaga pengambil keputusan di tingkat universitas (misal: Rektorat dan Senat Universitas) dengan lembaga pengambil keputusan di tingkat fakultas (missal: dekanat dan Senat fakultas) dan pusat studi. Dengan demikian, isu sistem sentralisasi-desentralisasi dalam PT menjadi penting, terutama bila menyangkut aspek akademik dan administrasi, dan aspek keuangan. Di tingkat teknis, aspek akademik yang penting misalnya menyangkut sistem pengambilan keputusan dalam penerimaan mahasiswa baru dan pembukaan program studi baru. Aspek administrasi, misalnya dalam hal sistem administrasi sumberdaya manusia yang memungkinkan adanya mobilitas antar fakultas sehingga interaksi antar keilmuan dalam menyesaikan persoalan di masyarakat dapat terjalin dengan baik. Aspek keuangan, menyangkut transparansi dan mekanisme keuangan yang selaras dengan keseimbangan fungsi dan peran antara lembaga di tingkat universitas dengan lembaga di tingkat fakultas dan pusat studi. Isu-isu tersebut menjadi penting bila diajukan pertanyaan berikut: 1) Apakah posisi PT sudah mampu menunjukkan kinerja sebagai organisasi profesi yang sehat, 1

2) Apakah rantai nilai organisasi PT mampu membentuk karakter PT dan memberikan nilai tambah kepada pengguna 3) Apakah ada kepastian keberlanjutan keberadaan PT dengan reputasi dan kualitas yang terus meningkat Berbasis pada pengalalam dan interaksi dengan berbagai pihak maka dengan pendekatan sence making dapat diajukan prinsip dasar yang perlu dipertimbangkan dalam membangun system sentralisasi-desentralisasi yang sehat: 1) Perlu adanya mekanisme control otoritas (mechanism of control authority) tata kelola dan manajemen. Mekanisme ini perlu agar diperolah pembagian kewenangan lembaga pengambil keputusan yang seimbang, baik secara vertical (antara lembaga di tingkat universitas dan lembaga di tingkat fakultas/pusat studi) maupun horizontal (antar lembaga yang setingkat). 2) Keputusan yang diambil oleh lembaga pengambilan keputusan mampu memberikan keselarasan sistem tata kelola di setiap tingkat organisasi 3) Sistem tata kelola organisasi universitas juga tunduk hukum siklus kehidupan. Oleh karena itu upaya yang perlu dilakukan agar tidak terjadi proses penurunan kinerja universitas maka kata kuncinya adalah kompetensi. Mendudukkan personal dalam sistim tata kelola dengan pertimbangan kompetensi menjadi penting. Konsep supportive leader dan scientific leader yang telah dibahas dalam ---Policy Brief sebelumnya--- menjadi layak untuk dipertimbangkan. 4) Batasan dan bentuk otonomi PT perlu dikaji kembali secara lebih komprehensif. Namun demikian, otonomi PT pada hakekatnya mengarah pada optimalisasi sumberdaya strategis PT berikut mekanisme check and balancenya. 5) Membangun sistem mekanisme pendanaan yang berbasis pada kinerja dan insentif 6) Hasil-hasil yang pernah dicapai oleh Sekretariat Bersama PT-BHMN dalam mempercepat otonomi universitas dapat dijadikan referensi. Bagi PT yang tergabung dalam PT-BHMN dan diarahkan oleh pemerintah pusat ---cq. Kementrian Pendidikan--- agar berubah statusnya menjadi PTN-Bh, merupakan kesempatan emas untuk merancang system tata kelola dan manajemen melalui statutanya, yang mencerminkan prinsip dasar seperti diuraikan diatas. c. Stuktur Organisasi dalam beberapa tipe PTN dilihat dari derajad sentralisasi-desentralisasi. Dilihat dari struktur organisasi, PTN di Indonesia dapat dibagi dalam tiga grup. 1) Grup 1: disebut sebagai PTN otonomi penuh. Grup ini antinya mengarah pada PTN- Bh. Grup ini dicirikan oleh kinerja akademik dan tersedianya sumberdaya akademik yang mamadahi untuk menjalankan otonomi perguruan tinggi secara penuh. Dalam grup ini tergabung 7 PT yang bertatus PT-BHMN 2) Grup 2: disebut PTN semi otonomi. Grup ini tergabung dalam beberapa PTN yang mempunyai kinerja akademik dan tersedianya sumberdaya akademik yang sudah 2

memadahi tetapi masih perlu ditingkatkan untuk mempersiapkan otonomi perguruan tinggi secara penuh. 3) Grup 3: disebut non-otonomi. Grup ini tergabung dalam beberapa PTN yang mempunyai kinerja akademik dan tersedianya sumberdaya akademik yang belum memadahi sehingga masih perlu dibangun dan dikembangkan untuk mempersiapkan tata kelola perguruan tingginya menjadi semi-otonomi. Dalam konteks derajad sentralisasi- decentralisasi, diskusi kali ini lebih diarahkan pada Grup-1, PT dengan otonomi penuh dengan status mengarah pada PTN-Bh dengan otoritas lembaga di tingkat universitas dan peranan Senat Universitas dan Senat Fakultas. Dilihat dari stuktur organisasi dan kaitannya dengan derajad sentralisasi-desentralisasi, beberapa hal dapat dijadikan perhatian: 1) Dijumpai perbedaan yang sangat signifikan diantara PTN yang tergabung dalam Grup ini. Hal ini mencerminkan bahwa pelaksanaan otonomi PT dengan status PT-BHMN, secara horizontal dan vertical diimplementasikan dengan derajad yang berbeda, baik struktur organisasi di tingkat universitas maupun fakultas. 2) Perbedaan ini membawa implikasi pada tingkat sentralisasi-desentralisasi khususnya kaitannya dengan tata kelola akademik dan administrasi & keuangan. Perbedaan diantara PTN yang tergabung dalan Grup-1 dalam hal system rekruitmen mahasiswa baru (bagian dari tata kelola akademik) dan level tingkat otoritas lembaga di tingkat universitas (Rektorat, Senat Akademik Universitas dan Lembaga lainnya yang setingkat) menjadi bahan kajian yang menarik. 3) Dalam konteks sentralisasi-sedentralisasi tata kelola PT yang seimbang tanpa harus menghilangkan karakter dan jati diri PTN-Bh ybs, pengembanan bentuk struktur organisasi yang cocok memerlukan kajian lebih dalam dal komprehensif. d. Bentuk sentralisasi-desenraslisasi dan kaitannya dengan sumber pendanaan PT, mekanisme pengganjian dan kaitannya dengan produktivitas staf akademik Sumberdaya manusia PT merupakan asset yang tak ternilai bagi PT itu sendiri. Oleh karena itu, membangun sistem sentralisasi-desenraslisasi dan kaitannya dengan sumber pendanaan PT, mekanisme pengganjian dan kaitannya dengan produktivitas staf akademik menjadi sangat penting. Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian adalah pada peletakan konsep dasar secara makro tata kelola keuangan PT, yang mengarah pada: 1) Kejelasan asumsi dasar gaji staf akademik. Karakteristik PT perlu menjadi bahan pertimbangan. Hal ini penting untuk mendapatkan definisi tingkat jaminan keamanan (security) gaji staf akademik 2) Penyediaan lingkungan akademik berupa sarana dan prasarana yang memenuhi standar minimal untuk meningkatkan produktivitas akademik staf. 3) Dari sisi lingkungan makro, pertimbangan yang perlu diambil mencakup: efisiensi, mandat PT, tingkat jaminan keamanan gaji, dan bekerja di luar PT (moonlighting). Khusus tentang staf akademik yang bekerja di luar PT (moonlighting), bisa 3

diperkenankan sepanjang masih dalam control PT dan harus dalam skema kerjasama formal 4) Pemikiran yang rasional dan prakmatis dalam kaitannya meningkatkan income staf akademik dengan bentuk kebijakan yang sejalan dengan misi dan visi PT 5) Peningkatan kerjasama antar PT dengan industry berikut bentuk prosedur, skema penghargaan dan manfaat yang jelas terhadap pengembangan akademik PT 6) Jumlah PT di Indonesia akan meningkat terus dan perlu diantisipasi dengan kebijakan yang rasional dan keterkaitannya dengan kualitas pendidikan dan kebijakan pendanaan PT Isu sistemik system pendanaan PT yang dapat diinventarisasi menyangkut: 1) Tujuan pendanaan public, latar belakang philosofi pendanaan public, kriteria subjek yang mendapatkan hak pendanaan publik 2) Berapa total jumlah dana yang dialokasikan pemerintah kepada mahasiswa perguruan tinggi berikut metode penyalurannya dan implikasinya pada kesamaan distribusi. 3) Stratifikasi sub-biaya 4) Keseimbangan pendanaan public yang dialoksikan kepada lembaga non profit berupa PT pemerintah, PT swasta dan kepada lembaga yang bersifat profit Kebijakan system BOPTN (Biaya Operasi Pendidikan Tinggi) yang akan segera dilakukan memberikan implikasi pada keunggulan dan kelemahan sistem, siapa yang akan diuntungkan dan dirugikan, produktivitas versus standard minimum penggajian. Dengan demiukian, kebijakan yang nantinya akan diusulkan perlu dibuat dalam berbagai bentuk scenario yang realistis. a. Implikasi pada kebijakan Dari diskusi singkat di atas memberikan implikasi pada pengambilan kebijakan, baik di tingkat pemerintah pusat dan PT. 1) Kebijakan pemerintah pusat Kalau memang diyakini bahwa otonomi PT memberikan peluang berkembangnya PT maka pemerintah pusat perlu mendorong agar PTN-Bh mampu mewujudkan bentuk sentralisasi dan desentralisasi dalam sistem tata kelola dan manajemennya yang memberikan peluang seluas luasnya bagi berkembangnya PT itu sendiri. UU Pendidikan Tinggi tahun 2012 memberikan ruang yang cukup untuk merealisasikannya melalui instrument peraturan dibawahnya. Substansi instrument peraturan yang diterbitkannya difokuskan untuk mewujudkan agar: posisi PT sudah mampu menunjukkan kinerja sebagai organisasi profesi yang sehat, rantai nilai organisasi PT mampu membentuk karakter PT dan memberikan nilai tambah kepada pengguna ada kepastian keberlanjutan keberadaan PT dengan reputasi dan kualitas yang terus meningkat 4

2) Kebijakan PT Pengambilan kebijakan sentralisasi-desentraslisasi tingkat PT dapat difokuskan pada tiga hal berikut: aspek akademik mengarah pada sistem pengambilan keputusan dalam penerimaan mahasiswa baru dan pembukaan program studi baru aspek administrasi yang menekankan pada sistem administrasi sumberdaya manusia yang memungkinkan adanya mobilitas antar fakultas sehingga interaksi antar keilmuan dalam menyesaikan persoalan di masyarakat dapat terjalin dengan baik. aspek keuangan dengan mengembangkan sistem keuangan yang transparan diikuti dengan mekanisme keuangan yang selaras dengan keseimbangan fungsi dan peran antara lembaga di tingkat universitas dengan lembaga di tingkat fakultas dan/atau pusat studi. ----------- 5