Tabel VIII. 1 Aturan Bersama Desa Kemasan KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI

dokumen-dokumen yang mirip
DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

B. SUBSTANSI ATURAN BERSAMA

USULAN ATURAN BERSAMA

PROGRAM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) DOKUMEN ATURAN BERSAMA

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ATURAN BERSAMA KONDISI FAKTUAL I. TATA RUANG DAN LINGKUNGAN

ruo tar qtu -a Gt i* n c L (E(u xro & o (} td fem T'E cl l- as ff o, ; tj o- Y {,/r} fuffi :s it -, I {} stl (} ra -{t .ts, -{J -6 o, ={E F E 'ci

ATURAN BERSAMA RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA KEDUNGSARIMULYO

BAB II ATURAN BERSAMA A. ATURAN BERSAMA DALAM MEMBANGUN DAN MENATA (RENOVASI) RUMAH

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Aturan Bersama. DOKUMEN ATURAN BERSAMA ( AB ) Kelurahan Karatuang, KEC. Bantaeng, KAB. Bantaeng

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT

SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

: MEMBANGUN BARU, MENAMBAH, RENOVASI, BALIK NAMA

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

BAB VI RENCANA DAN GAGASAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS TAMMUA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

DOKUMEN ATURAN BERSAMA

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

BAB IV PANDUAN KONSEP

WALIKOTA PROBOLINGGO

Perencanaan rumah maisonet

Penjelasan Substansi. Dokumen Lengkap, ada pada BAB IV

BAB 4 PENYUSUNAN KONSEP. Hirarki Penyusunan Arahan Perancangan. 4.1 Visi pembangunan

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

UMY. Sistem Sanitasi dan Drainase Pada Bangunan. Dr. SUKAMTA, S.T., M.T. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKUKTAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Dari berbagai masalah yang timbul di masyarakat, sering adanya keluhankeluhan

ATURAN BERSAMA DESA BAKIPANDEYAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

Tabel 5.1 Perhitungan Besaran Program Ruang Gelanggang a. Pengelola. No Ruang Kapasitas Standar Ruang Luas Ruang Sumber

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

3.1 TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK TABEL 3.1 TUJUAN, SASARAN DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

BAB. II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

Standar Pelayanan Minimal untuk Permukiman Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Standar Pelayanan Bidang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang

BAB IV STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

SISTEM DRAINASE PERKOTAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 4 Tahun 2017 Seri E Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

Kavling Commercial P R O J E C T KAVLING COMMERCIAL MASTER PLAN

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah

-1- PENETAPAN LOKASI PENILAIAN LOKASI. Gambar 1. Skema Penetapan Lokasi

BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2012 NOMOR 17 PERATURAN WALIKOTA DEPOK TENTANG PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan. Perencanaan menyeluruh pengelolaan sistem air limbah skala Kota.

Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

Lingkungan Permukiman

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

Jarak tangki septik ke sumber air bersih 10 m, ke bangunan 1,5 m. Ada bidang resapan. Ada jaringan pipa air limbah.

Tabel 4.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK

EVALUASI LAYANAN SANITASI DI RUSUNAWA SEMANGGI KOTA SURAKARTA

Transkripsi:

Dokumen Aturan Bersama ini merupakan tindak lanjut dari dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Desa Kemasan yang telah dibuat sebelumnya. Aturan-aturan yang ada di masyarakat terkait masalah sosial, ekonomi, lingkungan yang telah dirangkum dan disepakati bersama sesuai dengan kebijakan lokal sebagai tuntutan dalam menata lingkungan, masyarakat dan aktivitasnya. Sehingga diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai panduan penataan permukiman Desa Kemasan ke depan, sebagai upaya mewujudkan visi/ cita cita bersama masyarakat Desa Kemasan. Secara garis besar Aturan Bersama bertujuan untuk merangkum dan lebih lanjut melegalkan aturan dalam masyarakat untuk mewujudkan pembangunan Desa Kemasan menuju lingkungan yang hijau, sehat dan menarik. Proses perencanaan yang partisipatif dan baik tidak serta merta menjamin proses pelaksanaan yang baik pula. Tak jarang proses perencanaan yang partisipatif yang sudah dilaksanakan dengan baik hanya berhenti menjadi dokumen yang tidak implementatif/ sulit diterapkan. Hal tersebut sering terjadi karena kegagalan dalam membangun kesepakatan-kesepakatan operasional, termasuk di dalamnya kesepakatan pengorganisasian pengelolaan. Seringkali terjadi, proses perencanaan partisipatif menyepakati pembangunan sebuah jaringan infrastruktur tertentu, misalnya pengadaan air bersih dari sumber mata air terdekat, jalan, jembatan, irigasi dan lain sebagainya. Program tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat sehingga hampir tidak ada penolakan terhadap program. Namun pada tataran operasionalisasi ini menemui banyak kendala, diantaranya: - tidak disepakati siapa-siapa yang bertindak sebagai pelaksana pekerjaan tersebut - siapa pihak yang bertugas memonitor proses pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan standar dan mandat yang diinginkan - apa imbal balik yang diberikan oleh pihk yang diuntungkan namun tidak terlibat dalam proses pelaksanaan/ pengadaan - siapa yang bertanggung jawab jika terjadi kerusakan - darimana dana untuk pemeliharaan dan perbaikan diperoleh, dll Kegagalan membangun kesepakatan ini mampu menimbulkan permasalahan krusial terutama terkait dengan terjaminnya keberlanjutan/ sustainibilitas. Jika kegagalan pengelolaan tersebut terjadi maka akan mengakibatkan penurunan kepercayaan publik/ masyarakat terhadap proses partisipatif yang telah dikembangkan. Faktor penentu keberhasilan adalah kesadaran masyarakat untuk bersama-sama melakukan segala upaya agar tujuan bersama bisa tercapai. Kesadaran inilah yang harus dikedepankan sebelum semua bangunan yang bersifat fisik dibangun agar pada saat dan setelah terbangun bangunanbangunan itu mendapatkan ruh kesadaran masyarakat sehingga bisa berfungsi seperti yang seharusnya. Kesadaran tersebut hanya bisa dibangun diatas kesepakatan bersama. Dengan kesepakatan bersama diharapkan akan tumbuh control social yang kuat dari masyarakat itu sendiri untuk menjaga kesepakatankesepakatan yang telah dibangun bisa dijalankan seluruh warga tanpa kecuali. Bahkan pada akhirnya diharapkan muncul penalty social dari masyarakat yang mampu mengawal kesepakatan menjadi suatu kesadaran. Berkaitan dengan hal tersebut, maka untuk kegiatan pembangunan di Desa Kemasan, Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan, disepakati usulan acuan untuk disepakati menjadi Aturan Bersama yaitu sebagai berikut. A. LINGKUNGAN 1. Jaringan Jalan dan Drainase Tabel VIII. 1 Aturan Bersama Desa Kemasan KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI Banyak rumah yang tidak mendapat akses menuju jalan utama lingkungan maupun jalan penghubung lingkungan dengan baik Kondisi jalan utama lingkungan dan penghubung lingkungan masih banyak yang rusak dan berupa jalan tanah Setiap rumah memperoleh akses menuju jalan lingkungan dengan standar yang ideal Jalan lingkungan maupun penghubung hendaknya sudah berupa jalan perkerasan untuk kemudahan sirkulasi Jaringan jalan wajib dibangun dengan perkerasan, dengan ketentuan : a. Untuk jalan lingkungan dengan lebar antara 3,00 m sampai dengan 5,00 meter b. Untuk jalan setapak dengan lebar 0,80 m 2,00 meter Harus ada ijin lingkungan dari RT maupun RW Setiap pembangunan harus menyisakan 30 % dari luas tanah Setiap mendirikan rumah baru supaya diberi sisa lahan untuk pengembangan jalan (umum/lingkungan) serta adanya ijin lingkungan yang diketahui oleh RT dan RW setempat Melakukan perawatan/ pengelolaan jalan lingkungan dengan memperbaiki kondisi jalan yang rusak oleh swadaya masyarakat Lebar jalan khusus untuk perumahan : a. Jalan utama dengan lebar minimal 10,00 m untuk lingkungan dengan penduduk lebih dari atau sama dengan 300 KK b. Jalan utama dengan lebar minimal 7,00 m untuk lingkungan dengan penduduk kurang dari 101 atau sama dengan 299 KK c. Jalan utama dengan lebar minimal 6,00 m untuk lingkungan dengan

penduduk kurang dari 100 KK d. Jalan utama dengan kuldesak lebar minimal 5,00 meter e. Jalan lingkungan dengan lebar minimal 4,00 m dan dapat diakses ke semua lingkungan permukiman serta mobil pemadam kebakaran f. Jalan setapak kolektor dengan lebar minimal 2,00 meter g. Jalan setapak dengan lebar minimal 1,50 meter h. Tidak diperkenankan ada jalan yang mengecil dan atau jalan yang buntu pada satu ruas jalan Penerangan jalan lingkungan masih sangat kurang Saluran drainase yang belum ditata,dan belum tersedia bahkan ada beberapa kondisinya sudah rusak /mampet Banyak air sisa drainase yang tidak dikelola dan hilang ke sungai Penerangan jalan ada setiap titik pada jarak tertentu Setiap perencanaan dan pelaksanaan prasarana listrik untuk lingkungan, harus memperhatikan ketentuan sebagai berikut : a. Sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku b. Sumber daya PLN atau diusahakan sendiri c. Pada jarak atau tempat tertentu yang dipandang Perlu harus diberik lampu penerangan jalan umum Saluran drainase berupa saluran tertutup dengan plat beton,dan perpipaan Penyediaan saluran pembuangan air limbah meliputi saluran pembuangan air limbah dari kakus, kamar mandi, dapur dan tempat cuci atau pengolahan industri Ketentuan penyediaan saluran pembuangan air limbah adalah : a. air limbah dibuang ke jaringan pembuangan air limbah kota atau bila belum ada dibuang ke tangki septik komunal dengan ukuran minimal daya tampungnya untuk 2 tahun dengan ukuran minimal panjang 5,00 m, lebar 2,5 m dan tinggi 1,8 m b. air limbah untuk kegiatan industri, rumah sakit, catering, bengkel, salon mobil/cuci mobil harus melalui instalasi pengolahan air limbah terlebih dahulu c. air limbah dari tangki septik disalurkan ke sumur peresapan air limbah dengan jarak minimal 10,00 m dari sumur air bersih dengan ukuran minimal panjang 10,00 m, lebar 9,00 m dan tinggi 0,70 m d. air limbah dilarang dibuang ke saluran pembuangan air hujan, parit, sungai, jalan atau ke saluran air hujan kota tanpa ada pengolahan yang lebih baik Penyediaan saluran pembuangan air hujan harus disertai dengan sistem peresapannya. Saluran pembuangan air hujan harus direncanakan secara menyeluruh sehingga dapat mengalirkan air hujan secara lancar dan tidak mengganggu lingkungan sekitarnya. Ketentuan perencanaan pembuatan saluran pembuangan air hujan : a. limpasan air hujan dari daerah di atas lingkungan kawasan perencanaan, yaitu daerah yang mempunyai kontur lebih tinggi, harus dibuatkan saluran tersendiri menuju sungai namun tidak merusak lingkungan sungai, saluran irigasi primer, sekunder atau tersier yang tersedia b. dimensi dan kemiringan saluran harus diperhitungkan dapat menampung kapasitas air hujan yang ada c. saluran pembuangan air hujan harus dilengkapi dengan perencanaan resapan air hujan sebagai usaha konservasi air d. 1 (satu) resapan air hujan dengan diameter 0,80 m dan kedalaman 3,00 m minimal untuk setiap 60,00 m2 lahan tertutup e. Kemiringan aliran pada saluran drainase minimal 2% (dua persen), sehingga air dapat meresap ke tanah sebelum melimpah ke sungai, dengan kedalaman minimal 40 cm lebar 30 cm dengan bak kontrol setiap 50, 00 m f. Sebelum masuk ke tempat pembuangan akhir (sungai) harus melalui bak pengendapan terlebih dahulu Jarak antar lampu sebagai penerangan yaitu sekitar 15 m. Tanggung jawab bagi yang ketempatan tiang lampu. Setiap rumah yang di depan ada akses jalan supaya memberikan lampu penerangan. Melakukan pemeliharaan drainase secara rutin agar air limbah maupun air hujan dapat mengalir secara lancar Kerja bakti rutin 1 bulan sekali Masing-masing pemilik lahan yang memiliki saluran drainase wajib merawat saluran yang ada Menjaga dan memelihara saluran drainase di depan rumah masing-masing agar bebas dari sampah dan juga rumput-rumputan Dilarang mendirikan bangunan di atas sungai dan irigasi Membuat lubang biopori masing-masing rumah yang ada Membuat sumur resapan untuk meresapkan air sehingga dapat mengurangi genangan

g. Apabila telah ada sistem jaringan pembuangan air hujan kota, maka saluran dapat dihubungkan dengan sistem jaringan tersebut Banyaknya limbah rumah tangga dibuang langsung ke sungai tanpa melalui pengolahan baku mutu lingkungan yang memadai 2. Bantaran Irigasi Masih banyak area bantaran irigasi yang tidak tertata dan ada yang buat buang sampah Penduduk membuang sampah ke badan sungai maupun ke irigasi 3. Penghijauan Lingkungan Di kawasan prioritas tidak semua halaman dimanfaatkan secara produktif untuk penghijauan Terdapat halaman rumah kosong yang dibiarkan apa adanya, tidak dikelola dengan baik B. BANGUNAN 1. Pembangunan Permukiman /Rumah Jarak antar rumah dan jarak rumah dengan jalan kurang dari 1 meter Air limbah rumah tangga harus ditampung pada bak penerima limbah dengan sistem pengolahan sederhana Setiap rumah tangga menggunakan septik tank yang dengan perkerasan untuk penampungan limbah Untuk daerah yang padat penduduknya dibautkan septiktank komunal Bantaran irigasi merupakan tempat mengalirnya debit air yang di gunakan untuk mengaliri pertanian dan sebagian besar untuk menampung air hujan untuk mengurangi resiko genangan sehingga perlu ditata Membuang di tempat sampah yang ditentukan atau dikelola secara terpadu baik untuk sampah organik maupun an-organik. Tidak membuang limbah ke sungai Pembuatan pengelolaan limbah komunal dan septik tank komunal. Pembuatan jamban dengan sistem yang baik Dilarang membangun di bantaran dan di atas irigasi Jarak diatur sesuai aturan pemerintah Dilarang membuang sampah ke sungai maupun bantaran irigasi Halaman dijadikan sebagai lahan produktif yang dapat menambah penghasilan Pemanfataan lahansebagai lahan produktif Pemilik lahan wajib merawat Setiap rumah diharapkan memiliki tanaman hijau untuk membantu sirkulasi Pemanfaatan lahan kosong (pekarangan) serta sebagai jarak penganaman udara Pada sisi luar bangunan harus ada ruang terbuka Jarak ideal antar rumah adalah ketika air dari tritisan tidak jatuh ke lahan milik orang lain Ketentuan kepadatan lingkungan pada fungsi permukiman dan kelompok rumah : a. Perumahan dengan jumlah sampai dengan 50 rumah 1. Prasarana dan sarana lingkungan minimal 30% (tiga puluh persen) dengan ketentuan sebagai berikut : Lebar jalan minimal 4 m, tidak dibuat mengecil atau buntu Open space komunal wajib dialokasikan di lingkungan lokasi tersebut dengan standar 1 kapling menyediakan seluas 5 m 2 dengan luas minimal sama dengan 1 kapling 2. Alokasi untuk kapling maksimal 70% (tujuh puluh persen) 4. Panjang blok bangunan permukiman maksimal 60 m b. Perumahan dengan jumlah antara 51 sampai dengan 200 rumah 1. Prasarana dan sarana lingkungan minimal 35% (tiga puluh lima persen) 2. Alokasi untuk kapling maksimal 65% (enam puluh lima persen) 4. Panjang blok bangunan koppel maksimal 60 m Dilakukan pengawasan teknis atas pelaksanaan sistem perijinan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan di lokasi penataan; Setiap orang yang akan mendirikan bangunan maupun rumah wajib mendapatkan informasi mengenai informasi GSB, KDB, KLB dan lainnya Penerapan mekanisme sanksi dalam penyelenggaraan pembangunan sesuai peraturan Tidak terdapat pengaturan bangunan yang jelas pada kawasan c. Perumahan dan kelompok rumah dengan jumlah lebih dari 200 rumah 1. Prasarana dan sarana lingkungan minimal 40% (empat puluh persen) 2. Alokasi untuk kapling maksimal 60% (enam puluh persen) 4. Panjang blok bangunan koppel maksimal 60 m Tata muka bangunan a. Kavling < 250 m 2 Tidak memerlukan GSB samping dan GSB belakang. Untuk GSB belakang disyaratkan mempunyai ruang untuk sirkulasi udara yang cukup. b. Kavling 250-1000 m 2 Untuk 1 lantai: tidak memerlukan GSB samping, tetapi memerlukan

GSB belakang. Bila > 1 lantai: disyaratkan memiliki GSB minimal pada salah satu sisinya. c. Kavling >1000 m 2 Harus memiliki GSB samping dan GSB belakang 2. Pengelolaan Limbah Rumah Tangga dan Sampah Belum ada pengolahan limbah rumah t dan pengelolaan sampah secara terpadu, sehingga masihangga secara baik dan banyak warga mengelola sampah dengan cara dibakar, di buang di lahan terbuka, atau di buang di sungai Banyak rumah yang sudah memiliki KM tetapi belum memiliki septictank, limbah langsung dibuang ke ruang terbuka, sungai dan saluran air. Septictank yang ada belum memenuhi standart baku penyehatan lingkungan C. BANGUNAN PUBLIK 1. Fasilitas Pendidikan Kegiatan PKBM belum dimanfaatkan secara maksimal mengingat belum tersedianya taman baca,sehingga upaya pengenalan interaksi sosial di usia dini masih kurang 1. Bangunan Perdagangan dan Jasa D. SOSIAL BUDAYA 1. Karakter Sosial Masyarakat E. EKONOMI 1. Pengembangan Potensi Lokal Bangunan perdagangan yang ada sekarang berupa warung-warung atau toko kelontong kecil yang menjual kebutuhan sehari-hari. Belum ada warung/toko yang menjual hasil industri rumah tangga kawasan. Karakter perilaku sosial masyarakat yang kurang peduli dengan perubahan lingkungan di desa Kemasan Banyak pedagang dari daerah yang berjualan di wilayah kawasan (Pasar Tiban) Potensi lokal belum banyak dikembangkan karena Ketinggian bangunan - Pada kawasan padat/strategis, nilai KLB tinggi (lebih dari 4-lantai 12 lantai) - Pada kawasan dengan kepadatan sedang, nilai KLB sedang (2-4 lantai) - Pada kawasan dengan kepadatan rendah, nilai KLB rendah (antara 1-2 lantai) Lingkungan sehat didukung oleh pengelolaan sampah yang zero waste. Penyediaan tempat pembuangan sampah dilakukan dengan menyediakan tanah sebagai fasilitas tempat pembuangan sampah sementara (container) Ketentuan penyediaan fasilitas pembuangan sampah khusus untuk perumahan: a. Satu bak sampah untuk setiap rumah tinggal dengan ukuran minimal 0,02 m 3 b. Satu tempat pembuangan sampah sementara (container) untuk setiap 200 KK yang letaknya diusahakan tidak mengganggu penghuni tetapi dapat dijangkau oleh truk pengangkut sampah denah ukuran minimal 2 m 3 c. Untuk jumlah penduduk kurang dari 200 KK menggunakan fasilitas tempat pembuangan sampah sementara (container) di luar kawasan perumahan sepanjang belum melebihi kapasitas tampung desa tersebut dengan mendapat persetujuan dari lurah desa dengan diketahui Badan Perwakilan Desa d. Pengambilan sampah diatur bersama penghuni dalam kawasan tersebut Pembuangan air kotor yang berasal dari kotoran manusia pada dasarnya dibuang ke septictank dan dengan bentuk lantai dan didnding ruang tidak bocor sehingga meresap ke tanah Taman Bacaan memiliki radius pencapaian 1.000m dan berada di tengah kelompok warga sehingga tidak menyeberang jalan lingkungan (SNI 03-1733-2004, tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan) Hasil industri rumah tangga masyarakat stempat diharapkan mampu dipasarkan dalam satu area khusus pemasaran Karakter lokal yang guyup, tepo sliro dan pakewuh tetap dijaga sebagai kekayaan aset budaya lokal Untuk limbah rumah tangga yang punya pekarangan diharuskan membuat pupuk organik/ komposter Sampah an organik dikelola oleh pengelolaan sampah mandiri Pengadaan gerobak sampah dan pendistribusian yang diatur berdasarkan kesepakatan tiap basis Pembuatan sistem pengolahan limbah terpadu baik sampah atau limbah rumah tangga dengan metode filtrasi. Pengumpulan sampah dilakukan secara teratur sehingga tidak terjadi penumpukan sampah di lingkungan permukiman Pembuatan Septictank dengan sistem filtrasi jumlah ruang 2 dengan kondisi dinding, lantai dan atap plester. Adanya toleransi warga Desa Kemasan untuk masuk ke SMA Sosialisasi rutin kepada masyarakat Desa Kemasan Keringanan biaya Perlu menambahkan PAUD dimana minimal 2 RT 1 atau penambahantaman Baca Perlu di sosialisasikan Peningkatan ekonomi lokal Bina lingkungan dalam rangka peningkatan ekonomi rumah tangga dalam wadah masyarakat Pertemuan secara rutin Keaktifan antara RT dan RW Keterpihakan kelurahan dengan tokoh masyarakat etnis. Pertemuan RT rutin bagi pendatang baru, kegiatan gotong royong 1 bulan sekali Diadakan pertemuan rutin RT dan RW dalam Skala Desa Adanya tempat yang strategis Perlu adanya pembinaan peraturan. Pendataan home industri Kawasan dapat mandiri dengan memaksimalkan potensi lokal yang ada Setiap warga yang mempunyai potensi yang baik supaya melaporkan ke RT dan

2. Sentra Ekonomi dan Industri Rumah Tangga 3. Pemasaran programprogram pembangunan Sumber: Tim Penyusun, 2014 KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI belum adanya identifikasi kebutuhan dan RW pengelolaan yang efektif Tata ruang bangunan perdagangan dan jasa yang Area perdagangan dan jasa ditata dan mampu mendukung keberadaan Setiap warga yang mempunyai potensi yang baik supaya melaporkan ke RT dan RW masih tersebar dan tidak merata permukiman yang ada Bahan baku untuk industri rumah tangga masih mendatangkan dari luar wilayah kawasan sehingga biaya produksi menjadi tinggi Industri rumah tangga yang berjalan masih bergantung pada pemesanan dari konsumen Program-program pembangunan yang telah direncanakan belum memiliki strategi dan jaringan pemasaran yang kuat Industri rumah tangga mampu memaksimalkan SDA lokal yang ada Intensitas produksi harus berkelanjutan dan mampu menghasilkan barang siap pakai dan di pasarkan sendiri Adanya kelembagaan untuk pengelolaan pemasaran dan chanelling dengan para stake holders Pembentukan Koperasi warga Kerja sama dengan pelaku usaha lain Setiap produksi masyarakat harus ada ijin dari Departemen Kesehatan Adanya izin dari Departemen Kesehatan dan royalti