BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

A. LatarBelakangMasalah

KENAKALAN REMAJA DAN PENANGANANNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam teknologi informasi dengan penyebaran norma-norma dan nilai-nilai

BAB II LANDASAN TEORI Remaja, Karakteristik dan Tugas Perkembangannya. adolescence yang diadopsi dari bahasa latin adolescere yang artinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

KENAKALAN REMAJA DAN SOLUSINYA

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja semakin dirasa meresahkan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

FAJAR DWI ATMOKO F

BAB II LANDASAN TEORI. oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah tingkah laku atau perbuatan manusia yang melanggar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rinci masa remaja dibagi ke dalam 3 tahap yaitu: usia tahun adalah masa

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KENAKALAN REMAJA DI MA AL-AZHAR SERABI BARAT MODUNG BANGKALAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja berasal dari bahasa latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sering dikatakan sebagai kelompok umur bermasalah (the trouble teens). Hal inilah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECENDERUNGAN KENAKALAN REMAJA. Eti Mutia Retno Kumolohadi INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan, dapat dilihat pada akhir akhir ini telah timbul akibat negatif

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan berbagai aktivitas yang rutin dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial. Dalam kenyataannya, kenakalan remaja merusak nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. menurutnya akan menyalahi aturan yang dibuat oelh orang tuanya.

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Remaja sebagai bagian dari masyarakat merupakan mahluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja

PERAN UNITBINMAS (UNIT PEMBINAAN MASYARAKAT) DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA PELAJAR. (Studi Kasus Pada Polsek Kerjo Kabupaten Karanganyar)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dengan masa remaja, kemudian masa dewasa. Masa remaja adalah masa. fisik, kognitif dan sosial emosional (Santrock, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa.

BAB I PENDAHULUAN. kematangan fisik, mental, sosial, dan emosional. Umumnya, masa ini berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat modern yang serba kompleks sebagai produk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dijelaskan bahwa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB III METODE PENELITIAN. dan Effendi (1995) penelitian eksplanatory yaitu tipe penelitian untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan peralihan transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja di Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak hal baru yang belum pernah dilakukan saat masa kanak-kanak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercermin dalam perilaku yang dianggap menimbulkan masalah di sekolah dan

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perkembangan zaman yang terus berubah (Junaedi dkk, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. alkohol, napza, seks bebas) berkembang selama masa remaja. (Sakdiyah, 2013). Bahwa masa remaja dianggap sebagai suatu masa dimana

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. budaya di negara kita sehingga menimbulkan keresahan di masyarakat. Menurut Kartini Kartono (2010: 21) pada umumnya bentuk perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah

BAB V PENUTUP. dalam arti dia memiliki penyesuaian sosial (social adjustment) yang tepat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini dunia pendidikan sedang berkembang, banyak sekolah-sekolah yang berdiri dengan kegiatan-kegiatan yang menarik untuk mendukung proses belajar siswa mereka, namun sangat disayangkan pendidikan di Indonesia tercoreng. Salah satu yang membuat hal ini terjadi adalah kenakalan para siswa didik. Kenakalan remaja di Indonesia saat ini meningkat dibanding dari tahun lalu. Kapolda Metro Jaya., Irjen Putut Eko Bayuseno, di Mapolda Metro Jaya, Kamis (27/12), bahwa kenakalan remaja, mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Pada tahun 2011 tercatat 30 kasus, sementara pada tahun 2012 terjadi 41 kasus. Artinya naik sebanyak 11 kasus atau meningkat 36,66 persen. WBP.(2012). Beberapa contoh kenakalan remaja yang saat ini banyak terjadi di Indonesia misalnya genk motor di kota-kota besar yang semakin meresahkan masyarakat, selain itu juga kenakalan remaja tawuran antar pelajar yang mengakibatkan banyak dampak yang sangat merugikan baik secara moril mapun materiil, bahkan tidak jarang sampai mengakibatkan korban tewas. Dari banyaknya kasus kenakalan remaja yang terjadi saat ini tidak jarang disebabkan karena faktor dari 1

2 orang tua, karena orang tua yang justru tidak memiliki banyak waktu untuk anak-anaknya dengan alasan sebagai pembenaran. Mereka cukup tahu bahwa anak bersikap manis di rumah, sehingga mereka memilih untuk tutup mata dan menjadi tidak tahu bagaimana perilaku anak di luar rumah. Orang tua yang sibuk memenuhi kebutuhan secara ekonomi menjadi tidak tahu-menahu (tidak mau tahu) anak mereka kemana, bergaul dengan siapa saja, juga apa saja yang dilakukan mereka. Siwi (2012). Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah Juvenile delinquency. Juvenile berasal dari bahasa Latin juvenilis, yang artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja, sedangkan delinquent berasal dari bahasa latin delinquere yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau peneror, durjana dan lain sebagainya. Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anakanak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga

3 tindak kriminal. (Kartono, 2003). Kenakalan remaja atau delinkuensi menurut White (dalam Setyowati, 1999) adalah sebuah istilah hukum yang menunjuk pada remaja (biasanya di bawah usia 18 tahun) yang melakukan perbuatan kriminal atau menampilkan variasi perilaku yang secara spesifik tidak termasuk ke dalam hukum kriminal seperti membolos, melanggar jam belajar, lari dari rumah, melakukan hubungan seks di luar nikah, menyalahgunakan alkohol dan obat terlarang. Dari pengertian diatas dapat dijadikan batasan dalam penelitian ini. Menurut Kartono (1999), pada usia ini remaja sedang memasuki tahap perkembangan remaja pertengahan yaitu usia 15-18 tahun, dimana remaja sedang memasuki bangku SMA. Pada usia ini remaja sedang mengalami proses pencarian jati diri, mempunyai keinginan untuk kencan, remaja juga memiliki rasa cinta yang mendalam, serta pada masa ini remaja sedang mengembangkan kemampuan berfikir abstrak dan juga suka berkhayal tentang aktifitas seks. Karaktristik remaja tersebut membuat remaja rentang untuk melakukan perilaku kanakalan remaja. Misalnya : remaja suka berkhayal mengenai aktifitas seks ketika remaja memiliki keinginan untuk melakukan hubungan seks maka remaja akan melampiaskan dengan membaca buku porno, melihat film-film porno dan juga melakukan hubungan seks

4 dengan lawan jenis baik dengan pacar atau pergi ketempat pelacuran. Kenakalan-kenakalan remaja saat ini tentunya membawa dampak atau efek yang sangat berpengaruh untuk diri remaja itu sendiri atapun orang-orang disekitarnya. Kenakalanyang dilakukan remaja membawa dampak atau akibat salah satunya bagi diri remaja itu sendiri dan sangat merugikan baik fisik dan mental, walaupun perbuatan itu dapat memberikan suatu kenikmatan akan tetapi itu semua hanya kenikmatan sesaat saja. Kenakalan yang dilakukan yang dampaknya bagi fisik yaitu seringnya terserang berbagai penyakit karena karena gaya hidup yang tidak teratur. Sedangkan dalam segi mental maka pelaku kenakalan remaja tersebut akan cenderung membuat mental-mental yang lembek, berfikirnya tidak stabil dan kepribadiannya akan terus menyimpang dari segi moral dan akhirnya akan menyalahi aturan etika dan estetika. Hal itu kan terus berlangsung selama tidak ada yang mengarahkan. Naely (2012) Selain merugikan diri sendiri kenakalan remaja juga dapat berdampak bagi keluarga, Anak merupakan penerus keluarga yang nantinya dapat menjadi tulang punggung keluarga apabila orang tuanya tidak mampu lagi bekerja. Para orang tua apabila anaknya berkelakuan menyimpang dari ajaran agama akan berakibat terjadi ketidak harmonisan

5 didalam keluarga, komunikasi antara orang tua dan anak akan terputus. Tentunya ini sangat tidak baik, sehingga mengakibatkan anak remaja sering keluar malam dan jarang pulang serta menghabiskan waktunya bersama temantemannya untuk bersenang-senang dengan jalan minumminuman keras, mengkonsumsi narkoba dan narkotika. Menyebabkan keluarga merasa malu serta kecewa atas apa yang telah dilakukan oleh remaja. Yang mana kesemuanya itu hanya untuk melampiaskan rasa kekecewaannya saja terhadap apa yang terjadi dalam kehidupannya (xxdrgn.blogspot.com). Kenakalan remaja juga dapat memberikan dampak bagi lingkungan masyakat. Di dalam kehidupan bermasyarakat sebenarnya remaja sering bertemu orang dewasa atau para orang tua, baik itu ditempat ibadah ataupun ditempat lainnya, yang mana nantinya apapun yang dilakukan oleh orang dewasa ataupun orang tua itu akan menjadi panutan bagi kaum remaja. Apabila remaja sekali saja berbuat kesalahan dampaknya akan buruk bagi dirinya, dan keluarga. Ini akan membuat masyarakat menganggap remajalah yang sering membuat keonaran, mabuk-mabukkan ataupun mengganggu ketentraman masyarakat mereka dianggap remaja yang memiliki moral rusak. Pandangan masyarakat tentang sikap remaja tersebut akan jelek, untuk merubah semuanya menjadi normal kembali membutuhkan waktu yang lama dan hati yang penuh keikhlasan. (xxdrgn.blogspot.com).

6 Pada beberapa kasus kenakalan remaja bisa terjadi karena banyak tekanan yang dirasakan remaja yang datangnya dari luar diri remaja itu sendiri seperti kondisi keluarga yang tidak menyenangkan, perceraian orangtua, kurangnya komunikasi antar anggota keluarga, pertengkaran dengan saudara sekandung dan kesulitan ekonomi yang dialami keluarga. Di lingkungan sekolah juga banyak hal yang menimbulkan tekanan pada remaja seperti pekerjaan rumah yang berlebihan, guru yang tidak menyenangkan, ataupun ketidak senangan pada salah satu mata pelajaran. Tekanan lain datang dari ketidak cocokan dengan teman sebaya, perselisihan dengan teman sebaya ataupun teman sebaya yang membawa dampak negatif (Mutia, 2009). Remaja memiliki karakteristik yang pada umumnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga seringkali ingin mencoba-coba, menghayal, dan merasa gelisah serta berani melakukan pertentanggan jika dirinya disepelekan atau tidak dianggap. Untuk itu, mereka sangat memerlukan pengarahan, keteladanan, konsistensi serta komunikasi yang tulus dan empatik dari orang dewasa (Hurlock, 1991). Ketika remaja sedang mengalami kebingungan dalam hidupnya, remaja memerlukan dukungan sosial keluarga terutama orang tua untuk membantu mengambilkan jalan yang terbaik ketika menghadapi berbagai perubahan-perubahan baik ataupun lingkungannya. Memberikan bimbingan agar rasa ingin

7 tahunya yang tinggi dapat terarah kepada kegiatan-kegiatan yang positif, kreatif, produktif dan tidak menjurus pada perilaku-perilaku yang negatif, misalnya mencoba narkoba, minum-minuman keras, penyalahgunaan obat, atau perilaku seks pranikah yang berakibat terjadinya kehamilan (Sukamto dalam Ali & Ashori, 2000). Menurut Pierce (dalam Kail & Cavanaugh 2000) mendefinisikan dukungan sosial sebagai sumber emosional, informasional atau pendampingan yang diberikan oleh orangorang disekitar individu untuk menghadapi setiap permasalahan dan krisis yang terjadi sehari-hari dalam kehidupan. Diamtteo (1991) mendefinisikan dukungan sosial sebagai dukungan atau bantuan yang berasal dari orang lain seperti teman, keluarga, tetangga, teman kerja dan orangorang lainnya. Gottlieb (dalam Smet, 1994) menyatakan dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal maupun non verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang didapat karena kehadiran orang lain dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima. Remaja yang mendapat dukungan dari keluarga berkeyakinan bahwa mereka disayangi, diperhatikan, akan mendapat bantuan dari orang lain bila mereka membutuhkannya (Santrock, 2003). Hartanti (2000) mengatakan apabila remaja mendapat dukungan keluarga akan mengalami berkurangnya kelelahan emosi dan stress

8 sehingga remaja menjadi tidak sedih lagi, tidak merasa kecewa dan mendapatkan masukan-masukan untuk masalah yang sedang dihadapi, akibatnya remaja akan mampu menyelesaikan masalah dengan sikap yang positif. Pada sebuah penelitian, diketahui bahwa remaja dapat menangani stres dengan lebih baik bila mereka memiliki hubungan yang dekat dan penuh kasih sayang dengan ibu mereka (Wagner, dkk dalam Santrock,2003). Dari uraian diatas peneliti ingin meneliti apakah ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan kecenderungan kenakalan remaja tengah pada siswa SMA Theresiana Salatiga. Di SMA Theresiana juga diketahui bahwa siswa-siswa disana melakukan kenakalan remaja seperti membolos, terlambat dan tidak mematuhi peraturan tata terbib sekolah yang ada serta beberapa siswa diketahui suka minum-minuman keras diluar jam sekolah. Hasil wawancara yang peneliti dapatkan dari salah satu guru di sana mengatakan bahwa ketika orang tua dipanggil untuk datang ke sekolah karena anak melakukan pelanggaran disekolah, orang tua tidak ada respon apapun dan tidak datang ke sekolah untuk memenuhi surat panggilan dari sekolah. Kenakalan remaja yang terjadi di sekolah ini memang tidak tampak di lingkungan sekolah, karena jumlah siswa yang sedikit maka untuk anak melakukan kenakalan remaja itu juga sangat kecil karena mendapat pemantauan dari

9 pihak sekolah secara langsung, selain itu siswa sungkan untuk melakukan kenakalan di lingkungan sekolah seperti membolos atau datang terlambat, hal ini di tuturkan salah satu guru disana. Secara administrasi pun tidak ada laporan secara tertulis untuk anak-anak yang membolos atau melanggar tata tertib sekolah yang lainnya karena siswa langsung mendapat teguran dari guru dan wali kelas, kalau memang sudah terlalu banyak pelanggaran yang dilakukan oleh siswa atau dengan kata lain anak tidak mau menurut maka akan mendapat pemanggilan dari bagian kesiswaan untuk mendpat bimbingan secara pribadi. Jika hal ini masih tidak mendapat respon dari siswa maka siswa akan mendapat surat peringgatan yang ditujukan kepada orang tua untuk datang ke sekolah. Siswa-siswa SMA Theresiana memang tidak banyak yang melakukan kenakalan remaja di lingkungan sekolah seperti yang di utarakan oleh guru-guru disana, tapi pada kenyataannya mereka justru melakukan kenakalan diluar lingkungan sekolah seperti merokok, minum-minuman keras, kebut-kebutan dijalan dan juga ada beberapa yang sudah melakukan hubungan intim dengan pacar mereka. Hal ini bisa terjadi karena siswa tidak mendapat pemantauan dari orang tua maupun guru-guru mereka (wawancara siswa 16-02-2013). Hasil penelitian sebelumnya oleh Mutia (2009) dengan judul Hubungan Antara Dukungan Sosial keluarga

10 dengan kecenderungan kenakalan remaja menunjukkan hasil korelasi sebesar r = -0,492; p = 0,000 (p < 0,01) yang artinya ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara dukungan keluarga dengan kecenderungan kenakalan remaja. Hasil penelitian diatas berbeda dengan hasil wawancara yang peneliti dapatkan dari salah satu orang tua yang anaknya melakukan kenakalan remaja seperti membolos, sering tidak pulang kerumah, suka minum-minuman kerasdan juga tidak memiliki rasa hormat kepada orang tua. Orang tua menyatakan bahwa sebenarnya ia selalu mendukung setiap kegiatan sekolah anak, memberikan fasilitas yang diperlukan oleh anak, remaja tersebut juga di sekolah kan di sekolah yang favorit. Orang tua juga senangtiasa memberikan kasih sayang dan perhatian kepada remaja tersebut, tetapi anak masih melakukan kenakan remaja. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan kecenderungan kenakan remaja tengah di SMA Theresiana Salatiga. B. Rumusan Masalah Penelitian ini ingin mengetahui apakah terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan kecenderungan kenakalan remaja di SMA Theresiana Salatiga.

11 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan kecenderungan kenakalan remaja di SMA Theresian Salatiga. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi perkembangan ilmu psikologi khususnya psikologi pendidikan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada. Hal ini dilakukan dengan cara memberi tambahan data empiris yang telah teruji secara ilmiah mengenai hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan kecenderungan kenakalan remaja 2. Manfaat praktis a. Bagi orang tua Melalui penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi para orang tua agar memberikan dukungan sosial kepada anak-anak mereka yang berusia remaja agar anak tidak melakukan kenakalan remaja.

12 b. Bagi sekolah 1) Melalui penelitian ini diharapkan sekolah-sekolah dapat lebih bijaksana dalam menanggapi kenakalan yang dilakukan oleh remaja. 2) Melalui penelitian ini diharapkan sekolah-sekolah dapat membuat kegiatan-kegiatan yang positif yang mengembangkan kemampuan siswa kearah yang positif. c. Bagi peneliti Melalui penelitian ini peneliti dapat memahami fenomena kenakalan remaja yang terjadi di masyarakat serta memberikan dukungan sosial terhadap para remaja yang berada di lingkungan peneliti. d. Bagi siswa Melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat memahami dampak dari kenakalan-kenakalan remaja.