BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mampu mengimbangi pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. ingin membuat usaha tetapi kekurangan dana dalam pembuatan usaha mereka.

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi stabilitas nasional, ekonomi dan politik, yang imbasnya

f f f i I. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi hasrat dan keinginan maupun cita-citanya, bantuan dana ini dikenal

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Keuangan

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

I. PENDAHULUAN. bidang nasional dan ekonomi. Di mana dalam suatu proses perubahan tersebut haruslah

PROFIL UEK-SP SUMA MANDIRI

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengimbangi pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. muncul dalam kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat di negeri yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Batas Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Masyarakat Miskin ( ) Presentase Penduduk Miskin. Kota& Desa Kota Desa

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN DANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahasan utama dalam penelitian ini. Minimnya lapangan pekerjaan, pembangunan

P E N D A H U L U A N

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. danusahanya sudah berjalan sejak tahun Pada tanggal 20 Juli 2007

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Istilah kredit berasal dari bahasa yunani credere yang berarti kepercayaan

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. nasional telah menunjukkan bahwa kegiatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya seperti Indonesia. Kemiskinan seharusnya menjadi masalah

I. PENDAHULUAN. orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. menerus di bidang fisik, ekonomi dan lingkungan sosial yang dilakukan oleh

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. 4.1 Gambaran Umum kelurahan Simpang Baru Kondisi Geografis Kelurahan Simpang Baru

I. PENDAHULUAN. miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. dengan permodalan yang lemah. Hal ini disebabkan oleh aktivitas ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. adalah menyangkut pengentasan kemiskinan dan pengangguran. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan telah memuat jutaan anak-anak tidak bisa merasakan pendidikan yang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK

BUPATI PAKPAK BHARAT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial

BAB I PENDAHULUAN. namun masih banyak terjadi ketimpangan-ketimpangan secara sosial ekonomi.

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/39/PBI/2005 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN TEKNIS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. mengambil kebijakan dan langkah-langkah pembangunan yang proposional. 1

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Ketahanan ekonomi merupakan syarat mutlak bagi kemakmuran sebuah

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG

Menimbang: a. bahwa Koperasi dan Usaha Kecil memiliki peran dan

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

2 masyarakat hukum serta keserasian dan sinergi dalam pelaksanaan pengaturan dan kebijakan mengenai desa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaiman

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN. perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

WALIKOTA TASIKMALAYA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya berbagai macam masalah di dalam kehidupan masyarakat seperti terjadinya PHK pada buruh kontrak, jumlah pengangguran yang semakin meningkat dan menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan banyak masyarakat yang bekerja pada usaha mikro, yaitu dengan membuka usaha wiraswasta kecil-kecilan seperti usaha warung harian, membuat kerajinan hasil daur ulang sampah, berbagai olahan makanan, menjahit pakaian dan sebagainya. Dalam usaha mikro tersebut pada umumnya masyarakat menggunakan dana sosial yang bersumber dari pinjaman keluarga, tetangga, retenir dan bahkan ada yang meminjam dana dari bank dengan bunga yang cukup tinggi. Kesulitan dana adalah masalah yang paling dirasakan masyarakat dalam mengembangkan usaha masyarakat, jeritan dari masyarakat sering di dengar karena tidak semua masyarakat bisa mendapatkan pinjaman dengan mudah, terutama bagi masyarakat yang tergolong miskin sangat kesulitan memperoleh pinjaman dikarenakan ketidakpercayaan dari pihak pemberi pinjaman bahwa mereka dapat mengembalikan pinjaman tersebut. Kita memiliki modal sumber daya alam yang berlimpah dan penduduk yang banyak, hal itu memungkinkan ekonomi bergulir di dalam negeri dengan pertumbuhan yang baik. Krisis ekonomi global saat ini mengajarkan bahwa negara-negara yang tidak punya sumber daya alam dan mengandalkan ekonomi 1

2 negaranya dari industri dan perdagangan internasional nampak sangat kesulitan menghadapi krisis yang terjadi. Maka dengan anugerah sumber daya alam yang berlimpah itu, ekonomi rakyat kita harus dapat tumbuh subur dan berakar kuat di dalam negeri. Sumber daya tropis kita yang melimpah ini tidak boleh dijual begitu saja, kita harus mengolahnya untuk mendapatkan nilai tambah dan juga menciptakan lapangan kerja. Di situ, usaha mikro ekonomi memiliki peluang yang besar untuk membangun daya saing yang tinggi dengan produk-produk industri kecil/rumah tangga, seni dan kerajinan. Sedikit sentuhan teknologi dan pengemasan dengan unsur budaya yang unik akan menambah daya saing ekspor kita (Aburizal Bakri dalam Kusmuljono: 2009) Provinsi Riau memiliki sumber daya alam yang melimpah namun tahun demi tahun tingkat kemiskinan masih tinggi yang bukan hanya diakibatkan oleh kemiskinan alami saja, tetapi disebabkan keadaan dimana kebijakan pembangunan yang tidak memihak kepada orang miskin. Kondisi seperti ini diperlukan suatu kebijakan yang kompeten untuk menanggulangi kemiskinan melalui berbagai macam program-program yang diluncurkan pemerintah dan dibutuhkan semangat serta kemauan kaum miskin untuk memerangi kemiskinan tersebut. Program-program yang dibuat oleh pemerintah harus dapat menciptakan kesempatan kerja produktif, pengembangan kapasitas administrasi pembangunan, kontruksi pembangunan, peningkatan kegiatan ekonomi produktif rakyat dan penanggulangan dampak negatif krisis. Perkembangan jumlah penduduk miskin di Provinsi Riau mulai tahun 2005 sampai tahun 2012 (dalam juta jiwa) dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

3 Tabel 1.1 Perkembangan Penduduk Miskin di Provinsi Riau Tahun Jumlah Penduduk Miskin Persentasi 2005 600,4 Ribu Jiwa 12,51% Dari Total Penduduk 2006 338,6 Ribu Jiwa 564,9% Dari Total Penduduk 2007 575,5 Ribu Jiwa 11,20% Dari Total Penduduk 2008 566,7 Ribu Jiwa 10,63% Dari Total Penduduk 2009 527,5 Ribu Jiwa 9,48% Dari Total Penduduk 2010 500,3 Ribu Jiwa 8,65% Dari Total Penduduk 2011 482,1 Ribu Jiwa 8,47% Dari Total Penduduk 2012 483,1 Ribu Jiwa 8,22% Dari Total Penduduk Sumber: BPS, Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2012 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk miskin di propinsi Riau yang paling banyak adalah pada tahun 2005 sebanyak 12,51% dari total penduduk 600,4 ribu jiwa. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit adalah pada tahun 2012 sebanyak 8,22%. Untuk mengatasi persoalan kemiskinan, dituntut keterlibatan semua pihak dan komitmen yang tinggi dari seluruh komponen baik pemerintah maupun masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat sejalan dengan prinsipnya untuk menjalankan otonomi seluas-luasnya. Peranan pemerintah daerah dalam memacu pembangunan dalam berbagai program strategis dan rutinitas sangat penting untuk kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan ini sangat diperlukan suatu proses pemberdayaan, dimana keberdayaan suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh proses pemberdayaan dan dipengaruhi oleh berbagai faktor

4 pendukung sebagai prasyarat. Diantaranya adalah faktor pendidikan, kesehatan, penguasaan akses sumber-sumber kemajuan ekonomi dan faktor sosial budaya. Kombinasi dari berbagai faktor tersebut secara serasi akan membentuk suatu kekuatan yang memungkinkan suatu masyarakat dapat bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri dalam kondisi apapun untuk mencapai tujuan hidupnya sehingga dapat hidup dengan sejahtera. Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi masyarakat secara maksimal untuk dapat bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri agar masyarakat dapat bebas dari kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian baik dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan politik. Visi Program Pemberdayaan Desa (PPD) yaitu mewujudkan masyarakat Riau yang sejahtera dan mandiri sejalan dengan Visi Riau 2020. PPD adalah satu bentuk program penanggulangan kemiskinan sebagai upaya untuk menyelesaikan masalah rendahnya kesejahteraan rakyat yang merupakan kewajiban pemerintah sesuai agenda utama Pembangunan Nasional sebagaimana tertuang dalam Program Pembangunan Nasional (Propernas), serta dalam Keputusan Gubernur Riau Nomor 592/IX/2004. Adapun Misi PPD yaitu: 1. Mempercepat penanggulangan kemiskinan melalui pengembangan ekonomi masyarakat dengan pemberian Dana Usaha Desa/Kelurahan 2. Memperkuat kelembagaan masyarakat desa, 3. Mendorong pelembagaan sistem pembangunan partisipatif, 4. Mendorong peran aktif dinas sektoral untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat desa/kelurahan.

5 Sejak tahun 2005 Pemerintahan provinsi Riau telah menetapkan arah program kerja yaitu pengentasan kemiskinan dan kebodohan serta pembangunan infrastruktur yang diaplikasikan dengan berbagai macam program. Salah satu program yang dikembangkan oleh pemerintahan Provinsi Riau adalah Program Usaha Ekonomi Kelurahan-Simpan Pinjam (UEK-SP) yang didasari oleh Surat Keputusan Gubernur Riau No. Kpts 132/III/2005 yang mengeluarkan kebijakan untuk program pemberdayaan Desa/Kelurahan yang dituangkan secara tegas dalam pedoman umum dan petunjuk teknis serta menunjuk lokasi penerima bantuan Dana Usaha Desa/Kelurahan. Kemudian didukung dengan Peraturan Gubernur Riau Nomor: 21 tahun 2011 tentang Pedoman Umum dan Petunjuk Teknis Program Pemberdayaan Desa Provinsi Riau. Program Usaha Ekonomi Kelurahan Simpan Pinjam adalah salah satu program yang berperan membantu masyarakat dalam mengembangkan usaha untuk menambah penghasilan sebagai langkah penanggulangan kemiskinan. Hal ini diperkuat dengan komitmen untuk mengentaskan kemiskinan dan mempercepat pemecahan masalah kemiskinan yang dituangkan melalui Keputusan Presiden Nomor 124 Tahun 2001 tentang Pembentukan Komite Penanggulangan Kemiskinan dan diperkuat dengan Keppres Nomor 8 Tahun 2002 serta dengan adanya Undang-Undang No 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro. Sasaran program UEK-SP adalah anggota dan masyarakat yang memiliki usaha ekonomi produktif. Usaha ekonomi produktif meliputi seluruh kegiatan usaha baik perorangan ataupun kelompok yang merupakan prakarsa dari masyarakat sendiri untuk meningkatkan taraf hidupnya melalui perdagangan, pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan jasa.

6 Masyarakat dapat mengembangkan kegiatan usahanya melalui kegiatan usaha perorangan atau dalam bentuk kelompok. Kedua usaha ini difasilitasi oleh Pendamping Desa (PD) dan mempunya i kesempatan yang sama dalam mendapatkan pinjaman dana bergulir UEK-SP. Pendamping Desa adalah tenaga pendamping yang direkrut untuk membantu peningkatan kemampuan kelembagaan, perencanaan, pembangunan wilayah serta bantuan keahlian khusus dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan program. Pendamping Desa disebut juga dengan Fasilitator Program. Untuk usaha kelompok pinjaman dapat diberikan pada kelompok yang sudah terbentuk minimal 1 (satu) tahun dan anggotanya minimal 10 orang perkelompok dengan mempertimbangkan karakteristik individu dalam kelompok, kesamaan tujuan dan dalam wilayah yang berdekatan. Kelurahan Simpang Baru adalah salah satu kelurahan yang terpilih menjalankan Program Pemberdayaan Desa (PPD) yang dijalankan dalam bentuk pemberian Dana Usaha Desa/Kelurahan (DUD/K) yaitu melalui Usaha Ekonomi Kelurahan-Simpan Pinjam (UEK-SP) Panam Lestari. Untuk menjadi pemanfaat dana UEK-SP Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru melalui musyawarah di tingkat kelurahan menetapkan persyaratan utama yaitu masyarakat Kelurahan Simpang Baru yang berdomisili minimal 5 tahun di Kelurahan Simpang Baru. Adapun kegiatan yang dijalankan dalam Program UEK-SP Panam Lestari yaitu:

7 1. Kredit Modal Kerja Yaitu berupa pinjaman/kredit yang diberikan kepada masyarakat menengah kebawah yang memiliki atau akan memiliki usaha ekonomi produktif guna menunjang ketersediaan dana bagi pengembangan usahanya. 2. Kredit Mikro Yaitu berupa pinjaman/kredit yang diberikan kepada masyarakat miskin yang memiliki atau akan memiliki usaha ekonomi produktif atau konsumsi guna menunjang ketersediaan dana bagi pengembangan usahanya melalui dana simpanan pokok (SP) anggota UEK-SP Panam Lestari. 3. Program Pembinaan Yaitu berupa penyuluhan dan pembinaan yang dilakukan oleh pegawai UEK-SP Panam Lestari dengan cara datang langsung ke lokasi usaha yang dikelola pemanfaat UEK-SP Panam Lestari guna mengetahui usaha tersebut berkembang atau tidak serta diberikan pembinaan lebih lanjut. 4. Dana Bantuan Sosial Yaitu berupa dana tiap tahunnya yang dialokasikan kepada kegiatankegiatan sosial berdasarkan dana bagi hasil yang diperoleh. Kegiatan sosial tersebut dapat berupa bantuan kepada anak yatim, sumbangan masjid, beasiswa anak miskin berprestasi dan santunan kematian bagi pemanfaat dan pelaku UEK-SP Panam Lestari. Dari awal mula berdirinya UEK-SP Panam Lestari Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan pada tahun 2005, sudah banyak dana UEK-SP yang dimanfaatkan masyarakat dari berbagai jenis usaha, hal tersebut dapat dilihat dari Tabel pemanfaat dana UEK-SP Panam Lestari dibawah ini.

8 Tabel 1.2 Data Pemanfaat Dana UEK-SP Panam Lestari No Jenis usaha Jumlah Pemanfaat Jumlah Pinjaman Persentase 1 Perdagangan 466 3.064.500.000 66,9% 2 Pertanian 28 178.000.000 3,87% 3 Perkebunan 26 193.500.000 4,23% 4 Perikanan 8 45.000.000 0,98% 5 Peternakan 14 93.500.000 2,04% 6 Industri Kecil 30 218.500.000 4,77% 7 Jasa 108 786.500.000 17,17% Jumlah 680 4.579.500.000 100% Sumber Data: Kantor UEK Panam Lestari Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan 2012 Dari tabel 1.2 maka dapat diketahui bahwa masyarakat pemanfaat dana UEK-SP Panam Lestari di Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan paling banyak untuk perdagangan yaitu 466 orang dengan perguliran dana 66,9 persen, pertanian 28 orang dengan perguliran dana 3,87 persen, perkebunan 26 orang dengan perguliran dana 4,23 persen, peternakan 14 orang dengan perguliran dana 2,04 persen, industri kecil 30 orang dengan perguliran dana 4,77 persen, jasa 108 orang dengan perguliran dana 17,17 persendan paling sedikit perikanan 8 orang dengan perguliran dana 0,98 persen. Menurut sumber data dari kantor UEK-SP Panam Lestari Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan bahwa jumlah anggota pemanfaat dana UEK- SP Panam Lestari dari tahun 2008 hingga tahun 2012 mencapai 420 orang dengan pencairan dana dapat dilihat dalam tabel rekapitulasi pencairan dana UEK-SP Panam Lestari dibawah ini.

9 Tabel 1.3 Rekapitulasi Pemanfaat dan Pencairan DanaUEK-SP Panam Lestari No Tahun Jumlah pemanfaat Jumlah Pencairan 1 2008 82 624.000.000 2 2009 85 602.000.000 3 2010 95 659.000.000 4 2011 87 645.000.000 5 2012 71 555.000.000 Sumber Data: Jumlah 420 3.085.000.000 Kantor UEK Panam Lestari Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan 2012 Menurut tabel 1.3 diatas dapat dilihat pencairan dana UEK-SP Panam Lestari sejak tahun 2008 hingga tahun 2012 kepada nasabah atau pemanfaat dana sebesar Rp. 3.085.000.000. Mengingat besarnya nilai program UEK-SP yang dicairkan pertahunnya, maka akan dianalisis bagaimana efektifitas program tersebut dalam meningkatkan pendapatan keluarga umumnya dan di Kelurahan Simpang Baru khususnya. Diharapkan melalui penelitian ini akan diketahui bagaimana Program UEK-SP tersebut dapat meningkatkan pendapatan keluarga di Kelurahan Simpang Baru. Selanjutnya dalam pelaksanaan UEK-SP di Kelurahan Simpang Baru masih ditemui beberapa kendala, seperti masih banyaknya penunggakan pembayaran kredit oleh masyarakat terutama pada saat tahun ajaran baru dan musim lebaran. Hal ini dapat kita lihat dalam tabel 1.4 dibawah ini.

10 Tabel 1.4 Rekapitulasi Tunggakan Pengembalian Pinjaman Dana UEK-SP No Kolektibilitas Orang Tunggakan 1 1-2 bulan 37 Rp 18.563.333 2 3-4 bulan 18 Rp 28.176.217 3 5-6 bulan 9 Rp 14.552.262 4 > 6 bulan 38 Rp 158.252.755 Jumlah 102 Rp 219.544.567 Sumber Data: Kantor UEK Panam Lestari Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan 2012 Dari tabel 1.4 diatas dapat dilihat bahwa masih banyak penunggakan pembayaran kredit oleh pemanfaat. Penunggakan paling tinggi terjadi setelah bulan ke enam atau bertepatan dengan pergantian tahun ajaran yaitu 38 orang dengan total tunggakan Rp. 219.544.567. Hal ini dapat menimbulkan kredit macet yang dapat mengganggu kegiatan simpan pinjam dan berdampak pada persiapan dana UEK-SP Panam Lestari untuk digulirkan pada peminjam selanjutnya karena dana yang dipinjamkan kepada masyarakat bersumber dari pengembalian pinjaman dari pemanfaat dana tersebut. Berdasarkan rekapitulasi laporan akhir tahun dalam Musyawarah Kelurahan Pertanggung Jawaban Tahunan (MKPT) tahun 2013 Usaha Ekonomi Kelurahan-Simpan Pinjam (UEK-SP) Panam Lestari tingkat pengembalian pokok pinjaman berjumlah Rp. 238.181.800 (dua ratus tiga puluh delapan juta seratus delapan puluh satu ribu delapan ratus rupiah) dengan perguliran dana hingga akhir tahun 2013. Sementara sisa pinjaman pada anggota berjumlah Rp. 48.218.200 (empat puluh delapan juta dua ratus delapan belas ribu dua ratus rupiah).

11 Berdasarkan tinjauan peneliti dilapangan, penulis mendapatkan bahwa masih banyak permasalahan-permasalahan dalam mencapai efektifitas program UEK-SP di kelurahan Simpang Baru sebagai berikut: 1. Program UEK-SP Panam Lestari belum seutuhnya dapat menyentuh masyarakat yang berekonomi lemah, karena masih banyak ditemukan Dana UEK-SP dimanfaatkan oleh masyarakat ekonomi kelas menengah keatas dengan usaha yang sudah maju. 2. Masih banyak masyarakat yang terkendala dalam mengembalikan pinjaman dikarenakan usaha yang dikelola masih banyak yang belum berkembang yang berakibat pada penunggakan. 3. Program pembinaan yang seharusnya dilakukan oleh pegawai UEK-SP Panam Lestari untuk mengontrol dan membina masyarakat dalam mengelola usahanya belum berjalan optimal. Sementara pelaksanaan program UEK-SP dimaksudkan untuk mendorong kegiatan perekonomian masyarakat kelurahan yang berpenghasilan rendah agar dapat melakukan pengembangan usaha dengan melakukan pinjaman lunak kepada lembaga keuangan mikro UEK-SP dengan suku bunga ringan dan proses yang tidak berlarut-larut, serta untuk menghindarkan masyarakat dari praktek retenir yang sangat memberatkan masyarakat. Berdasarkan data dan gejala yang ada di atas, serta mengingat pentingnya program Usaha Ekonomi Kelurahan Simpan-Pinjam yang dapat menekan angka pengangguran, kemiskinan dan membantu masyarakat yang kekurangan modal sehingga dapat menambah penghasilan melalui usaha-usaha produktif, maka diperlukan penelitian lebih jauh mengenai:

12 Analisis Efektifitas Program Usaha Ekonomi Kelurahan Simpan- Pinjam (UEK-SP) dalam meningkatkan Pendapatan Masyarakat Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang penulis jelaskan pada latar belakang masalah, maka penulis menetapkan permasalahan yang akan diteliti yaitu Bagaimana efektifitas program Usaha Ekonomi Kelurahan-Simpan Pinjam (UEK-SP) dalam meningkatkan pendapatan masyarakat Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektifitas program Usaha Ekonomi Kelurahan-Simpan Pinjam (UEK -SP) dalam meningkatkan pendapatan masyarakat Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menambah pengetahuan peneliti terkait efektifitas pelaksanaan program Usaha Ekonomi Kelurahan Simpan-Pinjam (UEK -SP) di Kelurahan Simpang Baru 2. Untuk memberikan rekomendasi pada objek penelitian yaitu UEK-SP Panam Lestari. 3. Untuk menambah referensi perpusatakaan guna untuk penelitian selanjutnya.

13 1.5 Sistematika Penulisan Secara garis besar penulisan ini akan dipaparkan dalam enam pokok pembahasan ( bab) dari masing-masing bab ini dibagi dalam beberapa sub-sub sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini sebagai pendahuluan dimana penulis menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan masalah dan manfaat penelitian serta diakhiri dengan sistematika penulisan. BAB II : TELAAH PUSTAKA Pada bab ini penulis mengemukakan berbagai teori;yang berhubungan dengan penelitian ini, yang akan dapat mengemukakan variabel penelitian. BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab ini penulis akan mengemukakan tentang lokasi penelitian, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, metode pengumpulan data dan analisa. BAB IV : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Pada bab ini penulis menjelaskan kondisi geografis kantor UEK-SP dan Kelurahan Simpang Baru yang menyangkut sejarah berdirinya kantor, gambaran umum wilayah, struktur organisasi dan aktivitas kantor.

14 BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang analisis efektifitas program Usaha Ekonomi Kelurahan (UEK -SP) dalam meningkatkan pendapatan masyarakat kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. BAB VI : PENUTUP Pada bab ini merupakan bab penutup, dimana pada bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran yang berguna bagi instansi.