HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Andisol

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

IV. HASIL PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sifat Umum Tanah Masam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

DASAR-DASAR ILMU TANAH

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DASAR-DASAR ILMU TANAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

II. TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sawah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH

PEMBERIAN KOTORAN SAPI PADA PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays): PERUBAHAN BEBERAPA SIFAT KIMIA DAN FRAKSI FOSFOR INORGANIK PADA ANDISOL LEMBANG, JAWA BARAT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

Lampiran 1 Prosedur Analisis ph H2O dengan ph Meter Lampiran 2. Prosedur Penetapan NH + 4 dengan Metode Destilasi-Titrasi (ppm)=

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ektrak KCl 1 N : Sebanyak 74,55 g kristal KCl dilarutkan ke dalam labu takar 1000 ml dengan akuades.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

METODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

KORELASI ANTARA SIFAT-SIFAT TANAH DENGAN KETERSEDIAAN K TANAH PADA TANAH-TANAH YANG DIDOMINASI MINERAL LIAT SMEKTIT. Rasional

Latar Belakang. Kalium merupakan salah satu hara makro setelah N dan P yang diserap

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih

LAMPIRAN. Lampiran 1 Kandungan dan Dosis Pupuk

Perbaikan Sifat Tanah dengan Dosis Abu Vulkanik Pada Tanah Oxisols

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

PEMBERIAN KOTORAN SAPI PADA PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays): PERUBAHAN BEBERAPA SIFAT KIMIA DAN FRAKSI FOSFOR INORGANIK PADA ULTISOL GUNUNG SINDUR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah

DASAR ILMU TA AH Ba B b 5 : : S i S fa f t t K i K mia T a T nah

III. BAHAN DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi

JERAPAN Na +, NH 4 +, DAN Fe 3+ PADA TANAH-TANAH YANG DIDOMINASI MINERAL LIAT SMEKTIT. Rasional

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data hasil analisis laboratorium parameter kalium tukar dari tiap titik sampel. Kontrol I II III

PENGKLASlFlKASPIBN TANAN SEGARBl TEKNIK BERDASARKAN KQEFlSlEN JERAPAB P (KJP) LATOSOL DAN PODSOLIK MERAW KUNlbUG

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

Tabel Lampiran 1. Sifat Fisik Tanah pada Lokasi Tambang Batubara Site Binungan Sebelum Ditambang. Tekstur

I. PENDAHULUAN. Fosfor (P) merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah

PENDAHULUAN. Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

Tanah Ultisol di Indonesia menempati areal yang cukup luas, yaitu sekitar. 42,3 juta ha (Sri Adiningsih et a/, 1997; Rochayati et a/, 1997).

II. TINJAUAN PUSTAKA. P tersedia adalah P tanah yang dapat larut dalam air dan asam sitrat. Bentuk P

MATERI-7. Unsur Hara Makro: Kalium (K)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBERIAN KOTORAN SAPI PADA PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays): PERUBAHAN FRAKSI FOSFOR INORGANIK PADA ULTISOL GUNUNG SINDUR, JAWA BARAT

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada

4.1. Bahan Induk Tanah, Komposisi Mineral dan Sifat-Sifat Tanah Sawah

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan Tanah Ultisol dan Upaya Mengatasinya

BAHAN DAN METODE. (Gambar 1. Wilayah Penelitian) penelitian dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis di laboratorium.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisikokimia Andisol Lembang Data sifat fisikokimia tanah Andisol Lembang disajikan pada Tabel 1. Status hara dinilai berdasarkan kriteria yang dipublikasikan oleh Pusat Penelitian Tanah (1983). Tabel 1. Sifat Fisikokimia Andisol Lembang. Analisis Metode Hasil Status Hara ph H 2 0 ph meter 5.8 Masam C-organik(%) Walkley & Black 6.06 Sangat Tinggi P-Bray I (mg kg -1 ) Bray I 80.8 Sangat Tinggi P total (mg kg -1 ) Pengabuan basah 4783 Sangat Tinggi N-total (%) Kjeldahl 0.44 Sedang Ca (cmol kg -1 ) NH 4 OAc ph 7 2.64 Rendah Mg (cmol kg -1 ) NH 4 OAc ph 7 0.34 Rendah K (cmol kg -1 ) NH 4 OAc ph 7 0.10 Rendah Na (cmol kg -1 ) NH 4 OAc ph 7 0.21 Rendah KTK (cmol kg -1 ) NH 4 OAc ph 7 30.1 Tinggi KB(%) NH 4 OAc ph 7 10.9 Rendah Al (cmol kg -1 ) KCl Tt H (cmol kg -1 ) KCl 0.37 Pasir (%) 23.3 Debu (%) 51.9 liat (%) 24.9 Tt: tidak terukur

14 Berdasarkan data Tabel 1, Andisol Lembang termasuk tanah yang tergolong masam dengan nilai ph yang rendah yaitu sekitar 5.8. Kadar bahan organik pada tanah Andisol Lembang ini yaitu (6.06% x 1.74 = 10.54%) sangat tinggi di atas rata-rata nilai bahan organik pada umumnya yang tersedia pada tanah mineral, yang hanya ada sekitar 3 5 % (Harjowigeno, 1987). Tingginya C-organik pada kedalaman 0-20 cm merupakan tipikal Andisol pada umumnya karena C-organik diikat oleh mineral liat alofan sehingga dekomposisi lebih lambat (Wada dan Aomine, 1974). Status KTK pada tanah ini tergolong tinggi sedangkan KB berada pada kategori rendah hal ini menunjukan bahwa ketersediaan kation basa pada Andisol Lembang rendah. Tingginya KTK tanah disebabkan karena tingginya muatan bergantung ph pada Andisol. Pada penelitian ini penetapan KTK dilakukan dengan NH 4 OAc ph 7. Berdasarkan analisis P-Bray 1 tingkat ketersediaan P pada tanah ini tergolong sangat tinggi, dengan nilai 81 mg kg -1 dan hasil analisis P total diperoleh nilai 4783 mg kg -1. Hal ini membuktikan bahwa P di Andisol Lembang sangat terakumulasi akibat dari pemupukan yang intensif yang berlangsung selama bertahun-tahun. Tingginya P total pada Andisol Lembang tersebut memungkinkan untuk dilakukan penambangan P yang tererap pada komplek erapan Andisol Lembang. 4.2. Fraksionasi P Sebelum Perlakuan Silikat. Percobaan fraksionasi P ialah analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi fraksi-fraksi P. Metode fraksionasi yang digunakan adalah metode Tiessen and Moir (1993). Dalam penelitian ini fraksi fraksi yang ditetapkan adalah fraksi inorganik di mana fraksi-fraksi tersebut adalah resin-p i, NaHCO 3 -P i, NaOH-P i, dan HCl-P i. Fraksionasi sebelum diberi perlakuan silikat dilakukan untuk melihat distribusi P pada tiap-tiap fraksi pada Andisol Lembang sebelum diberi perlakuan silikat. Ekstraksi dengan resin dilakukan satu kali untuk melihat P inorganik yang tersedia bagi tanaman.

15 Hasil fraksionasi P inorganik disajikan pada Tabel 2. Nilai P untuk resin- P i, NaHCO 3 -P i, NaOH-P i dan HCl-P i berturut-turut adalah 98, 391, 968, dan 790 mg kg -1. Tabel 2. Fraksionasi P Sebelum Perlakuan Silikat. Resin-P i NaHCO 3 -P i NaOH-P i HCl-P i mg kg -1... 98 391 968 790 Nilai P inorganik (jumlah resin-p i, NaHCO 3 -P i dan HCl-P i ) adalah 2247 mg kg -1. Nilai tersebut lebih tinggi dari tanah Andisol yang berada di Diguillin dan Ralun Chilli yaitu 1758 dan 901 mg kg -1 (Escudey, 2004) dan juga tanahtanah dataran tinggi lainnya (Hartono et al., 2006). Dari hasil fraksionasi P Andisol Lembang P terakumulasi sebagian besar pada fraksi NaOH-P i (Al-P dan Fe-P) dan HCl-P i (Ca-P). 4.3. Percobaan Succesive Resin Extraction jumlah kumulatif P yang dilepaskan dengan menggunakan metode successive resin extraction disajikan pada Gambar 3. Untuk mengetahui pola pelepasan P pada tiap perlakuan data disimulasikan dengan persamaan First Order Kinetic seperti di bawah ini. 1 a adalah resin-p i maksimum yang dapat dilepaskan dan k adalah konstanta kecepatan pelepasan P. Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa perlakuan silikat meningkatkan pelepasan P. Semakin tinggi dosis silikat yang diberikan maka semakin tinggi pula nilai P yang dilepaskan. Total nilai resin-p i kumulatif dari

16 sepuluh kali ekstraksi dengan perlakuan S 0, S 1, S 2.5 dan S 5 secara berturut turut adalah 268, 460, 701 dan 961 mg kg -1. 1200 Nilai kumulatif Resin Pi (mg P kg 1) 1000 800 600 400 200 0 1 2.5 5 S 0 S 1 S 2.5 0 0 2 4 6 8 10 12 ekstraksi ke Gambar 3. Pola Pelepasan P dengan Menggunakan Successive Resin Extraction Pada perlakuan S 0 nilai pelepasan resin-p i berubah menjadi lebih landai pada ekstraksi yang ke-7. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pelepasan P oleh silikat dengan perlakuan S 0 menurun pada ekstraksi yang ke-7. Hal tersebut menggambarkan bahwa pada ekstarksi ke-7 P yang ditransformasikan oleh fraksi-fraksi P yang relative lebih kuat pada Andisol Lembang sudah berkurang signifikan. Hal yang berbeda terjadi pada perlakuan S 5, pada perlakuan tersebut kurva mulai melandai pada ekstraksi yang ke-9. Perbedaan kemampuan pelepasan ini menunjukkan bahwa silikat berhasil menggantikan posisi P pada erapan pada fraksi-fraksi Andisol Lembang melalui pertukaran ligan dan ion silikat dapat menurunkan energi ikatan oleh liat alofan dan mineral liat amorf lainnya sehingga nilai resin-p i kumulatif meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi perlakuan silikat pada tanah Andisol Lembang. Parameter persamaan first order kinetic disajikan pada Tabel 3.

17 Tabel 3. Parameter successive resin extraction. Perlakuan Silikat k (jumlah ekstraksi -1 ) a (mg P kg -1 ) R 2 S 0 0.442a 274a 0.999 S 1 0.311ab 479a 0.999 S 2.5 0.283bc 744b 0.998 S 5 0.248bc 1 050c 0.999 Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada uji Tukey (P<0.05) Perlakuan silikat secara statistik nyata meningkatkan nilai maksimum resin-p i yang dapat dilepaskan dan perlakuan silikat nyata menurunkan konstanta kecepatan pelepasan resin-p i dibandingkan tanpa perlakuan silikat. Dari persamaan first order kinetic didapat bahwa nilai resin-p i maksimum yang dapat dilepaskan oleh perlakuan S 0, S 1, S 2.5 dan S 5 berturut-turut adalah 274, 479, 744 dan 1050 mg kg -1 dengan nilai konstanta k adalah 0.44, 0.31, 0.28 dan 0.25 jumlah ektraksi -1. Peningkatan nilai resin maksimum mencapai nilai tertinggi pada perlakuan S 5, dan nilai resin-s 5 lebih tinggi 500 persen dari pada tanah yang tidak diberi perlakuan. Hal ini sejalan dengan penelitian Hartono (2007) bahwa silikat mampu mentransformasikan P yang diikat oleh hidrus oksida Al dan Fe menjadi resin-pi yang secara biologi tersedia bagi tanaman. Hal ini membuktikan bahwa silikat dapat berkompetisi untuk menggantikan posisi P pada komplek erapan. Lee dan Kim (2007) melaporkan bahwa peningkatan perlakuan silikat mengurangi kekuatan erapan P pada tanah. Dengan berkurangnya energi ikatan erapan P maka P yang tererap dapat dilepaskan. Pemberian silikat pada Andisol Lembang juga menyebabkan peningkatan ph pada tiap perlakuannya. Peningkatan ph tanah setelah perlakuan silikat pada Andisol Lembang menurunkan energi ikatan erapan P pada Andisol. Penurunan energi ikatan ini menyebabkan P lebih lebih mudah digantikan dengan silikat (Elsheikh, 2009).

18 Tabel 4. Nilai ph Setelah Perlakuan Silikat Perlakuan ph S 0 6.5 S 1 6.7 S 2.5 6.7 S 5 7.0 Dari hasil percobaan successive resin extraction didapatkan hasil bahwa dengan semakin meningkat dosis silikat maka semakin tinggi resin-p i yang dapat dilepaskan. 4.4. Fraksionasi P Setelah Succesive Resin Extraction Hasil fraksionasi Andisol Lembang setelah percobaan Succesive Resin Extraction disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Fraksionasi P setelah Percobaan Successive Resin Extraction. fraksionasi P Setelah Ekstraksi Perlakuan NaHCO 3 -P i NaOH-P i HCl-P i..mg kg -1. S 0 316 851 689 S 1 238 758 583 S 2.5 282 682 461 S 5 175 614 494

19 Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai NaHCO 3 -P i, NaOH-P i dan HCl-P i berkurang dibandingkan dengan fraksionasi sebelum diberi perlakuan silikat (Tabel 2). Hal ini menunjukan bahwa P yang dilepaskan sebagian besar berasal dari tiga fraksi tersebut. Pada perlakuan silikat, penurunan fraksi-fraksi tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan kontrol. Dapat dilihat pada Tabel 5, fraksi NaOH-P i merupakan fraksi yang masih memiliki sisa nilai resin-p i yang paling besar diikuti oleh fraksi HCl-P i lalu NaHCO 3 -P i. Penurunan fraksionasi sebelum diberi perlakuan silikat dengan fraksionasi akhir tertinggi dapat dilihat pada fraksi NaOH-P i dengan perlakuan S 5 dimana penurunan mencapai 353 mg kg -1. Hal ini berbeda jauh dengan tanah yang tidak diberi perlakuan, tanah yang tidak diberi perlakuan mengalami penurunan nilai resin-p i sebesar 117 mg kg -1 setelah dilakukan successive extraction sebanyak sepuluh kali. Namun secara keseluruhan penurunan nilai resin-p i meningkat seiring dengan peningkatan perlakuan silikat. Dengan tingginya pengurangan nilai pada tiap fraksi menunjukkan bahwa silikat berhasil mendesak keluar fosfor dari jerapan fraksi-fraksi tersebut. Tabel 6. Recovery Fraksi-fraksi P Inorganik Tiap Perlakuan Setelah Percobaan Successive Resin Extraction Recovery P Perlakuan NaHCO 3 -P i NaOH-P i HCl-P i resin-p i Kumulatif Total..mg kg -1 Fraksi awal 391 968 790 98 2247 S 0 316 851 689 268 2124 S 1 238 758 583 460 2040 S 2.5 282 682 461 701 2127 S 5 204 615 494 961 2274

20 Recovery P pada percobaan ini disajikan pada Tabel 6. Pada Tabel 6 total nilai fraksi P inorganik (jumlah nilai resin-p i Kumulatif, NaHCO 3, NaOH-P i dan HCl-P i ) pada kontrol dan perlakuan silikat relatif tidak jauh berbeda, adanya perbedaan dalam total nilai fraksi P inorganik disebabkan oleh dinamika transformasi P. Nilai total fraksi P inorganik yang lebih kecil dibandingkan dengan fraksionasi sebelum diberi perlakuan silikat pada perlakuan S 0, S 1, dan S 2.5 disebabkan oleh dinamika transformasi P menjadi bentuk fraksi lain yang dalam percobaan ini tidak ditetapkan. Hartono (2007) melaporkan bahwa perlakuan silikat dapat mentransformasi P inorganik menjadi P organik karena aktifitas organisme tanah. Sementara lebih besarnya total fraksi P inorganik pada perlakuan S 5 dikarenakan kemungkinan sebagian P organik juga bertransformasi menjadi resin-p i. Persentase kontribusi fraksi NaHCO 3 -P i, NaOH-P i dan HCl-P i terhadap kumulatif resin-p i yang dilepaskan disajikan pada Tabel 7. Pada Tabel 7 fraksi NaOH-P i dan HCl-P i memberikan kontribusi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan fraksi NaHCO 3 -P i baik pada kontrol dan perlakuan silikat. Kedua fraksi NaOH dan HCl-Pi memberikan kontribusi sekitar 40 % dari total kumulatif resin- P i yang dilepaskan. Hasil ini menunjukkan bahwa fraksi NaOH-P i (Al-P dan Fe-P) dan HCl-P i (Ca-P) merupakan fraksi yang menjadi sumber resin-p i. Jika dalam larutan resin-p i berkurang maka fraksi-fraksi P tersebut dapat melepaskan P menjadi resin-p i. Tabel 7. Persentase Kontribusi Fraksi NaHCO 3 -Pi, NaOH-Pi dan HCl-Pi Terhadap Total Kumulaif Resin-P i Perlakuan NaHCO 3 -P i NaOH-P i HCl-P i.%... S 0 28 44 38

21 S 1 33 46 45 S 2.5 16 41 47 S 5 19 42 34 Tabel 7 menunjukkan kontribusi fraksi-fraksi dalam menyumbangkan P pada pelepasan erapan tanah. Fraksi tanah yang paling banyak menyumbangkan P pada perlakuan S 0 adalah fraksi NaOH-P i sebesar 44 persen dari total ekstraksi yang dihasilkan. Hal ini berlaku juga pada perlakuan S 1 dan S 5 masing-masing menyumbang 46 dan 42 persen dari total nilai resin-p i yang diekstrak pada tiap perlakuan. Perlakuan S 2.5 menunjukkan hasil yang berbeda, perlakuan ini mendapat sumbangan P terbesar yang berasal dari fraksi HCl-P i sebesar 47 persen. Tetapi perbedaan kontribusi fraksi HCl-P i dengan fraksi NaOH-P i relatif tidak jauh berbeda. Pada perlakuan S 2.5 kontribusi resin-p i mengalami penurunan persentase hal ini diakibatkan karena kemungkinan P yang dilepaskan lebih banyak pada fraksi lain seperti fraksi HCl-P i. Secara keseluruhan kontribusi fraksi HCl-P i dan NaOH-P i menyumbang masing-masing 41 dan 43 persen. Hal ini membuktikan bahwa fraksi NaOH-P i dan HCl-P i menjadi fraksi penyumbang sumber P pada ekstraksi resin-p i Andisol Lembang.