1.I. Latar Belakang Dalam memasuki millennium ke-tiga, bangsa lndonesia dihadapkan pada tantangan sekaligus peluang untuk menjadi bangsa yang maju, makmur dan berkeadilan. Sementara itu dalam jangka pendek lndonesia harus mampu keluar dari krisis ekonomi yang melilit bangsa lndonesia sejak pertengahan 1997, yang terjadi akibat adanya penerapan kebijakan ekonomi makro yang kurang tepat, yakni kebijakan yang lebih mengembangkan sektor industri dengan teknologi tinggi dan mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap bahan baku impor. Untuk menghadapi ha1 tersebut, pemerintah melakukan re-orientasi kebijakan ekonomi makro yang lebih memberikan perhatian kepada pengembangan industri berbasis sumberdaya alam, yang merupakan keunggulan yang dimiliki lndonesia. Ekspor non migas dari. tahun ke. tahun terus berperan dalam penerimaan devisa negara, antara lain dari hasil sektor perikanan yang pada saat krisispun masih cukup tinggi sumbangannya terhadap devisa negara. Komoditas perikanan lndonesia yang diekspor adalah udang, tunalcakalang, rumput laut, kerang-kerangan, kepiting, ikan hias, uburubur dan mutiara. Pada tahun 1998-2001, udang dan ikan merupakan penyumbang devisa terbesar dalam kelompok hasil sektor pertanian, yaitu sebesar 37,35% dari sekitar US $ 3.653,5 juta ( BPS, 2001). Sementara itu dengan
perolehan devisa sebesar US $ 1,74 milyar pada tahun 2000 lndonesia telah menjadi negara penghasil dan pemasok ikan terbesar kelima di dunia (Dahuri, 2003). lndonesia yang dua pertiga wilayahnya berupa lautan rnerniliki potensi eknonomi yang sangat besar. Sumberdaya kelautan merupakan sumberdaya yang senantiasa dapat pulih (renewable resources) sehingga dapat dimanfaatkan secara berkesinambungan apabila dikelola secara arif. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di lndonesia tahun 2001, rnenurut hasil kajian Kornisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya lkan (2002), baru mencapai 4,06 juta.ton/tahun, atau sekitar 63,49% dari potensi lestarinya yang diperkirakan sebesar 6,4 juta tonltahun. Berdasarkan data tersebut pemanfaatan potensi sumberdaya ikan di masa datang masih dapat ditingkatkan. Untuk mendorong peningkatan pemanfaatan sumberdaya ikan sebagai penghela utama pembangunan ekonomi nasional, perlu didukung oleh peningkatan prasarana perikanan berupa pelabuhan perikanan dan fasilitas pendukung lainnya, seperti fasilitas bongkar muat, penanganan dan pengolahan hasil perikanan.serta pemasaran. Oleh sebab itu pemerintah membentuk Perum Prasarana Perikanan Samudera (Perurn PPS) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berdasarkan PP No.2 tahun 1990 dan selanjutnya disempurnakan dengan PP no. 23 tahun 2000 dengan tugas untuk mengelola pelabuhan perikanan untuk
menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum sekaligus memupuk keuntungan 1.2. ldentifikasi Masalah Sejalan dengan semakin berkurangnya sumberdaya alam dan jasa lingkungan di daratan yang disebabkan antara lain oleh meningkatnya jumlah penduduk, maka dorongan untuk memanfaatkan sumberdaya kelautan dan perikanan saat ini dan di masa datang cenderung semakin meningkat. Keberadaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang besar merupakan peluang bagi sumber pertumbuhan ekonomi nasional dan wahana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun demikian, permasalahan dan kendala yang dihadapi juga cukup besar antara lain masalah penangkapan ikan ilegal, pencemaran, dan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang belum memadai. Selain itu, keberadaan sarana prasarana pendukung seperti pelabuhan perikanan juga masih diliputi berbagai kekurangan, baik dari segi kapasitas maupun kualitas pelayanannya. Apabila peluang dan prospek yang terbuka dapat dimanfaatkan dengan sebaik baiknya, maka sektor kelautan dan perikanan layak untuk dijadikan andalan pertumbuhan ekonomi di masa depan. Selama lima tahun terakhir (1997-2001) Perum PPS menunjukkan laba setelah pajak yang positif yaitu sebesar rata-rata Rp 2.417.226.454 setiap tahun ( Laporan Keuangan Perum PPS, 2002 ). Akan tetapi ha1 ini bukan disebabkan oleh kemampulabaan usaha yang tinggi melainkan
lebih disebabkan oleh adanya pendapatan luar usaha dan penyesuian tarif jasa pelayanan. Di lain pihak, pembangunan prasarana perikanan yang kemudian dikelola secara profesional oleh Perum PPS telah mendorong pertumbuhan investasi di sekitar kawasan pelabuhan. Hal ini juga ditopang oleh kondisi ekonomi yang membaik serta situasi keamanan yang berangsur pulih menciptakan iklim berusaha yang membaik sehingga mendorong masyarakat untuk melakukan investasi, termasuk di sektor perikanan. Berbagai investasi swasta terkait dengan usaha perikananpun tumbuh dan berkembang di kawasan Perum PPS, seperti yang beroperasi di Perum PPS Cabang Jakarta, yaitu usaha pengadaan es oleh PT. Safritindo Dwi Santosa, dalam usaha fasilitas ruang pendingin oleh PT. Timur Jaya Cold Unit IV dan PT. Kedamaian Marine Product and Cold Storage. Demikian pula usaha perbengkelan yang dikelola masyarakat berkembang subur di kawasan Perum PPS. Perkembangan usaha di sektor perikanan sebagaimana diuraikan di atas merupakan salah satu dampak positif dari keberadaan Perum PPS, akan tetapi sekaligus usaha yang dilakukan oleh swasta tersebut menjadi pesaing bagi Perum PPS itu sendiri. Perum PPS sejak berdiri sampai saat ini mampu menunjukkan kinerja yang baik. Namun dalam menghadapi persaingan yang ketat perlu dilakukan pembenahan di berbagai bidang manajemen untuk peningkatan efisiensi, transparansi, dan profesionalisme di dalam pengelolaan dan
pengembangan usaha. Melalui.pembenahan di berbagai bidang manajemen, diharapkan dapat dicapai sasaran-sasaran berikut ini. a. Terwujudnya kompetensi inti selektif yang sifatnya cepat menghasilkan dan menguntungkan sesuai kondisi cabang perusahaan b. Terwujudnya cabang-cabang perusahaan yang mandiri dan dapat memupuk keuntungan c. Tercapainya skala usaha yang optimal dan efisien d. Terwujudnya penguasaan dan peran yang lebih besar untuk usaha tertentu di lokasi otoritas perusahaan e. Terealisasinya pendekatan kemampuan konsumen dan efisiensi usaha. Salah satu pembenahan penting yang ingin dilakukan oleh Perum PPS adalah pengembangan unit unit usaha sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar layanan jasa prasarana perikanan kepada konsumen dapat diselenggarakan secara lebih efisien, dan profesional sehingga dapat memberikan kontribusi yang optimal kepada negara. 1.3. Perumusan Masalah Pengembangan unit usaha perusahaan prasarana perikanan dalam mendukung program pembangunan di bidang perikanan, perlu didasari oleh kajian-kajian secara menyeluruh dan mendalam terhadap berbagai
aspek yang menjadi faktor penentu tingkat kinerja seluruh unit usaha tersebut. Oleh karena itu perlu disusun rumusan masalah sebagai berikut. a. Pertanyaan manajemen Strategi apa yang sebaiknya 'dilakukan oleh Perum PPS dalam mengembangkan unit usaha yang dikelolanya. b. Pertanyaan riset 1. Bagaimana posisi kinerja Perum PPS secara korporasi 2. Bagaimana portofolio unit-unit usaha pokok yang dikelola oleh Perum PPS. c. Pertanyaan investigasi Faktor-faktor apa saja yang sangat berpengaruh terhadap kinerja Perum PPS dalam mengelola unit usahanya. d. Pertanyaan pengukuran Bagaimana kondisi faktor internal dan eksternal Perum PPS 1.4. Tujuan Penelitian Sebagaimana perumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut. a. Mengetahui faktor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi kinerja Perum PPS. b. Memperoleh rumusan strategi yang layak dilaksanakan oleh Perum PPS untuk mengembangkan unit-unit usaha yang dikelolanya.
1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. a. Mernberikan masukan kepada pimpinan puncak dan menengah di Kernenterian Badan Usaha Milik Negara dan Departemen Kelautan dan Perikanan dalam rangka menentukan kebijakan bagi pengembangan Perum PPS di masa datang. b. Mernberikan persepsi yang utuh dan lengkap kepada masyarakat perikanan (stakeholders) sehingga dapat diharapkan dukungan penuh dari rnereka bagi berkembangnya Perum PPS.