Dalam memasuki millennium ke-tiga, bangsa lndonesia dihadapkan. pada tantangan sekaligus peluang untuk menjadi bangsa yang maju,

dokumen-dokumen yang mirip
demikian potensi yang dimiliki Indonesia dalam bidang kelautan sangat besar, utamanya antara lain perikanan (tangkap) laut dan biota laut,

Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

lkan tuna merupakan komoditi yang mempunyai prospek cerah di dalam perdagangan internasional. Permintaan terhadap komoditi tuna setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis

BAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan investasi atau penanaman modal merupakan salah satu kegiatan

Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan sektor industri yang berbasis sektor agribisnis sangat

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi di dalam memasok total kebutuhan konsumsi protein di Indonesia,

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sumberdaya perikanan merupakan tumpuan harapan pembangunan. ekonomi, karena kurang dari dua pertiga wilayah Indonesia terdiri dari lautan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

tambahan bagiperekonomian Indonesia (johanes widodo dan suadi 2006).

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

% dengan laju pertumbuhan positif sebesar 0,67 % (BPS, 2000). Selain

BAB I PENDAHULUAN. tulang punggung dunia dalam memasok pangan dunia terutama dari sektor

KONTRIBUSI UNTUK INDONESIA POROS MARITIM DUNIA. Kerangka Rencana Strategis Perum Perindo

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

1 PENDAHULUAN. Kenaikan Rata-rata *) Produksi

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RINGKASAN EKSEKUTIF. vii. LAKIP 2015 Dinas Kelautan dan Perikanan

BAB I PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi menimbulkan persaingan antarbangsa yang semakin. tajam terutama dalam bidang ekonomi serta bidang i1mu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. makmur. Untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara material dan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

BAB l PENDAHULUAN. memiliki daya saing yang relatif baik sehingga dinilai belum mampu

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. ditujukan kepada pengembangan industri yang berbasis pertanian dan

BAB I. Pendahuluan. Indonesia terletak di wilayah Jawa Tengah, yaitu Pelabuhan Tanjung Emas

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. ekor/tahun dan terdiri dari 240 jenis ikan hias air laut (marine ornamental fish)

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PELABUHAN TANGLOK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN SAMPANG TUGAS AKHIR (TKP 481)

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. ikan atau nelayan yang bekerja pada subsektor tersebut.

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 1970-an, Indonesia mengandalkan hutan sebagai penopang

Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

Potensi penangkapan ikan dari tahun ke tahun cenderung mengalami

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA. Ketahanan Pangan. Dalam Kerangka Revitalisasi Pertanian, Perikanan, Kehutanan

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Kondisi krisis perekonomian yang berlanjut pada kr~sis multi dimens~ di

ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar yang ada di wilayah Asia Tenggara.

I. PENDAHULUAN. melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Metode pengumpulan data

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, meratakan pendapatan dan meningkatkan hubungan antara daerah.

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penguatan Minapolitan dan Merebut Perikanan Selatan Jawa

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

Transkripsi:

1.I. Latar Belakang Dalam memasuki millennium ke-tiga, bangsa lndonesia dihadapkan pada tantangan sekaligus peluang untuk menjadi bangsa yang maju, makmur dan berkeadilan. Sementara itu dalam jangka pendek lndonesia harus mampu keluar dari krisis ekonomi yang melilit bangsa lndonesia sejak pertengahan 1997, yang terjadi akibat adanya penerapan kebijakan ekonomi makro yang kurang tepat, yakni kebijakan yang lebih mengembangkan sektor industri dengan teknologi tinggi dan mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap bahan baku impor. Untuk menghadapi ha1 tersebut, pemerintah melakukan re-orientasi kebijakan ekonomi makro yang lebih memberikan perhatian kepada pengembangan industri berbasis sumberdaya alam, yang merupakan keunggulan yang dimiliki lndonesia. Ekspor non migas dari. tahun ke. tahun terus berperan dalam penerimaan devisa negara, antara lain dari hasil sektor perikanan yang pada saat krisispun masih cukup tinggi sumbangannya terhadap devisa negara. Komoditas perikanan lndonesia yang diekspor adalah udang, tunalcakalang, rumput laut, kerang-kerangan, kepiting, ikan hias, uburubur dan mutiara. Pada tahun 1998-2001, udang dan ikan merupakan penyumbang devisa terbesar dalam kelompok hasil sektor pertanian, yaitu sebesar 37,35% dari sekitar US $ 3.653,5 juta ( BPS, 2001). Sementara itu dengan

perolehan devisa sebesar US $ 1,74 milyar pada tahun 2000 lndonesia telah menjadi negara penghasil dan pemasok ikan terbesar kelima di dunia (Dahuri, 2003). lndonesia yang dua pertiga wilayahnya berupa lautan rnerniliki potensi eknonomi yang sangat besar. Sumberdaya kelautan merupakan sumberdaya yang senantiasa dapat pulih (renewable resources) sehingga dapat dimanfaatkan secara berkesinambungan apabila dikelola secara arif. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di lndonesia tahun 2001, rnenurut hasil kajian Kornisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya lkan (2002), baru mencapai 4,06 juta.ton/tahun, atau sekitar 63,49% dari potensi lestarinya yang diperkirakan sebesar 6,4 juta tonltahun. Berdasarkan data tersebut pemanfaatan potensi sumberdaya ikan di masa datang masih dapat ditingkatkan. Untuk mendorong peningkatan pemanfaatan sumberdaya ikan sebagai penghela utama pembangunan ekonomi nasional, perlu didukung oleh peningkatan prasarana perikanan berupa pelabuhan perikanan dan fasilitas pendukung lainnya, seperti fasilitas bongkar muat, penanganan dan pengolahan hasil perikanan.serta pemasaran. Oleh sebab itu pemerintah membentuk Perum Prasarana Perikanan Samudera (Perurn PPS) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berdasarkan PP No.2 tahun 1990 dan selanjutnya disempurnakan dengan PP no. 23 tahun 2000 dengan tugas untuk mengelola pelabuhan perikanan untuk

menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum sekaligus memupuk keuntungan 1.2. ldentifikasi Masalah Sejalan dengan semakin berkurangnya sumberdaya alam dan jasa lingkungan di daratan yang disebabkan antara lain oleh meningkatnya jumlah penduduk, maka dorongan untuk memanfaatkan sumberdaya kelautan dan perikanan saat ini dan di masa datang cenderung semakin meningkat. Keberadaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang besar merupakan peluang bagi sumber pertumbuhan ekonomi nasional dan wahana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun demikian, permasalahan dan kendala yang dihadapi juga cukup besar antara lain masalah penangkapan ikan ilegal, pencemaran, dan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang belum memadai. Selain itu, keberadaan sarana prasarana pendukung seperti pelabuhan perikanan juga masih diliputi berbagai kekurangan, baik dari segi kapasitas maupun kualitas pelayanannya. Apabila peluang dan prospek yang terbuka dapat dimanfaatkan dengan sebaik baiknya, maka sektor kelautan dan perikanan layak untuk dijadikan andalan pertumbuhan ekonomi di masa depan. Selama lima tahun terakhir (1997-2001) Perum PPS menunjukkan laba setelah pajak yang positif yaitu sebesar rata-rata Rp 2.417.226.454 setiap tahun ( Laporan Keuangan Perum PPS, 2002 ). Akan tetapi ha1 ini bukan disebabkan oleh kemampulabaan usaha yang tinggi melainkan

lebih disebabkan oleh adanya pendapatan luar usaha dan penyesuian tarif jasa pelayanan. Di lain pihak, pembangunan prasarana perikanan yang kemudian dikelola secara profesional oleh Perum PPS telah mendorong pertumbuhan investasi di sekitar kawasan pelabuhan. Hal ini juga ditopang oleh kondisi ekonomi yang membaik serta situasi keamanan yang berangsur pulih menciptakan iklim berusaha yang membaik sehingga mendorong masyarakat untuk melakukan investasi, termasuk di sektor perikanan. Berbagai investasi swasta terkait dengan usaha perikananpun tumbuh dan berkembang di kawasan Perum PPS, seperti yang beroperasi di Perum PPS Cabang Jakarta, yaitu usaha pengadaan es oleh PT. Safritindo Dwi Santosa, dalam usaha fasilitas ruang pendingin oleh PT. Timur Jaya Cold Unit IV dan PT. Kedamaian Marine Product and Cold Storage. Demikian pula usaha perbengkelan yang dikelola masyarakat berkembang subur di kawasan Perum PPS. Perkembangan usaha di sektor perikanan sebagaimana diuraikan di atas merupakan salah satu dampak positif dari keberadaan Perum PPS, akan tetapi sekaligus usaha yang dilakukan oleh swasta tersebut menjadi pesaing bagi Perum PPS itu sendiri. Perum PPS sejak berdiri sampai saat ini mampu menunjukkan kinerja yang baik. Namun dalam menghadapi persaingan yang ketat perlu dilakukan pembenahan di berbagai bidang manajemen untuk peningkatan efisiensi, transparansi, dan profesionalisme di dalam pengelolaan dan

pengembangan usaha. Melalui.pembenahan di berbagai bidang manajemen, diharapkan dapat dicapai sasaran-sasaran berikut ini. a. Terwujudnya kompetensi inti selektif yang sifatnya cepat menghasilkan dan menguntungkan sesuai kondisi cabang perusahaan b. Terwujudnya cabang-cabang perusahaan yang mandiri dan dapat memupuk keuntungan c. Tercapainya skala usaha yang optimal dan efisien d. Terwujudnya penguasaan dan peran yang lebih besar untuk usaha tertentu di lokasi otoritas perusahaan e. Terealisasinya pendekatan kemampuan konsumen dan efisiensi usaha. Salah satu pembenahan penting yang ingin dilakukan oleh Perum PPS adalah pengembangan unit unit usaha sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar layanan jasa prasarana perikanan kepada konsumen dapat diselenggarakan secara lebih efisien, dan profesional sehingga dapat memberikan kontribusi yang optimal kepada negara. 1.3. Perumusan Masalah Pengembangan unit usaha perusahaan prasarana perikanan dalam mendukung program pembangunan di bidang perikanan, perlu didasari oleh kajian-kajian secara menyeluruh dan mendalam terhadap berbagai

aspek yang menjadi faktor penentu tingkat kinerja seluruh unit usaha tersebut. Oleh karena itu perlu disusun rumusan masalah sebagai berikut. a. Pertanyaan manajemen Strategi apa yang sebaiknya 'dilakukan oleh Perum PPS dalam mengembangkan unit usaha yang dikelolanya. b. Pertanyaan riset 1. Bagaimana posisi kinerja Perum PPS secara korporasi 2. Bagaimana portofolio unit-unit usaha pokok yang dikelola oleh Perum PPS. c. Pertanyaan investigasi Faktor-faktor apa saja yang sangat berpengaruh terhadap kinerja Perum PPS dalam mengelola unit usahanya. d. Pertanyaan pengukuran Bagaimana kondisi faktor internal dan eksternal Perum PPS 1.4. Tujuan Penelitian Sebagaimana perumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut. a. Mengetahui faktor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi kinerja Perum PPS. b. Memperoleh rumusan strategi yang layak dilaksanakan oleh Perum PPS untuk mengembangkan unit-unit usaha yang dikelolanya.

1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. a. Mernberikan masukan kepada pimpinan puncak dan menengah di Kernenterian Badan Usaha Milik Negara dan Departemen Kelautan dan Perikanan dalam rangka menentukan kebijakan bagi pengembangan Perum PPS di masa datang. b. Mernberikan persepsi yang utuh dan lengkap kepada masyarakat perikanan (stakeholders) sehingga dapat diharapkan dukungan penuh dari rnereka bagi berkembangnya Perum PPS.