BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah jantan di Kabupaten Klaten

BAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN KAMBING KACANG JANTAN DI KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI. Oleh ARIES RAHARDIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

HASIL DAN PEMBAHASAN. koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab.

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Simmental Peranakan Ongole (SIMPO) B. Pertumbuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN KAMBING JAWARANDU JANTAN DI KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH SKRIPSI.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penetapan Lokasi Penentuan Umur Domba

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh,

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

III. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).

TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan Sapi Pedet

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Hasil Analisis Ukuran Tubuh Domba. Ukuran Tubuh Minimal Maksimal Rata-rata Standar Koefisien

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

PENDAHULUAN. tubuh yang akhirnya dapat dijadikan variable untuk menduga bobot badan. Bobot

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

I PENDAHULUAN. Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING IDENTIFIKASI UMUR DAN PERFORMANS TUBUH (DOMBA)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan hasil persilangan antara kambing Boer jantan

PENDAHULUAN. sapi Jebres, sapi pesisir, sapi peranakan ongole, dan sapi Pasundan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Kambing PE CV. Indonesia Multi Indah Farm Desa Sukoharjo Kecamatan

MATERI DAN METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. berkuku genap dan memiliki sepasang tanduk yang melengkung. Kambing

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan

SNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE)

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4-7 tahun sebanyak 33 ekor yang mengikuti perlombaan pacuan kuda

I. PENDAHULUAN. penting di berbagai agri-ekosistem. Hal ini dikarenakan kambing memiliki

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

EKTERIOR, PENENTUAN UMUR, PENANDAAN, PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN EVALUASI TERNAK POTONG. Oleh: Suhardi, S.Pt.,MP

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal

POLA PERTUMBUHAN KAMBING JAWARANDU BETINA DI KABUPATEN REMBANG (Growth Pattern of Female Jawarandu Goat in Rembang Regency)

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan Mei-Juli 2013 di

HUBUNGAN ANTARA UKURAN UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN KAMBING PERANAKAN ETAWAH JANTAN DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI. Oleh: ANDI VICTORI

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

IV PEMBAHASAN. yang terletak di kota Bekasi yang berdiri sejak tahun RPH kota Bekasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

PEMOTONGAN TERNAK (KAMBING)

TEKNIK PEMILIHAN BIBIT KAMBING DAN DOMBA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan setiap pukul WIB,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara

Penyimpangan Bobot Badan Dugaan Mohammad Firdaus A

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Perkembangan Sapi Perah Menurut Sudono et al. (2003), sapi Fries Holland (FH) berasal dari

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan sapi perah FH laktasi dengan total 100 ekor yaitu

HUBUNGAN ANTARA UKURAN UKURAN TUBUH TERHADAP BOBOT BADAN DOMBA WONOSOBO JANTAN DI KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong merupakan bangsa-bangsa kambing yang terdapat di wilayah Jawa Tengah (Dinas Peternakan Brebes dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, 2005). Ciri khas kambing Kacang adalah adanya benjolan sebesar kacang tanah di leher bagian atas (Muryanto et al., 2009). Ciri-ciri kambing Kacang yang lain adalah tanduk lurus atau melengkung sejajar dengan garis muka (seperti pedang) baik pada kambing jantan maupun betina dewasa, ujung ekor terbalik (mencuat) kearah atas, telinga pendek, tidak lebar dan mengarah ke depan (Muryanto et al., 2009; Pamungkas et al., 2007; Devendra dan Burns, 1994). Harjosubroto dan Astuti (1993) menggambarkan tanduk kambing Kacang jantan maupun betina mengarah ke belakang dan membelok ke luar. Muryanto et al. (2009) menyatakan kambing Kacang mempunyai jenggot baik pada jantan maupun betina dewasa, namun Pamungkas et al. (2007) menyatakan jenggot selalu terdapat pada jantan, sementara pada betina jarang ditemukan, lebih lanjut dijelaskan, kambing Kacang mempunyai leher pendek dan punggung melengkung, berbulu surai panjang dan kasar sepanjang garis leher, pundak, punggung sampai ekor. Devendra dan Burns (1994), menyatakan kambing Kacang memiliki ciri kepala kecil. Permatasari et al. (2013) menyatakan kambing Kacang adalah ternak pedaging yang dapat beranak tunggal atau kembar.

Bentuk telinga dan panjang telinga seekor ternak dapat dijadikan tanda dari suatu bangsa. Rataan panjang telinga kambing Kacang betina dewasa 9,48 ± 1,46 cm dan jantan dewasa 10,26 ± 1,68 cm dan tipe telinga adalah tegak (Setiadi et al., 1997). Lebih lanjut dijelaskan bahwa rataan panjang ekor kambing Kacang betina dewasa 11,90 ± 0,37 cm dan jantan dewasa 11,97 ± 0,57 cm. Setiadi (1985) menyatakan panjang ekor kambing Kacang adalah 11,50 ± 1,0 cm. Setiadi et al. (1997) menyatakan kambing lokal berdasarkan pola warna tubuh penyebarannya sangat beragam yaitu putih, coklat, hitam dan perpaduan dari ketiganya. Pamungkas et al. (2007) dan Setiadi et al. (1997) menyatakan kambing Kacang memiliki bulu pendek dan berwarna tunggal (putih, hitam atau coklat), tetapi ditemukan juga campuran ketiga warna tersebut. Permatasari et al. (2013) menyatakan kambing Kacang umumnya mempunyai warna bulu merah kecoklatan dan hitam. Berdasarkan penelitian Astuti et al. (1984) yang disitasi oleh Setiadi et al. (1997), warna tubuh dominan kambing Kacang di Kabupaten Purworejo adalah coklat (58,00%) dan hitam (32,00%) serta di Kabupaten Temanggung adalah coklat (50,00%) dan hitam (30,00%). 2.2. Pertumbuhan Definisi pertumbuhan yang paling sederhana adalah perubahan ukuran meliputi perubahan bobot badan, bentuk, dan komposisi tubuh termasuk perubahan komponen-komponen tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ dalam (Anggorodi, 1994). Basuki (2002) menyatakan pertumbuhan merupakan perubahan bentuk, dimensi linier dan komposisi tubuh dari ternak, termasuk perubahan komponen tubuh seperti jaringan tulang, otot, organ dan komponen

kimia. Pertumbuhan juga merupakan peningkatan masa badan per unit waktu atau gain. Perubahan bobot hidup merupakan akibat dari interaksi antara proses anabolisme dan katabolisme. Anggorodi (1994) menyatakan dalam masa pertumbuhan ada dua proses yang terjadi, yaitu pertumbuhan dan perkembangan, lebih lanjut dijelaskan bahwa pertumbuhan ialah pertambahan bobot badan atau ukuran tubuh sesuai dengan umur, sedangkan perkembangan berhubungan dengan adanya perubahan ukuran serta fungsi dari berbagai bagian tubuh semenjak embrio sampai menjadi dewasa. Tulloh (1978) menyatakan bobot ternak muda akan meningkat terus dengan laju pertambahan bobot badan yang tinggi sampai dicapainya pubertas. Setelah pubertas dicapai bobot badan meningkat terus dengan laju pertambahan bobot badan yang semakin menurun, dan akhirnya tidak terjadi peningkatan bobot badan setelah dicapai kedewasaan, pertumbuhan selanjutnya adalah pertumbuhan negatif atau tidak terjadi lagi penambahan bobot badan bahkan terjadi penurunan bobot badan karena umur yang tua. Toelihere (1985) menyatakan pubertas kambing/domba terjadi pada umur 6-12 bulan dengan rata-rata bobot badan 27-34 kg. Lukman et al. (1987) menyatakan pertambahan umur ternak sejalan dengan pertumbuhan tulang. Persentase tulang dalam tubuh ternak akan menurun dengan meningkatnya bobot badan seekor ternak, sedangkan persentase lemak dan urat daging akan meningkat seiring dengan meningkatnya bobot badan. Kurva Sigmoid dari ternak kambing ditunjukkan pada Ilustrasi 1.

Ilustrasi 1. Kurva Sigmoid ( Forrest et al., 1975 dalam Basuki 2002 ). Wodzicka-Tomaszewska et al. (1993) menyatakan laju pertumbuhan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan dan genetik. Sugeng (1998) menyatakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan kambing adalah ukuran tubuh dewasa (mature size). Selain itu, suhu yang tinggi pada musim panas yang panjang dapat mempengaruhi pertumbuhan, sebab suhu udara yang tinggi akan memperlambat proses metabolisme (pertukaran zat) di dalam tubuh sehingga mengganggu pertambahan bobot badan atau pertumbuhan, perbedaan antar musim (penghujan dan kemarau) akan berpengaruh terhadap ketersediaan pakan dan akan berakibat pula terhadap laju pertumbuhan ternak kambing (Setiadi, 1987 dalam Setiadi, 1996). Faktor lain yang mempengaruhi laju pertumbuhan anak kambing seperti umur waktu beranak (induk beranak pertama relatif kurang menghasilkan susu daripada yang lebih tua), musim beranak, tipe kelahiran (anak tunggal relatif mendapatkan susu banyak dari pada anak kembar), kebutuhan susu yang tercukupi dengan baik dari induknya dan ketersediaan pakan (Setiadi, 1996). Lebih lanjut dijelaskan oleh Tillman et al. (1984) bahwa ketersediaan pakan yang cukup dapat menjaga kelangsungan hidup

ternak dan pengurangan pakan akan memperlambat laju kecepatan pertumbuhan dan menyebabkan ternak mengalami penurunan bobot badan. Muryanto dan Setiadi (2006), menambahkan bahwa proses seleksi yang dilakukan peternak dengan cara menjual kambing yang berkualitas unggul sebelum mencapai usia dewasa, perkawinan sesama garis keturunan (inbreeding) dan pemberian pakan yang kurang memenuhi kebutuhan nutrisi ternak dapat mempengaruhi pertumbuhan ternak. 2.3. Ukuran-ukuran Tubuh dan Bobot Badan Bobot badan merupakan hasil penimbangan seekor ternak (Soenarjo, 1988). Bobot badan berhubungan dengan pertumbuhan dan karkas yang dihasilkan. Bobot badan dipengaruhi oleh sifat perdagingan, karkas dan kegemukan ternak, isi perut serta besarnya pertulangan kepala, kaki dan kulit. Umur dan jenis kelamin mempengaruhi bobot badan dan ukuran ternak. Bobot badan umumnya mempunyai hubungan positif dengan semua ukuran linier tubuh (Apriliyani, 2007). Sitepoe (2008) menyatakan bahwa bobot badan kambing Kacang dewasa antara 15-35 kg. Pendugaan bobot badan seekor ternak dapat dilakukan melalui pengukuran bagian tubuh tertentu, karena ukuran tubuh erat kaitannya dengan bobot badan. Yasmet (1986) menyatakan ukuran-ukuran tubuh ternak dapat berbeda satu sama lain. Apriliyani (2007) menyatakan bahwa ukuran-ukuran tubuh dapat digunakan untuk menggambarkan eksterior hewan sebagai ciri khas suatu bangsa. Harjosubroto dan Astuti (1993) menyatakan tinggi pundak, panjang badan, lingkar dada, lebar dada dan dalam dada perlu diketahui untuk melihat penampilan fisik

ternak. Pengukuran beberapa variabel ukuran-ukuran tubuh ternak yang responsif terhadap bobot badan dapat digunakan sebagai alternatif penentuan bobot badan ternak atau membuat rumus penduga bobot badan ternak (Yasmet, 1986; Apriliyani, 2007). Williamson dan Payne (1986) menyatakan pemakaian bermacam-macam ukuran-ukuran tubuh seperti lingkar dada, panjang badan, tinggi pundak, dan lebar dada sebagai penduga bobot badan ternak mempunyai ketelitian yang cukup baik. Korelasi (hubungan) antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan berbeda-beda, korelasi disebut positif apabila peningkatan satu sifat menyebabkan peningkatan pada sifat lain. Apabila satu sifat meningkat, sedangkan sifat lain menurun maka korelasinya disebut negatif (Apriliyani, 2007). Yasmet (1986) menyatakan ukuran-ukuran tubuh ternak mempunyai korelasi yang berbeda-beda terhadap bobot badan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa bobot badan umumnya mempunyai hubungan positif dengan semua ukuran linier tubuh. Zaman (1984) melaporkan bahwa korelasi bobot badan pada ternak kambing yang sedang tumbuh dengan lingkar dada sebesar 0,67, dalam dada sebesar 0,67 dan lebar dada sebesar 0,75. Apriliyani (2007) menyatakan bahwa ukuran linier tubuh yang berhubungan erat dengan bobot badan adalah lingkar dada dan panjang badan. Penelitian Lukman et al. (1987), terhadap 120 ekor kambing Kacang jantan dan betina yang berumur satu minggu sampai satu tahun menunjukkan bahwa ukuran tubuh ternak (lingkar dada, panjang badan, dalam dada, lebar dada, dan tinggi pundak) secara umum mempunyai hubungan yang sangat nyata (P<0,01) dengan bobot badan kambing Kacang. Panjang badan dan lingkar

dada merupakan penduga bobot badan yang terbaik untuk kambing Kacang jantan dan betina umur 0-3 bulan, sedangkan kambing Kacang umur 3-6, 6-9, dan 9-12 bulan, baik jantan maupun betina, variabel penduga bobot badan terbaik adalah lingkar dada. Koefisien korelasi antara bobot badan dengan lingkar dada kambing Kacang pada masing-masing tingkat umur tidak nyata (P>0,05) dipengaruhi oleh jenis kelamin. Pengaruh pengelompokkan umur pada koefisien korelasi antara bobot badan dengan lingkar dada kambing Kacang secara umum tidak nyata (P>0,05). Penelitian Hamayun et al. (2006), terhadap 86 ekor kambing Beetal baik jantan maupun betina yang berumur 0-36 bulan menunjukkan bahwa ukuran linier tubuh memiliki nilai korelasi yang tinggi dengan bobot hidup, sehingga dapat digunakan sebagai penduga bobot badan. Koefisien korelasi bobot badan dengan ukuran linier tubuh pada kambing Beetal pada masingmasing tingkat umur tidak nyata (P>0,05) dipengaruhi oleh jenis kelamin. 2.3.1. Tinggi pundak Tinggi pundak menggambarkan tulang penyusun kaki depan dan tulang penyusun punggung (Cole dan Garret, 1980), lebih lanjut dijelaskan panjang kaki tumbuh lebih awal dibandingkan dengan bagian tubuh lain secara keseluruhan. Isroli (2001) menyatakan ukuran tinggi pundak lebih ditentukan oleh tulang pembentuk tubuh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Trisnawanto et al. (2012) melaporkan bahwa setiap 1 cm kenaikan tinggi pundak pada kelompok gabungan umur dapat meningkatkan bobot badan Dombos jantan sebesar 0,69-0,77 kg dengan nilai korelasi sebesar 0,63 dan determinasi sebesar 40%.

2.3.2. Tinggi pinggul Tinggi pinggul menggambarkan tulang penyusun kaki sebagaimana terdapat pada tinggi pundak dan yang membedakan adalah tinggi pinggul sebagai penyusun kaki belakang (Cole dan Garret, 1980). Ukuran tinggi pinggul meningkat seiring pertambahan umur ternak. Setiadi et al. (1997) menyatakan ukuran tinggi pinggul dengan tinggi pundak relatif sama, pengaruh keragaman yang terjadi pada tinggi pundak berlaku sama pada ukuran tinggi pinggul. 2.3.3. Panjang badan Edey (1983) menyatakan panjang badan merupakan gambaran pertumbuhan tulang belakang yang terdiri dari tulang punggung, tulang pinggang dan tulang kelangkang. Ukuran panjang badan menunjukkan bahwa arah perkembangan vertebrata adalah sepanjang tulang punggung bagian depan ke belakang (Sudibyo, 1987). Lukman et al. (1987) menyatakan ukuran panjang badan dipengaruhi oleh pertumbuhan tulang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Trisnawanto et al. (2012) melaporkan bahwa setiap 1 cm kenaikan panjang badan pada kelompok gabungan umur dapat meningkatkan bobot badan Dombos jantan sebesar 0,71-0,77 kg dengan nilai korelasi sebesar 0,71 dan determinasi sebesar 50%. Nurhayati (2004) menyatakan bahwa bobot badan dan panjang badan memiliki korelasi yang positif dalam penelitian ternak domba Priangan jantan dan betina di Kabupaten Garut masing-masing 0,97 dan 0,87. Fourie et al. (2002) menyatakan bahwa nilai korelasi panjang badan terhadap bobot badan adalah 0,84.

2.3.4. Lingkar dada Apriliyani (2007) menyatakan bobot badan dan lingkar badan ternak semakin meningkat dengan bertambahnya umur ternak, laju pertumbuhan bobot badan lebih cepat daripada laju pertumbuhan lingkar dada. Herman et al. (1985) menyatakan lingkar dada mempunyai proses pertumbuhan terakhir, serta lingkar dada lebih mengikuti pertumbuhan bobot badan selama hewan tumbuh dibandingkan dengan ukuran tubuh lainnya. Darmadi yang disitasi oleh Suryana (2008) menyatakan lingkar dada lebih mempengaruhi bobot hidup dibandingkan panjang badan. Fourie et al. (2002) menyatakan bahwa semakin tinggi ukuran lingkar dada maka dapat dipastikan bahwa bobot badan akan meningkat pula, lebih lanjut dinyatakan bahwa nilai korelasi lingkar dada terhadap bobot badan adalah 0,93. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Trisnawanto et al. (2012) melaporkan bahwa setiap 1 cm kenaikan lingkar dada pada kelompok gabungan umur dapat meningkatkan bobot badan Dombos jantan sebesar 0,53-0,58 kg dengan korelasi sebesar 0,75 dan determinasi sebesar 56%. 2.3.5. Dalam dada Frandson (1993) menyatakan salah satu fungsi tulang rusuk adalah melindungi organ-organ penting seperti jantung dan paru-paru. Sudibyo (1987) menyatakan dalam ukuran-ukuran tubuh, perkembangan dalam dada mencerminkan kegemukan ternak, pertumbuhan dan penyusutan dalam dada dipengaruhi oleh pertumbuhan jaringan otot. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Trisnawanto et al. (2012) melaporkan bahwa setiap 1 cm kenaikan

dalam dada pada kelompok gabungan umur dapat meningkatkan bobot badan Dombos jantan sebesar 1,44-1,60 kg dengan nilai korelasi sebesar 0,71 dan determinasi sebesar 50%, lebih lanjut dijelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan dalam dada merupakan pencerminan pertumbuhan tulang rusuk. 2.3.6. Lebar pinggul Lebar pinggul merupakan jarak antara sisi terluar dari sendi paha (Harjosubroto dan Astuti, 1993). Toelihere (1985) menyatakan tulang-tulang pinggul merupakan struktur penyusun pelvis dan besarnya ukuran pelvis berbedabeda tergantung bangsa, umur dan besar hewan. Soenarjo (1988) menyatakan bentuk tubuh yang melebar di bagian belakang mengakibatkan rongga abdomen lebih luas, sehingga organ-organ dalamnya berfungsi dan berkembang dengan baik. 2.3.7. Lebar dada Lebar dada menggambarkan pertumbuhan tulang bahu dan rongga dada. Pertumbuhan tulang dada dipengaruhi oleh perkembangan organ-organ dalam dan perlekatan daging pada tulang bahu dan dada yang menekan kapasitas tubuh (Alipah, 2002). Zaman (1984) menyatakan bahwa semakin meningkatnya ukuran lebar dada maka bobot badan akan meningkat pula, hal ini disebabkan karena ternak berada pada masa pertumbuhan, sehingga ukuran tubuhnya akan bertambah ke arah samping. Yasmet (1986) menyatakan ukuran lebar dada dipengaruhi oleh perkembangan otot dan lemak tulang bahu pada kaki depan, dijelaskan lebih lanjut bahwa dengan meningkatnya ukuran lebar dada, maka bobot badan akan

meningkat pula. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Trisnawanto et al. (2012) melaporkan bahwa setiap 1 cm kenaikan lebar dada pada kelompok gabungan umur dapat meningkatkan bobot badan Dombos jantan sebesar 1,81-2,53 kg dengan nilai korelasi sebesar 0,72 dan determinasi sebesar 53%. 2.4. Pendugaan Umur Ternak Devendra dan McLeroy (1982) menyatakan kambing memiliki 4 pasang gigi seri. Gigi seri akan tanggal dan diganti dengan gigi seri tetap pada umurumur tertentu, proses tanggal dan pergantian gigi seri dapat dipakai sebagai pedoman dalam pendugaan umur. Lebih Lanjut dijelaskan, pergantian gigi seri ternak kambing terdiri dari beberapa tahap yaitu : 1) gigi seri masih utuh, umurnya kurang dari 1 tahun, 2) gigi seri pasangan pertama (dalam) tanggal dan berganti, umurnya 1-2 tahun, 3) gigi seri pasangan kedua (tengah dalam) tanggal dan berganti, umurnya 2-3 tahun, 4) gigi seri pasangan ketiga (tengah luar) tanggal dan berganti, umurnya 3-4 tahun, 5) semua gigi seri susu tanggal dan berganti, umurnya 4-5 tahun dan 6) semua gigi seri permanen sudah terasah/aus, umurnya lebih dari 5 tahun. Susunan gigi kambing sesuai umurnya dapat dilihat pada Ilustrasi 2. Umur Kurang dari 1 tahun Umur 1-2 tahun Umur 2-3 tahun Umur 3-4 tahun

Ilustrasi 2. Susunan Gigi Kambing Umur 0-4 Tahun (Muryanto dan Setiadi, 2006). 2.5. Pendugaan Bobot Badan Ternak Williamson dan Payne (1986) menyatakan pendugaan bobot badan ternak menggunakan ukuran-ukuran tubuh sering dilakukan, karena memiliki ketelitian cukup tinggi. Hal ini dikarenakan proses pertambahan bobot badan hampir bersamaan dengan perubahan bentuk tubuh. Terdapat beberapa rumus penduga bobot badan ternak yang menggunakan lingkar dada dan panjang badan (Rianto dan Purbowati, 2010) yaitu Schoorl, Denmark, Winter dan Arjodarmoko. Pendugaan bobot badan ternak menggunakan rumus Schoorl yakni dengan cara lingkar dada ditambah 22, dikuadratkan dan dibagi seratus. Rumus Denmark hampir mirip dengan rumus Schoorl, hanya saja konstantanya diganti dengan angka 18. Rumus Denmark banyak diterapkan sebagai pendugaan bobot badan ternak sapi di Denmark, sedangkan rumus Schoorl sudah mengalami penyesuaian untuk diterapkan dalam pendugaan bobot badan pada sapi-sapi di Indonesia. (Soenarjo, 1988). Pendugaan bobot badan dalam satuan pounds (lbs) menggunakan rumus lingkar dada dikalikan panjang badan dalam satuan inchi dibagi 300 (Williamson dan Payne, 1986). Arjodarmoko yang dikutip Soenarjo (1988) menyatakan bahwa rumus Winter dapat diubah satuannya dari pound dan inchi ke dalam kilogram (kg) dan sentimeter (cm) dengan faktor pembagi semula 300 diganti menjadi 10.000, lebih lanjut dijelaskan bahwa Rumus Schoorl dan Denmark seringkali digunakan walaupun memiliki tingkat kesalahan yang relatif tinggi. Sudono (2000) yang disitasi oleh Tristy (2009) menyatakan pendugaan

bobot badan (BB) selain menggunakan rumus, dapat juga menggunakan persamaan dengan ukuran lingkar dada (LD), yaitu k 2 + 2kLD + LD 2-100 BB = 0 yang dimodifikasi dari rumus Schoorl dan Denmark. Persamaan ini memungkinkan terbentuknya persamaan baru yang dapat digunakan untuk menduga bobot badan ternak secara lebih akurat. Persamaan ini dapat digunakan dengan menggunakan variabel ukuran-ukuran tubuh lain selain lingkar dada. Pada hasil penelitian Trisnawanto et al. (2012), diperoleh persamaan regresi untuk menduga bobot badan Domba Wonosobo melalui variabel ukuran tubuh. Dijelaskan lebih lanjut bahwa persamaan regresi untuk menduga bobot badan (BB) berdasarkan lingkar dada (LD), panjang badan (PB), tinggi pundak (TP), dalam dada (DD) dan lebar dada (LDD) pada kelompok gabungan umur berturutturut yaitu BB = 0,37 + 0,55 LD; BB = 2,59 + 0,38 PB; BB = 17,74 + 1,04 TP; BB = 0,78 + 1,52 DD; dan BB = 13,23 + 0,49 LDD.