BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM. Menerapkan keterampilan dasar mengajar dalam kegiatan belajar mengajar PAU-PPAI-UT 1

Keterampilan Dasar Mengajar (Generic Teaching Skill)

Oleh: Guru Besar Universita Riau

DASAR-DASAR KOMUNIKASI DAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

KETERAMPILAN DASAR TUTORIAL

Keterampilan Dasar Mengajar (Generic Teaching Skill) Oleh : Susiwi S.

Capaian Pembelajaran. Menerapkan keterampilan dasar mengajar dalam kegiatan pembelajaran. Sudarmantep.com

KOMUNIKASI PEMBELAJARAN

KOMUNIKASI DAN KETERAMPILAN MENGAJAR. RIYAN HIDAYATULLAH

PELATIHAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN DASAR TEKNIK INSTRUKSIONAL (PEKERTI) KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA WILAYAH VI JAWA TENGAH

Kompetensi Dasar. Menerapkan kemampuan dasar mengajar dalam mengelola pembelajaran. Kemampuan Dasar Mengajar

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR


RAMADHAN PRASETYA WIBAWA X

BAB I PEBDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Keterampilan yang Harus Dikuasai Guru dalam Proses Pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ORIENTASI PENGAJARAN MIKRO

VIII. RUBRIK PENILAIAN KINERJA GURU

Cara Melaksanakan. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

KETERAMPILAN MENUTUP PELAJARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR Oleh: Dadang Sukirman Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Pengajaran Mikro. Farida Nurhasanah

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pembelajaran merupakan proses interaksi dan komunikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN MIKRO DAN KETRAMPILAN DASAR MENGAJAR (MICRO TEACHING) Oleh. Asmuni

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar bukan berarti perubahan tingkah laku dari sesuatu yang benar-benar belum

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat MIN Pemurus Dalam Banjarmasin. keputusan Menteri Agama No. 155 A Tanggal 20 November 1995.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

Margunani 1 Siti Fatimah 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja. Kinerja adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

BAB V PEMBAHASAN. efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada pelajaran PAI kelas VII. di SMPN 1 Kanigoro Blitar tahun ajaran 2015/2016

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

8-Keterampilan Dasar Mengajar. Oleh : Badru Zaman, M.Pd Universitas Pendidikan Indonesia

BAB II VARIASI PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

Keywords: Integrasi Keterampilan Dasar Mengajar, Implikasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia abad ke-21 mempunyai karakteristik sebagai berikut,

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KEMAMPUAN DASAR MENGAJAR. Sunaryo Soenarto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari faktor awal proses sampai denga hasil.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pengajaran Mikro

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Keterampilan Mengajar Guru. kecakapan untuk menyelesaikan tugas, Keterampilan merupakan kemampuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

1. Instumen Penilaian Peer Teaching dan Micro Teaching 2. Instrumen Penilaian Kemampuan Mengemas Pembelajaran yang Mendidik: Instrumen Penilaian

Konsep Dasar PKM. Bagian I PENDAHULUAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang ditentukan sebanyak 50 orang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Deskripsi Konseptual Dan Subfokus Penelitian 1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pencapaian suatu tujuan pendidikan. Oleh sebab itu,

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR. RINI NINGSIH, M. Pd.

KETERAMPILAN GURU MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL DI SD NEGERI GAROT ACEH BESAR. Zulfanidar, Alfiati Syafrina, M. Yamin,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGELOLAAN KELAS 1. Oleh: Delipiter Lase

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran merupakan salah satu aktivitas pendukung bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Menurut Sugiyono (2010:32) mengungkapkan bahwa, Kajian pustaka adalah kajian terhadap teori-teori yang relevan dengan masalah-masalah yang akan diteliti. Kajian pustaka dapat dijadikan dasar untuk analisis data dan menyimpulkan hasil penelitian. Dalam penelitian ini, diuraikan tinjauan pustaka tentang kesiapan belajar siswa, keterampilan mengajar guru dan hasil belajar siswa, berikut ini penjelasan lebih lanjutnya: 1. Tinjauan Tentang Kesiapan Belajar Siswa a. Pengertian Kesiapan Belajar Siswa Setiap individu selalu mengalami proses belajar dalam kehidupannya, dengan belajar akan memungkinkan individu untuk mengalami perubahan dalam dirinya. Perubahan ini dapat berupa penguasaan suatu kecakapan tertentu, perubahan sikap serta memiliki ilmu pengetahuan yang berbeda dari sebelum melakukan proses belajar. Dalam proses pembelajaran, kesiapan individu sebagai seorang siswa akan menentukan kualitas dan hasil belajarnya. Kesiapan pada dasarnya merupakan kemampuan fisik maupun psikologis untuk belajar disertai keterampilan yang dimiliki dan latar belakang untuk mengerjakan sesuatu. Persiapan yang matang akan membuat siswa merasa mantap dalam belajar sehingga memudahkan dalam berkonsentrasi saat mengikuti pembelajaran. Menurut Hamalik (2011:41), Kesiapan adalah keadaan kapasitas yang ada pada diri siswa dalam hubungan dengan tujuan pengajaran tertentu. Sedangkan menurut Slameto (2013:113) mengemukakan bahwa, Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respons atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Dijelaskan lebih lanjut oleh 9

10 Soemanto dalam Nuryanti (2014) bahwa, Kesiapan adalah kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon atau melakukan suatu kegiatan yang berkaitan dengan kemampuan fisik, mental, sosio, emosional yang harus dimiliki selama melakukan kegiatan tertentu. Sementara itu, menurut Jamies Drever dalam Susilo (2006:75) menyatakan bahwa: Kesiapan atau readiness adalah preparedness to respon or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesediaan ini timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melakukan kecakapan. Kesiapan perlu diperhatikan dalam proses belajar karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. Sesuai pendapat diatas dapat diambil suatu makna bahwa dalam proses pembelajaran, seseorang yang sudah siap berarti telah memiliki kematangan dalam belajar sehingga akan lebih peka dalam merespon dan memahami suatu materi. Dengan kata lain, ketika siswa telah memiliki kesiapan dalam dirinya maka siswa tersebut sudah siap memberikan reaksi ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Sedangkan Menurut Nasution (2008:179) berpendapat, Kesiapan belajar adalah kondisi-kondisi yang ada pada kegiatan belajar itu sendiri, tanpa kesiapan atau kesediaan ini proses belajar mengajar tidak akan terjadi. Menurut Thorndike dalam Slameto (2013:114), Kesiapan adalah prasyarat untuk belajar berikutnya. Sementara itu, Menurut Djamarah (2008:39) menyatakan bahwa: Kesiapan belajar jangan hanya diterjemahkan siap dalam arti fisik. Tetapi artikanlah dalam arti psikis (kejiwaan) dan materiil. Kesiapan untuk belajar merupakan kondisi diri yang telah dipersiapkan untuk melakukan suatu kegiatan. Kesiapan diri ini akan melahirkan perjuangan untuk mencapai apa yang di cita-citakan. Mengacu dari berbagai pendapat di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa kesiapan belajar siswa adalah suatu kondisi pada diri siswa yang berkaitan dengan kondisi fisik, psikologis dan kebutuhan materiil untuk belajar sehingga membuatnya siap memberi respon selama

11 mengikuti kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. b. Aspek-aspek Kesiapan Belajar Siswa Kesiapan belajar siswa merupakan bentuk kemauan atau keinginan siswa untuk berkembang dengan cara tertentu terhadap situasi. Kesiapan belajar akan membawa siswa untuk siap memberikan respon terhadap situasi yang dihadapi dengan caranya sendiri. Kesiapan siswa untuk belajar didorong oleh adanya kondisi atau aspek-aspek yang memungkinkan dirinya untuk siap. Di bawah ini dikemukakan aspekaspek kesiapan belajar dari beberapa pendapat, yaitu sebagai berikut: 1) Menurut Slameto (2013:113-114) kondisi kesiapan belajar mencakup 3 aspek, yaitu: a) Kondisi fisik, mental dan emosional Kondisi fisik yang dimaksud misal kondisi fisik yang temporer (lelah, keadaan, alat indera dan lain-lain). Kondisi mental menyangkut kecerdasan. Anak yang berbakat (yang di atas normal) memungkinkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang lebih tinggi. Kondisi emosional juga mempengaruhi kesiapan untuk berbuat sesuatu, hal ini karena ada hubungannya dengan motif (insentif positif, insentif negatif, hadiah, hukuman) dan itu akan berpengaruh terhadap kesiapan untuk belajar. b) Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan Slameto mengemukakan bahwa hubungan antara kebutuhan, motif, tujuan dan readiness adalah sebagai berikut: (1) Kebutuhan ada yang disadari dan ada yang tidak disadari; (2) Kebutuhan yang tidak disadari akan mengakibatkan tidak adanya dorongan untuk berusaha; (3) Kebutuhan akan mendorong usaha, dengan kata lain timbul motif; (4) Motif tersebut diarahkan ke pencapaian tujuan. Kebutuhan yang disadari mendorong usaha/membuat seseorang siap untuk berbuat, sehingga jelas ada hubungannya

12 dengan kesiapan. Kebutuhan akan sangat menentukan kesiapan belajar. Siswa sebelum mempelajari permulaan ia belum siap untuk belajar yang berikutnya, maka ada prasyarat dalam belajar. c) Keterampilan, pengetahuan dan pengertian lain yang telah dipelajari Keterampilan dan pengetahuan adalah kemahiran, kemampuan dan pemahaman yang dimiliki siswa terhadap materi yang hendak maupun yang sudah diajarkan termasuk materimateri lain yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan. 2) Menurut Djamarah (2008:39) faktor-faktor kesiapan belajar meliputi: a) Kesiapan fisik Misalnya tubuh tidak sakit (jauh dari gangguan, lesu, mengantuk, dan sebagainya). b) Kesiapan psikis Misalnya ada hasrat untuk belajar, atau memiliki motivasi yang menggelora, dan dapat berkonsentrasi. c) Kesiapan materiil Misalnya ada bahan yang dipelajari atau dikerjakan berupa buku bacaan, catatan pelajaran/kuliah, membuat resume dan sebagainya. 3) Sementara itu, menurut Rochman Natawijaya dalam Riyanto (2010:70) prinsip kesiapan belajar berkenaan dengan: a) Kematangan fisik Berdasarkan prinsip ini, dari kesiapan fisik belajar akan lebih efektif apabila individu telah mampu mengkoordinasikan anggota tubuhnya untuk melakukan berbagai kegiatan. Misalnya individu akan dapat belajar menulis apabila ia mampu mengkoordinasikan mata, tangan dan perhatiannya. b) Kesiapan psikologis Kesiapan ini menyangkut kemampuan individu untuk memahami situasi belajar yang dihadapi serta kemampuan mengabaikan segala hal yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan belajar yang dihadapinya, serta memusatkan perhatian pada objek yang dipelajari.

13 4) Menurut Nasution (2008:180-183) kondisi siap belajar terdiri dari: a) Perhatian Perhatian merupakan kondisi jiwa dari siswa yang terfokus pada kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Cara yang digunakan untuk menumbuhkan perhatian attentional set pada siswa, misalnya menggunakan reinforcement (penghargaan atas keberhasilannya) dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan respons. b) Motivasi belajar Motivasi diartikan sebagai kesungguhan atau daya dorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan dalam rangka pencapaian tujuan tertentu. Motivasi siswa untuk menguasai pelajaran dapat dipupuk dengan reinforcement. c) Perkembangan kematangan (1) Perkembangan fisik. (2) Keterampilan intelektual yang telah dipelajari sebelumnya. 5) Menurut Dalyono (2012:166) readiness dalam belajar melibatkan beberapa faktor yang bersama-sama membentuk readiness, yaitu: a) Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologi, ini menyangkut pertumbuhan terhadap kelengkapan pribadi seperti tubuh pada umumnya, alat-alat indera, dan kapasitas intelektual. b) Motivasi, yang menyangkut kebutuhan, minat serta tujuantujuan individu untuk mempertahankan serta mengembangkan diri. Motivasi berhubungan dengan sistem kebutuhan dalam diri manusia serta tekanan-tekanan lingkungan. 6) Sedangkan menurut Susilo (2006: 17-21) aspek-aspek yang menjadi penentu kesiapan belajar antara lain: a) Motivasi Motivasi tiap orang untuk belajar berbeda-beda. Motivasi sudah ada pada saat seseorang akan melakukan sesuatu, namun mungkin tidak disadari. Motivasi menggerakkan untuk mencapai tujuan tertentu.

14 b) Keteraturan atau Ketekunan Seseorang yang memiliki keteraturan tinggi akan termotivasi untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu dalam rangka mencapai tujuan. c) Beban tugas Beban tugas yang tinggi seringkali mematahkan semangat untuk belajar. Maka perlu untuk memecah beban tugas menjadi bagian kecil sesuai dengan tipe siswa untuk menjaga semangat belajar. d) Terstuktur atau tidak terstruktur Setiap siswa memiliki gaya belajar tertentu baik yang terstruktur maupun tidak terstruktur yang akan mempengaruhi motivasi dalam belajar. Sementara itu, dalam penelitian yang dilakukan oleh Kirmizi (2015), subdimensi kesiapan belajar yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar akademik siswa meliputi: 1) Self-directed learning (Kemandirian dalam belajar berkaitan dengan inisiatif siswa dalam belajar, mendiagnosis kebutuhan belajar, menetapkan tujuan dan memilih materi untuk belajar). 2) Learner control (Usaha yang dilakukan siswa untuk mengatur kegiatan belajarnya dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran). 3) Motivation (Motivasi berkaitan dengan kemampuan siswa untuk belajar dari kesalahan, terbuka dengan ide baru, rasa senang belajar dan menunjukkan kemampuan yang dimiliki). Berdasarkan berbagai pendapat yang telah dikemukakan, dapat diambil suatu pengertian bahwa kesiapan belajar siswa pada dasarnya dipengaruhi oleh aspek-aspek atau kondisi psikologis siswa yang didukung dengan kondisi fisik dan terpenuhinya kebutuhan materiil untuk mengikuti kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan pengajaran tertentu. Aspek-aspek atau kondisi kesiapan belajar pada siswa yaitu sebagai berikut:

15 1) Kesiapan fisik Kesiapan fisik yang dimaksud yaitu kondisi kesehatan atau kebugaran jasmani siswa saat mengikuti pembelajaran. 2) Kesiapan psikologis Kesiapan psikologis yang dimaksud meliputi: adanya perhatian atau kemampuan siswa untuk berkonsentrasi dan mengabaikan segala sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan pembelajaran yang dihadapi, adanya hasrat kesungguhan atau motivasi dari dalam diri siswa yang mendorong siswa untuk siap belajar, serta pengetahuan atau pemahaman siswa terhadap materi yang akan dan telah dipelajari sehingga memungkinkan siswa untuk melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. 3) Kesiapan materiil Kesiapan materiil yang dimaksud berupa tersedianya bahan atau perlengkapan belajar yang dikerjakan atau dipelajari oleh siswa. c. Indikator Kesiapan Belajar Siswa Penelitian yang dilakukan oleh Runia Antara, dkk. (2014) dalam publikasi yang berjudul Pengaruh Kesiapan Belajar dan Transfer Belajar Terhadap Hasil Belajar Ekonomi di SMA Negeri 1 Ubud, menunjukkan bahwa kesiapan belajar yang meliputi 1) kesiapan fisik, mental dan emosional, 2) kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan, 3) keterampilan, pengetahuan, dan merespon dengan cepat setiap pertanyaan yang diberikan guru berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Penelitian lain yang dilakukan oleh Iman, dkk. (2013) dengan judul Korelasi Kesiapan Belajar Siswa dan Pengelolaan Laboratorium Komputer Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran TIK di SMA Negeri Se-Kota Praya Tahun Ajaran 2012/2013 menujukkan bahwa kesiapan belajar yang meliputi 1) perhatian siswa dalam belajar, 2) motivasi siswa untuk unggul dalam kelompoknya, menyelesaikan tugas

16 dengan baik, menyukai tantangan, dan menerima tanggung jawab pribadi, serta 3) perkembangan kematangan, memiliki korelasi positif terhadap prestasi belajar siswa. Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatchurrohman (2014) dalam publikasi dengan judul Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kesiapan Belajar, Pelaksanaan Prakerin, dan Pencapaian Kompetensi Mata Pelajaran Produktif Teknik Kendaraan Ringan Kelas XI menunjukkan bahwa kesiapan belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran yang meliputi kesiapan fisik, kesiapan psikis dan kesiapan materiil memberikan pengaruh yang positif terhadap pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif. Mengacu dari berbagai teori sebagaimana yang disebutkan diatas, dapat diambil makna bahwa ketika siswa mengikuti proses pembelajaran maka siswa harus mengetahui dan memiliki kesiapan agar dapat mengikuti dan menerima apa saja yang nanti akan dipelajarinya. Secara keseluruhan, indikator kesiapan belajar siswa pada penelitian ini dapat disintesiskan sebagai berikut: 1) Kondisi kesehatan atau kebugaran jasmani siswa. 2) Perhatian atau kemampuan siswa untuk berkonsentrasi saat mengikuti pembelajaran. 3) Hasrat kesungguhan atau motivasi siswa untuk belajar. 4) Pengetahuan siswa terhadap materi yang akan dan telah dipelajari. 5) Tersedianya bahan atau perlengkapan belajar yang dikerjakan atau dipelajari oleh siswa. d. Hubungan Kesiapan Belajar Siswa dengan Hasil Belajar Kesiapan belajar merupakan kondisi siswa secara keseluruhan yang memungkinkan ia dapat menghadapi kegiatan pembelajaran. Kesiapan belajar yang dimiliki siswa dalam mengikuti proses pembelajaran akan menciptakan suasana yang nyaman dan dorongan bagi siswa untuk menyiapkan semua kebutuhan belajarnya yang berkaitan

17 dengan materi yang akan diajarkan maupun materi yang sudah dipelajari lebih dulu. Kesiapan merupakan wujud keseriusan dalam belajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang baru sehingga tercapai keberhasilan dalam belajar. Mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran adalah hal yang perlu diperhatikan karena kondisi siap belajar yang ada pada siswa akan mendorong siswa untuk berkonsentrasi dan menunjukkan sikap yang baik selama mengikuti pembelajaran. Adanya kesiapan belajar yang matang memungkinkan siswa mengikuti pembelajaran dengan aktif dan mudah dalam menyerap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga akan mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Senada dengan pendapat Slameto (2013:59) yang menyatakan bahwa, Kesiapan perlu diperhatikan dalam proses belajar karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. 2. Tinjauan Tentang Keterampilan Mengajar Guru a. Pengertian Keterampilan Mengajar Guru Proses pembelajaran merupakan proses interaksi edukatif antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Keterampilan mengajar mutlak harus dimiliki atau dikuasai oleh guru/pendidik karena mengajar bukan hanya proses menyampaikan pengetahuan melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar. Menurut Glickman dalam Salirawati (2011) menyatakan bahwa, Keterampilan dasar mengajar (teaching skill) merupakan kemampuan atau keterampilan yang bersifat khusus (most spesific instructional behaviours) yang harus dimiliki guru agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan profesional. Sementara itu, menurut Majid (2013:232) menyatakan bahwa: Minimal terdapat dua kemampuan pokok (paling tidak) yang harus dikuasai oleh guru/pendidik yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran, yaitu bidang ilmu yang ia ampu (what to teach) dan

18 menguasai metode mengajar (how to teach). Keterampilan mengajar (teaching skill) termasuk pada kemampuan pokok untuk mengajar. Sedangkan menurut Suryono dan Hariyanto (2014:212), Keterampilan dasar yang harus dimiliki seorang yang mengajar pada hakikatnya terkait tentang sejauh mana kemampuan para guru dalam menerapkan berbagai variasi metode mengajar. Hal ini senada dengan pendapat Majid (2013:232) bahwa, Keterampilan mengajar merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran dengan menerapkan variasi metode mengajar untuk memperoleh hasil yang maksimal. Sementara itu, Adediwura dan Bada Tayo (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa, Esssential teaching skill and teaching methods are like two sides of the same coin. Skills are the required characteristics or ingredients for effective teaching while methods can be compared to pattern to be followed in teaching. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya keterampilan mengajar dan metode mengajar itu seperti dua sisi dalam koin yang sama. Keterampilan merupakan karakteristik atau unsur yang diperlukan dalam mengajar yang efektif, sementara itu metode-metode dapat digunakan dalam mengajar. Mengacu dari berbagai pendapat diatas, yang dimaksud keterampilan mengajar guru adalah kemampuan atau kecakapan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan berbagai variasi metode mengajar guna menciptakan proses pembelajaran yang efektif. b. Macam-macam Keterampilan Mengajar Guru Dalam proses pembelajaran yang menjadi kunci keberhasilan guru adalah kemampuan menggunakan keterampilan sesuai dengan situasi dan kondisi kelas. Guru harus menghadapi satuan kelas yang siswa-siswanya memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyerap informasi dan berbeda dalam cara menunjukkan kemampuannya dalam memahami pengetahuan. Dalam kaitan hal ini guru harus berusaha

19 menggunakan berbagai macam gaya dan cara mengajar untuk membantu siswa menyerap informasi dan memperkuat pemahamannya. Berbagai metode perlu digunakan untuk menjamin bahwa semua siswa memiliki kesempatan yang sama dalam belajar karena di dalam proses belajar mengajar di sekolah tidak hanya terjadi saat guru menerangkan atau menyampaikan materi kepada siswa, tetapi juga terjadi interaksi aktif di antara guru dan siswa. Hasibuan dan Moedjiono (2010:58) menjelaskan macam keterampilan dasar yang diutamakan guru meliputi: 1) Keterampilan memberi penguatan 2) Keterampilan bertanya 3) Keterampilan menggunakan variasi 4) Keterampilan menjelaskan 5) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran 6) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan 7) Keterampilan mengelola kelas 8) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil Sedangkan Majid (2013:233) mengemukakan bahwa keterampilan mengajar guru meliputi: 1) Keterampilan bertanya 2) Keterampilan memberi penguatan 3) Keterampilan mengadakan variasi 4) Keterampilan menjelaskan 5) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran 6) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil 7) Keterampilan mengelola kelas 8) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan Semua keterampilan mengajar tersebut di atas diuraikan sebagai berikut: 1) Keterampilan bertanya Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2009:62), Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Sedangkan Majid (2013:234) berpendapat bahwa, Bertanya adalah salah satu teknik untuk menarik perhatian para pendengarnya, khususnya

20 menyangkut hal-hal penting yang menuntut perhatian dan perlu dipertanyakan. Guru perlu melakukan kegiatan bertanya dengan menunjukkan sikap yang baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban. Dalam hal ini guru mengajukan serangkaian pertanyaan untuk mengumpulkan informasi apakah siswa sudah memperoleh hikmah pembelajaran. Sedangkan tujuan bertanya menurut Hasibuan dan Moedjiono (2009:62) adalah: a) Merangsang kemampuan berpikir siswa. b) Membantu siswa dalam belajar. c) Mengarahkan siswa pada tingkat interaksi belajar yang mandiri. d) Meningkatkan kemampuan berpikir siswa dari kemampuan berpikir tingkat rendah ke tingkat yang lebih tinggi. e) Membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Menurut Suyono dan Hariyanto (2014:213) ada dua jenis pertanyaan yang dapat diajukan oleh seorang guru, yaitu pertanyaan dasar dan pertanyaan lanjutan. Agar suatu pertanyaan dasar efektif, maka sebaiknya dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: a) Pertanyaan yang jelas dan singkat, dengan memperhitungkan kemampuan berpikir dan perbendaharaan kata yang dikuasai peserta didik. b) Memberikan acuan, berupa pertanyaan atau penjelasan singkat berisi informasi yang sesuai dengan jawaban yang diharapkan. c) Memusatkan perhatian, pertanyaan digunakan untuk memusatkan perhatian mereka. d) Memberikan giliran dan menyebarkan pertanyaan e) Memberi kesempatan berpikir. Sedangkan menurut Hasibuan dan Moedjiono (2009:63) komponen-komponen yang termasuk ke dalam keterampilan bertanya lanjut adalah: a) Pengubahan tuntutan tingkat kognitif pertanyaan: untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa diperlukan perubahan tuntutan tingkat kognitif pertanyaan (ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sistesis dan evaluasi).

21 b) Urutan pertanyaan: pertanyaan yang diajukan haruslah mempunyai urutan yang logis. c) Melacak: untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa yang berkaitan dengan jawaban yang dikemukakan, keterampilan melacak perlu dipunyai guru. Melacak dapat dikerjakan dengan meminta siswa untuk memberikan penjelasan tentang jawabannya, memberikan alasan, memberikan contoh yang relevan. d) Keterampilan mendorong terjadinya interaksi antarsiswa. Berdasarkan uraian teori diatas, yang dimaksud dengan keterampilan bertanya dalam penelitian ini adalah suatu teknik yang digunakan oleh guru untuk menarik perhatian atau respon siswa atas pertanyaan yang disampaikan guru melalui bertanya dasar dan bertanya lanjutan. 2) Keterampilan memberi penguatan Suyono dan Hariyanto (2014: 226), Pemberian penguatan didefinisikan sebagai perilaku guru dalam merespon positif suatu perilaku tertentu dari siswa sehingga memungkinkan perilaku semacam itu timbul kembali. Hal ini sesuai dengan pendapat Majid (2013:237) bahwa, Memberi penguatan atau reinforcement merupakan tindakan atau respons terhadap suatu bentuk perilaku yang dapat mendorong munculnya peningkatan kualitas tingkah laku tersebut disaat yang lain. Pemberian penguatan memiliki pengaruh yang positif dan mendorong siswa untuk memperbaiki tingkah laku dan meningkatkan kegiatan belajarnya. Sementara itu tujuan memberi penguatan menurut Hasibuan dan Moedjiono (2009:58) adalah: a) Meningkatkan perhatian siswa. b) Melancarkan atau memudahkan proses belajar. c) Membangkitkan dan mempertahankan motivasi. d) Mengontrol atau mengubah sikap yang mengganggu ke arah tingkah laku belajar yang produktif. e) Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar f) Mengarahkan kepada cara berpikir yang baik/divergen dan inisiatif pribadi.

22 Keterampilan memberi penguatan terdiri dari beberapa komponen yaitu: a) Penguatan verbal Yaitu penguatan yang diberikan guru berupa kata-kata/kalimat berupa: bagus, baik, hebat, setuju, betul, dan sebagainya. b) Penguatan gestural Yaitu penguatan berupa gerak tubuh atau mimik muka yang memberi arti atau kesan baik kepada siswa. Penguatan ini dapat berupa tepuk tangan, acungan jempol, anggukan tersenyum, dan sebagainya. c) Penguatan dengan cara mendekati Yaitu perhatian guru kepada siswa dengan cara mendekati. Penguatan ini dapat dilakukan dengan mendekati saat siswa menjawab pertanyaan, bertanya, diskusi dan aktivitas lainnya. d) Penguatan dengan sentuhan Penguatan yang dilakukan guru dengan cara menyentuh siswa seperti menepuk pundak siswa, menjabat tangan siswa, atau mengangkat tangan siswa. e) Penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan Memberi penghargaan kepada kemampuan siswa dalam suatu bidang tertentu seperti siswa yang pandai bernyanyi diberikan kesempatan untuk melatih vokal dan dapat dijadikan tutor sebaya. f) Penguatan berupa tanda atau benda Adakalanya guru memberikan penilaian kepada siswa berupa simbol atau benda. Penguatan ini dapat berupa komentar tertulis atas karya siswa, hadiah berupa buku tulis, dan sebagainya. Berdasarkan pendapat di atas, keterampilan memberi penguatan dalam penelitian ini adalah sikap guru untuk memberikan respon positif terhadap perilaku siswa dalam pembelajaran sehingga perilaku siswa tersebut muncul kembali.

23 3) Keterampilan mengadakan variasi Variasi adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan serta penuh partisipasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Suyono dan Hariyanto (2014:228) bahwa: Menggunakan variasi diartikan sebagai aktivitas guru dalam konteks pembelajaran yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajar siswa selalu menunjukkan ketekunan, perhatian, keantusiasan, motivasi yang tinggi dan kesediaan berperan secara aktif. Sementara itu, Hasibuan dan Moedjiono (2009:65) menyatakan kegunaan keterampilan menggunakan variasi di dalam kelas antara lain: a) Memelihara dan meningkatkan perhatian siswa terhadap halhal yang berkaitan dengan aspek belajar. b) Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi rasa ingin tahu melalui kegiatan investigasi dan eksplorasi. c) Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah. d) Kemungkinan dilayaninya siswa secara individual sehingga memberi kemudahan belajar. e) Mendorong aktivitas belajar dengan cara melibatkan siswa dengan berbagai kegiatan atau pengalaman belajar yang menarik dan berguna dalam berbagai tingkat kognitif. Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam pembelajaran yang dapat dikelompokkan ke dalam 3 komponen yaitu: a) Variasi dalam gaya mengajar guru Variasi gaya mengajar guru meliputi komponen-komponen: (1) Variasi suara: keras-lemah, cepat-lambat, tinggi-rendah, besarkecil suara. (2) Pemusatan perhatian: pemusatan perhatian dapat dikerjakan secara verbal, isyarat, atau dengan menggunakan model. (3) Kesenyapan: pada saat guru menerangkan sering diperlukan kegiatan berhenti sejenak tiba-tiba. Kesenyapan macam ini

24 bertujuan meminta perhatian siswa. Ada kalanya kesenyapan dikerjakan bila guru akan berpindah dari segmen mengajar satu ke segmen mengajar yang lain. jika hal ini dikerjakan, tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengendapkan pengetahuan yang baru diperoleh sebelum pindak ke segmen berikutnya. (4) Kontak pandang: untuk meningkatkan hubungan dengan siswa dan menghindari hal-hal yang bersifat impersonal, maka kontak pandang perlu dikerjakan selama proses mengajarnya. (5) Gerakan badan dan mimik: perubahan ekspresi wajah, gerakan kepala, badan, sangat penting dalam proses komunikasi. (6) Perubahan posisi guru: perhatian siswa dapat ditingkatkan melalui perubahan posisi guru dalam proses interaksi komunikasi. b) Variasi penggunaan media dan bahan-bahan pengajaran Ditinjau dari reseptor penerima rangsang yang disampaikan, maka media dan bahan pengajaran penerima dapat digolongkan menjadi: (1) Media dan bahan pengajaran yang dapat didengar (oral). (2) Media dan bahan pengajaran yang dapat dilihat (visual). (3) Media dan bahan pengajaran yang dapat disentuh, diraba atau dimanipulasikan (media taktil). c) Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa Rentangan interaksi dapat bergerak di antara kutub yang ekstrem, yakni guru sebagai pusat kegiatan dan siswa sebagai pusat kegiatan. Perubahan interaksi di antara kedua kutub tadi akan berakibat pada pola kegiatan yang akan dialami siswa. Mengacu dari berbagai pendapat di atas, penggunaan variasi merupakan keterampilan guru dalam menggunakan berbagai kemampuan untuk menimbulkan minat dan perhatian siswa dengan cara mengadakan variasi gaya mengajar, variasi penggunaan media dan bahan pengajaran, serta variasi pola interaksi dan kegiatan siswa.

25 4) Keterampilan menjelaskan Dalam setiap proses pembelajaran yang berlangsung guru tidak luput dari tuntutan untuk menjelaskan sesuatu. Keterampilan menjelaskan bukanlah sekedar menceritakan sesuatu kepada siswa, tetapi merupakan suatu keterampilan menyajikan bahan pengajaran yang diorganisasikan secara sistematis sehingga mudah dipahami oleh siswa. Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2009:70), Menjelaskan berarti menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematis dengan tujuan menunjukkan hubungan. Penekanan penjelasan adalah proses penalaran siswa dan bukan indoktrinasi. Hal ini senada dengan pendapat Suyono dan Hariyanto (2014:215) bahwa, Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta, dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum, prinsip, konsep, kaidah dan aturan yang berlaku. Penyampaian penjelasan atau uraian tentang suatu pokok persoalan tidak boleh dilakukan oleh guru secara sembarangan, melainkan harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam menjelaskan materi. Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2009:70) prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan yaitu: a) Penjelasan dapat diberikan di awal, di tengah, atau di akhir jam pertemuan, tergantung kepada keperluan. b) Penjelasan dapat diselingi tanya jawab. c) Penjelasan harus relevan dengan tujuan pembelajaran. d) Penjelasan dapat diberikan bila ada pertanyaan dari siswa atau direncanakan oleh guru. e) Materi penjelasan harus bermakna bagi siswa. f) Penjelasan harus sesuai dengan latar belakang dan kemampuan siswa. Sementara itu Menurut Majid (2013:232) Prinsip-prinsip menjelaskan antara lain: a) Penjelasan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. b) Penjelasan harus disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik siswa.

26 c) Materi penjelasan harus dikuasai secara baik oleh guru. d) Materi penjelasan harus bermanfaat dan bermakna bagi siswa. e) Dalam menjelaskan harus disertai dengan contoh-contoh yang konkrit dan dihubungkan dengan kehidupan. Secara garis besarnya komponen keterampilan menjelaskan meliputi dibagi menjadi dua, yaitu merencanakan dan penyajian suatu penjelasan. Berikut komponen keterampilan menjelaskan antara lain: a) Merencanakan penjelasan Dalam merencanakan penjelasan perlu diperhatikan isi pesan yang akan disampaikan dan penerima pesan (siswa dengan segala kesiapannya). b) Menyajikan penjelasan (1) Kejelasan dapat berupa kejelasan dalam tujuan, bahasa, dan proses penjelasan merupakan kunci dalam memberikan penjelasan. (2) Penggunaan contoh dan ilustrasi: contoh dan ilustrasi akan mempermudah siswa untuk menerima dan memahami konsep yang abstrak. Biasanya pola umum untuk menghubungkan contoh dengan dalil adalah pola induktif dan pola deduktif. (3) Memberikan penekanan: penekanan dilakukan dengan mengadakan variasi dalam gaya mengajar (variasi dalam suara, mimik) dan membuat struktur sajian, dapat pula dikerjakan dengan memberikan ikhtisar, pengulangan, atau memberi tanda. (4) Pengorganisasian: pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara membuat hubungan antara contoh dan dalil menjadi jelas dan memberikan ikhtisar butir-butir yang penting selama ataupun pada akhir sajian. (5) Balikan: balikan dapat diperoleh dengan cara memperhatikan tingkah laku siswa, memberikan kesempatan siswa menjawab pertanyaan guru, dan meminta pendapat siswa apakah

27 penjelasan yang diberikan bersifat bermakna atau tidak dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. Berdasarkan berbagai pendapat diatas, yang dimaksud keterampilan menjelaskan adalah kegiatan menyampaikan dan mendeskripsikan materi pembelajaran secara lisan dan sistematis sehingga mudah dipahami oleh siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Di dalam menjelaskan, guru harus melakukan perencanaan dan menyajikan penjelasan tersebut dengan jelas, menggunakan ilustrasi, memberikan penekanan, mengorganisasi dan melakukan balikan. 5) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2010:73), Membuka pelajaran diartikan dengan perbuatan guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat kepada apa yang dipelajari. Sedangkan Majid (2013:242) menjelaskan bahwa: Membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Sementara itu, menurut Suyono dan Hariyanto (2014:233), Menutup pelajaran adalah kegiatan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Dalam kegiatan ini guru memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa, dan keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar. Kegiatan menutup pelajaran berkaitan dengan kemampuan guru untuk merangkum intisari pembelajaran yang telah berlangsung. Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2009:74) kegiatan membuka dan menutup pelajaran mempunyai tujuan:

28 a) Menimbulkan perhatian dan motivasi siswa terhadap tugastugas yang akan dihadapi. b) Memungkinkan siswa mengetahui batas-batas tugasnya yang akan dikerjakan. c) Siswa dapat mengetahui pendekatan-pendekatan yang akan digunakan dalam mempelajari bagian-bagian pelajaran. d) Memungkinkan siswa mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman yang dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dia pelajari. e) Memberikan kemungkinan kepada siswa untuk menggabungkan fakta-fakta, keterampilan-keterampilan, konsep-konsep yang tercakup dalam suatu peristiwa. Sedangkan Suyono dan Hariyanto (2014:233) kegiatan membuka dan menutup pembelajaran bertujuan untuk: a) Menimbulkan perhatian dan motivasi siswa terhadap tugastugas yang akan, sedang dan telah dihadapi. b) Memungkinkan siswa mengetahui batas-batas tugasnya, dan berfungsi sebagai advace organizer bagi perkembangan struktur kognitif siswa. c) Memungkinkan siswa menyiapkan struktur kognitifnya untuk mengaitkan hal-hal apa yang akan dipelajari dengan pengetahuan terdahulu yang telah dimilikinya serta melakukan kontekstualisasi. d) Memungkinkan siswa untuk mengetahui tingkat keberhasilannya dalam suatu pembelajaran. Kegiatan menutup dan membuka pelajaran merupakan kegiatan yang penting bagi perkembangan kognitif siswa sebab dalam kegiatan pembukaan terdapat apersepsi dan refleksi pada kegiatan menutup pembelajaran. Dalam hal ini ada beberapa komponen keterampilan yang harus diperhatikan guru, yaitu: a) Membuka pelajaran Komponen dan aspek-aspek yang berkaitan dengan membuka pelajaran adalah: (1) Menarik perhatian siswa dengan cara menggunakan variasi gaya mengajar, penggunaan alat-alat bantu mengajar, pola interaksi yang bervariasi.

29 (2) Menimbukan motivasi dengan menunjukkan kehangatan dan keantusiasan, menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide-ide yang bertentangan, serta memperhatikan minat siswa. (3) Memberikan acuan (structuring) dengan cara mengemukakan tujuan dan batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan, mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas, dan mengajukan pertanyaan. (4) Membuat kaitan untuk memulai pelajaran baru. Cara yang dapat dilakukan guru antara lain: membuat kaitan antara aspek-aspek yang relevan dari mata pelajaran yang dikenal siswa, guru membandingkan atau mempertentangkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah diketahui siswa, atau guru menjelaskan konsepnya terlebih dahulu baru kemudian uraian secara terinci. b) Menutup pelajaran Untuk memperoleh gambaran secara utuh pada waktu akhir kegiatan, ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru dapat menutup pelajaran, yakni: (1) Meninjau kembali dengan cara merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan. (2) Mengevaluasi pemahaman siswa, dengan meminta siswa mendemonstrasikan keterampilan, meminta siswa mengaplikasikan ide baru dalam situasi yang lain, mengekspresikan pendapat siswa sendiri, dan memberikan soal-soal tertulis. Mengacu dari uraian pendapat di atas, dapat diambil pengertian bahwa keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan perhatian siswa dan menyiapkan mental siswa untuk mengikuti pembelajaran. Sedangkan keterampilan menutup pelajaran adalah kegiatan guru untuk memberikan refleksi dan merangkum materi pelajaran yang telah

30 dipelajari siswa sehingga siswa mengetahui gambaran yang jelas terhadap intisari pembelajaran. 6) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil Diskusi kelompok merupakan kegiatan yang memungkinkan siswa menguasai konsep atau memecahkan masalah melalui proses berpikir, berinteraksi dan bersikap positif. Hasibuan dan Moedjiono (2009:88) memberikan pendapat bahwa, Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur dengan melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagi informasi atau pengalaman, mengambil keputusan atau memecahkan suatu masalah Menurut Majid (2013:246) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil bertujuan sebagai berikut: a) Siswa dapat saling memberi informasi atau pengalaman dalam menjelajahi gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkan mereka. b) Siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir ddan berkomunikasi. c) Siswa terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Diskusi kelompok kecil dapat dipandang sebagai variasi dari pola interaksi yang penting dikembangkan dalam proses belajar mengajar. Diskusi bukan hanya dimaksudkan untuk mencapai pengetahuan tertentu, tetapi pembentukan sikap dan keterampilan hidup. Menurut Suyono dan Hariyanto (2014: 221) beberapa prinsip dalam membimbing diskusi kelompok kecil yang harus diperhatikan adalah: a) Melaksanakan diskusi dalam suasana yang menyenangkan. b) Berikan waktu yang cukup untuk merumuskan dan menjawab permasalahan. c) Rencanakan diskusi kelompok dengan sistematis. d) Bimbinglah dan jadikanlah diri guru sebagai teman dalam diskusi.

31 Sementara itu, Hasibuan dan Moedjiono (2009:89-90) Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru agar diskusi dapat berjalan baik adalah: a) Diskusi hendaknya berlangsung dalam iklim terbuka. Hal ini ditandai dengan adanya keantusiasan berpartisipasi, kehangatan hubungan antar pribadi, kesediaan menerima dan mengenal lebih jauh topik diskusi, dan kesediaan menghargai pendapat orang lain. b) Perencanaan yang matang akan mempertinggi efektivitas diskusi. Perencanaan meliputi: pemilihan topik atau masalah, perencanaan dan penyiapan bahan-bahan pengait, penyiapan diri sebaik-baiknya sebagai pimpinan diskusi, penentuan besarnya kelompok dan pengaturan tempat duduk yang menyenangkan. Secara umum, komponen keterampilan membimbing diskusi adalah sebagai berikut: a) Pemusatan perhatian Hal ini dapat dilakukan guru dengan cara menentukan arah, tujuan, topik diskusi dan mengendalikan pembicaraan agar tetap pada topik diskusi. b) Memperjelas permasalahan Agar permasalahan menjadi jelas, guru dapat merangkum ide-ide siswa, memberi tanggapan terhadap komentar siswa, dan memberikan informsi tambahan. c) Menganalisa pandangan siswa Agar peserta didik tetap berada pada konteks diskusi dan suasana partisipasi, guru dapat memberikan komentar dan meluruskan pandangan siswa agar tetap berada pada topik diskusi. d) Meningkatkan urunan pikiran siswa Diskusi bertujuan agar siswa berpikir kritis, guru dapat membantu dengan memberikan dukungan terhadap pendapat-pendapat siswa yang logis. Untuk merangsang pendapat siswa, guru dapat mengajukan pertanyaan yang menantang dan problematis.

32 e) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi Untuk meningkatkan partisipasi siswa yang tidak aktif dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan yang langsung tertuju pada siswa yang kurang aktif, mencegah siswa yang suka memonopili pembicaraan dan mendorong siswa untuk berkomentar terhadap pendapat siswa yang lain. f) Menutup diskusi Keterampilan menutup diskusi dapat dilakukan dengan membuat rangkuman, menentukan langkah tindak lanjut diskusi, dan mengajak siswa menilai hasil dan proses diskusi. Sesuai uraian pendapat diatas, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil yaitu kegiatan yang menimbukan siswa berpikir kritis dan berinteraksi secara positif dengan siswa yang lainnya. 7) Keterampilan mengelola kelas Dilihat dari pihak guru, keberhasilan kegiatan belajar mengajar bukan hanya ditentukan oleh kemampuan guru dalam menguasai bahan pelajaran akan tetapi juga dipengaruhi oleh kemampuan dalam mengelola kelas. Menurut Majid (2013:248) mengemukakan bahwa, Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Sedangkan Suyono dan Hariyanto (2014:235) berpendapat bahwa, Keterampilan mengelola kelas erat kaitannya dengan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan, menyenangkan siswa dan penciptaan disiplin belajar secara sehat. Sementara itu Hasibuan dan Moedjiono (2009:83) penggunaan komponen dalam kelas memiliki beberapa tujuan, antara lain:

33 a) Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya. b) Membantu siswa untuk mengerti tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas, dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan, bukan kemarahan. c) Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku yang sesuai dengan aktivitas kelas. Secara keseluruhan, terdapat dua komponen utama mengenai keterampilan mengelola kelas yang perlu diperhatikan guru antara lain: a) Keterampilan yang berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (1) Menunjukkan sikap tanggap untuk membuktikan bahwa guru ada bersama dengan para siswanya, memberikan perhatian, sekaligus mengontrol kepedulian dan ketidakkacauan para siswanya. (2) Guru harus membagi perhatian ke semua siswa secara visual dan verbal. (3) Memusatkan perhatian kelompok untuk mempertahankan perhatian siswa dari waktu ke waktu dan dapat dilaksanakan dengan cara menyiagakan siswa dan menuntut tanggung jawab siswa. (4) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas. (5) Menegur siswa yang menunjukkan perilaku yang mengganggu atau menyimpang. Teguran hendaknya disampaikan dengan jelas dan tegas kepada tingkah laku yang mengganggu, menghindari ejekan dan peringatan yang kasar. (6) Memberi penguatan: memberi penguatan dapat dilakukan kepada siswa yang suka mengganggu jika pada suatu saat dia tertangkap melakukan perbuatan yang positif. Dapat pula kepada siswa yang bertingkah laku wajar sebagai contoh.

34 b) Keterampilan yang berhubungan dengan pembalikan kondisi belajar yang optimal Keterampilan ini berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remidial untuk mengembalikan kondisi belajar optimal. Beberapa strategi yang dapat digunakan oleh guru antara lain: (1) Modifikasi tingkah laku. (2) Melakukan pendekatan pemecahan masalah kelompok. (3) Memperlancar terjadinya kerjasama yang baik dalam pelaksanaan tugas. (4) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah. Seorang guru harus memaksimalkan untuk memecahkan masalah tersebut dengan seperangkat cara untuk mengendalikan perilaku siswa tersebut. Berdasarkan berbagai pendapat diatas, yang dimaksud keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan yang dimiliki guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang kondusif dan mengembalikannya ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan dengan cara mendisiplinkan atau melakukan kegiatan remidial. 8) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan Dalam pengajaran klasikal kebutuhan masing-masing siswa tidak dapat dilayani guru karena semua siswa diperlakukan sama. Agar setiap siswa mendapatkan perhatian serta memungkinkan terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dengan siswa, perlu dilaksanakan bentuk pengajaran kelompok kecil dan perorangan. Menurut Hasibuan dan Moedjiono, Mengajar kelompok kecil dan perorangan diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks belajar mengajar yang hanya melayani 3 8 siswa untuk kelompok kecil, dan hanya seorang untuk perorangan. Pada dasarnya bentuk

35 pengajaran ini dapat dikerjakan dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. Sedangkan menurut Majid (2013:251), Mengajar kelompok kecil adalah kemampuan guru melayani siswa dalam belajar secara kelompok berkisar 3-5 orang dan pengajaran individual tiap siswa. Secara umum terdapat empat komponen keterampilan yang perlu dikuasai guru untuk pengajaran kelompok kecil dan perorangan, yakni: a) Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi Prinsip yang penting dalam pengajaran kelompok kecil dan perorangan adalah terjadinya hubungan yang akrab antara guru dan siswa. Suasana ini dapat diciptakan dengan cara menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan siswa dan menunjukkan kesiapan untuk membantu siswa tanpa kecenderungan mengambil alih atau mendominasi siswa. b) Keterampilan mengorganisasi Keterampilan yang diperlukan dalam peran guru sebagai organisator selama pelajaran berlangsung adalah kemampuan menciptakan keteraturan dengan cara mengorganisasikan kebutuhan-kebutuhan bagi upaya mengajar kelompok. c) Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar Keterampilan ini diperlukan untuk membantu siswa maju tanpa mengalami frustasi. Beberapa keterampilan yang dapat menunjang adalah memberikan penguatan, mengembangkan supervisi proses awal, mengadakan supervisi proses lanjut, serta mengadakan supervisi pemaduan, dikerjakan untuk mengetahui dan menilai sejauh mana tujuan telah dapat dicapai dalam rangka menyiapkan pelaksanaan rangkuman dan pemantapan. d) Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan cara membantu siswa menetapkan tujuan

36 pelajaran, merencanakan kegiatan belajar bersama siswa serta membantu menilai pencapaian dan kemajuan sendiri Mengacu dari uraian diatas, yang dimaksud keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah kemampuan guru untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa secara kelompok kecil maupun secara individual. c. Indikator Keterampilan Mengajar Guru Penelitian yang dilakukan oleh Partono dan Ika Mubarokah (2013) dengan judul Persepsi Siswa Atas Pengaruh Keterampilan Mengajar Guru dan Pengelolaan Kelas Terhadap Prestasi Belajar Siswa menunjukkan bahwa keterampilan mengajar guru yang meliputi 1) keterampilan bertanya, 2) keterampilan menggunakan variasi, 3) keterampilan menjelaskan, 4) keterampilan membuka dan menutup pelajaran serta 5) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Adapun hasil penelitian Sahidin dan Dini Jamil (2014) dalam publikasi yang berjudul Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Persepsi Siswa Tentang Cara Guru Mengajar Terhadap Hasil Belajar Matematika menemukan bahwa cara mengajar guru dengan menggunakan berbagai keterampilan mengajar yang meliputi 1) keterampilan memberi penguatan, 2) keterampilan dalam pengelolaan kelas, dan 3) keterampilan dalam memberi variasi dalam pembelajaran memberikan pengaruh yang positif terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Mengacu dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan diatas, secara keseluruhan kesimpulan keterampilan mengajar guru dapat disintesiskan menjadi 8 (delapan) indikator, yaitu: 1) Guru terampil dalam membuka dan menutup pelajaran. 2) Guru terampil dalam menjelaskan materi. 3) Guru terampil dalam bertanya. 4) Guru terampil dalam memberikan penguatan.

37 5) Guru terampil dalam mengadakan variasi. 6) Guru terampil dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan. 7) Guru terampil dalam mengelola kelas. 8) Guru terampil dalam membimbing diskusi kelompok kecil. d. Hubungan Keterampilan Mengajar Guru dengan Hasil Belajar Peran guru sangatlah dibutuhkan untuk mendukung terciptanya suasana belajar mengajar yang menyenangkan, aktif, dan memungkinkan siswa berprestasi secara maksimal. Guru dituntut tidak hanya menguasai ilmu yang diajarkan tetapi juga memiliki keterampilan mengajar untuk menciptakan dan mengelola suasana kelas yang kondusif, demokratis dan tetap tertib agar semua siswa bisa optimal dalam meraih hasil belajarnya. Guru hendaknya memiliki keterampilan untuk mengelola pembelajaran dengan menerapkan berbagai variasi metode mengajar. Metode mengajar yang variatif dan diterapkan dengan baik oleh guru dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, meningkatkan perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru, dan mendorong partisipasi aktif siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini didukung oleh pendapat Slameto (2013:65) yang menyatakan bahwa: Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat memperoleh hasil belajar yang baik maka metode mengajar harus diusahakan setepat, efisien dan efektif mungkin. 3. Tinjauan Tentang Hasil Belajar Mata Pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi (MPA) a. Pengertian Hasil Belajar Dalam keberhasilan proses pembelajaran secara umum dapat dilihat dari dua segi, yakni kriteria ditinjau dari sudut proses pembelajaran itu sendiri dan kriteria yang ditinjau dari sudut hasil belajar yang dicapai siswa. Menurut menurut Gagne dan Briggs dalam Suprihatiningrum

38 (2013:37), Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa. Sedangkan menurut Sudjana (2009:22), Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sementara itu, Jihad dan Haris (2013:15) menyatakan bahwa, Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran. Sedangkan menurut Purwanto (2013:48), Hasil belajar merupakan hasil perubahan perilaku siswa akibat belajar yang meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar perlu dievaluasi untuk melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah proses belajar mengajar telah berlangsung efektif. Hal ini senada dengan pendapat Suprihatiningrum (2013:38) bahwa: Untuk menunjukkan tinggi rendahnya atau baik buruknya hasil belajar yang dicapai siswa ada beberapa cara. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan memberikan skor terhadap kemampuan atau keterampilan yang dimiliki siswa setelah mengikuti proses belajar tersebut. Sesuai dengan taksonomi tujuan pembelajaran, menurut Purwanto (2013:50-53) penilaian hasil belajar dibagi menjadi tiga aspek, yaitu: 1) Aspek kognitif Dimensi kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Kemampuan intelektual siswa secara hierarkis dikelompokkan ke dalam enam tingkatan yaitu: a) Pengetahuan, kemampuan ini merupakan hasil belajar yang paling rendah. Tujuannya agar siswa mengenal kembali bahan pelajaran yang telah disampaikan.