BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN 4.1. VISI DAN MISI SANITASI KABUPATEN BERAU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KABUPATEN BERAU

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

Bab 4 Strategi Pengembangan Sanitasi

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

Program penyusunan Masterplan. Tersedianya Master Plan sistem pengelolaan air limbah domestik tahun Penyusunan Master Plan skala kabupaten

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA

L-3. Kerangka Kerja Logis TABEL KKL. Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

5.1 PROGRAM DAN KEGIATAN SEKTOR & ASPEK UTAMA

KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015

BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN SANITASI

BAB IV Strategi keberlanjutan layanan sanitasi

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB IV STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 4 BUKU PUTIH SANITASI 2013

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

3.1 TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK TABEL 3.1 TUJUAN, SASARAN DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK

Bab III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI

BAB IV STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN. 1. Tersedianya dokumen perencanaan pengelolaan air limbah

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah

DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN. Review Penyusunan Masterplan Air Limbah. Menyediakan dokumen perencanaan air limbah domestik skala Kabupaten

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan. Perencanaan menyeluruh pengelolaan sistem air limbah skala Kota.

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

Bab 3 : Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Lampiran 2. Hasil Analisis SWOT

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNANN SANITASI. 3.1 Tujuan,Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

5.1 Gambaran Umum Monitoring dan Evaluasi

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat

Hasil Analisa SWOT Kabupaten Grobogan tahun 2016

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV. Strategi Pengembangan Sanitasi

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN SANITASI

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

LAMPIRAN II HASIL ANALISA SWOT

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi

B A B I I I ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Hygiene

Kerangka Kerja Logis Pembangunan Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

2.1 Visi Misi Sanitasi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan Sektor Air Limbah

Target. Real isasi. Real isasi 0% 10% 0%

BAB 3 RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI Program PPSP 2015

BAB STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

1. Sub Sektor Air Limbah

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN

Transkripsi:

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN 4.1. VISI DAN MISI SANITASI Visi pembangunan sanitasi Kabupaten Berau adalah: Mewujudkan Masyarakat Sehat Menuju Berau Bersih Tahun 2015 Dalam Rangka Mendukung Pembangunan Kabupaten Berau. Visi ini merupakan penjabaran Visi Kabupaten Berau. Seluruh program yang berkaitan dengan pembangunan sanitasi diarahkan untuk dapat mewujudkan masyarakat sejahtera dan mandiri dalam hal kesehatan lingkungan sebagaimana semboyan Berau Sanggam (Sehat, Anggun, Aman dan Manusiawi) yang ditunjukkan oleh beberapa indicator, yaitu : 1. Pembangunan Sumber Daya Manusia, seperti meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat, mewujudkan lingkungan dan masyarakat sehat, kemandirian dan kesadaran masyarakat berperilaku sehat menuju masyarakat sejahtera; 2. Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan masyarakat dan lingkungan, seperti bangunan kesehatan (RSUD, Puskesmas, Pustu, Posyandu, dll), optimalisasi sarana prasarana dan pengelolaan persampahan, air bersih dan air limbah, serta jaringan drainase. Untuk mewujudkan visi pembangunan sanitasi Kabupaten Berau agar dapat diimplementasikan secara nyata, maka disusun beberapa misi pembangunan sanitasi. Adapun misi pembanguan sanitasi Kabupaten Berau adalah sebagai berikut : 1. Mendorong peningkatan atau perubahan masyarakat terhadap perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). 2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana sanitasi yang dapat Buku Putih Kabupaten Berau IV - 1

menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. 3. Mewujudkan penyediaan air minum yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara kualitas maupun kuantitas. 4. Mewujudkan pengelolaan air limbah secara berkelanjutan dan terjangkau. 5. Mewujudkan pengelolaan persampahan yang mandiri dan berkelanjutan. 6. Mewujudkan pengelolaan drainase secara terintegrasi dan berlanjutan ; 7. Menggalang dan meningkatkan dukungan dari berbagai pihak baik swasta maupun pemerintah di berbagai tingkatan dalam percepatan pembangunan sanitasi. 4.2. STRATEGI DAN PENANGANAN SANITASI Strategi penanganan sanitasi yang sedang dan akan dijalankan hingga berakhirnya masa RPJM Kabupaten Berau (2011-2015) adalah sebagai berikut : 4.2.1. Air Limbah Strategi pengelolaan air limbah adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan Kualitas dan cakupan pelayanan publik dalam pengelolaan air limbah a. Tersusunnya rencana induk (Master Plan) pengelolaan air limbah; b. Mengoptimalkan kapasitas dan cakupan pelayanan pengolahan air limbah (IPLT) yang sudah ada; c. Mengembangkan sistem pengolahan air limbah secara komunal pada kawasan industri, kawasan perumahan, dan kawasan komersial; d. Meningkatkan jumlah dan kualitas sarana dan prasarana angkutan air limbah dan pembangunan instalasi pengolahan air kotor; e. Pembangunan tangki septik yang bersifat komunal pada kawasan perumahan berkepadatan tinggi; f. Menjaga kelestarian lingkungan hidup dari pencemaran air limbah. Buku Putih Kabupaten Berau IV - 2

2. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan air limbah a. Mensosialisasikan kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan air limbah dan kewajiban membayar retribusi air limbah; b. Mensosialisasikan kepada peserta didik tingkat TK s/d Perguruan tinggi tentang pentingnya pengelolaan air limbah; c. Meningkatnya keswadayaan masyarakat dalam pembangunan pengelolaan air limbah; d. Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan fasilitas pengelolaan air limbah milik pemerintah; e. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam mencegah pencemaran sumber air bersih. 3. Regulasi penegakan hukum terhadap pelanggaran dalam pengelolaan air limbah a. Meningkatnya pengawasan dalam pengelolaan air limbah; b. Adanya peraturan daerah tentang pengelolaan air limbah. 4.2.2. Penanganan Limbah Padat (Persampahan) Strategi pengelolaan persampahan adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pengelolaan sampah; a. Terpenuhinya kebutuhan minimal sarpras pengelolaan sampah; b. Tersedianya sarana penampungan sampah/tpssesuai karakteristik lingkungan; c. Peningkatan teknologi pengolahan sampah dengan sistem sanitary landfill. 2. Pengembangan sistem operasi, sistem manajemen, dan pembiayaan persampahan yang lebih efisien dan efektif a. Penyusunan masterplan dan DED persampahan dan TPA; b. Memprioritaskan sistem persampahan pada kawasan fungsional dan ekonomi prospektif perkotaan; c. Meningkatkan kebersihan kota melalui pengelolaan sampah terpadu Buku Putih Kabupaten Berau IV - 3

3. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan peningkatan pengenalan konsep 3R (reuse, reduce, recycling) a. Meningkatkan budaya hidup bersih dan sehat dalam pemilahan dan pemanfatan sampah secara 3R; b. Meningkatkan kepedulian seluruh masyarakat Kab. Berau dalam pengelolaan sampah secara 3R ; c. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan sampah secara 3R. d. Sosialisasi dan promosi terhadap penanganan sampah di lingkungan tempat tinggal; e. Pembinaan terhadap pemulung, pengumpul barang bekas (pengepul) dalam pengelolaan sampah terpadu. 4. Regulasi penegakan hukum terhadap pelanggaran dalam pengelolaan sampah a. Meningkatnya pengawasan dalam penanganan persampahan; b. Adanya peraturan daerah tentang pengelolaan persampahan. 4.2.3. Drainase Lingkungan Strategi penanganan drainase adalah sebagai berikut: 1. Menurunkan luasan daerah banjir dan genangan a. Mengurangi daerah banjir dan genangan sebagai upaya untuk mengurangi sumber sumber penyebaran penyakit. 2. Optimalisasi pembangunan jaringan drainase a. Meningkatkan cakupan pelayanan drainase sesuai masterplan b. Pemerataan pembangunan drainase di daerah rawan banjir dan genangan; c. Pembangunan dan peningkatan drainase dengan kapasitas yang memenuhi kebutuhan; d. Pemeliharaan/pembersihan paret secara berkala; e. Pembangunan turap sebagai salah satu alternatif pengamanan badan sungai; f. Penataan kembali daerah sempadan sungai yang digunakan sebagai permukiman penduduk; Buku Putih Kabupaten Berau IV - 4

g. Pelaksanaan pengerukan sungai secara periodik. 3. Meningkatkan peran aktif seluruh anggota masyarakat untuk berpartisipasi secara luas dalam pembangunan sanitasi (Sanitasi urusan bersama) a. Meningkatkan kepedulian seluruh masyarakat melaluipengelolaan dan pemanfaatan drainase dengan benar; b. Terwujudnya peran serta masyarakat untuk berpartisipasi secara luas dalam melestarikan prasarana drainase perumahan / permukiman & drainase Kota. 3.4.1 Air Bersih Strategi pengelolaan air bersih adalah sebagai berikut : 1. Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku Secara Bertahap dan Konservasi Sumberdaya Air a. Pengembangan dan pengelolaan embung sebagai air baku; b. Peningkatan partisipasi masyarakat serta pengamanan pantai dan sungai dalam rangka penyelamatan air; c. Pembangunan prasarana sumber daya air; d. Penyediaan dan pengelolaan air baku; e. Pengembangan, pengelolaan, dan konservasi sungai, danau, dan sumber daya air lainnya. 2. Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih a. Peningkatan cakupan layanan air bersih di perkotaan dan pedesaan; b. Peningkatan kinerja PDAM dalam pelayanan air minum; c. Pembangunan sarana dan prasarana air bersih; d. Optimalisasi dan pemeliharaan sarana prasarana air bersih yang sudah ada; e. Pembinaan dan peningkatan SDM dalam pengelolaan dan operasional air bersih, khususnya di pedesaan. Buku Putih Kabupaten Berau IV - 5

4.2.5. Peningkatan Pemahaman Masyarakat tentang Pentingnya Merubah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan Strategi PHBS adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan pencapaian derajat kesehatan melalui promosi, sosialisasi, pembinaan masyarakat cara hidup sehat; 2. Pemberdayaan perempuan dan keluarga dalam meningkatkan mutu kesehatan keluarga; 3. Peningkatan upaya-upaya pencegahan penyakit melalui pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat; 4. Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat dengan meningkatkan kualitas rumah tangga yang sehat; 5. Peningkatan teknologi dan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan untuk mencegahan penyakit; 6. Peningkatan hygiene sanitasi lingkungan perumahan dan tempat-tempat umum lainnya. 4.3. RENCANA PENINGKATAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR Air limbah yang dihasilkan di Kota Tanjung Redeb dapat berupa limbah domestik yang dihasilkan oleh kawasan permukiman, maupun limbah non domestik yang dihasilkan oleh kegiatan perdagangan, industri kecil maupun aktivitas lainnya. Terkait dengan hal ini, maka rencana pengelolaan limbah dilakukan dengan menerapkan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Melengkapi persyaratan teknis sarana-sarana sanitasi yang ada di dalam rumah maupun pabrik untuk setiap unit lingkungan perumahan dan lingkungan non perumahan dengan kriteria teknis perencanaan sistem setempat. 2. Untuk lokasi permukiman, bagi rumah yang cukup luas halamannya dilakukan pembangunan tangki septik yang memenuhi syarat. Untuk rumah yang halamannya tidak terlalu luas, maka diperlakukan sama dengan kavling industri dalam mengelola limbah domestik. 3. Di kavling industri, diterapkan 2 (dua) jenis penanganan limbah, yaitu domestik dan non domestik. 4. Penyediaan sarana pengumpul yang dilengkapi dengan pompa vacum (vacum truck). Pengumpulan dan pengolahan limbah industri di lokasi WWTP (Waste Buku Putih Kabupaten Berau IV - 6

Water Treatment Plant) ini harus dilakukan sesuai standar yang berlaku dan didahului dengan pembuatan Studi AMDAL. 5. Teknis penanganan limbah cair industri dikelola dengan sistem kolektif, karena memiliki karakteristik yang sama, sedangkan untuk limbah permukiman dan komersial dilakukan secara mandiri (individu). Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam Pengolah Limbah (WWTP) diantaranya adalah aspek pemilihan sistem teknologi pengolahan, ketersediaan lahan, kebutuhan energi, biaya investasi-operasi pemerliharaan, dan dampak lingkungan (tanah, udara dan air) yang mungkin timbul. Dengan demikian, pada tahap selanjutnya diperlukan studi terkait pembuatan studi detail pengolahan limbah cair, pelaksanaan pembangunan pipa pengumpul, penyaluran limbah cair, dan pembangunan instalasi pengolahan limbah cair. Untuk on-site system tetap diperlukan sarana pengangkutan akumulasi lumpur tinja dari masing-masing sarana Septic Tank yang ada ke suatu bangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). IPLT ini diperlukan untuk mengolah lumpur tinja yang disedot dari setiap sarana septic tank dan masih mengandung konsentrat pekat dari bahan organik, sebelum dibuang atau dipergunakan untuk keperluan lain. Pengalokasian IPLT dapat dilakukan pada blok yang sama dengan pengolah limbah. Untuk mendidik dan menambah kesadaran pemerintah daerah dan masyarakat tentang pentingnya sanitasi yang baik, harus dilaksanakan strategi promosi. Promosi ini lebih baih dilaksanakan melalui program Pemasaran Sosial yang diharapkan untuk menunjang keinginan masyarakat untuk menggunakan fasilitas pengolahan lumpur tinja (IPLT) yang baik dan sehat. Pembangunan prasarana dan sarana air Iimbah harus memperhatikan dampak sampingan yang mungkin timbul akibat penyebaran wabah melalui pencemaran dan bidang resapan dan konstruksinya harus benar-benar diperhatikan agar tidak mencemari air tanah. Dari hasil analisis masalah air limbah yang dilakukan, maka pengembangan sistem pengelolaan limbah meliputi: a. pengembangan sistem pengelolaan air limbah setempat; dan b. pengembangan sistem pengelolaan air limbah terpusat meliputi : Buku Putih Kabupaten Berau IV - 7

1) pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) di Kecamatan Tanjung Redeb; 2) peningkatan fungsi Incenerator di Rumah Sakit Umum Daerah Kecamatan Tanjung Rereb; 3) Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Terpusat di permukiman; dan 4) peningkatan prasarana sanitasi komunal lingkungan permukiman. 4.4. RENCANA PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH (LIMBAH PADAT) Rencana peningkatan pengelolaan Sampah (limbah padat) yang sedang dan akan dilaksanakan Kabupaten Berau khususnya di wilayah Kota Tanjung Redeb dan sekitarnyasesuaidengan analisa kebutuhan berdasarkan konsep pola pengelolaan sampah terpadu, maka rencana pengelolaan sistem jaringan persampahan meliputi: a. pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) menjadi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (sanitary landfil) meliputi: 1) Revitalisasi TPA di Kelurahan Bedungun Kecamatan Tanjung Redeb seluas 12 (dua belas) hektar; 2) Pembangunan TPA di Tanjung Batu. b. Pembangunan Tempat Penampungan Sementara (TPS) meliputi; 1) Kecamatan Tanjung Redeb ; 2) Kecamatan Teluk Bayur; 3) Kecamatan Gunung Tabur; 4) Kecamatan Sambaliung; 5) Kampung Pulau Derawan di Kecamatan Pulau Derawan. c. Pengelolaan sampah Reduce, Reuse, Recycle (3R) di permukiman; d. Peningkatan prasarana pengelolaan sampah permukiman; dan Buku Putih Kabupaten Berau IV - 8

e. Peningkatan prasarana pengelolaan limbah medis dan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). 4.5. RENCANA PENINGKATAN PENGELOLAAN DRAINASE LINGKUNGAN Berkaitan dengan jaringan drainase, permasalahan jangka pendek yang cukup mendesak untuk dipecahkan adalah masalah kualitas dari jaringan drainase itu sendiri, bukan pada masalah penambahan kapasitas jaringan drainase. Masalah kualitas jaringan drainase ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain: Adanya lahan-lahan cekung di tengah Ketidakjelasan hirarki elevasi jaringan (sistem leveling) drainase yang ada Pembuangan sampah dari masyarakat secara sembarangan yang menyebabkan drainase menjadi tersumbat Kecenderungan masyarakat untuk mengatasi masalah banjir dengan meninggikan (mengurug) lahan pekarangannya lebih tinggi dari area genangan banjir yang hanya bersifat quick temporary solution. Kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi adalah semua anggota masyarakat berpikir sama sehingga semuanya mengurug lahan pekarangannya lebih tinggi, yang pada gilirannya akan menyebabkan kemungkinan banjir menjadi semakin lebih tinggi. Pendangkalan dan penyumbatan drainase karena adanya endapan lumpur. Kesalahan jaringan drainase yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya sehingga masyarakat berinisiatif untuk memperbaiki dengan membuka jaringan drainase. Sebagai upaya penanganan masalah drainase kota, Pemerintah Kabupaten Berau, dalam hal ini Dinas PU Pengairan, telah melakukan kajian Redesain Drainase Kota Tanjung Redeb, Kabupaten Berau Kalimantan Timur. Alternatif perencanaan drainase di Kabupaten Berau ada 3, yaitu : Alternatif 1 Arah aliran menuju sungai dari bagian tengah kota, dengan kemiringan saluran yang konstran. Pemodelan ini menghasilkan sistem saluran drainase yang efektif, karena semua saluran di semua unit tidak mengalami banjir. Buku Putih Kabupaten Berau IV - 9

Alternatif 2 Pemodelan ini menghasilkan sistem jaringan drainase yang tahan terhadap volume debit yang dihasilkan oleh curah hujan maksimum periode ulang 10 tahun. Alternatif 3 Pada alternatif ini terdapat proses identifikasi saluran primer dan sekunder. Skenario yang dirancang adalah air pada saluran sekunder akan bermuara terlebih dahulu ke saluran primer, sehingga secara tidak langsung saluran primer ini berfungsi sebagai penampung air terakhir sebelum dibuang ke muara yang lebih besar lagi. Penetapan saluran primer ini didasarkan pada kemudahan akses untuk membuang air menuju dua sungai besar sekaligus. Sungai besar ini yaitu Sungai Segah dan Sungai Kelay menjadi tempat pembuangan akhir dari debit air yang ada di saluran primer. Saluran primer hanya terdapat pada salah satu sisi jalan saja, sedangkan saluran sekunder terdapat pada kedua sisi jalan. Keunggulan alternatif ketiga ini jika diandingkan dengan kedua alternatif sebelumnya, adalah pada dimensi saluran yang sangat kecil jika dibandingkan dengan dimensi saluran kedua alternatif lainnya. Lebar dasar untuk saluran sekunder adalah 0,5 meter, lebar puncak Buku Putih Kabupaten Berau IV - 10

1,10 meter dengan kedalaman 1 meter. Untuk saluran primer, lebar dasar 1 meter, lebar puncak 2 meter dengan kedalaman 1 meter. Penanganan drainase Kota Tanjung Redeb berdasarkan rencana pengelolaan sistem drainase meliputi: a. Pengembangan drainase mikro meliputi : 1) Pembangunan prasarana drainase permukiman perkotaan dan perdesaan; dan 2) Penataan sistem prasarana drainase secara terpadu meliputi primer, sekunder dan tersier. b. Pengembangan drainase makro melalui normalisasi dan rehabilitasi sungai. 4.6. RENCANA PENINGKATAN PENGELOLAAN AIR BERSIH KEBUTUHAN AIR BERSIH. Rencana debit kebutuhan air bersih di kawasan perencanaan berdasarkan kriteria umum pelayanan sistem perpipaan air bersih. Atas dasar proyeksi penduduk tahun 2015 kebutuhan air di kawasan perencanaan adalah 18.685.210 ltr. SUMBER AIR BERSIH. Dari hasil proyeksi kebutuhan air bersih daerah layanan dapat ditentukan debit yang harus disediakan oleh sumber air baku. Dalam menentukan debit sumber air baku yang harus disediakan, ada beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan seperti pemakaian faktor hari maksimum, lama supply air bersih dari Instalasi Pengolah Air ke daerah layanan (24 jam per hari), serta adanya kebocoran pipa yang harus diperhitungkan, selain itu pemakaian air untuk keperluan fasilitas umum seperti hidrant umum, hidrant pemadam kebakaran harus dijadikan sebagai safety factor : Pemakaian faktor hari maksimum (1,15) Lama supply air bersih dari Instalasi Pengolah Air ke daerah pelayanan (24 jam per hari) Faktor kebocoran pipa dan fire hidrant (25%) Buku Putih Kabupaten Berau IV - 11

Tabel 4.1 Kriteria Teknis Sistem Jaringan Perpipaan Air Bersih No Uraian Standar 1 Kapasitas Aliran a. Sumber Air b. Kapasitas Produksi c. Pompa 2 Dimensi Pipa d. Jaringan Pipa Transmisi Distribusi a. Koeff. Hazen Williams (pipa baru) b. Kecepatan aliran Hari maksimum Hari maksimum Hari maksimum Hari maksimum Hari maksimum C = 120 0,3 2,5 m/det 3 Jarak maksimum valve, hidran kebakaran dan kran umum: a. Katup b. Hidran Kebakaran Pusat Ekonomi Pusat permukiman berkepadatan tinggi dan sedang Permukiman berkepadatan rendah Kran Umum Setiap junction pipa Setiap persimpangan pipa 300 m 300 m 1000 m Melayani 20 KK 4 Tekanan Air a. Tekanan Statis Maksimum b. Sisa Tekanan (Residual Head) 5 Kapasitas Resrvoir Volume Reservoir Distrbusi 75 m 10 m 20% kebutuhan hari maksimum Sumber: Pedoman Pengembangan Sistem Air Bersih, Dept. PU Pengembangan Sistem dan Rencana Jaringan. Secara garis besar ada beberapa kriteria yang digunakan dalam merencanakan sistem jaringan perpipaan untuk air bersih, diantaranya adalah : Biaya instalasi yang terjangkau Buku Putih Kabupaten Berau IV - 12

Menggunakan teknologi yang tepat Biaya perawatan yang rendah Sederhana, efektif dan efisien Komponen yang dibutuhkan ada dan mudah didapatkan Gambar 4.1 Prinsip Dasar Sistem Distribusi Air Bersih Pompa/Menara Air Saluran Tersier Saluran Sekunder Saluran Primer Saluran Kota Jalur Transmisi. Pipa transmisi sebaiknya menggunakan pipa baja. Pemilihan jalur transmisi perlu mempertimbangkan segi teknis (implementasi di lapangan secara efisien dan tingkat resiko yang rendah) dan segi ekonomis (sedapat mungkin membutuhkan biaya semurah mungkin). Penentuan kapasitas pipa transmisi didasarkan kepada perhitungan debit hari maksimum dengan lama waktu pengaliran air baku dari sumber ke Instalasi Pengolah Air selama 24 jam. Sistem Distribusi. Perpipaan distribusi adalah sistem penyaluran air bersih dari reservoir distribusi ke daerah pelayanan dan merupakan sistem yang paling penting dalam penyediaan air minum. Pada sistem distribusi sejauh mungkin dihindari terjadinya kebocoran, dan menjaga tekanan dalam pengaliran yang dapat menjangkau seluruh daerah pelayanan walaupun yang paling kritis sekalipun. Penentuan kapasitas pipa distribusi didasarkan kepada debit jam puncak. Pipa distribusi yang dipakai biasanya adalah pipa PVC, sedangkan untuk pipa yang melewati jembatan dan pipa yang terbuka lainnya perlu dipilih dari bahan besi atau baja yang lebih kuat. Buku Putih Kabupaten Berau IV - 13

Organisai Pengelola. Pengelolaan sistem jaringan perpipaan air bersih di wilayah perencanaan berada di bawah tanggungjawab dan pengawasan PDAM Kabupaten Berau. Retribusi air bersih setiap bulannya dibayarkan ke instansi ini sebagai pengganti biaya konstruksi, operasional, pemeliharaan dan pendapatan daerah. Untuk sistem non perpipaan (kran umum) pengelolaannya diserahkan kepada masyarakat dengan memanfaatkan LSM atau Koperasi Warga. Jika saat ini, PDAM baru mampu melayani 60% dari total jumlah penduduk Kota Tanjung Redeb, maka menjadi persoalan adalah bagaimana memperoleh supply air bersih untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Beberapa alternatif skenario pemenuhan kebutuhan air bersih adalah: 1. Peningkatan kapasitas produksi PDAM harus lebih diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan domestik dan kegiatan perdagangan 2. Penyediaan air untuk keperluan non domestik dapat dilakukan dengan kerjasama dengan pengusaha swasta, sedang pengadaan jaringan dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah sebagai salah satu bentuk subsidi untuk merangsang tumbuhnya investasi baru. 4.7. RENCANA PENINGKATAN KAMPANYE PHBS Kegiatan kampanye PHBS akan dilakukan disetiap kecamatan dan di Kabupaten Berau dengan rencana aktivitas sebagai berikut: Tabel 4.2. Rencana Kampanye PHBS Bentuk Kampanye PHBS Wilayah Prioritas Pelaksana Pertemuan rutin kader PHBS. Memberikan pemahaman materi PHBS dalam konteks Sanitasi (limbah, air bersih, sampah, drainase) Seluruh kecamatan & PKK, Sanitarian Puskesmas Pembekalan PHBS bagi kader-kader Seluruh kecamatan & PKK, Sanitarian Puskesmas Kampanye PHBS melalui paguyuban-paguyuban, dan grup kesenian (melalui lagu-lagu daerah atau bentuk lainnya). Seluruh kecamatan & PKK, Sanitarian Puskesmas, LPM, Sekolah-sekolah Studi banding PHBS Tim Gabungan (Pokja Sanitasi) Pokja Sanitasi Buku Putih Kabupaten Berau IV - 14

Bentuk Kampanye PHBS Wilayah Prioritas Pelaksana Pelatihan kader utk pelaksanaan survey PHBS Seluruh kecamatan & PKK, Sanitarian Puskesmas, LPM, Sekolah-sekolah Lomba PHBS tingkat RT/Posyandu, antar sekolah (kebersihan lingkungan dan prilaku) Seluruh kecamatan & PKK, Sanitarian Puskesmas, LPM, Sekolah-sekolah Mendorong lahirnya perda untuk kawasan dilarang merokok Kawasan perkotaan umum Pokja Sanitasi Poster-poster, buku panduan PHBS Seluruh kecamatan & Pokja Sanitasi, PKK, Sanitarian Puskesmas, Sekolah-sekolah Kerja bakti Lomba RT bersih (oleh KKPPK) Pertemuan rutin (setiap Jumat minggu pertama) Kampanye PHBS (Pengaturan pembuangan sampah di sungai & laut) Pengkaderan PHBS rumah tangga (air bersih dan jamban) Seluruh kecamatan & Seluruh kecamatan & Seluruh kecamatan & Puskesmas, LPM, KKPPK LPM dan Puskesmas Buku Putih Kabupaten Berau IV - 15