BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. : 1 jalur, 2 arah, 2 lajur, tak terbagi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. cara membandingkan hasil perhitungan manual dengan hasil perhitungan

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Data yang digunakan untuk analisa tugas akhir ini diperoleh dari PT. Wijaya

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

BAB IV ANALISA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN BETON. genangan air laut karena pasang dengan ketinggian sekitar 30 cm. Hal ini mungkin

BAB 3 METODOLOGI. a. Peninjauan pustaka yang akan digunakan sebagai acuan penulisan dan

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU PADA RUAS JALAN LINGKAR MAJALAYA MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA 2002

BAB III METODE PERENCANAAN START

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan

Perkerasan kaku Beton semen

SEMINAR NASIONAL HAKI Tiara Convention Hall, Medan Mei 2014

RANCANGAN RIGID PAVEMENT UNTUK OVERLAY JALAN DENGAN METODE BETON MENERUS DENGAN TULANGAN

Dwi Sulistyo 1 Jenni Kusumaningrum 2

Perencanaan Ulang Jalan Raya MERR II C Menggunakan Perkerasan Kaku STA Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. dalam perencanaan jalan, perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang dapat

Abstrak BAB I PENDAHULUAN

KOMPARASI HASIL PERENCANAAN RIGID PAVEMENT MENGGUNAKAN METODE AASHTO '93 DAN METODE Pd T PADA RUAS JALAN W. J. LALAMENTIK KOTA KUPANG

PERHITUNGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PADA PROYEK PELEBARAN GERBANG TOL BELMERA RUAS TANJUNG MULIA DAN BANDAR SELAMAT-MEDAN LAPORAN

PERENCANAAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PADA RUAS JALAN BATAS KOTA PADANG SIMPANG HARU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN ULANG DENGAN MENGGUNAKAN PERKERASAN KAKU RUAS JALAN PONCO- JATIROGO STA STA KABUPATEN TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR

TUGAS AKHIR ALTERNATIF PENINGKATAN KONSTRUKSI JALAN DENGAN METODE PERKERASAN LENTUR DAN KAKU DI JL. HR. RASUNA SAID KOTA TANGERANG.

PERENCANAAN JALAN RING ROAD BARAT PEREMPATAN CILACAP DENGAN MENGGUNAKAN BETON

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISA TEBAL PERKERASAN KAKU BERDASARKAN METODE BINA MARGA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC SKRIPSI

PENGARUH BEBAN BERLEBIH TERHADAP TEBAL PERKERASAN KAKU METODE DEPKIMPRASWIL 2003

BAB II STUDI PUSTAKA. sarana perhubungan untuk distribusi barang dan jasa. Sistem jaringan ini diatur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan perkerasan jalan beton semen

PERENCANAAN JALAN LINGKAR UTARA BREBES-TEGAL STA STA Abdullah, Purnomo, YI. Wicaksono *), Bagus Hario Setiadji *)

ANALISIS PERHITUNGAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK JALAN TOL MEDAN-KUALANAMU KABUPATEN DELI SERDANG LAPORAN

PERENCANAAN KONSTRUKSI JALAN RAYA RIGID PAVEMENT (PERKERASAN KAKU)

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bina Marga dalam SKBI : dan Pavement Design (A Guide. lalu-lintas rencana lebih dari satu juta sumbu kendaraan niaga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB IV STUDI KASUS BAB 4 STUDI KASUS

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN TUBAN BULU KM KM JAWA TIMUR DENGAN PERKERASAN LENTUR

T:,#HllT,ffilI. Jil?fl ;lffit. (Rivicw [lcsign) nt) LEMBAGA PENELITIAN TINIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN Yetfv Ririq Rotua Sarasi. ST" MT.

Pd T Perencanaan perkerasan jalan beton semen

SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH)

ANALISIS KERUSAKAN DAN PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2003 (Studi Kasus: Jl. Raya Bojonegara Serdang KM 2)

PERBANDINGAN HASIL PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN TIPE PERKERASAN KAKU ANTARA METODE AASHTO 1993 DENGAN METODE

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Desain Perkerasan Kaku Berdasarkan AASHTO Rigid Pavement ARI SURYAWAN (hal. 213)

PROYEK AKHIR. PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN PASURUAN-PILANG STA s/d STA PROVINSI JAWA TIMUR

PERENCANAAN KEMBALI PERKERASAN JALAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2003 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS RUAS JALAN MAJA-CITERAS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Jenis-jenis Perkerasan

METODE PELAKSANAAN DAN ESTIMASI (PERKIRAAN) BIAYA PADA LAPIS PERKERASAN JALAN BETON

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LAHAN PENUMPUKAN CONTAINER DI PT. KBN MARUNDA

Jl. Jendral Sudirman KM.3 Kota Cilegon Banten Indonesia

RUANG LINGKUP PENULISAN Mengingat luasnya perencanaan ini, maka batasan masalah yang digunakan meliputi :

PERENCANAAN JALAN DENGAN PERKERASAN KAKU MENGGUNAKAN METODE ANALISA KOMPONEN BINA MARGA (STUDI KASUS : KABUPATEN LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG)

PEMERINTAH KOTA KUPANG UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) KOTA KUPANG Kelompok Kerja Pengadaan Konstruksi

TINJAUAN ULANG PERENCANAAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PROYEK JALAN

PERBANDINGAN PERENCANAAN PERKERASAN KAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE

ANALISA PERHITUNGAN TEBAL LAPISAN PERKERASAN KAKU DENGAN METODE SNI Pd T PADA PROYEK PELEBARAN JALAN BATAS KOTA MEDAN TEMBUNG LUBUK PAKAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

Fitria Yuliati

PERENCANAAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) JALAN PURWODADI KUDUS RUAS

4.4 URAIAN MATERI : METODE ANALISIS PERKERASAN KAKU Metode Analisis Perkerasan Kaku Berbagai cara dan metode analisis yang digunakan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KERUSAKAN DAN PENANGANAN RUAS JALAN PURWODADI - GEYER ABSTRAK

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN

5.4 Perencanaan Plat untuk Bentang 6m

5.3. Perencanaan Geometrik Jalan 1. Alinyemen Horisontal Spiral-Circle-Spiral

Study of Comparative Methods of Flexible Pavement and Rigid Pavement Alfikri 1), Hendra Taufik 2) 1)

BAB II LANDASAN TEORI

PERENCANAAN TEBAL LAPIS PERKERASAN KAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA 2003 DAN METODE BEAM ON ELASTIC FOUNDATION

TUGAS AKHIR NO : 934/WM/FT.S/SKR/2016 PERENCANAAN JALAN MENGGUNAKAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) RUAS JALAN W.J. LALAMENTIK KOTA KUPANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. Dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan. dalam konfigurasi beban sumbu seperti gambar 3.

Pelaksanaan Pembangunan Jalan Cisalatri Bandung

PERENCANAAN DAN ANALISA BIAYA INVESTASI ANTARA PERKERASAN KAKU DENGAN PERKERASAN LENTUR PADA JALUR TRANS JAKARTA BUSWAY

Studi Perencanaan Tebal Lapis Tambah Di Atas Perkerasan Kaku

Perbandingan Konstruksi Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisis Ekonominya pada Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Mojoagung

PENGARUH NILAI CBR TANAH DASAR DAN MUTU BETON TERHADAP TEBAL PELAT PERKERASAN KAKU METODE BINA MARGA

PENGGUNAAN METODE CAKAR AYAM MODIFIKASI SEBAGAI SOLUSI PEMBANGUNAN JALAN DI ATAS TANAH EKSPANSIF

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : RATNA FITRIANA NIM : D

BAB IV PERENCANAAN. Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI

TINJAUAN ULANG PERHITUNGAN PERENCANAAN TEBALPERKERASAN KAKU(RIGID PAVEMENT) PROYEK

STUDI BANDING DESAIN TEBAL PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN METODE SNI F DAN Pt T B

Memperoleh. oleh STUDI PROGRAM MEDAN

BAB III LANDASAN TEORI. jalan, diperlukan pelapisan ulang (overlay) pada daerah - daerah yang mengalami

PERENCANAAN AKSES JALAN UNDERPASS STASIUN KERETA API PADALARANG KABUPATEN BANDUNG BARAT DENGAN PERKERASAN KAKU SEPANJANG 1.85 km

Perhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Tanjung Perak Perhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Sampang...

BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data

Perbandingan Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisa Ekonominya pada Proyek Jalan Sindang Barang Cidaun, Cianjur.

BAB III METODA PENELITIAN

LAMPIRAN 1 GAMBAR KERJA

DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA

B. Metode AASHTO 1993 LHR 2016

ANALISA DESAIN OVERLAY DAN RAB RUAS JALAN PONCO - JATIROGO LINK 032, STA KM

ANALISIS RANCANGAN PERBANDINGAN METODE (BINA MARGA DAN AASHTO 1993) KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN BETON DENGAN LAPIS TAMBAHAN PADA KONDISI EXISTING

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PADA RUAS JALAN TOL KARANGANYAR - SOLO NASKAH TERPUBLIKASI TEKNIK SIPIL

Studi Pengaruh Pengurangan Tebal Perkerasan Kaku Terhadap Umur Rencana Menggunakan Metode AASHTO 1993

Transkripsi:

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Perencanaan Jalan berikut : Perhitungan perkerasan kaku akan dilakukan dengan rencana data sebagai Peranan jalan Tipe jalan Rencana jenis perkerasan Lebar jalan Bahu jalan Pondasi Usia rencana Kuat tekan beton (fc ) Dowel / ruji : Jalan Kolektor : 1 jalur, 2 arah, 2 lajur, tak terbagi : Kaku / rigid : 6 meter : Tidak : Stabilisasi : 20 tahun : 20 MPa : Ya Data lain yang tersedia adalah : Curah hujan per tahun Tanah dasar : 2300 3000 mm/tahun : Nilai CBR diambil dari 2 titik uji dengan alat DCP (Dynamic Cone Penetrometer), dengan sudut conus 30. Titik 1 didaptkan nilai CBR 6.26%, titik 2 didapatkan nilai CBR 6.14%. Sehingga didapatkan hasil nilai rata-rata CBR 6.20 %. IV-1

Data lalu lintas : Tabel 4.1 Jumlah lalu lintas harian (LHR) yang di dapat dari tahun 2010-2013 Jenis Kendaraan Sumber : Hasil analisis Angka pertumbuhan lalu lintas (i) dihitung dengan rumus : Tabel 4.2 Pertumbuhan LHR tahun 2010-2013 Jalan Balabak Jrakah No Tahun LHR LHRo LHRT n i (%) 1 2010 6209 - - - - 2 2011 5302 6209 5302 1-14.61 3 2012 5684 5302 5684 2 7.20 4 2013 11492 5684 11492 3 102.18 Sumber : Hasil analisis Contoh perhitungan: Diketahui LHR tahun 2012 = 5684 kendaraan, n =2 LHR 2011 (LHRo) = 5302 kendaraan i (2012) = 5684 5302 x 100% = 7.2 % 5302 IV-2 Tahun 2010 2011 2012 2013 Mobil Penumpang 3943 3655 4160 6457 Bus 400 119 197 949 Truk ringan 2 sumbu 984 68 0 1664 Truk sedang 2 sumbu 882 1460 1327 2012 Truk 3 sumbu 0 0 0 410 Total 6209 5302 5684 11492 in = LHRTn - LHRTn-1 x 100% LHRTn-1 Pertumbuhan rata-rata 31.59 Pertumbuhan rata-rata (i) = (-14.61) + 7.2 + 102.18 = 31.59%. 3

Didapat nilai pertumbuhan lalu lintas (i) 31.59%. Sehingga LHR untuk tahun 2016 dapat diketahui dengan rumus LHRT = LHR o (1 + i) n Tabel 4.3 LHR tahun 2016 Jalan Balabak Jrakah Jenis Kendaraan Tahun 2013 (LHRo) Tahun 2016 (LHRT) Mobil Penumpang 6457 14713.89 Bus 949 2162.53 Truk ringan 2 sumbu 1664 3791.84 Truk sedang 2 sumbu 2012 4584.84 Truk 3 sumbu 410 934.28 Total 11492 26187.41 Sumber : Hasil analisis Contoh perhitungan : LHRo bus tahun 2013 = 949 kendaraan LHRT bus tahun 2016 = LHR o (1 + i) n = 949 (1+31.59%) 3 = 2162.53 kendaraan 4.2 Perhitungan Perkerasan Beton Bersambung Dengan Tulangan (BBDT) 4.2.1. Analisa Lalu Lintas Kendaraan Berdasarkan volume lalu lintas kendaraan, dapat diketahui jumlah sumbu dan beban sumbu tiap jenis kendaraan niaga. Adapun perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 4.4. IV-3

Tabel 4.4 Perhitungan jumlah sumbu berdasarkan jenis dan bebannya Jenis Kendaraan Sumber : Hasil analisis Keterangan : Konfigurasi beban sumbu (ton) Jml. Kend (bh) Jml. Sumbu Per Kend (bh) IV-4 Jml. Sumbu (bh) STRT STRG STdRG RD RB RGD RGB BS BS BS JS JS (bh) JS (bh) (ton) (ton) (ton) (bh) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Mobil Penumpang 1 1 - - 14713.89 - - - - - - - - Bus 3 5 - - 2162.53 2 4325.07 3 2162.53 5 2162.53 - - Truk 2 As 2 3791.84 2 4 - - 3791.84 2 7583.68 kecil 4 3791.84 - - - - Truk 2 As besar 5 8 - - 4584.85 2 9169.69 5 4584.88 8 4584.85 - - Truk 3 As 6 14 - - 934.28 2 1868.57 6 934.28 - - - - Total 22947.03 15265.35 6747.38 RD = Roda depan STRT = Sumbu tunggal roda tunggal RB = Roda belakang STRG = Sumbu tunggal roda ganda RGD = Roda gandeng depan STdRG = Sumbu tandem roda ganda RGB = Roda gandeng belakang BS = Beban sumbu JSKN = Jumlah sumbu setiap kendaraan niaga JS = Jumlah sumbu JSKNH = Jumlah sumbu kendaraan niaga harian

Penjelasan Tabel: Kolom (1) Kolom (2) : jenis kendaraan : konfigurasi beban sumbu (ton) Kolom (3) : jumlah kendaraan (unit), diambil dari tabel 4.3 Kolom (4) : jumlah sumbu per kendaraan (buah) Kolom (5) : jumlah sumbu (bh) = kolom (3) x (kolom (4) Contoh : Jml. sumbu bus = jml. kend. x jml. sumbu per kend. = 2162.53 x 2 = 4325.07 buah Kolom (6) Kolom (7) Kolom (8) Kolom (9) Kolom (10) Kolom (11) : beban sumbu (ton) - STRT : jumlah sumbu (bh) STRT : jumlah sumbu (ton) STRG : jumlah sumbu (bh) STRG : jumlah sumbu (ton) STdRG : jumlah sumbu (bh) -STdRG 4.2.2. Jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) Jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) selama umur rencana (20 tahun) dapat dihitung dengan persamaan 2.7: JSKN = 365 x JSKNH x R x C Dimana R (faktor pertumbuhan lalu lintas) didapat dari persamaan: R = (1+i) UR - 1 i IV-5

= (1+0,3159) 20-1 0,3159 = 764,297 JSKNH didapat dari tabel 4.4, Total Jumlah Sumbu = 22947,03. Nilai koefisien distribusi (C) didapat dari tabel 2.5. Dengan lebar perkerasan 6m, jumlah lajur 2 dan 2 arah maka didapat nilai C = 0,5. Tabel 4.5 Jumlah lajur berdasarkan lebar perkerasan dan koefisien distribusi (C) kendaraan niaga pada lajur rencana Lebar perkerasan (Lp) Jumlah lajur (nl) Koefisien distribusi 1 Arah 2 Arah Lp < 5,50 m 1 lajur 1 1 5,50 m L p < 8,25 m 2 lajur 0,7 0,5 8,25 m L p < 11,25 m 3 lajur 0,5 0,475 11,23 m L p < 15,00 m 4 lajur - 0,45 15,00 m L p < 18,75 m 5 lajur - 0,425 18,75 m L p < 22,00 m 6 lajur - 0,4 Sumber : Pd T-14-2003 dan hasil analisis JSKN = 365 x JSKNH x R x C = 365 x 22947,03 x 764,297 x 0,5 = 3.200.749.346,41 = 3 x 10 9 Jenis Sumbu 4.2.3. Perhitungan Repetisi Sumbu yang Terjadi Beban Sumbu (ton) Perhitungan repetisi sumbu dapat dilihat di tabel 4.5. Tabel 4.6 Perhitungan repetisi sumbu rencana Jumlah Sumbu Proporsi Beban Proporsi Sumbu IV-6 Lalu lintas Rencana Repetisi yang terjadi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)=(4)x(5)x(6)

STRT 6 934,29 0,06 0,69 5 4584,85 0,30 0,69 4 3791,84 0,25 0,69 3 2162,53 0,14 0,69 3 x 10 9 135849609,9 3 x 10 9 666657110,2 3 x 10 9 551350612,1 3 x 10 9 314442145,9 2 3791,84 0,25 0,69 Total 15265,35 1 3 x 10 9 551350612,1 STRG 8.00 4584,85 0,68 0,31 3 x 10 9 666657110,2 5.00 2162,53 0,32 0,31 3 x 10 9 3144421459 Total 6747,38 1 STdRG Total Komulatif 3.200.749.346,41 Sumber : Hasil analisis Penjelasan Tabel: Kolom (1) : jenis sumbu Kolom (2) : beban sumbu (ton), berdasarkan tabel 4.4 kolom 6 dan 8, urutan dari besar ke kecil di setiap jenis sumbu Kolom (3) : jumlah sumbu, berdasarkan tabel 4.4 kolom 7 dan 9, masukkan sesuai jenis sumbu dan beban sumbu Kolom (4) : proporsi beban = jumlah sumbu total jumlah sumbu Contoh : Proporsi beban sumbu 4 ton = jumlah sumbu total jumlah sumbu = 3791.84 : 15265.35 = 0.25 IV-7

Kolom (5) : proporsi sumbu = jumlah total sumbu JSKN rencana Contoh : Proporsi sumbu 4 ton = jumlah total sumbu JSKN rencana = 15265,35 : (3 x 10 9 ) = 0,69 Kolom (6) Kolom (7) : lalu lintas rencana = JSKN rencana : repetisi yang terjadi = proporsi beban x proporsi sumbu x lalu lintas rencana Contoh : Repetisi sumbu 4 ton = proporsi beban x proporsi sumbu x lalu lintas rencana = 0,25 x 0,69 x (3 x 10 9 ) = 551.350.612,1 4.2.4. Jenis dan Tebal Lapis Pondasi Bawah Untuk menentukan jenis dan tebal pondasi bawah, digunakan Gambar 2.2. Dengan CBR tanah dasar 6,20 % yang didapat dari data pengujian CBR di lapangan, dan jumlah repetisi sumbu yang terjadi 3 x 10 9 (Tabel 4.6), maka : IV-8

Gambar 4.1 Tebal pondasi bawah minimum untuk perkerasan beton semen. Sumber : Pd T-14-2003 dan hasil analisis Cara membaca grafik : a. Dari tabel 4.5 didapat repetisi sumbu 3.200.749.346,41 = 3x10 9. Kemudian lihat bagian bawah grafik (jumlah repetisi sumbu), mencari letak 3x10 9. Tarik garis ke atas. b. Diketahui CBR tanah dasar 6,20 %. Lihat bagian kiri grafik (CBR tanah dasar rencana), mencari letak 6,2. Tarik garis ke kanan, sampai menemui tegak lurus dengan garis dari jumlah repetisi sumbu. c. Didapatkan garis pertemuannya menunjukkan pada titik 148 mm CBK. IV-9

Didapatkan jenis pondasi bawah berupa campuran beton kurus dengan tebal 148 mm. 4.2.5. CBR Efektif Diketahui CBR tanah dasar dari pengujian di lapangan 6,20%, dan tebal pondasi bawah minimum dari gambar 4.1 adalah 148mm. Dengan menggunakan gambar 2.3 dapat ditentukan CBR efektif, yaitu : Gambar 4.2 CBR tanah dasar efektif dan tebal pondasi bawah Sumber : Pd T-14-2003 dan hasil analisis IV-10

Cara membaca grafik : a. Diketahui CBR tanah dasar 6,20%. Lihat bagian bawah grafik (CBR tanah dasar rencana). Tarik garis ke atas, sampai bertemu dengan titik 148mm BP. b. Menarik garis tegak lurus ke kiri. Didapat CBR tanah dasar efektif 40%. Diperoleh CBR efektif sebesar 40%. 4.2.6. Faktor Keamanan Beban (F KB ) Berdasarkan tabel 2.7, dengan peranan jalan sebagai jalan kolektor, maka faktor keamanan beban (F KB ) sebesar 1,0. No 1 2 Tabel 4.7 Faktor keamanan beban (F KB ) Penggunaan Jalan bebas hambatan utama (major freeway) dan jalan berlajur banyak, yang aliran lalu lintasnya tidak terhambat serta volume kendaraan niaga yangtinggi. Bila menggunakan data lalu-lintas dari hasil survai beban (weight-in-motion) dan adanya kemungkinan route alternatif, maka nilai factor keamanan beban dapat dikurangi menjadi 1,15. Jalan bebas hambatan (freeway) dan jalan arteri dengan volume kendaraan niaga menengah. Nilai F KB 1,2 1,1 3 Jalan dengan volume kendaraan niaga rendah. 1,0 Sumber : Pd T-14-2003 dan hasil analisis IV-11

4.2.7. Kuat Tarik Lentur Beton (f cf ) Dengan jenis agregat berupa agregat pecah dan kuat tekan beton (f c ) 20 Mpa, maka kuat tarik lentur beton adalah : f cf = K f c Dimana K = konstanta, 0,7 untuk agregat tidak dipecah dan 0,75 untuk agregat pecah. f cf = K f c = 0,75 20 = 3,35 Mpa 4.2.8. Tebal Taksiran Pelat Beton Diketahui : Kuat tarik lentur beton (f cf ) Peranan jalan : 3,35 Mpa : jalan kolektor di luar kota Dengan ruji Faktor keamanan beban (F KB ) : 1,0 CBR efektif : 40% Jumlah repetisi sumbu : 3.200.749.346,41 = 3,2x10 9 Dengan menggunakan gambar 4.3 dapat ditentukan nilai tebal taksiran pelat beton. Karena grafik perencanaan pelat beton tidak ada yang sama persis dengan nilai f cf, F KB, dan CBR efektif di atas, maka diambil grafik yang mendekati nilai tersebut (gambar 4.3), yaitu : IV-12

Gambar 4.3 Contoh grafik perencanaan, fcf = 4,25Mpa, lalu lintas luar kota, Dengan ruji, FKB = 1,1 Sumber : Pd T-14-2003 dan hasil analisis Cara membaca grafik : a. Jumlah repetisi sumbu = 3,2x10 9. Lihat bagian bawah grafik (kelompok sumbu kendaraan niaga), mencari nilai yang mendekati 3,2x10 9 yaitu 3x10 9. Tarik garis ke atas sampai bertemu garis Garis didapat dari nilai jalan dengan tanpa bahu IV-13

beton, dan diambil CBR efektif 35%, yang mendekati nilai 40%. b. Menarik garis tegak lurus ke kiri, lalu baca tebal slab beton (mm). Didapat tebal slab beton 260mm. Jadi didapat tebal taksiran pelat beton = 260mm. 4.2.9. Analisa Fatik dan Erosi Analisa fatik dan erosi digunakan untuk menentukan tebal pelat beton optimum. Persen kerusakan analisa fatik dan erosi harus lebih kecil dari 100%. Tebal pelat beton 260 mm. IV-14

Jenis Sumbu Beban Sumbu ton (kn) Tabel 4.8 Analisa Fatik dan erosi kasus BBDT Beban Rencana per Roda (kn) Repetisi yang terjadi Faktor Tegangan dan Erosi Repetisi Ijin Analisa fatik Analisa Erosi Persen Rusak (%) Repetisi Ijin Persen Rusak (%) (1) (2) (3)= (2) x FKB/jml roda (4) (5) (6) (7)= (4) x 100/ (6) (8) (9)= (4) x 100/ (8) STRT 6 (60) 30 135849609,94 TE = 0,61 TT 0 TT 0 5 (50) 25 666657110,25 FRT = 0,1818 TT 0 TT 0 4 (40) 20 551350612,05 FE = 1,85, dibulatkan TT 0 TT 0 menjadi 2 3 (30) 15 314442145,94 TT 0 TT 0 2 (20) 10 551350612,05 TT 0 TT 0 STRG 8 (80) 20 666657110,25 TE = 1 TT 0 TT 0 5 (50) 12,5 314442145,94 FRT = 0,298 TT 0 TT 0 FE = 2,45 Total 0 < 100% 0 < 100% Sumber : Hasil analisis Dengan tebal pelat 260 mm, ternyata jumlah kerusakan fatik dan kerusakan erosi 0 < 100%. Maka tebal pelat minimum yang harus digunakan 260 mm sudah cukup kuat dan aman. IV-15

Penjelasan tabel : Kolom (1) : jenis sumbu (STRT, STRG) Kolom (2) : beban sumbu ton diubah ke kn Kolom (3) : beban rencana per roda (kn) = beban sumbu (kn) x F KB jumlah sumbu roda Contoh : Beban rencana per roda 50 kn = beban sumbu (kn) x F KB jumlah sumbu roda = (50 x 1) : 2 = 25 kn Kolom (4) : repetisi yang terjadi (diambil pada Tabel 4.6 kolom 7) Kolom (5) : faktor tegangan dan erosi (diambil dari tabel 2.11) TE = tegangan ekivalen FRT = faktor rasio tegangan = tegangan ekivalen : f cf = 0.61 : 3.35 = 0.1818 FE = faktor erosi Kolom (6) : analisa fatik repetisi ijin (Gambar 4.4) TT = tidak terbatas Kolom (7) : persentasi ijin (%) = Kolom 4 x kolom 6 100 IV-16

Contoh : Persentasi ijin sumbu 50 kn = (666657110.25 : 100) x TT = 0 % Kolom (8) : analisa erosi repetisi ijin (Gambar 4.5) TT = tidak terbatas Kolom (9) : persentasi ijin (%) = Contoh : Persentasi ijin sumbu 50 kn Kolom 4 x kolom 8 100 = (666657110.25 : 100) x TT = 0 % IV-17

Tabel 4.9 Tegangan ekivalen dan faktor erosi untuk perkerasan tanpa bahu beton. Sumber : Pd T-14-2003 dan hasil analisis IV-18

Gambar 4.4 Analisa Fatik dan repeti beban ijin berdasarkan rasio tegangan tanpa bahu beton untuk kasus BBDT Sumber : Pd T-14-2003 dan hasil analisis = STRT = STRG IV-19

Gambar 4.5 Analisa Fatik dan repetisi beban ijin berdasarkan faktor erosi tanpa bahu beton untuk kasus BBDT Sumber : Pd T-14-2003 dan hasil analisis = STRT = STRG IV-20

4.3 Perhitungan Tulangan BBDT Diketahui : Tebal pelat (h) Lebar pelat rencana Panjang pelat rencana (L) : 260 mm : 3 m (untuk 1 lajur) : 6 m Koefisien gesek antara pelat beton dengan pondasi bawah (µ) : 1,0, diambil dari tabel 2.4 Tabel 4.10 Nilai koefisien gesekan (µ) Koefisien No. Lapis pemecah ikatan gesekan (µ) 1 Lapis resap ikat aspal di atas permukaan pondasi bawah 1,0 2 Laburan parafin tipis pemecah ikat 1,5 3 Karet kompon (A chlorinated rubber curing compound) 2,0 Sumber : Pd T-14-2003 dan hasil analisis Kuat tarik ijin baja (f s ) : 240 Mpa Berat isi beton (M) : 2400 kg/m 3 Gravitasi (g) : 9,81 m/dt 2 4.3.1. Tulangan Memanjang Perhitungan tulangan memanjang menggunakan rumus 2.10, dimana, IV-21

A s f s : luas penampang tulangan baja (mm 2 /m lebar pelat) : kuat-tarik ijin tulangan (MPa). Biasanya 0,6 kali tegangan leleh. g : gravitasi (m/detik 2 ). h L : tebal pelat beton (m) : jarak antara sambungan yang tidak diikat dan/atau tepi bebas pelat (m) M : berat per satuan volume pelat (kg/m 3 ) µ : koefisien gesek antara pelat beton dan pondasi bawah As = 1,0 x 6 x 2400 x 9,81 x 0,26 2 x 240 = 76,52 mm 2 /m Syarat As minimum = 0,1 % x tebal pelat x1000 As min = 0,1 % x 260 x1000 As min = 260 mm 2 (As min > As, maka digunakan nilai As min). Digunakan tulangan diameter 12 mm jarak 200mm, maka: As = (1/4 x π x d 2 ) / jarak As = (1/4 x 3,14 x 12 2) / 0,2 As = 565,2 mm 2 /m 4.3.2. Tulangan Melintang Perhitungan tulangan memanjang menggunakan rumus 2.10, IV-22

As = 1,0 x 3 x 2400 x 9,81 x 0,26 2 x 240 = 38,26 mm 2 /m Syarat As minimum = 0,1 % x tebal pelat x1000 As min = 0,1 % x 260 x1000 As min = 260 mm 2 (As min > As, maka digunakan nilai As min). Digunakan tulangan diameter 12 mm jarak 300mm, maka: As = (1/4 x π x d 2 ) / jarak As = (1/4 x 3,14 x 12 2) / 0,3 As = 376,8 mm 2 /m 4.4 Sambungan Perkerasan Kaku 4.4.1. Sambungan memanjang dengan batang pengikut (tie bars) Jarak antar sambungan memanjang 3m. Luas penampang tulangan dihitung dengan rumus 2.8, A t = 204 x b x h, dimana : At = Luas penampang tulangan per meter panjang sambungan (mm) b = Jarak terkecil antar sambungan atau jarak sambungan dengan tepi perkerasan (m) h = Tebal pelat (m) A t = 204 x b x h A t = 204 x 3 x 0,26 A t = 159,12 mm 2 Digunakan besi ulir diameter 16 mm. IV-23

A t = 1/4 x π x d 2 A t = 1/4 x 3,14 x 16 2 A t = 200,96 mm 2 Panjang batang pengikat dihitung dengan rumus 2.9, l = (38,3 x ф) + 75 l = (38,3 x 16) + 75 l = 687,8 mm, dibulatkan menjadi 700 mm Jadi digunakan tulangan ulir diameter 16 mm dengan panjang 700 mm, dengan jarak batang pengikat 750 mm. 4.4.2. Sambungan susut melintang Kedalaman sambungan kurang lebih seperempat dari tebal pelat, 1/4 x 260 = 65 mm. Jarak sambungan susut melintang 8 15m. Sambungan dilengkapi dengan ruji polos panjang 45 cm, jarak antar ruji 30 cm, dengan diameter ruji 36mm (dari Tabel 2.8), lurus dan bebas dari tonjolan tajam yang akan mempengaruhi gerakan bebas pada saat pelat beton menyusut. Karena tebal pelat 260 mm tidak ada di tabel, maka diambil tebal paling besar diantara 220-250 mm. Tabel 4.11 Diameter ruji No Tebal pelat beton, h (mm) Diameter ruji (mm) 1 125 < h 140 20 2 140 < h 160 24 3 160 < h 190 28 IV-24

4 190 < h 220 33 5 220 < h 250 36 Sumber : Pd T-14-2003 dan hasil analisis IV-25

4.5 Gambar Perencanaan Gambar 4.6 Detail denah tulangan perkerasan beton Sumber : Hasil analisis IV-26

Gambar 4.7 Potongan A Sumber : Hasil analisis IV-27

Gambar 4.8 Potongan B Sumber : Hasil analisis IV-28

4.6 Rencana Anggaran Biaya Kegiatan : Perkerasan beton Nama paket : Peningkatan jalan Jrakah-Blabak Km.21+000- Km.25+000 Lokasi : Jalan Jrakah-Blabak, Kecamatan Sawangan, Kabupaten No I II 1 2 1 Magelang Tahun : 2016 Tabel 4.12 Rencana Anggaran Biaya Uraian Pekerjaan Umum Mobilisasi dan Demobilisasi Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas Pekerjaan Drainase Galian untuk selokan drainase dan saluran air Satua n Volu me IV-29 Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp) Ls 1 52.583.529,80 52.853.592,80 Ls 1 27.700.000,00 27.700.000,00 Total I Pekerjaan Umum 80.553.592,80 m3 1200 23.748,72 28.498.464,00 2 Pasangan Batu Mortar m3 60 685.718,12 41.143.087,20 3 4 5 III Gorong - Gorong Pipa Beton Bertulang, diameter dalam 95-105 cm Beton K-250 (fc'20) untuk struktur drainase beton minor Saluran beton bertulang pracetak U-40-60 Pekerjaan Tanah m' 1500 2.086.755,72 3.130.133.580,00 m3 22.5 1.541.899,15 34.692.730,88 m' 2500 1.063.000,47 2.657.501.175,00 Total II Pekerjaan Drainase 5.891.969.037,08 1 Galian Biasa m3 450 41.340,76 18.603.340,68 2 Galian Struktur dengan kedalaman 0-2 meter m3 3125 24.025,74 75.080.437,50

3 Galian perkerasan beton m3 36 450.000,00 16.200.000,00 4 Timbunan biasa manual m3 36 91.220,00 3.283.920,00 5 Timbunan pilihan dari sumber galian 6 Penyiapan Badan Jalan m2 IV Perkerasan Beton Semen 1 2 V 1 2 Lapis pondasi agregat kelas A Lapis pondasi bawah beton kurus Pekerjaan Struktur Beton mutu sedang fc'20 Mpa Baja tulangan U 24 polos untuk perkerasan beton semen m3 1800 159.922,92 287.861.256,00 2400 0 2.590,72 62.177.280,00 Total III Pekerjaan Tanah 463.206.234,18 m3 1200 525.231,58 630.277.895,11 m3 3552 1.561.794,71 5.547.494.809,92 Total IV Perkerasan Beton Semen 6.177.772.705,03 m3 6240 1.453.054,82 9.067.062.076,80 kg 3 Baja tulangan U 32 ulir kg 2468 01,23 2303, 4782 8.560,00 2.112.618.563,04 9.095,00 20.950.134,08 Total V Pekerjaan Struktur 11.200.,630.773,92 VI Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor 1 2 Pemotongan pohon diameter 30-50 cm Pemotongan pohon diameter 50-75 cm Buah 10 550.000,00 5.500.000,00 Buah 5 750.000,00 3.750.000,00 3 Patok Pengarah Buah 237 214.890,41 50.929.027,17 4 Patok Kilometer Buah 4 518.125,64 2.072.502,56 5 Patok Hektometer Buah 40 283.458,48 11.338.339,20 Total VI Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor 73.589.868,93 Sumber : Hasil analisis IV-30

Tabel 4.13 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya No Uraian Jumlah Harga Pekerjaan (Rp) I Pekerjaan Umum 80.553.592,80 II Pekerjaan Drainase 5.891.969.037,08 III Pekerjaan Tanah 463.206.234,18 IV Perkerasan Beton semen 6.177.772.705,03 V Pekerjaan Struktur 11.200.630.773,92 VI Pengembalian kondisi dan pekerjaan minor 73.589.868,93 Terbilang : Jumlah harga pekerjaan 23.887.722.211,94 PPN 10% 2.388.772.221,19 Total harga pekerjaan 26.276.494.433,14 Sumber : Hasil analisis Dua puluh enam milyar, dua ratus tujuh puluh enam juta, empat ratus sembilan puluh sembilan ribu, empat ratus tiga puluh tiga. IV-31