BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Suatu perusahaan menjalankan bisnisnya tidak hanya untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pertama atau tepatnya pada tahun 1920-an akibat kondisi pasca perang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang harus disajikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. cukup waktu untuk menyelesaikan usaha dan perjanjian-perjanjian usahannya.

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan ekonomi. (Standar Akuntansi Keuangan, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi akhir-akhir ini sebagai rangkaian dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang

BAB I PENDAHULUAN. Dari pernyataan di atas menarik untuk ditelusuri mengapa asumsi going concern

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tujuan perusahaan adalah dapat mempertahankan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi dan politik yang terjadi pada pertengahan tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan masalah kelangsungan usaha sebelum perusahaan. wajar tanpa pengecualian (Lennox, 2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Diajukan oleh : Suci Masrica /FE/AK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis ketika didirikan. Kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan mempertahankan kelangsungan usaha (going concern). Salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. Geus (1997) mengungkapkan fakta yang menarik tentang rata-rata harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan perkonomian suatu negara bisa dilihat melalui perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan selalu dihubungkan dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. berdiri sendiri yang terpisah dari pemiliknya. Perusahaan yang telah didirikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perumahan (suprime mortgage) di Amerika Serikat yang membawa implikasi

BAB I PENDAHULUAN. Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan audit report

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba atau profit

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberi mandat kepada pihak lain, yaitu agen. Agen disini melakukan semua

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari laporan keuangan telah dijelaskan dalam Statement of

BAB I PENDAHULUAN. suatu daya tarik bagi para investor. Investor biasanya menginvestasikan dananya pada

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya. Kelangsungan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. informasi laporan keuangan, yang nantinya akan dinilai dan dievaluasi kinerjanya

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab yang besar untuk mengeluarkan opini audit going concern. yang konsisten dengan keadaan sesungguhnya (Kartika, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas (Syahrul,2000). Asumsi going concern memiliki arti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Auditor eksternal akan menghasilkan opini audit. Going concern merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seorang kreditor memiliki kemampuan untuk menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan perusahaan sangat meningkat di Indonesia.

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup usahanya atau yang dikenal dengan istilah going

BAB I PENDAHULUAN. dianggap memberikan informasi yang salah. (going concern). Auditor perlu memberikan suatu pernyataan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) untuk melakukan audit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memberikan informasi kepada pihak yang berkepentingan seperti investor.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manipulasi akuntansi. Kasus bangkrutnya perusahaan pertelevisian

BAB I PENDAHULUAN. masalah keuangan (financial distress) yang dihadapi suatu perusahaan. Financial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) entitas bisnis tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Sebagai pemakai dan penyedia laporan keuangan, investor dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Laporan audit penting dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendapatan suatu negara merupakan hal yang sangat penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia

BAB I PENDAHULUAN. yang saling bertolak belakang. Selain profit yang tinggi salah satu yang menjadi

BAB I PENDAHULUAAN UKDW. sistem keuangan semua negara di dunia tak terkecuali di Indonesia. Krisis ini

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB I PENDAHULUAN. usahanya dan tidak jarang perusahaan akan mengalami kebangkrutan jika tidak

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang diambil oleh pengguna (user) akan selalu berpedoman pada

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga keuangan menurun akibat ketidakpercayaan dari konsumen.

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern) usahanya melalui asumsi going. concern. Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kredibilitas yang berguna bagi pihak pihak pemakai laporan. serta kesesuaiannya dengan prinsip prinsip akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut kepada pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan audit serta mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap investor pasti menginginkan investasi yang memberikan return yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan

BAB I PENDAHULUAN. opini audit wajar dengan pengecualian (qualified audit opinion) dan opini audit

BAB I PENDAHULUAN. erat dengan perusahaan yaitu sebagai salah satu stakeholder. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam SPAP SA 341 dijelaskan bahwa terkait opini going concern, auditor

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BABl PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai kasus hukum yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis ketika didirikan adalah untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2002:11) auditing adalah :

Judul: Pengaruh Opinion Shopping, Disclosure dan Reputasi KAP pada Opini Audit Going Concern

BAB I PENDAHULUAN. dipercaya sangat penting guna untuk pengambilan keputusan baik dari pihak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modal pada perusahaan apabila investasinya dapat menghasilkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak pihak menempatkan auditor sebagai pihak yang paling. mengeluarkan opini going concern. Auditor dalam mengeluarkan opini,

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan keuntungan seoptimal mungkin, tetapi juga bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. kasus ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas. Tucker et al.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat, menciptakan persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. Makin banyaknya jumlah perusahaan yang go public menyebabkan arus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran auditor salah satunya adalah dengan memberikan opini terhadap suatu perusahaan. Opini auditor sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Suatu perusahaan menjalankan bisnisnya tidak hanya untuk mendapatkan keuntungan saja. Tetapi perusahaan juga bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidupnya (going concern). Menurut Arens dan Lobbecke (2008) bahwa laporan audit adalah langkah terakhir dari seluruh proses audit. Artinya, auditor dalam memberikan suatu opini harus memberikannya secara profesional yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Opini dari auditor merupakan salah satu pertimbangan yang penting bagi para investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi di suatu perusahaan. Tidak hanya memberikan opini, auditor juga bertanggung jawab dalam mengevaluasi suatu perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Opini auditor diperlukan bagi pihak luar sebagai sumber informasi dan pedoman bagi pihak luar untuk mengambil keputusan. Going concern adalah salah satu konsep penting yang mendasari pelaporan keuangan. Jika auditor memberikan opini going concern, berarti perusahaan tersebut menunjukkan adanya kondisi ataupun peristiwa yang menimbulkan keraguan pada kelangsungan hidup perusahaannya. Apakah perusahaan tersebut akan mengalami kebangkrutan atau tidak, itu perlu dipertimbangkan oleh auditor 1

dalam memberikan opini going concern. Ketika perusahaan mengalami permasalahan kondisi keuangan maka kegiatan operasional perusahaan akan terganggu dan akhirnya berdampak pada tingginya resiko yang akan dihadapi oleh perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya dimasa yang mendatang. Ross et al. (2002) menyatakan indikasi kebangkrutan dapat dilihat dari apakah perusahaan mengalami financial distress, yaitu suatu kondisi dimana arus kas operasi perusahaan tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), pertimbangan auditor atas kemampuan kesatuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya harus berdasarkan pada kemampuan penilaian. Penilaian tersebut didasarkan pada kesangsian auditor dalam dirinya sendiri terhadap kemampuan suatu entitas (Saefudin dan Pamudji, 2004). Pihak manajemen yang tidak dapat mengatur ataupun menjalankan tugas dan tanggung jawabnya terhadap suatu usahanya dengan baik, menunjukkan suatu gambaran kegagalan bisnis. Tetapi kegagalan tersebut tidak hanya karena kinerja manajemen saja. Tetapi opini dari auditor yang juga sebagai penilai atas kewajaran suatu laporan keuangan melalui opini yang dituangkannya dalam laporan audit, juga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Bangkrutnya perusahaan energi Enron merupakan salah satu contoh terjadinya kegagalan bisnis di Amerika. Enron merupakan salah satu perusahaan yang terbesar dalam bidang listrik, gas alam, komunikasi dan kertas. Enron menjadi sorotan pada akhir 2001, ketika terungkap bahwa kondisi keuangan yang 2

dilaporkannya didukung terutama oleh penipuan akuntansi sistematis, terlembaga dan direncanakan secara kreatif. Enron mengaku penghasilannya pada tahun 2000 berjumlah sekitar $121milyar dan diketahui menerima opini wajar tanpa pengecualian pada tahun sebelum terjadinya kebangkrutan (Tucker et al., 2003 dalam Rudyawan dan Badera, 2007). Kasus Enron (Woldcom, Xerox) sangat mencoreng profesi akuntan terutama akuntan publik, saat opini yang dibuat ternyata tidak sesuai dengan keadaan perusahaan yang sebenarnya mengakibatkan penilaian masyarakat akan tugas dan profesi auditor menjadi buruk dan dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap auditor independen. Hal ini dapat dipahami karena auditor merupakan pihak yang paling bertanggungjawab dalam menilai kewajaran laporan keuangan perusahaan melalui pernyataan pendapat yang diberikan (Suci, 2012). Geiger et al. (1996) dalam Ramadhany (2004) menemukan bukti terjadinya peningkatan pergantian auditor yang mengeluarkan opini going concern pada perusahaan financial disstress. Kondisi ini lah yang memungkinkan manajemen untuk berpindah ke auditor lain apabila perusahaannya terancam menerima opini audit going concern. Fenomena seperti ini disebut opinion shopping. Manajer dapat menunda atau menghindari opini going concern dengan memberikan laporan keuangan yang baik untuk meyakinkan auditor atau dengan melakukan pergantian auditor (auditor switching) dengan harapan bahwa auditor baru tidak memberikan opini going concern (Bruynseels et al. 2006). Menurut Lennox (2002) bahwa perusahaan yang mengganti auditor (switching auditor) kemungkinan akan memperoleh opini yang lebih baik dibandingkan dengan 3

perusahaan yang tidak mengganti auditornya. Perusahaan yang berhasil dalam opinion shopping melakukan pergantian auditor dengan harapan mendapat unqualified opinion dari auditor baru. Kajian atas opini audit going concern dapat dinilai dari faktor internal dan eksternal perusahaan tersebut. Faktor eksternal yang akan dianalis yaitu kualitas audit dan opini audit tahun sebelumnya. Sedangkan faktor internal yang akan dianalisis, merupakan elemen-elemen dari corporate governance. Kajian tentang mekanisme corporate governance sendiri menarik untuk dibahas karena masih banyak entitas yang belum menerapkan prinsip GCG, selain itu adanya ketidakefektifan kebijakan dalam tata kelola perusahaan besar seperti sangat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Jumlah anggota komite audit sendiri sekurang-kurangnya terdiri dari 3 orang, seperti yang telah diatur dalam peraturan BAPEPAM No. IX.I.5 tahun 2004. Di Indonesia, keanggotaan komite audit dapat bervariasi, tergantung dengan ukuran organisasi serta tanggung jawabnya. Namun, jumlah keanggotan tiga sampai lima merupakan jumlah yang cukup ideal (Wijaya, 2012). Menurut (Naimi, 2010) bahwa semakin besar ukuran komite audit maka akan semakin meningkatkan kualitas pengawasan. Menurut (Petronila dalam Setiawan, 2011) persentase kepemilikian anggota dewan dalam perusahaan menyebabkan meningkatnya kinerja operasional perusahaan. Anggota dewan merasa memiliki perusahaan sehingga berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya melalui peningkatan pengendalian. Berbeda dengan hasil penelitian Januarti (2009) yang menyatakan 4

bahwa meskipun terdapat kepemilikan manajerial dan institusional, fungsi pengawasan yang ada belum menjamin perusahaan tidak mendapatkan opini audit going concern karena untuk kinerja perusahaan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kepemilikan manajerial dapat menyelaraskan masalah keagenan antara pemilik saham dan manajer. Menurut penelitian (Felina dalam Linoputri, 2010) kepemilikan terpusat dapat membawa dua hipotesis yang berlawanan yaitu pemegang saham mayoritas secara efektif mengendalikan perusahaan dan mengendalikan informasi akuntansi yang dihasilkan, sehingga akan menurunkan kredibilitas informasi akuntansi. Sementara di sisi lain, adanya kepemilikan terpusat, pemegang saham mayoritas akan berusaha meningkatkan kredibilitas informasi akuntansi yang dihasilkan. Hal tersebut terjadi sebab mereka berkepentingan membangun reputasi perusahaan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30, indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam memberikan keputusan audit adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya (debt default). Debt default atau didefinisikan sebagai kegagalan perusahaan dalam membayar hutang pokok dan bunganya pada waktu jatuh tempo, memberikan kekuatan penjelas yang signifikan untuk keputusan opini audit dengan penjelasan going concern. Pada umumnya informasi yang secara signifikan berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup suatu entitas adalah berhubungan dengan ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo atau default (SA Seksi 341). Lenard et. al. (1998) dalam Setiawan (2006) 5

menyatakan bahwa auditor harus mempertimbangkan kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan membayar hutang dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang. Menurut penelitian (Craswell et al., 1995 dalam Fanny dan Saputra 2005) menyatakan bahwa klien biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari Kantor Akuntan Publik besar dan yang memiliki afiliasi dengan Kantor Akuntan Publik internasionallah yang memiliki kualitas yang lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan, pengakuan internasional, serta adanya peer review Menurut penelitian Januarti (2009) yang diproksikan dengan auditor industry specialization dan hasil penelitian berpengaruh signifikan terhadap opini going concern. Sedangkan hasil penelitian Tamba (2009), tidak berpengaruh signifikan, dengan KAP BigFour dan Non-BigFour sebagai proksi kualitas audit. Auditor yang memiliki banyak klien dalam industri yang sama akan memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang risiko audit di industri tersebut. Pemahaman dalam sebuah industri akan membutuhkan pengembangan keahlian yang lebih dibandingkan auditor pada umumnya (Mirna dan Indira, 2007). Pemilihan auditor dengan kualitas tinggi dapat meningkatkan tingkat kredibilitas laporan keuangan, karena KAP besar umumnya akan menjaga reputasi mereka dengan selalu berusaha meningkatkan kualitas kinerja mereka dalam mengaudit suatu perusahaan. Perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya akan cenderung menerima opini yang sama untuk tahun berikutnya karena 6

kegiatan usaha suatu perusahaan pada tahun tertentu berhubungan dengan keadaan di tahun sebelumnya. Hal ini didukung oleh penelitian Lennox (2002) dan (Pandiangan, 2013) yaitu menyatakan ada hubungan yang signifikan dan positif antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini tahun berjalan. Jika tahun sebelumnya auditor memberikan opini audit going concern maka pada tahun berjalan semakin besar auditor akan memberikan kembali opini audit going concern. Sehubungan dengan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisis pengaruh opinion shopping, mekanisme corporate governance, debt default, kualitas audit dan opini audit tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini going concern. Maka penulis akan menuangkannya ke dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul: Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah opinion shopping, mekanisme corporate governance (komite audit, kepemilikan terpusat, dan kepemilikan manajerial), debt default, kualitas audit dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh secara parsial terhadap opini Going Concern di perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah opinion shopping, mekanisme corporate governance (komite audit, kepemilikan terpusat, dan kepemilikan manajerial), debt default, kualitas audit dan opinni audit tahu sebelumnya berpengaruh secara simultan maupun parsial terhadap opini going cocern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 1.3.2 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan serta pemahaman peneliti tentang pengaruh opinion shopping, mekanisme corporate governance, debt default, kualitas audit dan opini audit tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini going concern dan dapat menganalisis suatu perusahaan apakah dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan atau tidak. 2. Bagi investor, sebagai bahan pertimbangan untuk meentukan keputusan dalam berinvestasi. 3. Bagi Manajemen Perusahaan, Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam penentuan kebijakan-kebijakan perusahaan serta dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan bagi pihak manajemen perusahaan. 4. Bagi peneliti selanjutnya, dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya dan menjadi tambahan pengetahuan. 8