BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Pasar tradisional Kiaracondong adalah pasar tradisional yang dikelola oleh PD Pasar Bermartabat Kota Bandung. Pasar yang berlokasi di Jl. Kebon Jayanti, Kebun Jayanti, Kiaracondong, Kota Bandung, Jawa Barat ini, mengalami perbaikan terakhir pada tahun 1979 yang saat itu masih berstatus sebagai pasar impress. Pada tahun 2008 PD Pasar Bermartabat masuk mengambil alih kepengurusan pasar-pasar tradisional di Bandung dan pasar Kiaracondong merupakan salah satu unitnya. Dengan luas tanah 6.628 meter persegi dan luas bangunan 5.000 meter persegi, pasar Kiaracondong memiliki 1.057 lapak dagang dengan 600 kios dan 457 lapak meja. Pasar Kiaracondong dibagi menjadi dua area dagang, untuk di lantai bawah adalah area berjualan bahan makanan sementara lantai dua adalah area dagang pakaian. Komoditi utama yang dijual di pasar Kiaracondong merupakan sayur-mayur, daging dan jenis makanan lain yang sifatnya basah. Gambar 1.1 Lapak Dagang Sayuran Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2017
Gambar 1.2 Area Dagang Pakaian Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2017 Selain lapak dagang, pasar Kiaracondong mempunyai fasilitas penunjang sepetri 3 toilet, 3 musolah, 1 TPS da 4 lahan parkir. Dalam mengelola keamanan dan kebersihan, PD Pasar memiliki Sub Bidang Kamtib dan Sub Bidang Kebersihan yang jajarannya disebar di semua unit-unit pasar yang dikelola. Selain kebersihan dan keamanan PD Pasar juga memiliki SAE Parkir yang mengelola lahan parkir di setiap unit pasar yang dikelola. Gambar 1.3 Lahan Parkir Pasar Kiaracondong Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2017
1.2 Latar Belakang Berbagai terobosan terhadap pasar-pasar tradisional di seluruh Nusantara nampaknya mulai digencarkan masing-masing pemerintahan daerah. Seperti yang dilansir krjoga.com pada 12 April 2014, terobosan harus terus dilakukan Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul agar mampu bersaing dengan pusat perbelanjaan modern. Faktor yang perlu dibenahi adalah penataan sistem peletakan barang dagangan dan pengelompokan sesuai jenis barangnya, faktor penting lainnya adalah masalah kebersihan itu sendiri. Slamet Santoso, selaku Kepala Kantor Pengelolaan Pasar Bantul mengatakan, dalam persaingan merebut hati konsumen memang tidak mudah. Harus berani bersaing dengan toko modern, baik pelayanan dan kualitas barang. Tidak hanya soal itu, persaingan yang harus dihadapi pasar tradisional salah satunya soal harga. (www.krjogja.com, 12 April 2016). Dinas kepengurusan pasar yang seharusnya mengambil peran penting dalam melaksanakan fungsi pasar dengan sebaik-baiknya, nyatanya justru menemui banyak masalah. Seperti yang ditemukan di Kota Bandung, sejak berganti status dari Dinas Pasar menjadi Perusahaan Daerah (PD) Pasar bahkan telah dua kali berganti jajaran direksi. Namun hal tersebut tidak menjadikan PD Pasar semakin maju malah semakin terpuruk dan amburadul. PD Pasar tidak menunjukan kinerja baiknya sebagai perusahaan daerah dan unit penghasil. Demikian menurut Sekretaris Umum Himpunan Pedagang Pasar Baru Bandung, Iwan Suhermawan kepada RMOLJabar Januari 2016. Iwan menganggap bahwa persoalan penataan pedagang kaki lima dan masalah-masalah lain menyangkut fasilitas pasar adalah masalah pembinaan dan pengelolaan yang kurang baik dari PD Pasar yang memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap pasar-pasar milik pemerintah yang ada di Kota Bandung. (www.rmoljabar.com, 28 Januari 2016). Program perencanaan revitalisasi pasar-pasar tradisional di Kota Bandung merupakan program utama dari PD Pasar Bermartabat dan Pemerintahan Kota Bandung untuk menciptakan citra pasar tradisional yang bersih dan sehat. Seperti
yang terlihat pada pasar Sarijadi yang proses pembangunannya telahrampung beberapa waktu yang lalu. Revitalisasi Pasar Sarijadi ini memakan waktu yang cukup lama. Proses pembangunannya dimulai dengan peletakan batu pertama pada Januari 2015. Di dalam pasar tersebut nantinya akan diisi oleh 60 persen pedagang tradisional seperti sayur-sayuran dan akan disediakan Foodcourt agar pengunjung bisa menikmati makanan di tempat. Ridwan Kamil selaku Wali Kota Bandung menyatakan, pasar tradisional yang identik dengan kotor dan becek akan terbantahkan dengan hadirnya pasar Sarijadi ini. Karena itu, kita akan desain pasar ini seperti musium yang enak dan bersih sehingga pedagang dan pembeli akan sama-sama nyaman saat bertransaksi. Pembangunan pasar pun masih dalam proses penyelesaian dan masih harus dirapihkan di beberapa titik. (www.news.detik.com, 13 Februari 2017) Pemangku kepentingan menjadi pemeran utama untuk membangun dan mengembangkan pasar menjadi pasar yang memiliki store image yang baik dan selalu menjadi tujuan untuk dikunjungi pengunjung sebagai tempat yang nyaman dan menjadi alasan untuk kembalinya pengunjung pada pasar tersebut. Menurut pendapat Gay dalam Mahmud (2011:159) bahwa ukuran sampel yang tepat untuk kebanyakan penelitian adalah lebih dari 30 dan kurang dari 500. Untuk menentukan banyaknya responden, peneliti menggunakan teori dari Gay dalam Mahmud. Peneliti telah mensurvei 30 orang responden pelanggan pasar Batununggal. Responden terdiri dari 30% berumur 17-25, sedangkan responden yang berumur 26-30 sebanyak 36,7% dan responden yang berumur 31-45 sebanyak 33,3%. Responden berjenis kelamin wanita berjumlah 73,3% dan sisanya berjenis kelamin pria.
35 30 25 20 18 25 18 20 21 30 28 26 19 15 10 5 0 12 5 12 10 9 0 2 4 11 Setuju Tidak Setuju Gambar 1.4 Survei Kepuasan Pelanggan Pasar Tradisional Kiaracondong Sumber: Olahan Peneliti, 2016 Dapat terlihat bahwa store image dari pasar Kiaracondong masih buruk dalam beberapa sisi. Pada sektor kebersihan, sebanyak 60% responden menyatakan kebersihan masih kurang baik. Dari keamanan sebanyak 83,3% menyatakan sudah baik. Dari segi kenyamanan sebanyak 60% responden merasa kurang nyaman. Untuk lahan parkir sebanyak 66,67 responden menyatakan kurang luas. Untuk zonasi dagangan 70% menyatakan masih kurang rapih. Lalu untuk harga 100% responden setuju harga sangat terjangkau. Untuk kualitas barang 93,33% setuju kualitas barang baik. Dan untuk lokasi 86,67% setuju lokasi mudah dituju. Terakhir sebanya 63,33% responden menyatakan jalur menuju pasar kurang lancar. Namun begitu, banyak dari pengunjung yang menyatakan kepuasannya. Hal ini berdasarkan faktor harga dan keterjangkauan masyarakat pada pasar tersebut.
Tabel 1.1 Tabel Perbandingan Store Image Pasar Tradisional Kiaracondong dengan Pasar Modern Batununggal Keterangan Pasar Kiaracondong Pasar Batununggal Kebersihan Keamanan Kenyamanan Lahan Parkir Zonasi Dagang Harga yang Ditawarkan Kualitas Barang Lokasi Menuju Pasar (Transportasi) Jalur Menuju Pasar 60% responden menyatakan bahwa kebersihan pasar Kiaracondong masih kurang. 83% responden menyatakan bahwa keamanan pasar Kiaracondong sudah baik. 60% responden menyatakan kenyamanan di pasar Kiaracodong masih kurang 67% responden menyatakan lahan parkir di pasar Kiaracondong masih kurang layak. 70% responden menyatakan zonasi dagang di pasar Kiaracondong masih kurang tertata dengan baik. harga yang ditawarkan di pasar Kiaracondong sudah sangat terjangkau. 93% responden menyatakan kualitas barang di pasar Kiaracondong sudah baik. 87% responden menyatakan bahwa lokasi pasar Kiaracondong mudah dituju. 63% responden menyatakan bahwa jalur menuju pasar Kiaracondong tidak terlalu lancar. bahwa kebersihan pasar Batununggal sudah baik. bahwa keamanan pasar Batununggal sudah baik. kenyamanan di pasar Batununggal sudah baik. lahan parkir di pasar Batununggal sudah baik. zonasi dagang di pasar Batununggal sudah tertata dengan baik. 10% responden menyatakan harga yang ditawarkan di pasar Batununggal belum terjangkau. kualitas barang di pasar Batununggal sudah baik. 63,3% responden menyatakan bahwa lokasi pasar Batununggal sulit dituju. jalur menuju pasar Batununggal lancar. Sumber: Olahan Peneliti, 2017
Mini survey dan tabel perbandingan store image pasar Kiaracondong dengan pasar Batununggal dapat membuktikan bahwa store image pasar Kiaracondong masing cukup buruk. Masalah seperti kebersihan, kenyamanan, zonasi dagang dan lahan parkir nampaknya memang masih menjadi tugas besar bagi pengelola untuk segera mengatasinya. Mini survey dan tabel perbandingan di atas juga dapat menunjukan kinerja PD Pasar Bermartabat selaku pengelola pasarpasar tradisional di Kota Bandung, belum menunjukan kinerja yang maksimal. Sebaliknya pihak swasta sebagai pengelola pasar Batununggal, sangat memperhatikan kepuasan pengunjung pasar sehingga mampu menciptakan store image yang baik. Penelitian ini sendiri merupakan lanjutan dari paper yang berjudul Decomposing The Problems of Traditional Markets Business Ecosystem in Indonesia oleh Fajar Sidiq A. Prabowo. Dalam paper tersebut didapat 3 posit yang menyatakan bahwa: 1. Pedagang pasar tradisional memiliki pengaruh yang kecil terhadap performa store image pasar tradisional. Keterkaitan peran antara pemangku kepentingan masing-masing mengikuti agenda yang berbeda untuk memuaskan minat yang berbeda, hal membuat koordinasi di antara mereka sulit dilakukan. Kurangnya kekuatan pedagang tradisional dibandingkan dengan pemangku kepentingan lain membuat mereka sulit untuk mempromosikan koordinasi kepentingan mereka untuk meningkatkan nilai bagi konsumen mereka. 2. Pedagang tradisional memiliki power yang relatif kecil dibandingkan dengan pemangku kepentingan lain di ekosistem pasar tradisional. Lemahnya power yang dimiliki oleh pedagang tradisional juga menyebabkan pedagang tradisional agak dieksploitasi oleh beberapa pemangku kepentingan lainnya. 3. Ketidaksetaraan yang ada di ekosistem bisnis pasar tradisional yang bekerja melawan kepentingan pedagang tradisional.
Dari beberapa temuan yang telah peneliti paparkan di atas, terlihat bahwa Pasar Tradisional Kiaracondong masih penuh dengan permasalahan yang harus diselesaikan bersama. Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ANALISIS PERTUKARAN NILAI ANTARA STAKEHOLDER DI PASAR TRADISIONAL KIARACONDONG 1.3 Perumusan Masalah Keberadaan pasar tradisional menjadi sentra jual beli bagi masyarakat menegah-bawah. Terjangkaunya harga bahan pangan dan sandang menjadi faktor yang mempengaruhi pasar tradisional tetap memiliki pengunjungan dan pelanggannya sendiri. Di luar itu interaksi yang terjadi di pasar tradisional memiliki citra yang bersahabat bagi masyarakat umum. Namun diantara keunggulan dan daya tariknya sendiri, pasar tradisional memiliki citra buruk di mata masyarakat. Buruknya tata kelola pasar dan kebersihan yang terkesan diabaikan menjadi pemadangan yang dapat di temukan sehari-hari di pasar tradisonal. Pihak pengelola pasar mungkin mulai membenahi satu persatu masalah tersebut, namun masyarakat dan pedagang sampai saat ini belum merasakan betul perubahan dan perbaikan yang di lakukan dinas terkait. Selain itu maraknya premanisme dan pungutan liar yang terjadi di pasar seakan tetap menghantuin para pedagang hingga saat ini. Petugas keamanan resmi yang seharusnya bertanggung jawab menjaga kemanana pasar terlihat hampir tidak ada, sehingga peran ini di ambil oleh oknum-oknum yang merasa kuat untuk melakukan tugas tersebut. Penelitian ini mengidentifikasi pertukaran nilai antar pemangku kepentingan. Nilai yang dipertukarkan berupa hal yang dirasakan pemangku kepentingan atau khususnya tenant (pedagang) yaitu keamanan, kebersihan, kenyamanan dan harga yang juga dapat dirasakan oleh pembeli yang termasuk dalam atribut store image.
1.4 Pertanyaan Penelitian Sesuai dengan hasil literatur review yang telah dilakukan, bahwa para pedagang tradisional tidak mampu secara langsung mengatur formasi dari performasi pasar tradisional itu sendiri. Selain itu, terdapatnya ketidakadilan dari bisnis ekosistem pasar, yang bekerja bertentangan dengan minat dan keuntungan dari pedagang peasar tradisional itu sendiri. Dengan demikian maka pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Siapa saja pemangku kepentingan/pelaku yang ada di pasar tradisional Kiaracondong? 2. Bagaimana pertukaran nilai yang terjadi antara pemangku/pelaku kepentingan yang ada di pasar tradisional Kiaracondong? 3. Bagaimana pola pertukaran nilai yang terjadi antara pemangku/pelaku kepentingan di pasar tradisional Kiaracondong 1.5 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui siapa aja Pemangku/pelaku kepentingan yang terdapat dalam pasar Kiaracondong. 2. Untuk mengetahui apa saja nilai yang dipertukarkan dari interaksi antara para pemangku/pelaku kepentingan. 3. Untuk mengetahui pola pertukaran dari pemangku/pelaku kepentingan di pasar tradisional Kiaracondong 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan nantinya akan menjadi pertimbangan yang baik bagi pemerintahan daerah sebagai dasar dari revitalisasi pasar tradisional ke arah yang lebih baik dan mampu meningkatkan pendapatan daerah dari sektor perdagangan melalui pasar tradisional.
Selain itu, kesenjangan dan ketidakadilan yang terjadi di ekosistem pasar tradisional itu sendiri mampu dihilangkan sedikit demi sedikit agar adanya keadilan dalam ekosistem dan menjadikan pasar tradisional sebagai sentra jual beli rakyat. 1.7 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menggunakan teori Value Network Analysis untuk mencari pertukaran nilai yang terjadi diantara para stakeholder. Dimana dalam Value Network Analysis, Verna Allee membagi pertukaran nilai yang dapat terjadi menjadi tiga hal yaitu Goods, Services, and Revenue (GSR), Knowledge, dan Intangible benefits. Penelitian menggambarkan nilai yang dipertukarkan stakeholder dalam pasar tradisional Kiaracondong yang dapat menjadi nilai tambah yang dapat dinikmati dan dimanfaatkan oleh semua stakeholder termasuk tenant (pedagang) dan juga dapat dinikmati oleh konsumen. Dari pertukaran nilai yang terjadi diantara stakeholder maka akan didapat kemungkinan adanya ketidakseimbangan pertukaran nilai yang dapat menyebabkan kemungkinan adanya konflik. Penelitian ini dikhususkan hanya pada pasar tradisional Kiaracondong, Kota Bandung. 1.8 Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari lima bab dan akan dijabarkan menjadi beberapa sub-bab. Berikut ini akan dijelaskan mengenai penjabaran dari tiap bab: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Bab ini terdiri dari teori-teri terkait penelitian dan penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran. BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari jenis penelitian, variabel operasional, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas, serta teknik analisis data. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan serta membahas hasil penelitian tersebut sesuai dengan teknik analisis data yang telah ditetapkan. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan kemudian dari kesimpulan tersebut peneliti mencoba untuk memberikan saransaran yang diharapkan peneliti akan berguna.
HALAMAN SENGAJA DIKOSONGKAN