Daging olahan merupakan sumber bahan pangan yang bisa menggantikan. daging segar. Dengan semakin meningkatnya jumlah penghasilan serta tingkat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Salah satu sumber bahan pangan berasal dari hewani, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia.

1. PENDAHULUAN Kehidupan sehari-hari manusia tidak akan lepas dari kegiatan pemenuhan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

syarat penting untuk kemajuan produk-produk pangan lokal di Indonesia khususnya agar dapat bersaing dengan produk lain baik di dalam maupun di

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perusahaan masa kini sedang mengalami persaingan terberat

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel modern maupun munculnya bisnis ritel modern yang baru. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh perkembangan zaman yang semakin pesat membuat setiap pemilik

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia bisnis ritel di Indonesia telah berkembang demikian pesat sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. sekunder dan tersier. Semua kebutuhan tersebut dipenuhi melalui aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, banyak bermunculan produsen atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini persaingan bisnis antar industri ritel sangat ketat, baik di pasar

BAB I. PENDAHULUAN. cenderung meningkat dari tahun ke tahun, sehingga pengembangan industri

Judul : Pengaruh Retail Marketing Mix

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari, meliputi penjualan barang maupun jasa. Namun tidak

I. PENDAHULUAN. Industri daging olahan merupakan salah satu industri yang bergerak dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. beredar memenuhi pasar, mengakibatkan perusahaan berlomba-lomba

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi

BAB I PENDAHULUAN. ritel yang telah mengglobalisasi pada operasi-operasi ritel. Pengertian ritel secara

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. makanan organik. Permintaan terhadap produk-produk organik di seluruh dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI. menyajikan simpulan dan implikasi atas permasalahan mengenai kesadaran UKM

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha ritel dapat kita pahami sebagai kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

I. PENDAHULUAN lndonesia dengan jumlah penduduk yang cukup besar yaitu sekitar 204,4

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. baik daripada pesaingnya. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk memberikan kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, namun perekonomian Indonesia mampu tumbuh dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang memerlukan barang untuk kebutuhan pribadi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perdagangan eceran atau sekarang kerap disebut perdagangan ritel, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. dari aktifitas keseharian, interst, kebutuhan hidup, dan lain sebagainya, yang

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usaha atau bisnis ritel di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. selera konsumen dan perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya.

satu yang bisa disebut sukses adalah Hero Supermarket. Dengan jumlah cabang

I. PENDAHULUAN. Aktivitas bisnis ritel adalah aktivitas dimana produsen menjual produk secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis jasa saat ini sudah banyak dijumpai di setiap kota

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian kegiatan pemasaran harus direncanakan terlebih dahulu sebelum

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suci Rahayu, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dapat pula dikonsumsi dengan diolah terlebih dahulu. Buah-buahan dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin ketat dan berbentuk sangat kompleks. Menghadapi persaingan

BAB I PENDAHULUAN. penampilan bagi manusia. Pakaian juga mencerminkan pribadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

Aspek Pemasaran 1. d. Peramalan Penjualan b. Riset Penjualan. e. Rencana Pemasaran c. Sistem Informasi Pemasaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. dimana para produsen per-telekomukasian berlomba-lomba untuk menarik

BAB I PENDAHULUAN UKDW. alat pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran(marketing mix). Marketing

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanyaera globalisasi yang semakin pesat dan perkembangan gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk mengetahui image dari suatu produk dipasar, termasuk preferensi

BAB I PENDAHULUAN. harapan konsumen, dengan membangun kepercayaan dalam suatu hubungan

BAB I PENDAHULUAN. langsung. Disadari atau tidak bisnis ritel kini telah menjamur dimana-mana baik

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat dapat membawa perubahan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Berdasarkan Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh tersebut sangat terlihat dengan semakin banyaknya berbagai

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Proyeksi konsumsi kedelai nasional

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang consumer goods. Semakin besar jumlah penduduk maka

BAB I PENDAHULUAN. dan pada giliran nya laba akan menurun. berusaha melakukan berbagai kegiatan yang menunjang, kegiatan

Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan. (Perpres hukum.unsrat.ac.id/pres/perpres_112_2007.pdf. Diakses Tanggal 25 November 2015

Oleh : M. Dian Azhari F BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah dengan mengembangkan tempat perbelanjaan. Pola

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel, juga disebabkan oleh semakin banyaknya bisnis ritel luar negeri

VI. PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PRODUK PERTANIAN SEGAR DI RITEL MODERN

BAB I PENDAHULUAN. pasar domestik maupun di pasar internasional atau global. Fenomena ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ritel di Indonesia tahun sebesar 16% dari toko menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis eceran (retailer business) yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk

I. PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan moderen merupakan tempat berkumpulnya. pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dewasa ini yang menuju era globalisasi dan perdagangan

I. PENDAHULUAN. besar dalam perkembangan pasar di Indonesia. Hal ini terlihat dari adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bersaing dalam satu pasar semakin banyak dan beragam akibat keterbukaan

I PENDAHULUAN. kepada konsumen agar dapat bertahan dan bersaing dengan perusahaan lain.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang dikenal

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Lampiran 1. Kuesioner Penentuan Faktor Internal dan Eksternal Restoran Bakso Sehat Bakso Atom Bogor

PENDAHULUAN. Tabel 1. Konsumsi Telur dan Daging Broiler pada Beberapa Negara ASEAN Tahun 2009

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging olahan merupakan sumber bahan pangan yang bisa menggantikan daging segar. Dengan semakin meningkatnya jumlah penghasilan serta tingkat pendidikan masyarakat, kesadaran untuk mengkonsumsi daging sebagai sumber gizi hewani akan semakin meningkat pula. Keunggulan produk daging olahan adalah produk tersebut dijual dalarn keadaan matang serta telah memiliki bumbubumbu yang lengkap sehingga cara penyajiannya sangat mudah dan cepat. Dalam era globalisasi dimana jumlah wanita sebagai anggota keluarga yang turut mencari nafkah semakin besar, maka peran domestik semakin berkurang misalnya kewajiban untuk memasak. Daging olahan memberikan altematif yang tepat karena hanya membutuhkan waktu yang singkat dalam penyajiannya. Dengan semakin terbukanya era perdagangan bebas, jenis daging olahan yang dikenalkan kepada masyarakat semakin banyak, baik daging olahan yang merupakan produksi lokal maupun daging olahan impor. Dalam ha1 ini konsumen memiliki banyak altematif pilihan, sehingga hanya produk yang memiliki keunggulan yang dapat bertahan pada era persaingan yang sangat ketat seperti sekarang. Banyak alternatif jalur pemasaran yang dapat ditempuh oleh produsen diantaranya pemasaran melalui outlet eceranlritel, baik ritel modem (supermarket) maupun ritel tradisional (pasar tradisionallwet market). Altematif lain yaitu melalui institusi seperti katering, hotel ataupun restoran fiod service). Walaupun supermarket tumbuh dengan pesat, baik supermarket lokal maupun supermarket asing yang menawarkan konsep hypermarket (terutama di kota-kota besar), pasar

tradisional tetap menjadi tempat belanja yang menarik bagi sebagian konsumen tertentu. Hal ini dapat dibuktikan dengan tetap tumbuh dan berkembangnya pasar tradisional, walaupun bersebelahan dengan rite1 modem yang menawarkan konsep kenyamanan. Menurut Risch (1991), usaha eceran sangat peka terhadap perubahan dari faktor demografi/kependudukan dan gaya hidup. Faktor demografi yang penting adalah usia, pendidikan, pendapatan, pekerjaan, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota keluarga, mobilitas dan latar belakang etnik. Konsumsi beberapa jenis produk, bisa berubah seiring dengan berubahnya faktor-faktor tersebut yang kemudian akan menciptakan kebutuhan-kebutuhan konsumsi yang baru. Pasar tradisional merupakan alternatif yang masih dipilih oleh sebagian penduduk Jabotabek disamping pasar swalayan karena memiliki beberapa keunggulan. Keunggulan pasar tradisional dalam menarik minat konsumen antara lain tingkat harga yang lebih murah dan biasanya bisa ditawar, pilihan yang banyak terhadap barang maupun penjual, serta adanya interaksi langsung antara penjual dengan pembeli, dimana pembeli dapat melakukan kontak sosial kepada pedagang, serta dapat bertanya langsung mengenai kualitas barang yang dibelinya. PT. Purefoods Suba Indah (PT. PFSI) memproduksi sosis dan bakso dengan dua macam merek yaitu Farmhouse dan Vida. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Corinthian Indopharma Corpora (CIC) pada tahun 2000, PT. PFSI mampu menguasai pasar daging olahan sosis dan bakso sehingga berhasil menjadi pemimpin pasar dalam skala nasional. Tingkat pertumbuhan penjualan yang sangat tinggi sejak tahun 1998, berhasil menaikkan pangsa pasar dalam industri

sosis menjadi lebih dari dua kali lipat dalam waktu dua tahun, sehingga saat ini memegang pangsa pasar terbesar dalam skala nasional yaitu 28,4% (Tabel 1.). Tabel 1. Total Produksi Daging Olahan PT. PFSI (Sosis, Bakso dan Cold cuts) Tahun 1998-2000. C ~roduksnahun 1998 Nasional * 7073 Purefoods Suba Indah** 946 Pangsa pasar PFSI (%) 13,4 Sumber :*CIC Riset,**Dept. Sales &Marketing - PT.PFSI. 1999 7444 1442 19,4 - - 2000 8279 2355 28,4 Posisi pemimpin pasar ini tidak diikuti dengan keberhasilan dalam melakukan pemasaran di pasar tradisional. Jika dibandingkan dengan jumlah penjualan di rite1 modern (supermarket), jumlah penjualan produk daging olahan melalui pasar tradisional di Jabotabek masih sangat kecil. Rata-rata penjualan per bulan di supermarket Jabotabek dari bulan Januari sampai Desember 2001 yaitu 89,97 Ton, sedangkan rata-rata penjualan di pasar tradisional sebesar 18,05 Ton. Dengan demikian, berdasarkan persentasi dari total penjualan melalui pasar tradisional dan modem, jumlah penjualan melalui supermarket sebesar 83,3%, sedangkan penjualan melalui pasar tradisional sebesar 16,7% (Tabel 2). Tabel 2. Data Penjualan Ritel PT. PFSI di Daerah Jabotabek Tahun 2001. Jenis Ritel Rata-rata Penjualan per Bulan (Ton) Modem 89,97 Tradisional 18,05 Total 108,O Sumber : Dept. Sales & Marketing- PT.PFSI. % Penjualan 83,3 16,7 100 Volume penjualan di pasar tradisional Jabotabek juga masih sangat kecil jika dibandingkan dengan pasar tradisional Jawa Barat misalnya, yang sebagian besar penjualannya terpusat di daerah Kabupaten dan Kodya Bandung. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah penjualan per bulan, dari bulan Januari sampai Desember 2001 di pasar tradisional Jawa Barat mencapai 56,ll

Ton, sedangkan penjualan di supermarket sebesar 17,05 ton. Dengan demikian, persentase penjualan di pasar tradisional sebesar 76,7% dan supermarket 23,3%. Tabel 3. Data Penjualan Ritel PT.PFS1 di Daerah Jawa Barat Tahun 2001. Jenis Rite1 Rata-rata Penjualan per Bulan (Ton) Modern 17,05 Tradisional 56,11 Total 73,2 Sumber : Dept. Sales & Marketing- PT.PFSI. Proporsi penjualan di daerah Jawa Barat menyerupai angka hasil survey yang dilakukan oleh PT. Jasa Cita, sebuah perusahaan riset bisnis yang merupakan afiliasi dari Castle Asian. Menurut hasil survei mengenai potensi penjualan produk makanan melalui pedagang ritel, untuk semester 2 tahun 2001 diperkirakan besarnya proporsi penjualan melalui pasar tradisional masih berkisar 77%, sedangkan penjualan melalui supermarket (ritel modem) berkisar 23% (Suara Pembaharuan, 27 September 2001). Daerah Jabotabek memiliki beberapa pasar besar dengan penjual-penjual yang potensial dalam memasarkan daging olahan. Diidentifikasikan ada 87 pasar yang potensial sebagai lokasi pemasaran produk sosis dan bakso, dimana Purefoods Suba Indah telah melakukan penetrasi di 52 lokasi. Produk daging olahan yang dominan dijual oleh perusahaan adalah sosis sapi dan bakso sapi. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Dept. Sales dan Marketing - PT. PFSI pada bulan Agustus 2001, diperhitungkan total volume penjualan di pasar tradisional Jabotabek sebesar 28,6 tonlbulan untuk produk sosis dan dan 156,l todbulan untuk produk bakso. % Penjualan 23,3 76,7 100 Dengan melihat angka proporsi penjualan di pasar tradisional daerah Jabotabek yang masih sangat kecil, maka diperkirakan peluang untuk

meningkatkan penjualan masih sangat besar. Karena itu perlu kajian yang mendalam mengenai aspek pemasaran di pasar tradisional sehingga dapat dikembangkan strategi pemasaran yang sesuai dengan karakteristik produk yang ditawarkan. Saat ini banyak sekali beredar produk daging olahan yang tidak memenuhi standarisasi pengolahan pangan sesuai dengan aturan DEPKES. Produk-produk tersebut pada umumnya dijual di pasar tradisional misalnya bakso, yang saat ini menjadi produk daging olahan paling favorit di Indonesia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia menyebutkan bahwa 52% produk bakso yang beredar di wilayah DKI positif mengandung boraks, yaitu suatu zat kimia berbahaya yang dapat menyebabkan kanker (Suara Pembaharuan, 9 Oktober 2001). Produk daging olahan PT. PFSI memiliki keunggulan dengan dipenuhinya standar proses produk yang higienis, terdaftar pada DEPKES, memiliki sertifikat halal yang dikeluarkan oleh LP-POM MU1 dan tidak memiliki kandungan zat-zat kimia yang berbahaya. Dengan keunggulan produk tersebut, diharapkan dapat menjadi faktor unik (unique selling point) yang bisa memperkuat posisi produk di pasar tradisional serta meningkatkan daya saingnya terhadap produk kompetitor. 1.2. Identifilcasi dan Perumusan Masalah PT. PFSI sebagai pemimpin pasar pada produk daging olahan sosis, bakso dan cold cuts, harus mempertahankan posisinya dalam kondisi persaingan yang sangat ketat. Selain itu, volume penjualan di pasar tradisional yang masih sangat kecil serta adanya potensi pasar tradisional yang belurn tergarap di wilayah Jabotabek menunjukkan adanya peluang untuk meningkatkan pangsa pasar

melalui penjualan di pasar tradisional. Berdasarkan identifikasi masalah di atas dilakukan perumusan masalah sebagai berikut : Pertanyaan manajemen : Bagaimana mempertahankan posisi PT. PFSI sebagai pemimpin pasar produk daging olahan di Indonesia? Upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan volume penjualan sosis dan bakso di pasar tradisional Jabotabek? Pertanyaan riset : Bagaimana kondisi persaingan industri daging olahan di pasar tradisional Jabotabek? Bagaimana strategi pemasaran yang diterapkan oleh PT. Purefoods Suba Indah di pasar tradisional Jabotabek? Bagaimana sikap dan preferensi konsumen pasar tradisional terhadap daging olahan sosis dan bakso? Pertanyaan investigatif : Faktor strategis apa yang berpengaruh di dalam persaingan industri daging olahan di pasar tradisional Jabotabek? Apakah elemen pemasaran yang perlu disempurnakan sehingga produk dapat bersaing di pasar tradisional Jabotabek? Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pemilihan konsumen terhadap daging olahan di pasar tradisional Jabotabek? Tujuan Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1.4. Manfaat a. Bagi manajemen PT. PFSI, diharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat memberikan solusi mengenai bauran pemasaran yang tepat dalam meningkatkan volume penjualan produk daging olahan sosis dan bakso di pasar tradisional. b. Bagi penulis, penelitian ini memberikan kesempatan untuk menerapkan ilmu dan ketrarnpilan yang didapat selama studi di Magister Manajemen Agribisnis, IPB. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan terhadap aspek pemasaran produk daging olahan di pasar tradisional Jabotabek, untuk mengetahui sistem bauran pemasaran yang tepat sehingga diharapkan dapat meningkatkan pangsa pasar produk di pasar tradisional. Responden berasal dari Management Committe PT. PFSI, staf Departemen Sales dan Marketing PT. PFSI, pedagang sosis dan bakso di pasar tradisional Jabotabek yang terdiri dari pedagang grosir dan pedagang eceran serta konsumen produk sosis dan bakso di daerah Jabotabek. Management Committe adalah manajemen puncak yang merupakan pengambil keputusan yang bersifat strategis bagi PT.PFS1. Responden pedagang adalah pedagang yang menjual produk sosis dan bakso dari PT. PFSI maupun dari pesaing, di pasar tradisiond. Responden konsumen adalah pembeli dan pengguna produk sosis dan bakso dengan kriteria yaitu : wanita, pengambil keputusan membeli, berbelanja sosis atau bakso di pasar tradisional dalam satu bulan terakhir.

a. Menganalisis persaingan pada industri daging olahan di pasar tradisional Jabotabek. b. Mengidentifikasikan sikap dan preferensi konsumen pasar tradisional Jabotabek terhadap daging olahan sosis dan bakso. c. Menganalisis strategi pemasaran yang diterapkan oleh PT. Purefoods Suba Indah di pasar tradisional Jabotabek. d. Merumuskan strategi pemasaran yang tepat untuk meningkatkan volume penjualan produk daging olahan sosis dan bakso di pasar tradisional Jabotabek. 1.4. Manfaat a. Bagi manajemen PT. PFSI, diharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat memberikan solusi mengenai bauran pemasaran yang tepat dalam meningkatkan volume penjualan produk daging olahan sosis dan bakso di pasar tradisional. b. Bagi penulis, penelitian ini memberikan kesempatan untuk menerapkan ilmu dan ketrarnpilan yang didapat selama studi di Magister Manajemen Agribisnis, IPB. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan terhadap aspek pemasaran produk daging olahan di pasar tradisional Jabotabek, untuk mengetahui sistem bauran pemasaran yang tepat sehingga diharapkan dapat meningkatkan pangsa pasar produk di pasar tradisional. Responden berasal dari manajemen dan karyawan PT. PFSI, pedagang sosis dan bakso di pasar tradisional Jabotabek, serta konsumen pemakai produk daging olahan sosis dan bakso yang dijual di pass tradisional Jabotabek.