PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN Malang, 13 Desember 2005 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN Bogor, 2006
UJI ADAPTASI VARIETAS PADI UNGGUL BARU Titiek Purbiati *), Sukarno Rusmarkam *) dan Abu *) ABSTRAK Tujuan pengkajian adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi beberapa varietas padi unggul baru yang diuji adaptasikan. Pengkajian dilaksanakan di lahan sawah Desa Ngijo- Karangploso, Kabupaten Malang, dimulai bulan Mei tahun 2004 dengan agroekologi IV axi. Rancangan percobaan acak kelompok dengan ulangan 3 kali. Sebagai perlakuan adalah 10 varietas: Batang Gadis, Fatmawati, Cimelati, Bondoyudo, Digul, Sunggal, Cibogo, Cigeulis, Kalimas dan Code. Percobaan menggunakan luasan petak per perlakuan 17 m x 1,5 m dan bibit ditanam dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Hasil penelitian menunjukkan, pertumbuhan vegetatif yang meliputi jumlah anakan dan jumlah malai per rumpun paling banyak pada varietas Code serta berbeda nyata dengan varietas Fatmawati, Bondoyudo dan Sunggal.. Varietas Fatmawati menghasilkan jumlah gabah isi per malai, panjang malai dan berat 1000 butir paling tinggi dibandingkan dengan varietas-varietas yang lain tetapi jumlah gabah hampanya juga paling banyak (52,5%/malai). Kadar air dari sepuluh varietas yang diuji tidak berbeda (20% - 23%), tetapi produksi gabah kering panen dan kering giling berbeda nyata. Potensi hasil tertinggi adalah varietas Cimelati, Sunggal, Cibogo dan Code dengan produksi 7,38-8,56 t/ha gabah kering giling. Kata kunci: Padi, varietas unggul, pertumbuhan vegetatif, produksi. ABSTRACT The goal of this asessment was to evaluate the vegetative growth and yields of several new superior varieties of rice. Assessment was conducted on irrigated land at village of Ngijo Karangploso, regency of Malang, started from May to September 2004, in agroecological zone of IV axi, using a randomized block design, with 3 replications and block area of 17 m x 1,5 m with planting distance of 20 cm x 20 cm as unit experiment. Ten varieties used were Batang Gadis, Fatmawati, Cimelati, Bondoyudo, Digul, Sunggal, Cibogo, Cigeulis, Kalimas and Code. The vegetative growth those were the biggest number of sprouts and panicles per colony were found on variety of Code and significantly different compared to Fatmawati, Bondoyudo and Sunggal. Fatmawati var. produced the highest number of seeds per panicle, panicles length and weight of 1000 seeds compared to other varieties but it had the biggest number of empty grains which reached 52,5%, water content of seed from ten varieties evaluated were not different which were 20-23% but it produced dry grains yield and dry grains mail are significant. Variety of Cimelati, Sunggal, Cibogo and Code had the highest yield potency of 7.38 8.5 ton/ha dry grains mail. Kata kunci: Rice, superior varieties, vegetative growth, yield *) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
PENDAHULUAN Upaya peningkatan produksi padi salah satunya adalah melalui inovasi teknologi varietas unggul baru. Varietas unggul baru selain untuk meningkatkan potensi hasil tinggi juga perlu memperhatikan mutu produk yang dihasilkan maupun terhadap faktor-faktor pengganggu yang lain. Menurut Baihaki (2004), peningkatan produktifitas usahatani komoditi tanaman, 60%-65% ditentukan oleh penggunaan benih/bibit unggul. Penggunaan varietas unggul telah memberikan kontribusi yang besar terhadap produksi padi nasional dibandingkan dengan komponen teknologi yang lain (Sembiring dan Wirajaswadi, 2001). Penggunaan varietas padi unggul merupakan upaya untuk peningkatan produktivitas yang murah dan mudah. Murah karena tidak diperlukan tambahan biaya sedangkan mudah karena petani cukup mengganti varietas tanpa mengubah teknologi. Sejak berkembangnya teknologi pemuliaan padi maka telah terjadi tuntutan untuk membentuk varietas unggul baru. Kustiyanto (2001) menyatakan, varietas-varietas unggul baru telah banyak dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan varietas unggul berbasis agroekosistem dan spesifik lokasi antara lain toleran terhadap naungan, suhu rendah, kekeringan dan tahan hama penyakit padi. Perkembangan varietas-varietas padi unggul, sejak tahun 1940 sampai dengan tahun 2004 (bulan Maret) telah dilepas sebanyak 201 varietas unggul. Produksi dan pelepasan varietas unggul baru komoditi padi paling tinggi dimulai tahun 1981 sampai Maret 2004 dengan jumlah yang dilepas sebanyak 152 varietas unggul atau 75,62% dengan produktifitas 6,3 varietas baru per tahun yang dilepas (Baihaki, 2004). Berdasarkan data Diperta Propinsi Jawa Timur terdapat 29 varietas unggul padi yang telah menyebar, yaitu : IR- 64 (40,04%), Memberamo (3,53%) dan varietas lain yang lain dibawah 3,0% (Diperta, 2004). Ternyata varietas IR- 64 masih mendominasi di Jawa Timur dan varietas tersebut juga menjadi primadona daerah Propinsi Bali dan NTB. Varietas IR- 64 sampai saat ini masih mendominasi areal pertanaman padi di daerah Bali dan NTB (Kamandalu, Rubiyo dan Daradjat, 2003) Untuk memperkenalkan dan mengembangkan varietas unggul baru maka cara yang paling efektif adalah menguji adaptasikan varietas-varietas unggul baru dan ditanam di lahan petani. Untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi varietas unggul baru. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Ngijo- Karangploso, Kabupaten Malang, dengan agroekologi IV axi dan ketinggian tempat 450 m d.p.l. Pelaksanaannya dimulai bulan Mei 2004 sampai dengan September 2004. Rancangan percobaan acak kelompok dan diulang 3 kali sebagai perlakuan adalah 10 macam varietas padi unggul baru yaitu: 1) Batang Gadis, 2) Fatmawati, 3) Cimelati, 4) Bondoyudo, 5) Digul, 6) Sunggal, 7) Cibogo, 8) Cigeulis, 9) Kalimas dan 10) Code. Bibit dari pesemaian kemudian dipindah dan ditanam dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Luas petak tiap perlakuan adalah 17 m x 1,5 m. Peubah yang diamati meliputi : 1) jumlah anakan per rumpun, 2) jumlah malai per rumpun, 3) panjang malai, 4) jumlah gabah isi per malai, 5) jumlah gabah hampa per malai, 6) berat 1000 butir gabah, 7) Produksi gabah kering panen (t/ha), dan 8) produksi gabah kering giling (t/ha).
Pertumbuhan tanaman HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah anakan per rumpun dan jumlah malai per rumpun pada varietas Code terdapat perbedaan dengan varietas Fatmawati, Bondoyudo dan Sunggal. Jumlah anakan dan malai tiap rumpunnya pada varietas Code menghasilkan paling banyak jika dibandingkan dengan varietas-varietas yang lain (tabel 1). Tabel 1. Uji adaptasi varietas padi unggul baru terhadap jumlah anakan dan jumlah malai tiap rumpun Varietas Rata-rata jumlah anakan Rata-rata jumlah malai per rumpun per rumpun Batang Gadis 23,60 ab 22,12 ab Fatmawati 19,53 c 18,10 c Cimelati 23,80 ab 22,37 ab Bondoyudo 22,47 bc 20,32 bc Digul 24,20 ab 21,88 ab Sunggal 22,23 bc 19,86 bc Cibogo 24,10 ab 22,38 ab Cigeulis 24,53 ab 22,23 ab Kalimas 25,53 ab 22,95 ab Code 27,27 a 24,69 a KK (%) 9,45 9,75 Angka-angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu kolom yang sama tidak menunjukkan beda nyata pada taraf 5% menurut uji BNT. Varietas Code menghasilkan rata-rata jumlah anakan dan rata-rata jumlah malai per rumpun paling banyak serta berbeda nyata dengan varietas Fatmawati, Bondoyudo dan Sunggal, tetapi dengan varietas Batang gadis, Cimelati, Digul, Cibogo, Cigeulis dan Kalimas tidak tidak terdapat perbedaan yang nyata. Berdasarkan diskripsi varietas padi unggul baru dinyatakan bahwa varietas Code memiliki jumlah anakan produktif yang banyak (Lesmana et. al., 2002). Setelah dilakukan pengujian pada lahan yang berbeda agroekologinya, menghasilkan jumlah anakan produktif yang paling banyak diantara varietas-varietas yang diuji. Hal ini disebabkan, varietas Code lebih toleran pada lahan sawah dengan ketinggian tempat sampai 500 m dpl, sedangkan pengujian dilakukan pada lahan sawah dengan ketinggian tempat ± 450 m d.p.l. Komponen hasil Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa komponen hasil yang meliputi panjang malai, jumlah gabah isi tiap malai, jumlah gabah hampa tiap malai dan berat 1000 butir gabah terdapat perbedaan yang nyata sedangkan kadar air gabah tidak terdapat perbedaan nyata. Tabel 2. Uji adaptasi varietas padi unggul baru terhadap panjang malai, jumlah gabah isi permalai, jumlah gabah hampa per malai, berat 1000 butir dan kadar air Jumlah gabah Panjang malai Jumlah gabah Berat 1000 Kadar air Varietas hampa per (cm) isi per malai butir (g) (%) malai Batang Gadis Fatmawati Cimelati Bondoyudo Digul Sunggal Cibogo Cigeulis Kalimas Code 19,23 d 23,18 a 20,81 bc 20,33 bcd 20,71 bc 19,85 cd 20,20 bcd 20,29 bcd 21,02 b 21,25 b 59,76 c 96,95 a 60,20 c 59,54 c 43,12 d 72,19 bc 74,55 b 76,19 b 75,03 b 71,08 bc 33,04 cde 107,07 a 34,36 cd 27,36 efg 37,96 c 29,34 def 22,16 g 24,19 fg 32,80 cde 46,47 b 26,37 c 33,83 a 31,43 ab 30,10 abc 30,67 ab 29,43 bc 30,50 ab 27,80 bc 29,63 bc 31,07 a 21,27 a 21,40 a 21,03 a 22,03 a 20,03 a 21,17 a 21,70 a 20,93 a 23,13 a 21,97 a KK (%) 3,30 10,93 10,05 7,87 97,83 Angka-angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu kolom yang sama tidak menunjukkan beda nyata pada taraf 5% menurut
uji BNT. Varietas Fatmawati menghasilkan jumlah gabah isi per malainya paling banyak diantara varietas-varietas yang lain, tetapi juga menghasilkan jumlah gabah hampa paling banyak. Varietasvarietas lain yang jumlah gabah isinya lebih banyak berturut-turut adalah Cigeulis, Kalimas dan Cibogo. Berat 1000 butir gabah yang paling berat juga dihasilkan oleh varietas Fatmawati kemudian diikuti varietas-varietas Code, Cimelati, Cibogo dan Digul. Pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman merupakan proses yang berkelanjutan dan mengarah ke karakteristik morfogenesis spesies. Kedua proses tersebut dikendalikan oleh genotipe dan lingkungan (Gardner et. al., 1985). Varietas Fatmawati, Cigeulis, Kalimas dan Cibogo menghasilkan jumlah gabah isi yang lebih banyak karena sifat genotipe yang telah terbawa oleh varietas tersebut, selain itu didukung oleh kondisi lingkungan pengujian yang sesuai. Jumlah gabah hampa paling banyak pada varietas Fatmawati karena selain dipengeruhi serta faktor nutriea dan air yang kurang mencukupi. Saat pengujian dosis pupuk yang diberikan 1,3 kg NPK/plot (25,5 m2) + 0,4 Urea /plot (25,5 m2). Hal ini kemungkinan cukup untuk varietas lain tetapi kurang mencukupi untuk varietas Fatmawati yang memiliki jumlah gabah paling banyak. Menurut Gardner et. al. (1985) bahwa berlangsungnya pertumbuhan terutama ditentukan oleh ketersediaan air dan unsur N. Varietas Fatmawati kemungkinan peka terhadap kekurangan unsur N sehingga mempengaruhi pengisian gabah. Produksi Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa produksi gabah kering panen dan gabah kering giling terdapat perbedaan yang nyata dari 10 varietas yang diuji. Produksi gabah kering panen tertinggi adalah varietas Cimelati, dan berbeda nyata dengan varietas Batang Gadis, Bondoyudo dan Digul, sedangkan untuk gabah kering giling berbeda nyata dengan Batang Gadis, Fatmawati, Bondoyudo, Digul, Cigeulis dan Kalimas (Tabel 3).
Tabel 3. Uji adaptasi varietas padi unggul baru terhadap produksi Varietas Produksi gabah kering Produksi gabah kering panen (t/ha) giling (t/ha) Batang Gadis 6,96 cd 5,70 cd Fatmawati 9,71 ab 6,60 bcd Cimelati 10,43 a 8,56 a Bondoyudo 8,02 bcd 6,25 bcd Digul 6,09 d 4,99 d Sunggal 9,58 ab 7,47 ab Cibogo 10,11 ab 7,38 ab Cigeulis 8,48 abc 6,61 bcd Kalimas 8,30 abc 6,23 bcd Code 9,91 ab 7,43 ab KK (%) 14,70 14,76 Angka-angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu kolom yang sama tidak menunjukkan beda nyata pada taraf 5% menurut uji BNT. Varietas Cimelati menghasilkan gabah kering panen dan gabah kering giling paling tinggi diantara varietas-varietas padi unggul baru yang diuji yaitu mencapai 10,4 t/ha gabah kering panen dan 8,5 t/ha gabah kering giling, selanjutnya diikuti varietas Cibogo, Fatmawati,Sunggal dan Code yaitu mencapai 9 10,1 t/ha gabah kering panen. Namun produksi gabah kering giling yang mencapai 7 t/ha lebih hanya dihasilkan oleh varietas Sunggal, Cibogo dan Code. Berdasarkan data diskripsi varietas padi unggul baru, potensi hasil pada varietas-varietas Cimelati, Code, Sunggal dan Cibogo berkisar antara 6 8 t/ha (Lesmana et, al., 2002). Hasil pengujian menunjukkan potensi hasil varietas Cimelati, Sunggal, Code dan Cibogo yang diuji adaptasikan di lahan sawah pada ketinggian tempat ± 450 m d.p.l tidak berbeda nyata yaitu mencapai 7 8,5 t/ha gabah kering giling. KESIMPULAN Jumlah anakan dan jumlah malai per rumpun yang paling banyak dijumpai varietas Code yaitu 27 anakan dan 24 malai per rumpun serta berbeda nyata dengan varietas Fatmawati, Bondoyudo dan Sunggal. Varietas Fatmawati menghasilkan jumlah gabah isi per malai, panjang malai dan berat 1000 butir yang paling tinggi jika dibandingkan dengan varietas-varietas yang lain tetapi jumlah gabah hampanya paling banyak yaitu 52,5%/ malai. Kadar air dari sepuluh varietas yang diuji adaptasikan tidak berbeda nyata yaitu sekitar 20 23%. Potensi hasil tertinggi adalah varietas Cimelati, Sunggal, Cibogo dan Code dengan produksi 7,38 8,56 t/ha gabah kering giling. DAFTAR PUSTAKA Baihaki A., 2004. Mengantisipasi persaingan dalam menuju swasembada varietas unggul. Makalah Simposium Peripi 2004. Balitro. Diperta Jatim. 2004. Laporan tahunan Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur tahun 2004. Gardner. P.G., R.B. Pearee and T.L. Mitchell. 1985. Physiology of crop plants. The Iowa State University. Press. U.S.A. 428p. Kustiyanto. B.,2001. Kriteria seleksi untuk sifat toleran cekaman lingkungan biotik dan abiotik. Makalah penelitian koordinasi program pemuliaan pertisipatif (Shuttle breeding) dan uji multilokasi. Sukamandi, 9-14 April 2001. Kamandalu. AANB., Rubiyo dan Aan A Daradjat.2003. Keragaan galur harapan padi sawah di dua lokasi di Bali dalam Kebijakan Perberasan dan Inovasi teknologi padi. Suprihatno et. al., (Ed). Badan Litbang Pert. (p: 491-501). Lesmana, O.S.Husni, M. Toha, Irsal Las. 2002. Diskripsi varietas unggul padi. Balitpa. 54p.
Sembiring H., dan Wirajaswadi. 2001. Penampilan beberapa varietas unggul baru padi di sentra produksi gogo rancah di Lombok Tengah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB (belum dipublikasi).