IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PELABUHAN TANGLOK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN SAMPANG TUGAS AKHIR (TKP 481)

dokumen-dokumen yang mirip
KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

LOKASI OPTIMAL TPI SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR KABUPATEN MERAUKE PROPINSI PAPUA TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS PENGGUNAAN LAHAN PESISIR SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ARI KRISTIANTI L2D

ANALISIS SUMBERDAYA PESISIR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BENGKULU

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN KOTA TEGAL DAN KABUPATEN TEGAL TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PERKEMBANGAN PENDAPATAN NELAYAN TERHADAP KONDISI FISIK PERMUKIMAN NELAYAN WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAMPAK REKLAMASI PANTAI MARINA KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. dari laut pesisir, laut lepas, teluk dan selat. Dari luas laut sebesar itu di dalamnya

ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR

KAJIAN PENGARUH KEBERADAAN PELABUHAN TANJUNG EMAS TERHADAP LINGKUNGAN MASYARAKAT ( STUDI KASUS : KELURAHAN BANDARHARJO DAN TANJUNGMAS) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III DESKRIPSI AREA

MODEL PENGEMBANGAN WILAYAH UNTUK PEMBANGUNAN PELABUHAN (Studi Kasus:Pantai Selatan Jawa Timur)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

TUGAS AKHIR PERIODE 36 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TERMINAL BUS TIPE A KOTA TEGAL

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2005

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG

Lomba Penulisan Artikel HUT KORPRI Ke 43 Kabupaten Cilacap Mengangkat HARKAT, MINAPOLITAN Cilacap*

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEBIJAKAN PEMANFAATAN PELABUHAN PERIKANAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon)

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAMPAK AKTIVITAS PELABUHAN DAN SEBARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG DAN KAWASAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN DAYA TAMPUNG RUANG UNTUK PEMANFAATAN LAHAN KOTA TARAKAN TUGAS AKHIR

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

3. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I. PENDAHULUAN. Pelabuhan perikanan merupakan pelabuhan yang secara khusus menampung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

ARAHAN PENATAAN RUANG AKTIVITAS DI PELABUHAN TANJUNG TEMBAGA DI PROBOLINGGO TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. perairan dua per tiga dari luas wilayah Indonesia. Sebagai negara

I. PENDAHULUAN. bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang. Oleh karena

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Peta Pulau Ambon

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk. meningkatkan taraf hidup manusia. Aktivitas pembangunan tidak terlepas

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN

BAB I PENDAHULUAN. dirubah yakni dari ikan yang dijual sendiri-sendiri menjadi ikan dijual secara lelang

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PELABUHAN PERIKANAN PANTAI REMBANG

1. Berdasarkan analisis tipologi gabungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN

URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG MERUPAKAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PELABUHAN TANGLOK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN SAMPANG TUGAS AKHIR (TKP 481) disusun oleh : MOHAMMAD WAHYU HIDAYAT L2D 099 437 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2004

ABSTRAKS Keberadaan pelabuhan saat ini adalah salah satu sarana transportasi yang paling vital dan efektif bagi pertumbuhan dan perkembangan berbagai kegiatan yang terjadi di kawasan pembangunan di Indonesia. Hal ini merupakan salah satu potensi yang secara langsung dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan kawasan di Indonesia dan secara tidak langsung memberikan masukan berupa kontribusi keuangan berupa devisa dan retribusi bagi PAD pemerintah setempat. Adanya pelabuhan tersebut, dengan segala dinamika kegiatan yang terjadi didalamnya juga turut memunculkan sisi permintaan (Demand) dan sekaligus sisi penawaran (Supply) dari keberadaannya terhadap kawasan sekitar baik dari segi ekonomi, sosial dan spatial. Kabupaten Sampang adalah salah satu dari empat kabupaten yang ada di Pulau Madura dan juga merupakan salah satu dari dua kabupaten yang memiliki pelabuhan sebagai salah satu sarana penunjang aktivitas ekonomi yang terjadi didalam kawasan. Keberadaan pelabuhan di Kabupaten Sampang, merupakan salah satu potensi ekonomi yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu roda penggerak perekonomian kawasan. Pelabuhan Tanglok merupakan satu dari dua pelabuhan yang dimiliki oleh Kabupaten Sampang. Fungsi dari pelabuhan ini sebagai sarana bagi para nelayan untuk melakukan aktivitas mereka, kegiatan bongkar muat barang, dan juga bagi para penumpang yang ingin menggunakan jasa kapal niaga yang terdapat di pelabuhan. Secara umum dapat dikatakan bahwa Pelabuhan Tanglok memiliki potensi yang cukup besar untuk dijadikan sebagai salah satu pusat kegiatan perekonomian kawasan yang meliputi mikro dan makro kawasan. Aktivitas dan hasil produksi yang ditunjukkan oleh Pelabuhan Tanglok memaparkan adanya peningkatan pada beberapa sektor seperti meningkatnya produksi perikanan laut dan hasil tambak, meningkatnya intensitas penggunaan kapal baik kapal barang maupun kapal niaga/penumpang serta arus bongkar muat yang juga turut mengalami peningkatan. Namun, melihat pada kondisi nyata yang ada, keberadaan dari Pelabuhan Tanglok sepertinya belum bisa dikatakan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan perekonomian baik secara mikro maupun makro kawasan. Hal ini disebabkan berbagai kendala dan hambatan yang sepertinya belum diminimalisasi dan ditangani secara baik dan terencana. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan efisiensi dan tingkat pelayanan pelabuhan dengan berpijak pada tujuan untuk membuat suatu arahan yang tepat dan sesuai dengan kondisi Pelabuhan Tanglok sehingga dapat menciptakan keseimbangan antara permintaan dan penawaran terhadap jasa pelabuhan. Analisis yang dilakukan berdasarkan pada beberapa hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian ini seperti besaran potensi eksisting, tingkat kebutuhan pengembangan, dan besaran pengembangan pelabuhan. Adapun beberapa teknik analisis yang dipakai seperti Analisis Location Quotient untuk mengetahui tingkat kebasisan dari sektor yang ada di wilayah pengaruh pelabuhan, Analisis Shift Share untuk mengatahui struktur, kinerja dan pergeseran ekonomi dari keberadaan pelabuhan, analisis Indeks Relatif untuk mengetahui besaran pengaruh potensi dan persebarannya yang dalam hal ini lebih menekankan kepada sisi pemasaran dan analisis Regresi Linier untuk memprediksikan kebutuhan dan perkembangan kegiatan yang terjadi di pelabuhan. Selain itu, metode diatas juga akan didukung dengan analisis kualitatif secara deskriptif dan normatif. Dari hasil analisis tersebut diperoleh bahwa terdapat potensi yang cukup besar ditunjang dengan adanya peningkatan intensitas pergerakan barang komoditi yang memanfaatkan Pelabuhan Tanglok. Selain itu, terdapat pula peningkatan akan barang komoditi yang dibutuhkan oleh wilayah belakang pelabuhan, sehingga hal ini dapat dijadikan sebagai semi output perlunya pengembangan Pelabuhan Tanglok. Dengan memperhatikan besaran potensi dan tingkat kebutuhan pengembangan, maka dibuat suatu arahan mengenai jenis pelabuhan yang tepat bagi pengembangan Pelabuhan Tanglok yang nantinya berguna bagi pengembangan sektor ekonomi di Kabupaten Sampang. Dari jenis pelabuhan yang diperoleh yaitu Pelabuhan Campuran, ditentukan pula besaran pengaruh dan manfaat yang akan ditimbulkan dari adanya pengembangan pelabuhan. Terakhir, direkomendasikan pengembangan dan pengelolaan Pelabuhan Tanglok yang sesuai dengan kondisi pelabuhan tersebut. Keyword : Kebutuhan Pengembangan, Pelabuhan, Sektor Ekonomi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan dengan sebagian besar wilayahnya merupakan lautan yang diyakini banyak mengandung sumber daya kelautan dan perikanan. Sumber daya kelautan ini sangat potensial untuk pengembangan pemanfaatan potensi kelautan tersebut di waktu yang akan datang. Hal ini dikarenakan sampai saat sekarang pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan masih relatif belum dimanfaatkan secara optimal, terutama sumber daya perikanan atau sumber daya ikan di laut yang pemanfaatannya masih relatif rendah dan belum optimal, sehingga terbuka peluang yang relatif besar untuk pengembangan pemanfaatan di waktu yang akan datang (Subagyo, 2001). Wilayah pesisir merupakan kawasan yang memiliki potensi memadai untuk dikembangkan menjadi lebih baik. Dalam kaitan dengan ketersediaannya, potensi sumberdaya wilayah pesisir dan laut ini secara garis besar dapat dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu sumberdaya dapat pulih (renewable resources), sumberdaya tak dapat pulih (non-renewable resources), dan jasa-jasa lingkungan (enviromental services). Ketiga potensi inilah walaupun telah dimanfaatkan, tetapi masih belum optimal dan terkesan tidak terencana dan terprogram dengan baik (Dahuri dkk, 1996). Jika ditinjau dari kondisi yang ada, keberadaan kawasan pesisir masih belum memberikan hasil yang maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Adanya aktivitas ekonomi di kawasan pesisir berpeluang dapat memunculkan Multiplier Effect dalam mewadahi aktivitas ruang. Hal ini dapat dilihat dari belum banyak tumbuh dan berkembangnya berbagai jenis kegiatan ekonomi pendukung disamping kondisi infrastruktur pendukung perkembangan wilayah yang belum berkembang dan tidak tersebar secara merata. Semua kondisi tersebut di satu sisi telah memunculkan perkembangan baru bagi masyarakat pesisir, tetapi disatu sisi juga memunculkan dampak pada kawasan pesisir yang relatif stagnan. Kabupaten Sampang adalah salah satu dari empat kabupaten di Pulau Madura yang memiliki potensi perikanan cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya

2 pola persebaran penangkapan ikan. Berdasarkan pada perbandingan data yang diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sampang, hasil tangkapan ikan baik tangkap maupun budidaya pada tahun 1999 menunjukkan angka 21.732 ton/tahun untuk perikanan tangkap dan 2.447 ton/tahun untuk perikanan budidaya. Pada tahun 2002, diperoleh data yang menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan yaitu untuk perikanan tangkap didapat angka sebesar 24.809,50 ton/tahun dan untuk perikanan budidaya 2.637,20 ton/tahun (lihat Tabel III-6). Untuk mendukung berbagai kegiatan yang dilakukan di seputar kawasan pesisir Kecamatan Sampang, telah terdapat sebuah pelabuhan yang terletak di Tanglok Kelurahan Banyuanyar yang digunakan dan dimanfaatkan untuk kegiatan nelayan, perikanan, perniagaan, pelayaran maupun sebagai sarana penunjang transportasi laut bagi masyarakat Madura yang tinggal di pulau kecil sekitarnya. Tanglok merupakan pelabuhan yang terdapat di bagian pantai selatan Kabupaten Sampang, selain Pelabuhan Batioh yang terletak di bagian pantai utara Kabupaten Sampang. Sesuai dengan potensi yang dimiliki, Pelabuhan Tanglok dapat dikembangkan sebagai pelabuhan dengan fungsi optimal demi berkembangnya berbagai sektor unggulan, yang dimiliki oleh Kabupaten Sampang terutama sektor perikanan yang berpotensi untuk dijadikan sebagai sektor basis, sehingga dapat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pemasukan pendapatan pemerintah Kabupaten Sampang. Pelabuhan tersebut terletak di Sungai Kemuning yang melintas di perbatasan administratif kawasan Pesisir Kelurahan Banyuanyar dengan Kelurahan Polagan. Sebagaimana diketahui, pelabuhan dalam peranannya banyak membantu berbagai sektor produktif untuk berkembang dan menjadi suatu pusat pergerakan pembangunan baik pembangunan yang bergerak ke dalam (in-side development) maupun yang bergerak ke luar (out-side development) seperti arus penerimaan tenaga kerja, kontribusi terhadap pajak dan retribusi daerah, spread effect terhadap kawasan sekitarnya yang dapat memunculkan fenomena aglomerasi antar kawasan yang saling berketergantungan, dan yang lebih penting adalah banyaknya variabel-variabel luar yang dapat lebih mudah masuk dan memberikan efek terhadap perkembangan kawasan pelabuhan sebagai kawasan pergerakan barang. Hal ini sangatlah dirasakan sebagai suatu titik dari awal perubahan pembangunan dan perkembangannya di Kabupaten Sampang sendiri. Keberadaan pelabuhan tersebut merupakan salah satu sarana pendukung bagi berkembangnya aktivitas ekonomi yang terdapat di Kelurahan Banyuanyar dan kawasan

3 pesisir sekitarnya. Aktivitas perekonomian ini terutama dikendalikan oleh para nelayan dan beberapa pelaku ekonomi setempat (juragan pemilik kapal, bakul ikan) yang mengembangkan aktivitas perekonomian mereka secara "swadaya", yaitu bertumpu pada pemberdayaan potensi daerah dan modal yang terdapat di lingkungan setempat (lokal), yang merupakan ciri khas dari sebuah struktur ekonomi pedesaan. Sedangkan untuk pengelolaan pelabuhan ditangani oleh Bagian Satuan Tugas Pelindo III Surabaya yang bercabang dengan Pelabuhan Branta di Pamekasan. Adapun selain sektor perikanan dan kelautan, terdapat kegiatan ekonomi lain yang juga memegang peranan berkembangnya Pelabuhan Tanglok seperti kegiatan perniagaan, kegiatan pelayaran dan kegiatan bongkar muat kapal yang antara lain seperti hasil penambangan pasir laut, serta barang-barang komoditi lain yang sebagian memang didistribusikan melalui jalur laut selain menggunakan jalur darat. Namun, keberadaan dari pelabuhan tersebut sangatlah jauh dari kelayakan sebagai sebuah lokasi pangkalan pendaratan perikanan, perniagaan dan pelayaran. Hal ini dikarenakan sarana penunjang kegiatan kepelabuhanan yang sangat minim dan sistem pengelolaannya yang masih belum diatur dengan baik. Dengan kata lain, pemerintah daerah Kabupaten Sampang belum memberikan perhatian khusus sehingga potensi pelabuhan yang ada jauh dari kelayakan untuk menunjang kegiatan pembangunan pelabuhan baik dalam lingkup Kecamatan Sampang secara khusus maupun Kabupaten Sampang secara umum. Adanya masalah tersebut memberikan dampak yang cukup signifikan bagi kurangnya pemanfaatan pelabuhan oleh pemerintah untuk mendorong pengembangan kawasan. Dari adanya kegiatan dan aktivitas serta kendala yang dihadapi dalam pengembangannya tersebut, diperlukan suatu analisa yang diarahkan pada tingkat kebutuhan dan masukan dari adanya aktivitas pelabuhan tersebut beserta sarana lain yang mendukung bagi berkembangnya kawasan pesisir pada khususnya dan kawasan lain di Kabupaten Sampang pada umumnya, sehingga nantinya didapatkan suatu keterpaduan antara pembangunan di kawasan pesisir dengan kawasan daratan. 1.2 Rumusan Masalah Dibandingkan dengan ketiga kabupaten yang ada di Pulau Madura, Kabupaten Sampang merupakan kabupaten yang sedikit mengalami perubahan pembangunan atau dapat dikatakan sedang mengalami kelesuan. Kondisi ini disebabkan oleh sedikitnya peluang