MINERALISASI BIJIH BESI DI KABUPATEN DONGGALA PROVINSI SULAWESI TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
BIJIH BESI OLEH : YUAN JAYA PRATAMA ( ) KEOMPOK : IV (EMPAT) GENESA BIJIH BESI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

PENERAPAN METODA GEOMAGNET DALAM PENDUGAAN POTENSI LATERIT BIJIH BESI DI PANGALASIANG DONGGALA

BAB II TINJAUAN UMUM

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

BAB. I PENDAHULUAN. Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan

Oleh: Uyu Saismana 1 ABSTRAK. Kata Kunci : Cadangan Terbukti, Batugamping, Blok Model, Olistolit, Formasi.

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penambangan (mining) dapat dilakukan dengan menguntungkan bila sudah jelas

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur 1

Identifikasi Sistem Panas Bumi Di Desa Masaingi Dengan Menggunakan Metode Geolistrik

lajur Pegunungan Selatan Jawa yang berpotensi sebagai tempat pembentukan bahan galian mineral logam. Secara umum daerah Pegunungan Selatan ini

BAB I PENDAHULUAN. Bayat merupakan salah satu daerah yang menarik sebagai obyek penelitian

Ringkasan Tentang Biji Besi dan Timah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah memproduksi timah sejak abad ke 18 (van Leeuwen, 1994) dan

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN RAJA AMPAT PROVINSI IRIAN JAYA BARAT

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

INVENTARISASI BITUMEN PADAT DENGAN OUTCROP DRILLING DAERAH MUARA SELAYA, PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN I.1.

PENYUSUNAN PEDOMAN TEKNIS EKSPLORASI BIJIH BESI PRIMER. Badan Geologi Pusat Sumber Daya Geologi

BAB II KEADAAN UMUM DAN KONDISI GEOLOGI

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

EKSPLORASI UMUM ENDAPAN PASIR BESI DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN. PROVINSI SULAWESI UTARA

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

INVENTARISASI BATUBARA BERSISTIM DI DAERAH SUNGAI SANTAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

POTENSI BAHAN GALIAN GRANIT DAERAH KABUPATEN TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

INVENTARISASI DAN EVALUASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DAN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

183 PENDUGAAN BIJIH BESI DENGAN GEOLISTRIK RESISTIVITY-2D DAN GEOMAGNET DI DAERAH SEBAYUR, DESA MAROKTUAH, KEC

BAB I PENDAHULUAN I.1

Bab I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. curam, hanya beberapa tempat yang berupa dataran. Secara umum daerah Pacitan

PROSPEKSI ENDAPAN DOLOMIT DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Irwan Muksin, Wawan Setiyawan, Martua Raja P.

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. administratif termasuk ke dalam provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Pulau

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

EKSPLORASI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH BUNGAMAS, KABUPATEN LAHAT PROPINSI SUMATERA SELATAN

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN KAIMANA, PROVINSI IRIAN JAYA BARAT (PAPUA BARAT)

EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PENYEBARAN DAN KETERDAPATAN MINERAL BERAT DI PERAIRAN KALIMANTAN BARAT. Noor Cahyo D. Aryanto

BAB II TINJAUAN UMUM

FENOMENA BARU KETERDAPATAN BIJIH BESI DI KABUPATEN TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR. Oleh : Wahyu Widodo dan Bambang Pardiarto. Sari

SURVEY GEOKIMIA MINERAL LOGAM DI PROVINSI SUMATERA BARAT. Ernowo, Kisman, Armin T, Eko Yoan T, Syahya S. , P.Total, S.Total, H 2. , Al 2.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB II STRATIGRAFI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PENYEBARAN CEBAKAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN AIRGEGAS KABUPATEN BANGKA SELATAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DI DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA, MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

Gambar 1. Lokasi kesampaian daerah penyelidikan di Daerah Obi.

GEOLOGI DAN POTENSI BAHAN GALIAN BIJIH BESI DAERAH ACEH BARAT DAYA

Bab III Geologi Daerah Penelitian

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN MUSI RAWAS DAN MUSI BANYUASIN, PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan

EKSPLORASI UMUM ENDAPAN MANGAN DI KABUPATEN MANGGARAI, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB II TINJAUAN UMUM

Geologi Daerah Tajur dan Sekitarnya, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tantowi Eko Prayogi #1, Bombom R.

3. HASIL PENYELIDIKAN

EKSPLORASI UMUM ENDAPAN BESI DI KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATERA SELATAN

FORMULIR ISIAN BASIS DATA SUMBER DAYA MINERAL LOGAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL DI KABUPATEN BIMA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II GEOLOGI REGIONAL

PROSPEKSI BATUBARA DAERAH AMPAH DAN SEKITARNYA KABUPATEN BARITO TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia termasuk dalam daerah rawan bencana gempabumi

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Provinsi Sulawesi Barat terletak di bagian barat Pulau Sulawesi dengan luas

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

MINERALISASI BIJIH BESI DI KABUPATEN DONGGALA PROVINSI SULAWESI TENGAH Oleh : Abdul Rauf Prodi Teknik Pertambangan, FTM, UPN Veteran Yogyakarta Hp. 082138767660 Abdulrauf_nuke@yahoo.co.id. Abstrak S ebagai penyusun mineral, besi (Fe) merupakan unsur yang hadir di setiap batuan, dalam jumlah yang relatif kecil. Ketersediaanya dalam jumlah besar (ekonomis) melibatkan proses-proses geologi yang berkaitan dengan suatu zonasi mineralisasi. Melalui singkapan, mineralisasi bijih besi Kabupaten Donggala yang berada pada jalur orogenesa dapat diketahui prospeksinya. Kata Kunci: Bijih besi, Mineralisasi, Prospeksi I. PENDAHULUAN Seiring dengan peningkatan pembangunan di bidang konstruksi yang begitu pesat maka meningkat pula kebutuhan akan logam dasar. Permintaan dunia industri terhadap mineral logam seperti besi (Fe) akhir-akhir ini meningkat tajam, terutama pasokan industri baja untuk negara-negara maju. Hal ini terlihat dari banyaknya perusahaan-perusahaan pertambangan yang melakukan eksplorasi daerah baru untuk mencari cadangan iron deposit di beberapa tempat, khususnya di Indonesia. Besi (Fe) merupakan unsur yang hadir di setiap batuan, ketersediaanya dalam jumlah besar dan bernilai ekonomis melibatkan proses-proses geologi yang berkaitan dengan suatu zonasi mineralisasi. Kabupaten Donggala merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Tengah, terletak pada jalur orogenesa yang memungkinkan dijumpai deposit bijih besi. Oleh karena itu dibutuhkan pengetahuan yang luas mengenai keberadaan dan tipe endapannya, meliputi karakteristik, geometri dan diagenesa, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti hubungannya dengan tektonik. Maksud dilakukan kegiatan ini adalah : Peninjauan lapangan untuk membuktikan adanya deposit bijih besi. Pengambilan conto secara chip sampling dan perkiraan kualitas serta memperkirakan penyebaran deposit bijih besi. Adapun tujuan dilakukan kegiatan ini adalah untuk menentukan kegiatan tipe mineralisasi deposit bijih besi. Ruang lingkup kegiatan yang dilakukan adalah : Pengamatan Singkapan, Perkiraan kondisi Geologi permukaan, Perkiraan prospeksi dan Pengamatan mineralisasi deposit bijih besi. II. TINJAUAN UMUM 2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi kegiatan prospeksi deposit bijih besi secara administratif terletak di Kecamatan Sojol, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Kecamatan Sojol berbatasan langsung dengan laut dan kecamatan lainnya di Kabupaten Donggala, yaitu : Disebelah Utara : Kecamatan Tomini Disebelah Timur : Kecamatan Tinombo Disebelah Selatan : Damplas Disebelah Barat : Selat Makassar Secara astronomis lokasi ini terletak pada koordinat antara 119 o 54 120 o 5 Bujur Timur dan 0 o 20 0 o 27 Lintang Utara. Secara geografis lokasi ini terletak di lereng sebelah Barat dari Pegunungan Sojol. Untuk mencapai lokasi ini, dari Kota Palu berjarak sekitar 213 km yang dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat dengan kondisi jalan beraspal. Dari base camp untuk menuju lokasi menggunakan sepeda motor sampai jalan setapak yang tidak dapat dilewati, diteruskan dengan berjalan kaki. 4-54

Gambar 1. Peta Lokasi Prospeksi 2.2. Kondisi Geologi Fisiografi lokasi kegiatan, merupakan perbukitan sedang sampai terjal, dengan kemiringan 20 o sampai 70 o. Elevasi terendah berada pada 126 mpal dan elevasi tertingginya 456 mpal. Sungai besar yang melalui lokasi ini adalah sungai Bangkalang Taipa dan pola alirannya adalah dendritik. Stratigrafi lokasi ini terdiri dari satuan litologi sebagai berikut: Qal Aluvium dan Endapan Pantai, kerikil, pasir dan lumpur. Terbentuk dalam lingkungan sungai, delta dan pantai. Qts Molasa Celebes Sarasin dan Sarasin (1901), konglomerat, batupasir kwarsa, grewak, batulempung, serpih, napal dan batugamping koral. Mengeras lemah dengan kemiringan 0 o 10 o. Tts Formasi Tinombo Ahlburg (1913), filit, batusabak, batupasir kwarsa, batulanau, pualam, batu tanduk, serpih merah dan rijang merah serta batuan gunung api. Aliran lava bersifat andesiti sampai basal. gr Batuan Terobosan, terjadi dalam beberapa kala. Dari yang tertua berturut-turut Andesit, Diorit, Sienit dan Lamprofir. Umumnya terdapat sebagai saluran gunungapi di dalam Formasi Tinombo. Struktur Geologi di lokasi ini adalah sesar dengan arah yang berfariasi, di bagian Utara lokasi ini ber arah Barat Laut - Tenggara dan Timur Laut Barat Daya. Sedangkan di lokasi penelitian mengarah Utara Selatan dan Timur Laut Barat Daya. 4-55

Gambar 2. Peta Geologi 3) III. HASIL SURVEY 3.1. Singkapan 1 Bijih besi berbentuk boulder berjumlah 3 buah dengan ukuran diameter 1, 1,5 dan 2,1 m, lainnya berukuran < 30 cm. Boulder terletak di dasar sungai. Koordinat : 0824760 mt dan 0046551 mu Ketinggian : 170 mpal Mineral Dominan : Hematit Estimasi volume : 7 m 3 : 48 56% Fe (SAF) 3..2. Singkapan 2 Bijih besi berbentuk boulder berjumlah 4 buah dengan ukuran diameter 0,5 s/d 1 m, lainnya ditemukan berukuran < 20 cm. Boulder bijih besi tersebut terletak pada posisi terpendam di lereng bukit. Jika ditelusuri bukitnya diperkirakan panjangnya sekitar 250 m. Koordinat : 0826618 mt dan 0046680 mu Ketinggian : 305 mpal Mineral Dominan : Magnetit Estimasi volume : 4 m 3 : 58 66% Fe (SAF) 4-56

Singkapan 1. Boulder pada Sungai 3.3. Singkapan 3 Bijih besi berbentuk boulder berjumlah 2 buah dengan ukuran diameter 1,5 dan 2 m. Boulder bijih besi tersebut terletak dijalan setepak pada posisi terpendam. Bukit yang berada di dekatnya membentang sepanjang sekitar 150 m. Koordinat 0046450 mu Ketinggian : 204 mpal Mineral Dominan : Hematit Estimasi volume : 16 m 3 Singkapan 2. Boulder terpendam di lereng Gambar 3. Singkapan 1 dan Singkapan 2 Koordinat 0046452 mu Ketinggian : 0825856 mt dan : 54 58% Fe (SAF) 3.4. Singkapan 4 Bijih besi berbentuk boulder berjumlah 1 buah dengan ukuran diameter 3 m dan tingginya 4 m. Boulder bijih besi tersebut terletak tebing sungai bersebelahan dengan singkapan 3. Sungai yang terletak dibelahnya dijumpai pula boulder berukuran < 1 m yang tersebar sepanjang 100 m sampai pada singkapan 8. Mineral Dominan : Hematit Estimasi volume : 36 m 3 : 0825835 mt dan : 199 mpal : 56 58% Fe (SAF) 3.5. Singkapan 5 Bijih besi berbentuk boulder berjumlah 5 buah dengan ukuran diameter 0,3 s/d 0,5 m, lainnya ditemukan berukuran < 10 cm. Boulder bijih besi tersebut terletak pada posisi terpendam di lereng bukit. Jika ditelusuri bukitnya diperkirakan panjangnya sekitar 100 m. Koordinat : 0825934 mt dan 0046306 mu Ketinggian : 205 mpal Mineral Dominan : Magnetit Estimasi volume : 2 m 3 : 60 68% Fe (SAF) Singkapan.3 di Jalan Setapak Singkapan 4. di tebing sungai Gambar 4. Singkapan 3 dan Singkapan 4 4-57

3.6. Singkapan 6 Bijih besi berbentuk boulder berjumlah 1 buah dengan ukuran diameter sekitar 4 m. Boulder bijih besi tersebut terletak pada posisi terpendam tetapi sekitar 60 cm berada di atas permukaan tanah. Lokasinya berada di limpasan sungai. Koordinat : 0825955 mt dan 0046303 mu Ketinggian : 211 mpal Mineral Dominan : Magnetit Estimasi volume : 32 m 3 : 62 70% Fe (SAF) Singkapan 5. Boulder di tebing Sungai Singkapan 6. Boulder di limpasan sungai Gambar 5. Singkapan 5 dan Singkapan 6 : 56 65% Fe (SAF) 3.8. Singkapan 8 Bijih besi berbentuk boulder tersebar di lereng bukit ukuran diameter 1 s/d 2 m. Posisi bijih besi tersebut sebagian terpendam dan lainnya muncul secara utuh. Di sepanjang sungainya juga dijumpai boulder < 50 cm. Koordinat : 0825786 mt dan 0046371 mu 3.7. Singkapan 7 Bijih besi berbentuk boulder yang berada di tepi jalan ini merupakan hasil bongkaran saat pembukaan jalan. Bongkahan yang masih terpendam cukup besar berdiameter sekitar 8 m. Dilihat pada sisi lereng jalan diperkirakan bijih besi menerus ke dalam tanah paling tidak setinggi lereng sekitar 3 m. Koordinat : 0825958 mt dan 0046286 mu Ketinggian : 212 mpal Mineral : Magnetit dan Hematit Estimasi volume : 150 m 3 Ketinggian : 182 mpal Mineral : Magnetit dan Hematit Estimasi volume : 96 m 3 : 56 66% Fe (SAF) Singkapan 7. Bongkaran di jalan Singkapan 8. Boulder di tepi sungai Gambar 6. Singkapan 7 dan Singkapan 8 4-58

IV. PEMBAHASAN 4.1. Mineralisasi Bijih Besi Donggala Proses terjadinya deposit bijih besi berhubungan erat dengan adanya peristiwa tektonik pra-mineralisasi. Akibat peristiwa tektonik, terbentuklah struktur sesar, struktur sesar di lokasi penelitian mengarah Utara Selatan dan Timur Laut Barat Daya, ini merupakan zona lemah yang memungkinkan terjadinya magmatisme, yaitu intrusi magma menerobos batuan tua. Batuan Terobosan, terjadi dalam beberapa kala, yaitu Andesit, Diorit dan Sienit, umumnya terdapat sebagai saluran gunungapi. Akibat adanya kontak magmatik ini, terjadilah proses rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, dan penggantian (replacement) pada bagian kontak magma dengan batuan yang diterobosnya yaitu Formasi Tinombo yang tersusun berupa filit, batusabak, batupasir kwarsa, batulanau, pualam, batu tanduk, serpih merah dan rijang merah serta batuan gunung api. Perubahan ini disebabkan karena adanya panas dan bahan cair (fluida) yang berasal dari aktivitas magma tersebut. Proses penerobosan magma pada zona lemah ini hingga membeku umumnya disertai dengan kontak metamorfosa. Kontak metamorfosa juga melibatkan batuan samping Formasi Tinombo sehingga menimbulkan bahan cair (fluida) seperti cairan magmatik dan metamorfik yang banyak mengandung bijih. 4.2. Kandungan Fe dalam bijih besi Bijih adalah Kumpulan mineral yang daripadanya dapat diekstraksi satu atau lebih logam yang dapat diusahakan secara menguntungkan. Bijih besi biasanya tersusun oleh mineral magnetit (FeO Fe 2 O 3 ) yang mengandung 72,4 % Fe, ilmenit (FeO TiO 2 ) 36,8% Fe, hematit (Fe 2 O 3 ) 69,94% Fe, goethit (FeO OH) 62% Fe, siderit (FeCO 3 ) 48,2% Fe. Mineral lain yang mengandung besi seperti pirit (FeS 2 ) 46,5% Fe, pirhotit (FeS) 63,5% Fe, tidak dapat dianggap sebagai sumber utama besi, karena kesulitan-kesulitan teknis pengolahannya. Berdasarkan diketemukannya singkapan di lokasi ini dan hasil pengukuran kadar Fe di lokasi maka bijih besi dilokasi didominasi oleh mineral Magnetit dan Hematit. Endapan besi jarang yang bernilai ekonomis, jika bijih besi di lokasi ini dilihat dari mineralnya yaitu Magnetit dan Hematit maka endapan bijih besi di lokasi ini bernilai ekonomis. Magnetite adalah mineral dengan kandungan Fe paling tinggi tetapi terdapat dalam jumlah kecil, sedangkan hematite merupakan mineral utama yang dibutuhkan dalam industri besi. 4.3. Prospek Bijih Besi Donggala Berdasarkan bentuk deposit bijih besi di lokasi maka dapat ditentukan bahwa endapan primernya berada di sepanjang bukit yang dijumpai adanya boulder. Untuk boulder berbentuk bulat maka endapan primernya relatif jauh dibandingkan dengan bentuk boulder yang menyudut. Bentuk boulder ini juga signifikan terhadap ukurannya, semakin kecil ukuran boulder bijih besi yang ditemukan maka semakin jauh pula endapan primernya. - Singkapan 1 Dijumpai di sungai maka asal endapan primernya berada pada bukit yang terletak disebelah hulu sungai. - Singkapan 2, 3, 4, 5 dan 8 Dijumpai pada lereng bukit, kaki bukit dan di tebing sungai maka asal endapan primernya berada pada bukit tersebut. - Singkapan 6 dan 7 Dijumpai di limpasan sungai dan di bukit maka endapan primernya berada pada bukit tersebut. Berdasarkan dugaan asal endapan primernya maka diperkirakan panjang bukit yang diduga akan dijumpainya endapan primer adalah : Singkapan 1 asalnya sama dengan singkapan 8, 3 dan 4. Panjang bukit tersebut sekitar 200 m. Singkapan 2 panjang bukit sekitar 250 m. Singkapan 6 dan 7 pada bukit yang sama sekitar 100 m. Panjang bukit yang diduga merupakan asal endapan bijih besi primer seluruhnya adalah 650 m. 4-59

4.4. Prospek Bijih Besi Donggala Perkiraan panjang bukit yang diduga merupakan keberadaan endapan primer adalah 650 m. Pembuktiannya diperlukan kegiatan eksplorasi. Jika hal ini benar maka dapat ditaksir besarnya sumberdaya dengan beberapa asumsi sebagai berikut : - Panjang bukit = 650 m - Lebar rata-rata = 10 m - Ketebalan rata-rata = 10 m - Volume = 65.000 m 3 - Sumberdaya = 195.000 ton Penaksiran sumberdaya tersebut di atas berdasarkan pengamatan singkapan langsung di lapangan seluas sekitar 300 Ha. Untuk luasan penyebaran singkapan seluruhnya yaitu 9.000 Ha dapat dijumpai sumberdaya bijih besi lebih dari 10 kali lipat atau 1.950.000 ton, bahkan dapat mencapai 20 kali lipat atau 3.900.000 ton. 4.5. Kegiatan Lanjutan Prospeksi yang telah dilakukan baru mencapai areal seluas 300 Ha dan apabila dihitung areal yang tidak prospek maka luasnya sekitar 1.200 Ha atau 13 % dari luas wilayah penelitian. Masih 87% luas areal yang perlu dilakukan kegiatan serupa. Kegiatan eksplorasi lanjutan untuk areal seluas 9.000 Ha membutuhkan dana yang sangat besar maka perlu dilakukan lokalisasi areal prospek melalui kegiatan Eksplorasi Pendahuluan untuk mendapatkan lokasi keberadaan endapan primer adalah sebagai berikut: - Pemetaan Topografi - Geomagnet - Geolistrik - Pemboran inti. - Uji Laboratorium 2. Kandungan Fe dalam bijih besi Donggala relatif ekonomis, di diminasi oleh mineral magnetit (FeO Fe 2 O 3 ) dan hematit (Fe 2 O 3 ). 3. Berdasarkan bentuk deposit bijih besi Donggala di lokasi singkapan 1, endapan primernya berada pada bukit yang terletak disebelah hulu sungai. Lokasi singkapan 2 sampai singkapan 8 endapan primernya berada pada bukit tersebut..4. Prospeksi Bijih Besi Donggala seluas sekitar 300 Ha dengan sumberdaya sebesar 195.000 ton dan diperkirakan untuk luas penyebaran singkapan seluruhnya yaitu 9.000 Ha akan dapat dijumpai sumberdaya hingga 3.900.000 ton. 5. Kegiatan Lanjutan dari kegiatan ini adalah Eksplorasi Pendahuluan diantaranya adalah Pemetaan Topografi, Geomagnet, Geolistrik, Pemboran inti dan Uji Laboratorium. DAFTAR PUSTAKA 1. Abdul Rauf, 1996, Modul Genesa Bahan Galian, Jurusan Teknik Pertambangan, FTM, UPN Veteran Yogyakarta. 2. Kreiter, V.M., 1968, Geological Prospecting And Exploration, Mir Publishers, Moscow. 3. Nana Ratman, 1976, Geologi Lembar Tolitoli, Direktorat Geologi, Bandung. 4. Park and Mac Diarmid, 1975, Ore Deposits, W.H. Freeman and Company, Third Edition, San Francisco. Berdasarkan hasil Eksplorasi Pendahuluan maka dapat diketahui areal yang berpotensi atau tidak berpotensi. Areal yang berpotensi inilah yang akan diajukan untuk dilakukan Eksplorasi detil. V. KESIMPULAN 1. Mineralisasi Bijih Besi Donggala akibat adanya intrusi batuan Andesit, Diorit dan sienit pada Formasi Tinombo disertai dengan kontak metamorfosa. 4-60