BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI UNTUK MEMPERKENALKAN IMPLEMENTASI TRI HITA KARANA PADA ORGANISASI SUBAK DI BALI

BAB I PENDAHULUAN. 275 juta orang pada tahun Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari

ABSTRAK. Kata kunci: Subak, irigasi, aspek fisik, aspek operasional & pemeliharaan, logika fuzzy

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK

I. PENDAHULUAN. instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya

BAB I PENDAHULUAN. Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Hita Karana

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP. khususnya dalam pengelolaan sumberdaya air irigasi. Pengelolaan sumberdaya

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB I PENDAHULUAN. Subak telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia (WBD) oleh

I. PENDAHULUAN. memiliki julukan lumbung beras Provinsi Bali, memiliki luas 839,33

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya anak muda pada jaman sekarang, mereka cenderung lebih

Kesimpulan. Bab Sembilan. Subak sebagai organisasi tradisional yang memiliki aturan (awigawig)

Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 3, No. 1, Mei 2015 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PELESTARIAN KAWASAN PUSAKA BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Kawasan Taman Ayun, Kabupaten Badung, Provinsi Bali)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Festival merupakan sebuah satu hari atau pekan gembira dalam rangka peringatan

II TINJAUAN PUSTAKA. dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputarputar

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Yusmaini Eriawati, M.Hum. Dra. Vita Lutfi Yondri, M.Hum. Sugeng Riyanto, M.Hum. Muhammad Chawari, M.Hum.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Kata Kunci: pendidikan, Pasraman, pengetahuan, agama Hindu

PEMANFAATAN SUBAK DALAM PEMBELAJARAN IPA (UPAYA MEWUJUDKAN PEMBELAJARAN IPA YANG MENDUKUNG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERUBAHAN SOSIAL DI PERDESAAN BALI

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengetahuan dan Penerapan Tri Hita Karana dalam Subak untuk Menunjang Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan

PENGELOLAAN AIR IRIGASI SISTEM SUBAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai ragam suku bangsa yang memiliki jenis kebudayaan yang beragam pula.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan arah/kebijakan pembangunan. 2

JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI. Oleh: DAVID RIZAR NUGROHO & RETNO DEWI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

3. Proses Sosial dalam Hubungan Antaretnik di Desa Pakraman Ubud a. Proses Sosial Disosiatif b. Proses Sosial Asosiatif...

Bab I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai bagian dari Kebudayaan Indonesia yang bersifat Binneka Tunggal Ika (Berbedabeda

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

survei Branding Bali

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang hidup dengan

BAB I PENDAHLUAN. Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di

1.6 Manfaat a. Melestarikan batik sebagai warisan kekayaan budaya indonesia. b. Menambah pengetahuan masyarakat tentang batik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seminar Tugas Akhir 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

PERANAN SUBAK AGUNG YEH HO DALAM MANAJEMEN IRIGASI DI DAERAH ALIRAN INDUK SUNGAI HO KABUPATEN TABANAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di Indonesia terdapat dua buah sistem irigasi yakni sistem irigasi yang dibangun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

Pendahuluan. Bab Satu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi.

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21 perkembangan pesat terjadi dalam bidang 4T

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT JATILUWIH MELALUI PENGEMBANGAN CINDERAMATA LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah

SOSIALISASI SUBAK SEBAGAI WARISAN BUDAYA DUNIA KEPADA SISWA SMU DI KECAMATAN TAMPAKSIRING, KABUPATEN GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sumber Daya Perempuan dalam Ritual Subak

SEPA : Vol. 8 No. 2 Pebruari 2012 : ISSN :

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Subak merupakan lembaga irigasi dan pertanian yang bercorak sosioreligius terutama bergerak dalam pengolahan air untuk produksi tanaman setahun khususnya padi berdasarkan prinsip Tri Hita Karana (Sutawan,2002 : 80). Subak sebagai lembaga tradisional memang sudah di kenal di mancanegara. United Nation Education, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), pada 12 juni 2012 menetapkan subak sebagai warisan budaya dunia dalam kategori lanskap budaya. Nama yang diberikan oleh UNESCO untuk warisan tersebut adalah Cultural Landscape of Bali Province: the Subak System as a Manifestation of the Tri Hita Karana Philosophy (Warisan Budaya Orang Bali: Subak sebagai Manifestasi dari Tri Hita Karana). Sebagai organisasi yang mengurus tentang sistem irigasi tradisional, subak juga memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan yaitu rice terrace (sawah berteras) yang umumnya tersusun atas petak sawah yang bertingkat-tingkat atau berundak-undak menyerupai anak tangga yang tidak berukuran, pemandangan itulah yang menyuguhkan para wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang berkunjung ke Bali. Sebagai organisasi tradisional, subak juga memiliki aturan tertulis sebagai produk hukum yang disusun berdasarkan hasil musyawarah masyarakat subak yang disebut Awigawig. Salah satu aturan tertulis pada Awig-awig menurut Sutawan pada buku ORGANISASI DAN MANAJEMEN SUBAK DI BALI adalah Pelanggaran yang berkaitan dengan bibit dan tanaman padi. Hal-hal yang termasuk dalam pelanggaran ini antara lain adalah: varitas bibit yang ditanam menyimpang dari kesepakatan subak atau tidak mengikuti perintah pengurus subak; mulai pembibitan melampaui batas waktu yang diperbolehkan misalnya dalam jangkau waktu selambat-lambatnya 10 hari; mencuri bibit; mencabut tanaman padi milik orang lain; menanam padi pada waktu mendapat giliran menanam palawija; dan membakar jerami sampai mengakibatkan kebakaran tanaman padi milik orang lain; membuang jerami di sungai; menumpuk jerami di jalan subak. Dalam 1

menerapkan Awig-awig tersebut berlandaskan Tri Hita Karana sehingga keseimbangan antara Tuhan, manusia dan lingkungan tetap terjaga. Tri Hita Karana merupakan ajaran filosofi agama Hindu yang selalu ada dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Bali. Istilah Tri Hita Karana adalah tiga penyebab kebahagiaan yang dapat dicapai dengan cara menjaga keharmonisan dalam Tri Hita Karana yaitu hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan (Parhyangan), hubungan harmonis antara manusia dengan sesama manusia (Pawongan) dan hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungan (Palemahan). Tujuan Tri Hita Karana bagi masyarakat Bali sangat memberikan pengaruh yang besar terhadap aspek kehidupan mereka, maka dari itu subak sebagai sistem irigasi traditional Bali menerapkan konsep Tri Hita Karana dengan harapan akan tetap menjaga keseimbangan antara Tuhan, manusia, dan lingkungan. Para leluhur nenek moyang petani di Bali mengimplementasikan Tri Hita Karana dalam subak sebagai cara yang efektif dalam mengintensifkan pertanian sawah di Bali. Subak bukan sekedar budidaya, tetapi juga menjadi salah satu inti dari budaya Bali. Budaya atau kebudayaan dalam subak mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat serta kebiasaan sekelompok masyarakat Bali. Selain itu, sebagai kebudayaan subak merupakan hasil karya, rasa dan cipta nenek moyang. Melalui cipta, rasa dan karya nenek moyang petani Bali telah mengembangkan subak menjadi organisasi tradisional yang memiliki nilai-nilai yang luar biasa, melewati batas etnis, bangsa agama dan kepercayaan. Berbagai nilai kemanusiaan diimplementasikan dalam bentuk yang luhur itu Tri Hita Karana. Tujuannya bukan hanya dalam mengelola siklus tanam padi. Namun yang jauh lebih penting, implementasi Tri Hita Karana bertujuan mengatur siklus kehidupan, agar manusia dapat hidup di bumi ini secara berkelanjutan (Kaler Surata, 2013:126). Menurut Sutawan dalam buku ORGANISASI DAN MANAJEMEN SUBAK DI BALI Masyarakat Bali pada umumnya sering membayangkan atau mengintepretasikan subak dengan salah satu gambaran berikut, suatu kompleks persawahan tentang luas dan batas-batas tertentu, para petani padi sawah yang 2

terhimpun dalam satu wadah organisasi yang bergerak di bidang pengelolaan air irigasi, dan sistem fisik atau jaringan irigasi itu sendiri sebagai telabah (saluransaluran), empelan (empangan air di sungai), tembuku (bangunan-bangunan pembagi air) dan fasilitas lainnya. Kurangnya pemahaman masyarakat Bali tentang subak membuat masyarakat Bali menginterpretasikan subak seperti itu. Pemahaman seperti itu tidaklah salah, akan tetapi kegiatan ritual anggota irigasi di Bali lebih dominan dibandingkan yang dilakukan petani di daerah-daerah lain sehingga dapat dikatakan kegiatan ritual yang terkait dengan tradisi dan agama Hindu di Bali itulah yang membedakan sistem irigasi di Bali dengan sistem irigasi di daerah lainnya. Pengenalan kembali mengenai subak di Bali sangatlah penting untuk memperjelas pemahaman masyarakat Bali tentang subak terutama pembelajaran untuk generasi muda di Bali. Subak dapat menjadi model yang tepat dan teruji bagi pembelajaran, karena mampu menghilangkan pembatas antara belajar di sekolah dan kehidupan nyata, antara ilmu alam dan ilmu sosial, antara sains modern dan sains tradisional, dan terutama pembatas antara generasi dan warisan kebudayaan leluhurnya. Sejarah perkembangan subak dapat memberikan fokus yang jelas tentang tantangan dalam mengimplementasikan pembelajaran berbasis lingkungan lokal. Pada saat ini subak menghadapi berbagai ancaman. Yang paling serius adalah minat generasi muda untuk bekerja dalam bidang pertanian sangat rendah. Kesan bekerja sebagai petani yang identik dengan penghasilan rendah, suasana kerja yang kotor, dan kurang terdidik mengakibatkan sebagian besar generasi muda menjauhi budidaya bertani. Tidak dapat dipungkiri bahwa kalangan generasi muda sekarang tidak tertarik dengan sektor pertanian. Hal ini menyebabkan kurangnya pemahaman generasi muda terhadap organisasi subak. Fenomena ini ditunjukan dengan semkin sedikitnya petani yang berusia muda, lembaga pendidikan pertanian baik tingkat menengah maupun perguruan tinggi sangat sedikit peminat. Bahkan beberapa pendidikan pertanian tingkat menengah sudah tutup karena tidak ada siswa. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, salah satunya adalah dengan memberikan beasiswa kepada mahasiswa di berbagai perguruan tinggi bidang pertanian, termasuk di Universitas Udayana sebagai salah satu Perguruan Tinggi 3

Negeri di Bali. Namun, hal itu saja tampaknya belum cukup, karena mengenalkan dan memberikan pemahaman tentang sistem subak sebagai budaya masyarakat Bali yang harus dipertahankan (Windia, 2012 : 58). Mengenalkan dan memberi pemahaman tentang sistem atau organisasi subak kepada masyarakat Bali telah dilakukan dengan cara membuat buku yang menjelaskan tentang subak tersebut. Buku formal yang telah ada menjelaskan segala tentang subak. Namun, karena buku yang menjelaskan tentang subak terkesan formal tersebut membuat remaja kurang tertarik untuk membaca dan memahami isi buku tersebut. Remaja awal yaitu SMP (Sekolah Menengah Pertama) melakukan pembelajaran lebih banyak menggunakan buku dan menurut guru yang mengajar remaja sekolah menengah pertama lebih tertarik jika terdapat gambar atau ilustrasi dalam buku tersebut. Mereka lebih mudah memahami isi buku jika terdapat ilustrasi sebagai penunjang dari isi buku. 1.2. Masalah Perancangan 1.2.1. Identifikasi Masalah Dengan melihat latar belakang permasalahan tentang pemahaman implementasi Tri Hita Karana pada organisasi subak oleh pemahaman masyarakat Bali, identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Kurangnya pemahaman masyarakat Bali khususnya remaja Bali mengenai implementasi Tri Hita Karana dalam organisai subak. 2. Kurangnya media informatif yang memperkenalkan implementasi Tri Hita Karana dalam organisasi subak dengan bahasan yang mudah dimengerti usia remaja. 1.2.2. Rumusan Masalah Dari identifikasi masalah fenomena implementasi Tri Hita Karana pada organisasi subak, Rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perancangan media yang informatif untuk memperkenalkan implementasi Tri Hita Karana dalam organisasi subak kepada masyarakat Bali dengan bahasan yang mudah dimengerti usia remaja? 4

1.2.3. Ruang Lingkup Masalah Dalam fenomena implementasi Tri Hita Karana pada organisasi subak di petakan ruang lingkup agar memperoleh bahasan yang lebih terarah. Adapun ruang lingkup masalah tersebut adalah: 1. Apa? Penelitian mengenai pemahaman implementasi Tri Hita Karana pada organisasi subak kepada masyarakat Bali khususnya kepada remaja Bali sebagai pembeda organisasi irigasi di Bali dengan di daerah lain, untuk menjadi landasan perancangan buku ilustrasi implementasi Tri Hita Karana pada organisasi subak. 2. Bagian mana? Fokus penelitian pada perancangan buku ilustrasi yang menjelaskan unsur hubungan harmonis antara manusia dengan tuhan (Parhyangan) dalam Tri Hita Karana yang terdapat pada organisasi subak yaitu kegiatan ritual anggota irigasi di Bali sehingga dapat dikatakan kegiatan ritual itulah yang membedakan sistem irigasi di Bali dengan sistem irigasi didaerah lainya. Buku ini dibuat dengan bahasan yang ringan sehingga dapat dipahami remaja Bali. 3. Tempat? Penelitian ini berlokasi di beberapa subak Kabupaten Tabanan Bali yang dijuluki sebagai daerah lumbung padi Bali dan beberapa Pura yang berhubungan dengan subak seperti Pura Baturaru. 4. Waktu? Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada tanggal 23 Maret 2015 sampai 25 April 2015. 5

1.3. Tujuan Perancangan Adapun tujuan dari perancangan buku ilustrasi implementasi Tri Hita Karana pada organisasi subak ini adalah: 1. Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat Bali terutama remaja Bali tentang implementasi Tri Hita Karana pada organisasi subak di Bali. 2. Merancang buku ilustrasi implementasi Tri Hita Karana pada organisasi subak dengan ilustrasi yang menarik dan bahasan yang mudah dimengerti remaja Bali. 1.4. Manfaat Perancangan 1.4.1. Bagi Daerah 1. Meningkatkan pemahaman masyarakat Bali terutama remaja Bali tentang implementasi Tri Hita Karana dalam organisasi subak. 2. Meningkatkan minat baca remaja Bali dengan media buku ilustrasi yang menarik dan bahasan yang ringan. 1.4.2. Bagi Masyarakat 1. Mengetahui ritual-ritual keagamaan pada subak sebagai pembeda antara sistem irigasi di Bali dengan sistem irigasi di daerah lain. 2. Mendapatkan informasi mengenai ritual-ritual keagamaan yang ada di subak. 3. Mengetahui implementasi Tri Hita Karana pada organisasi subak khususnya pada keharmonisan manusia pada Tuhan (pharyangan). 1.5. Cara pengumpulan data & Analisa Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) metodelogi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Berikut ini langkah-langkah yang diambil dalam pengumpulan data & Analsis: 1. Observasi 6

Observasi dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2015. Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati, mencatat, dan turun langsung kepada anggota organisasi subak di Bali. Dengan harapan mencari data pengetahuan mereka tentang subak dan implementasi Tri Hita Karana pada organisasi subak yang nantinya akan mendapatkan kesimpulan dari hasil observasi dan dijadikan dasar untuk perancangan. 2. Wawancara Penelitian dilakukan dengan cara melakukan kegiatan wawancara tatap muka kepada narasumber Ibu Ratna Pawitrani sebagai pengurus meseum subak, Bapak I Gusti Made Matra sebagai Kepala Sub. Dinas (Kasubdin) Persubakan dan para saudara yang terlibat langsung dalam objek penelitian. 3. Study literatur Untuk mencari data dan informasi melalui buku-buku dan jurnal yang berkaian dengan topik pembahasan tugas akhir, diantaranya: Buku TRI HITA KARANA Menurut Konsep Hindu, Lanskap Budaya Subak, SUBAK WARISAN BUDAYA DUNIA, ORGANISASI DAN MANAJEMEN SUBAK DI BALI, WARNA, Desain Grafis Komputer, Pengantar Desain Komunikasi Visual. 7

1.6. Kerangka Perancangan 8

1.7. Pembabakan Pembabakan berikut ini berisi gambaran singkat mengenai pembahasan di setiap bab penulisan laporan: BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang masalah yang menjabarkan gambaran umum tentang masalah pemahaman masyarakat Bali tentang organisasi subak dan implementasi Tri Hita Karana pada organisasi subak, dan juga menjelaskan permasalahan kurangnya pemahaman masyarakat Bali tentang organisasi subak dan implementasi Tri Hita Karana pada organisasi subak dengan ruang lingkup sebagai fokus pembahasan yaitu keharmonisan hubungan manusia dengan tuhan (pharyangan) dalam implementasi Tri Hita Karana pada organisasi subak. Pada bab ini juga dijelaskan metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu menggunakan metode kualitatif dengan cara observasi, wawancara, studi literatur dan kuisoner untuk mendapat data sebagai bahan perancangan. BAB II DASAR PEMIKIRAN Berisikan teori-teori yang relevan untuk perancangan buku ilustrasi implementasi Tri Hita Karana pada organisasi subak. Teori-teori yang digunakan adalah teori dari anatomi buku, ilustrasi, dan ilmu desain komunikasi visual. BAB III DATA DAN ANALISA MASALAH Menguraikan data-data yang telah didapatkan dari hasil observasi, wawancara, studi literatur dan kuesioner kepada masyarakat, pekaseh (ketua subak), petugas museum subak dan para saudara yang terlibat langsung dalam objek penelitian serta menjelaskan hasil analisis dari data yang telah didapatkan dan dengan menggunakan teori yang telah dijabarkan pada Bab II untuk strategi perancangan. BAB IV KONSEP DAN HASIL PERANCANGAN Berisikan konsep desain dari rancangan buku ilustrasi yang akan dibuat. Konsep tersebut akan berupa buku ilustrasi untuk memperkenalkan dan menambah pemahaman remaja Bali tentang implementasi Tri Hita Karana pada 9

organisasi subak dengan fokus bahasan unsur pharyangan dalam Tri Hita Karana yaitu harmonisasi manusia dengan tuhan dan dikemas dengan visual yang menarik serta bahasan yang ringan sehingga isi buku dapat tersampaikan dengan tepat. Kemudian selain konsep juga berisikan hasil rancangan yang dibuat berdasarkan data yang telah didapatkan dan konsep yang telah ditentukan. BAB V PENUTUP Berisi kesimpulan dari data keseluruhan dan saran pada waktu sidang. 10