BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem mastikasi merupakan unit fungsional dalam pengunyahan yang mempunyai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai masalah karies dan gingivitis dengan skor DMF-T sebesar

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral.

BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA. 2. Ligamen Sendi Temporomandibula. 3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KLAS III MANDIBULA. Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas

BAB I PENDAHULUAN. beberapa komponen penting, yaitu sendi temporomandibula, otot

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan harmonis.pada saat mendiagnosis dan membuat rencana perawatan perlu diketahui ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rumit pada tubuh manusia. Sendi ini dapat melakukan 2 gerakan, yaitu gerakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 RADIOGRAFI PANORAMIK. secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

BAB I PENDAHULUAN. Oklusi secara sederhana didefinisikan sebagai hubungan gigi-geligi maksila

BAB I PENDAHULUAN. Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Keterbatasan radiografi panoramik dalam pengukuran ketidaksimetrisan mandibula

BAB I PENDAHULUAN. makanan secara mekanis yang terjadi di rongga mulut dengan tujuan akhir proses ini

KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyakit gigi dan mulut

Grafik 1. Distribusi TDI berdasarkan gigi permanen yang terlibat 8

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. retak), infeksi pada gigi, kecelakaan, penyakit periodontal dan masih banyak

BAB 2 EKSTRAKSI GIGI. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gigi merupakan salah satu komponen penting dalam rongga mulut. Gigi

I.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Radiografi baik intra maupun ekstra oral sangat banyak pemakaiannya

BAB 2 ANKILOSIS SENDI TEMPOROMANDIBULA. fibrous atau tulang antara kepala kondilar dengan fosa glenoidalis yang dapat

BAB 2 PERSIAPAN REKONSTRUKSI MANDIBULA. mandibula berguna dalam proses pembicaraan, mastikasi, penelanan dan juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat semakin menyadari akan kebutuhan pelayanan

BAB 2 IMPLAN. Dental implan telah mengubah struktur prostetik di abad ke-21 dan telah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan rasio antara laki-laki dan perempuan berkisar 2:1 hingga 4:1.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Crossbite posterior adalah relasi transversal yang abnormal dalam arah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan retrospective

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal

BAB I PENDAHULUAN. bagi tubuh. Fungsi gigi berupa fungsi fonetik, mastikasi dan. ataupun yang hilang bisa berdampak pada kesehatan.

PERUBAHAN MANDIBULA PADA MANULA. LISNA UNITA, DRG.,M.Kes DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL FKG USU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 IMPLAN GIGI. perlindungan gigi tetangga serta pengembangan rasa percaya diri (9).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut sendi temporomandibula (Fawcett, 2002). berbicara dan mengunyah (Fehrenbach dan Herring, 2007; Cate, 2003).

Tepi tulang berada lebih apikal pada akar, yang membentuk sudut lancip terhadap tulang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

BAB I PENDAHULUAN. fungsi pengunyahan, bicara, dan penelanan. Sistem stomatognatik terdiri dari tiga

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sebanyak 91% dari orang dewasa pernah mengalami karies, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam. penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gigi merupakan organ manusia yang terpenting, tanpa gigi geligi manusia

IX. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Gigi Tiruan Cekat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. displasia dan skeletal displasia. Dental displasia adalah maloklusi yang disebabkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sejak intra uterin dan terus berlangsung sampai dewasa. Pertumbuhan berlangsung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh 200 rontgen panoramik pasien di RSGM UMY

Transkripsi:

5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mandibula Mandibula adalah tulang wajah yang terbesar dan terkuat yang berbentuk seperti tapal kuda. Mandibula juga merupakan satu-satunya tulang tengkorak yang dapat bergerak. 7 Adanya lapisan padat tulang kompakta yang terdapat pada mandibula dapat membuat mandibula bertahan sangat lama dan tetap terjaga dengan baik daripada tulang lainnya. 8 Mandibula tersusun atas komponen-komponen seperti korpus mandibula yaitu tulang yang berbentuk kurva dan terletak horizontal, dua tulang perpendikularis yang berfungsi menyatukan ujung dari korpus mandibula disebut ramus mandibula, prosesus alveolaris yaitu bagian superior dari korpus mandibula tempat gigi geligi, dan prosesus kondiloideus yang merupakan proyeksi superior dan posterior dari ramus, yang menyusun sendi temporomandibula dengan tulang temporal serta sudut mandibula yang dikenal dengan sudut gonial merupakan sudut yang dibentuk oleh batas inferior dari ramus mandibula dengan batas posterior dari korpus mandibula. 1 Gambar 1. A. Anatomi mandibula aspek lateral, B. Aspek Frontal 7

6 2.1.1 Ramus Mandibula Ramus adalah bagian terbesar kedua dari mandibula setelah korpus mandibula yang meluas pada kranium dari sudut mandibula dan membentuk sudut 110º dengan badan mandibula. Pada bagian superior dari ramus terletak dua prosesus, sisi anterior terdapat prosesus koronoideus, dan sisi posteriornya terdapat prosesus kondiloideus yang berartikulasi dengan tulang temporal. Terdapat juga sigmoid notch (yang disebut juga mandibula atau semilunar notch) yang terletak diantara prosesus koronoid dan prosesus kondiloideus. 7,9,10 Ramus mandibula mengalami tekanan yang lebih besar dibandingkan dengan tulang kranium lain karena adanya proses mastikasi yang terjadi diantaranya. Otot-otot mastikasi yang melekat pada ramus yaitu otot temporalis yang terletak pada permukaan medial dari anterior border dari ramus, otot maseter yang terletak di permukaan lateral inferior dari ramus dan otot pterygoideus medialis yang terletak pada permukaan medial ramus. 7-9 Ramus notch atau yang dikenal dengan takikan ramus adalah titik terdalam yang terdapat pada cekungan/ lekukan ramus mandibula. Beberapa penelitian menemukan subjek dengan antegonial dan ramus notch yang dalam dilaporkan memiliki gangguan pada pertumbuhan kondilus, penelitian lain juga menujukkan bahwa potensi pertumbuhan mandibula berkurang pada subjek yang memiliki antegonial dan ramus notch yang cukup jelas dan dalam. Namun Al-Joubori dalam penelitiannya menemukan bahwa kedalaman ramus notch berhubungan dengan pertumbuhan tinggi wajah vertikal anterior dan posterior. 11 2.1.2 Kondilus Mandibula Kondilus adalah tulang dengan struktur elipsoid melekat pada ramus mandibula. Kondilus berbentuk cembung pada seluruh permukaan, walaupun sedikit terlihat datar pada permukaan bagian posterior, dan berbentuk seperti tombol lebih lebar pada daerah mediolateral daripada anteroposterior. Kondilus berbentuk lonjong dan mempunyai poros yang berorientasi mediolateral. 12 Kondilus memiliki permukaan yang halus pada permukaan persendiannya. Bersama kondilus di sisi lainnya, membentuk bagian engsel dari sistem sendi temporomandibula. Struktur

7 sendi temporomandibula terdiri dari fossa glenoidalis, prosesus kondilodeus, eminensia artikularis, kapsula artikularis, diskus artikularis, dan membran sinovial. Meniskus adalah suatu jaringan fibrosa, berbentuk pelana yang merupakan struktur yang memisahkan kondilus dan tulang temporal. Kondilus mandibula melekat pada fossa glenoidalis dari tulang temporal dan memiliki otot pterigoideus lateralis yang menempel pada lehernya di sebelah anterior. 10,12 Penurunan ketinggian ramus mandibula diikuti oleh penurunan ketinggian kondilus mandibula. Hal ini terbukti dari hasil nilai rata-rata pada rahang tak bergigi terjadi penurunan ketinggian ramus disertai dengan ketinggian kondilus yang juga menurun. Penurunan ketinggian kondilus mandibula dapat meningkatkan frekuensi terjadinya temporomandibular disorder (TMD). Kondisi ini disebabkan pada rahang tak bergigi terjadi gangguan proses remodeling pada kondilus mandibula, sehingga tidak mampu untuk beradaptasi dan mendukung struktur dan fungsi normal sendi temporomandibula. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa lebih banyak ditemukan perubahan pada ketinggian kondilus pada pasien dengan TMD dibandingkan dengan pasien yang sehat dan frekuensinya meningkat seiring bertambahnya usia. 5 2.1.3 Sudut Gonial Sudut mandibula yang dikenal dengan sudut gonial merupakan sudut yang terletak di antara garis yang bersinggungan di sepanjang batas inferior ramus mandibula dan batas posterior korpus mandibula. 1,7 Penelitian terdahulu menunjukkan adanya hubungan antara ketebalan tulang kortikal dengan besar sudut mandibula. Semakin tebal tulang kortikal semakin kecil sudut mandibula. Adanya otot maseter dan pterigoideus medialis yang melekat pada daerah sudut mandibula dapat mempengaruhi bentuk dari mandibula. Semakin kuat tarikan dari otot-otot ini, maka semakin kecil sudut mandibulanya. Sudut gonial sering digunakan untuk menentukan rotasi dari mandibula dan digunakan untuk mendiagnosis pola pertumbuhan rahang seseorang. 1,13

8 Antegonial notch atau yang dikenal dengan takikan antegonial adalah sebuah bidang permukaan yang yang memiliki daerah resorpsi atau penurunan pada tepi inferior dari mandibula di persimpangan ramus mandibula. 14 Penelitian Mohite et al menyatakan bahwa besar sudut gonial dan kedalaman antegonial notch memiliki korelasi dengan usia. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian Ohm E and Silness J (1999) yang menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara sudut gonial dan edentulus. 15 Dutra et al menemukan bahwa kedalaman antegonial notch pasien edentulus lebih besar daripada kedalaman antegonial notch pasien bergigi. 3,16 2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Morfologi Mandibula Mandibula akan mengalami proses remodelling. Remodelling mandibula merupakan proses yang kompleks dan berjalan terus seumur hidup serta dapat menyebabkan perubahan morfologi pada mandibula. Perubahan morfologi pada mandibula dapat mempengaruhi beberapa bagian, meliputi sudut gonial, sudut antegonial, ramus dan kondilus. 17 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pada morfologi mandibula diantaranya adalah: a. Keadaan rahang tidak bergigi (edentulus) Beberapa masalah pada kedokteran gigi seperti karies, penyakit periodontal, dan perawatan gigi lain dengan biaya yang cukup mahal dapat diselesaikan dengan ekstraksi/ pencabutan gigi. Pencabutan gigi dapat menyebabkan terjadinya edentulus yang merupakan awal dari permasalahan gigi yang baru. Edentulus dapat berdampak pada kesehatan umum dan kesehatan rongga mulut seseorang yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. 3 Setelah kehilangan gigi, rangsangan mekanis pada tulang alveolar akan berkurang dan menyebabkan perubahan ketinggian sehingga terjadi penurunan ketinggian atau resorpsi tulang alveolar. 18 Tulang ramus mandibula yang sedikit menerima rangsangan mekanis akan mengalami peningkatan resorpsi yang dapat menyebabkan penurunan ketinggian ramus dan kondilus mandibula. Selain itu, kehilangan dukungan intermaxillary akibat edentulus dapat menyebabkan otot

9 maseter dan otot pterigoideus medialis mendorong masuk kedalam daerah kosong mandibula akibat tidak adanya tahanan seperti gigi disertai dengan otot-otot mastikasi yang kurang aktif bekerja, hal inilah yang dapat menyebabkan terjadinya penumpulan sudut gonial dan peningkatan kedalaman antegonial dan ramus notch. 2,15 b. Usia Proses penuaan dapat menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis oral. Perubahan fisiologis yang dapat terjadi seperti berkurangnya fungsi motorik yang menyebabkan penurunan aktivitas otot pengunyahan, peningkatan resorpsi tulang alveolar, perubahan mukosa mulut seperti berkurangnya aliran saliva khususnya yang berkaitan dengan sistem stomatoghnatic merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan morfologi mandibula. 4 c. Penyakit sistemik Banyak penyakit sistemik yang mempunyai manifestasi di rongga mulut yang dapat mempengaruhi perubahan pada morfologi mandibula yaitu penyakit gangguan darah seperti leukimia dan anemia, rheumatoid arthritis, 19 osteoporosis, 20 diabetes melitus (DM), 21 dan penyakit ginjal kronis 22 yang semuanya berdampak pada penurunan kepadatan tulang kortikal dan berujung pada resorpsi tulang alveolar secara patologis. 2.2 Edentulus 2.2.1 Definisi Edentulus Edentulus adalah suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh gigi asli 23 yang dapat menyebabkan masalah untuk pengunyahan dan berbicara serta masalah estetis setiap orang. 24 Edentulus terbagi dua yaitu edentulus penuh dan edentulus sebagian. Edentulus penuh adalah keadaan dimana terjadi kehilangan seluruh gigi asli dari lengkung rahang sedangkan edentulus sebagian adalah keadaan hilangnya beberapa gigi asli dari lengkung rahang. 23

10 2.2.2 Etiologi Edentulus Sebagian besar penelitian menyatakan bahwa karies dan penyakit periodontal merupakan faktor penyakit penyebab terjadinya kehilangan gigi (edentulus) yang berhubungan dengan meningkatnya usia. 23 Penelitian Montandon et al menyatakan bahwa karies (38,4%) dan penyakit periodontal (32,3%) adalah prevalensi terbesar penyebab utama terjadinya edentulus. Faktor lain seperti faktor sosiodemografi juga dapat menyebabkan terjadinya kehilangan gigi seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat penghasilan. 25 2.2.2.1 Faktor Penyakit Karies gigi adalah salah satu penyebab kehilangan gigi yang paling sering terjadi pada dewasa muda dan dewasa tua. Karies adalah penyakit multifaktorial yang menyebabkan demineralisasinya permukaan gigi. Karies gigi ditandai oleh rusaknya enamel dan dentin secara progresif yang disebabkan oleh aktivitas metabolisme bakteri dan plak. Karies gigi timbul karena empat faktor yaitu host yang meliputi gigi dan saliva, mikroorganisme, substrat serta waktu atau lamanya proses interaksi antar faktor tersebut. Karies gigi dapat bertambah buruk jika tidak dirawat sehingga dapat menimbulkan rasa sakit dan berpotensi menyebakan terjadinya kehilangan gigi. 23,26 Penyakit periodontal banyak diderita oleh manusia hampir di seluruh dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Penyakit yang menyerang pada gingiva dan jaringan pendukung gigi ini merupakan penyakit infeksi yang serius dan apabila tidak dilakukan perawatan yang tepat dapat mengakibatkan kehilangan gigi. Penumpukan plak bakteri pada permukaan gigi merupakan penyebab utama penyakit periodontal. Penyakit periodontal dimulai dari gingivitis yang jika tidak terawat dapat berkembang menjadi periodontitis dimana terjadi kerusakan jaringan pendukung periodontal berupa kerusakan fiber, pembentukan soket, perluasan furkasi dan ligamen periodontal, kehilangan perlekatan, dan mobilitas gigi yang dapat berujung pada kehilangan gigi. 23,26,27

11 2.2.2.2 Faktor Bukan Penyakit Meningkatnya usia sering dihubungkan dengan jumlah kehilangan gigi yang semakin tinggi. Menurut penelitian Esan yang melakukan penelitian pada masyarakat dengan rentang usia 21-40 tahun, 41-60 tahun, dan 61 tahun ditemukan telah terjadi peningkatan jumlah edentulus penuh pada subjek berikut dari 3.5%, 11.9% dan menjadi 33.3% hal ini menunjukkan terjadi peningkatan jumlah kehilangan gigi seiring dengan meningkatnya usia. 28 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013 telah dilaporkan bahwa rata-rata kehilangan gigi ditemukan kelompok umur 25-34 tahun sebesar 1.91, 35-44 tahun sebesar 3.35, 45-54 tahun sebesar 5.65, 55-64 tahun sebesar 10.13, dan kelompok diatas 65 tahun sebesar 17.05. 29 Meningkatnya usia seseorang dapat menyebabkan berbagai perubahan seperti penurunan fungsi pada rongga mulut seseorang yang dapat menyebabkan seseorang mengalami kehilangan gigi. 28 Berbagai studi menyatakan bahwa laki-laki lebih banyak mengalami edentulus dibandingkan dengan perempuan. Hal ini dikarenakan laki-laki jauh lebih aktif dibanding dengan perempuan dan lebih tidak peduli pada kesehatan gigi dan mulut karena mereka lebih memilih untuk tidak membayar mahal perawatan gigi dan mulut dibanding dengan perempuan. 28 Terdapat hubungan antara kehilangan gigi dengan tingkat pendidikan. Masyarakat dengan pendidikan tinggi cenderung telah diberi informasi mengenai kebutuhan kesehatan mereka dan mendapat perawatan untuk kesehatan gigi dan mulut sehingga kemungkinan mempertahankan gigi di dalam mulut menjadi lebih tinggi. Anshary dkk menyatakan bahwa rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan sebagian masyarakat tidak mau memeriksakan giginya ke dokter gigi karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut sehingga tingkat pendidikan memiliki kaitan erat terhadap tuntutan masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan. 23,28 Kehilangan gigi memiliki hubungan dengan tingkat pendapatan yang tinggi. Umumnya orang yang memiliki tingkat pendapatan tinggi memiliki pendidikan yang tinggi pula sehingga mereka cenderung memiliki kesadaran untuk memperbaiki

12 keadaan rongga mulutnya dan mampu untuk membayar biaya perawatan gigi dan mulut yang dianjurkan oleh dokter gigi. 28 Menurut penelitian Montandon faktor iatrogenik, masalah saat erupsi gigi, pemasangan orthodonti, indikasi pembuatan protesa, trauma dan masalah oklusal juga dapat menjadi faktor lain yang dapat menjadi alasan pencabutan gigi yang berakhir pada kehilangan gigi. 25 2.2.3 Dampak Edentulus 2.2.3.1 Dampak Edentulus pada Kesehatan Umum Menurut WHO diet makanan yang seimbang merupakan cara untuk mencegah terjadinya penyakit kronis. Status gigi dan mulut dapat memberikan efek pada asupan makanan bernutrisi terkhusus pada orang usia lanjut. National Diet and Nutrition Survey (NDNS) pada orang-orang berusia 65 tahun di Inggris bersama National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) di Amerika menunjukkan bahwa kondisi gigi yang buruk memiliki hubungan dengan asupan diet. Tsakos melaporkan bahwa kelompok edentulus lebih mengalami kesulitan didalam mengunyah makanan dibandingkan dengan kelompok yang bergigi. Kelompok edentulus cenderung melakukan pemilihan makanan sehingga terjadi pemasukan nutrisi yang kurang dan dapat menyebabkan terjadinya berbagai jenis penyakit seperti diabetes melitus, kanker gastrointestinal, gangguan pencernaan, penyakit kardiovaskular seperti gagal jantung, stroke, hipertensi, aterosklerosis, dan penyakit jantung iskemik. 30,31 2.2.3.2 Dampak Edentulus pada Morfologi Mandibula Yassir didalam penelitiannya menemukan bahwa kenaikan tinggi ramus memiliki hubungan yang signifikan dengan tinggi tulang alveolar pada regio molar maksila dan mandibula dan memiliki efek yang terbatas tulang alveolar regio anterior. 32 Tulang alveolar adalah bagian dari tulang maksila dan mandibula yang membentuk dan mendukung soket gigi (alveoli). 33 Tulang alveolar selalu melakukan

13 proses remodeling yaitu resorpsi tulang yang dilakukan oleh osteoklas dan dilanjutkan dengan pembentukan tulang yang dilakukan oleh osteoblas. Proses resorpsi tulang lebih cepat daripada proses pembentukan tulang, proses resorpsi adalah tanggapan pertama ketika tulang menerima tekanan mekanis. 34 Ketika gigi masih ada proses osteoklas dan osteoblas didalam tulang alveolar berjalan seimbang, namun hilangnya gigi pada rahang dapat menyebabkan tulang tidak mendapat rangsangan mekanis yang cukup sehingga metabolisme tulang dapat terganggu yaitu stimulasi osteoklas yang meningkat dan stimulasi osteoblas yang menurun sehingga menyebabkan resorpsi pada tulang alveolar. Selain itu, jika tekanan mekanis oklusal berkurang jumlah dan ketebalan trabekula pun berkurang. 18,33,34 Proses tersebut akan menyebabkan penurunan tinggi ramus disertai dengan penurunan tinggi kondilus mandibula. Penurunan tinggi kondilus mandibula dapat meningkatkan frekuensi terjadinya temporomandibular disorder (TMD). Kondisi ini disebabkan pada rahang tak bergigi terjadi gangguan proses remodeling pada kondilus mandibula, sehingga tidak mampu untuk beradaptasi dan mendukung struktur dan fungsi normal sendi temporomandibula. 3,5 Menurut Oksayan perubahan yang terjadi pada kondilus mandibula berhubungan dengan kedalaman ramus notch, penelitian ini juga menyatakan bahwa peningkatan usia dapat menyebabkan kedalaman ramus notch yang semakin dalam. Selain ketidakhadiran gigi yang menyebabkan osteoblas tidak efisien lagi membangun pembentukan tulang, proses penuaan yang menyebabkan produksi ekstrogen pada wanita menurun dan penurunan absorbsi kalsium dari usus juga dapat menyebabkan terjadinya resorpsi tulang alveolar yang berefek pada perubahan morfologi mandibula. 3,30 Besarnya sudut gonial disebabkan adanya perubahan pada aktivitas tulang dan aktivitas otot pengunyahan. Ketika edentulus aktivitas tulang menurun dan menyebabkan terjadinya penurunan stimulasi mekanis sehingga menstimulasi produksi osteoklas menjadi lebih banyak. Penurunan stimulasi mekanis ini juga mengakibatkan perubahan pada aktivitas otot pengunyahan yang berpengaruh pada besarnya sudut gonial. 4 Indikator pengunyahan untuk mendapatkan kemampuan dan

14 efisiensi mastikasi yang kuat dan seimbang ditinjau dari jumlah gigi fungsional minimum 20 gigi dengan 9-10 pasang gigi yang berkontak, 30 namun kehilangan gigi dapat menyebabkan kemampuan mastikasi menurun akibat tidak terjadi proses stimulasi mekanis yang menyebabkan perubahan pada sudut gonial mandibula yang membesar. Otot mastikasi seperti otot maseter dan otot pterigoideous medialis melekat pada sudut gonial, kekuatan kontraksi dari otot-otot tersebut mempengaruhi bentuk tulang dasar mandibula. Sebuah penelitian electromyography menyatakan otot maseter dan otot pterigoideus medialis yang kuat dapat membuat ukuran sudut gonial dan kedalaman antegonial notch seseorang tetap kecil. 4,35 Berdasarkan penelitian Oksayan perubahan nilai kedalaman antegonial notch juga dipengaruhi oleh fungsi otot mastikasi, hal ini berkaitan dengan penelitian Mohite yang menyatakan bahwa nilai kedalaman antegonial notch memiliki korelasi dengan usia. Semakin seseorang berusia lanjut, gaya otot mastikasi akan menurun yang berpengaruh terhadap kedalaman antegonial notch, terlebih pasien edentulus memiliki daya otot mastikasi yang lebih berkurang daripada pasien bergigi, sehingga penelitian ini menyatakan bahwa terjadi perubahan nilai kedalaman antegonial notch pada pasien yang berusia lanjut dan edentulus. 3,15 2.3 Radiografi Panoramik 2.3.1 Definisi Radiografi Panoramik Radiografi panoramik yang disebut juga pantomografi merupakan radiografi ekstraoral yang menampilkan informasi luas mengenai seluruh kondisi gigi geligi pada maksila dan mandibula serta struktur tulang rahang. 36 Satu gambar yang memperlihatkan gambaran struktur wajah meliputi lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah serta jaringan sekitarnya. 37 Tampilan struktur anatomi yang penting dari mandibula pada gambaran panoramik adalah prosesus kondiloideus dan sendi temporomandibula, prosesus koronoideus, ramus, korpus dan sudut mandibula, sekstan anterior, gigi dan struktur pendukungnya. 38

15 Gambar 2. Radiografi panoramik pada orang dewasa 39 2.3.2 Indikasi Pemakaian Radiografi Panoramik Di dalam praktek klinis radiografi panoramik bermanfaat untuk diagnosa mengenai masalah yang terjadi pada tulang rahang seperti untuk mengevaluasi trauma, mendeteksi posisi molar tiga, adanya perluasan dari kelainan periapikal, perkembangan gigi terutama pada fase gigi bercampur, sisa akar gigi, kelainan temporomandibular joint (TMJ), melihat kualitas dan kuantitas tulang untuk pemakaian implan, menegakkan diagnosis pada daerah resiko anatomi (sinus maksilaris, kanalis insisivus, kanalis mandibularis, foramen mental), untuk memperkirakan tinggi sisa tulang alveolar akibat edentulus, untuk melihat kondisi perubahan dimensi vertikal dari ramus dan kondilus mandibula pada edentulus, serta dapat melihat keadaan sudut gonial mandibula seseorang. 4,5,36,39 Selain radiografi panoramik, radiografi ekstraoral lain yang juga bermanfaat untuk mendiagnosa masalah pada tulang rahang terkhusus rahang bawah adalah radiografi Sefalometrik dan radiografi Mandibular Lateral Oblique (Mandibular Body Projection dan Mandibular Ramus Projection). Analisis dengan menggunakan radiografi panoramik lebih berguna untuk melihat keadaan morfologi mandibula kanan dan kiri daripada menggunakan radiografi Sefalometrik, yang menampilkan gambaran ramus mandibula satu sisi yang superimpos dengan sisi lainnya sehingga tidak dapat dilakukan untuk menganalisis tinggi ramus dan kedalaman ramus notch

16 sementara Mandibular Body Projection sangat bermanfaat untuk mengevaluasi badan mandibula namun kurang bermanfaat untuk melihat ramus mandibula. Mandibular Ramus Projection sangat bermanfaat untuk mengevaluasi ramus, prosesus koronoideus, leher prosesus kondiloideus mandibula dan sedikit bermanfaat melihat kepala prosesus kondiloideus namun tidak bermanfaat melihat badan mandibula termasuk melihat sudut gonial dan antegonial notch. 36,39 2.3.3 Prinsip dan Prosedur Kerja Radiografi Panoramik Prinsip kerja radiografi panoramik adalah pergerakan resiprokal dari sumber sinar-x dan reseptor gambar mengelilingi titik atau bidang pusat, yang disebut image layer, tempat objek berada. Bila objek berada di depan atau belakang image layer ini, maka gambar yang ditangkap tidak jelas karena pergerakan relatifnya terhadap pusat rotasi dari reseptor dan sumber sinar-x. 38 Prosedur penatalaksanaan radiografi panoramik yaitu: a. Pasien diintruksikan untuk melepaskan semua benda logam seperti gigi tiruan, kalung, anting-anting, penjepit rambut, kacamata dan tindikan wajah pada pasien karena benda-benda ini akan memblokir jalannya sinar x-ray. b. Memberikan kepada pasien apron timah untuk dipakainya. c. Posisikan pasien ke mesin panoramik. Usahakan pasien untuk duduk atau berdiri dengan tegak dan minta pasien untuk melakukan kontak oklusi dalam keadaan edge to edge, letakkan dagu pada chinrest sehingga posisi kepala dari pasien menjadi simetris. d. Untuk hasil yang baik, usahakan tulang belakang pasien sedapat mungkin lurus dan operator dapat memandu kepala pasien sehingga dagu pasien turun kebawah dan dahi pasien mencapai ke depan. e. Sebelum dilakukan pengambilan radiografi, jelaskan pada pasien tentang jalannya pemeriksaan selama eksposisi dilakukan, terutama: - film dan tube x-ray akan mengelilingi kepala pasien, tetapi tidak akan menyentuh pasien.

17 bergerak. 39,40 - eksposisi akan berlangsung selama 15 detik dan pasien diminta untuk tidak 2.3.4 Keuntungan dan Kelemahan Radiografi Panoramik 2.3.4.1 Keuntungan Radiografi Panoramik Keuntungan dari radiografi panoramik meliputi: 37,39 a. Menampilkan struktur tulang wajah dan gigi secara luas. b. Dosis radiasi lebih rendah terhadap pasien. c. Nyaman untuk pasien. d. Cocok untuk pasien yang susah membuka mulut/ trismus atau pasien yang tidak mampu dilakukan radiografi intraoral. e. Waktu yang digunakan pendek biasanya 3-4 menit. f. Sangat membantu dalam menerangkan keadaan rongga mulut pada pasien di klinik. g. Membantu dalam menegakkan diagnostik yang meliputi tulang rahang secara umum dan evaluasi terhadap trauma, perkembangan gigi geligi pada fase gigi bercampur. 2.3.4.2 Kelemahan Radiografi Panoramik Kelemahan radiografi panoramik adalah sebagai berikut: 37,39 a. Tidak dapat menampilkan struktur intraoral secara detail seperti pada gambaran radiografi periapikal. b. Tidak dapat digunakan untuk mendeteksi lesi karies kecil, struktur marginal periodonsium dan penyakit periapikal. c. Dapat memberikan pembesaran yang tidak sama dan gambaran yang distorsi. d. Pergerakan pasien selama penyinaran akan menyulitkan dalam interpretasi. e. Sulit untuk melihat gambaran kedua rahang pada pasien diskrepansi maksilomandibula yang parah.

18 2.4 Pengukuran Besar Sudut Gonial Mandibula terhadap Edentulus Menggunakan Radiografi Panoramik Pengukuran besar sudut gonial adalah pertemuan dari dua garis yaitu antara batas bawah dari badan mandibula dan bagian paling inferior dari mandibula atau gonial angle dan bagian posterior dari ramus mandibula dan kondilus. 2,3,4,6,16 2.5 Pengukuran Tinggi Ramus Mandibula terhadap Edentulus Menggunakan Radiografi Panoramik Ketinggian ramus mandibula diukur dengan menandai titik paling lateral dari kondilus (titik O 1 ) serta titik paling lateral dari ramus asendens (titik O 2 ). Kemudian ditarik garis lurus yang melewati titik paling lateral dari kondilus dan garis lurus yang melewati titik paling lateral dari ramus asendens Tinggi ramus adalah jarak antara 2,3,5,6 titik O 1 menuju O 2. 2.6 Pengukuran Tinggi Kondilus Mandibula terhadap Edentulus Menggunakan Radiografi Panoramik Ketinggian kondilus mandibula diukur dengan menandai titik paling superior dari kondilus mandibula, kemudian buat garis yang melewati titik tersebut dan saling tegak lurus dengan garis ketinggian ramus mandibula (garis B). Panjang garis dari titik paling superior dan titik paling lateral dari kondilus disebut tinggi kondilus/ condylar height (CH). 2,3,5,6

19 Gambar 3. Pengukuran sudut gonial, tinggi ramus dan kondilus 2 2.7 Pengukuran Kedalaman Antegonial Notch Mandibula terhadap Edentulus Menggunakan Radiografi Panoramik Kedalaman antegonial notch diukur dari titik terdalam lengkungan/ notch yang berada pada antegonial menuju ke garis paralel dari perbatasan tulang kortikal inferior mandibula. Garis dari titik terdalam antegonial menuju garis inferior mandibula itulah disebut kedalaman antegonial notch. 3,16 2.8 Pengukuran Kedalaman Ramus Notch Mandibula terhadap Edentulus Menggunakan Radiografi Panoramik Kedalaman ramus notch diukur dari titik terdalam lengkung ramus notch yang terletak pada tulang ramus dan prosesus kondilus menuju ke garis tegak lurus yang ditarik dari bagian lateral ramus menuju bagian lateral dari ramus asendens. Jarak dari titik terdalam lengkung menuju garis disebut kedalaman ramus notch. 3

20 Gambar 4. Pengukuran morfologi mandibula dengan radiografi panoramik 3

21 2.9 Kerangka Teori Morfologi Mandibula Ramus mandibula Kondilus mandibula Sudut gonial mandibula Faktor yang mempengaruhi perubahan Morfologi mandibula Edentulus Definisi Edentulus Etiologi Edentulus Dampak Edentulus Radiografi Panoramik Definisi Manfaat Prinsip dan Prosedur Kerja Keuntungan dan Kelemahan Pengukuran Morfologi Mandibula pada Pasien Edentulus dan Bergigi Besar Sudut Gonial Tinggi Ramus Tinggi Kondilus Kedalaman Antegonial Notch Kedalaman Ramus Notch

22 2.10 Kerangka Konsep Pengukuran: Pasien Edentulus Pasien Bergigi Radiografi Panoramik 1. Besar Sudut Gonial 2. Tinggi Ramus 3. Tinggi Kondilus 4. Kedalaman Antegonial Notch 5. Kedalaman Ramus Notch