ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN AKHIR TA ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan

LAPORAN AKHIR ANALISIS BERBAGAI BENTUK KELEMBAGAAN PEMASARAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN USAHA KOMODITAS PERTANIAN. Oleh :

I. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

TEKNOLOGI PRODUKSI BAWANG MERAH OFF-SEASON MENGANTISIPASI PENGATURAN IMPOR PRODUK B. MERAH. S u w a n d i

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

PENDAHULUAN. dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan hortikultura juga

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1)

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dapat pula dikonsumsi dengan diolah terlebih dahulu. Buah-buahan dengan

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memiliki peran yang sangat besar dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data strategis Kabupaten Semarang tahun 2013, produk sayuran yang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

POLICY BRIEF KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPOR PRODUK HORTIKULTURA. Dr. Muchjidin Rahmat

BAB I PENDAHULUAN. masalah bagi perusahaan, karena terkait dengan biaya penyimpanan dan biaya kerugian jika

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

BAB I PENDAHULUAN. majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

I. PENDAHULUAN. membangun, dimana 80% penduduknya bermatapencaharian pokok di sektor

PEMBENTUKAN HARGA CABAI MERAH KERITING

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

ANALISIS TATANIAGA BERAS

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

DUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

KAJIAN PENINGKATAN KINERJA PERDAGANGAN ANTAR PULAU DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN. Reni Kustiari

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

DUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TANGGAPAN TERHADAP MATERI PRESENTASI PROF.DR. ACHMAD SURYANA BERJUDUL: 15 TAHUN DINAMIKA KETAHANAN PANGAN INDONESIA 1

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

BAB I PENDAHULUAN. memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Sektor ini berperan

POLA KEMITRAAN PT SAYURAN SIAP SAJI DENGAN MITRA BELI BAWANG BOMBAY DI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I PENDAHULUAN Latar Belakang

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi bagi tingkat inflasi di beberapa wilayah di Indonesia. Solopos

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan oleh pelaku industri karena merupakan salah satu bahan pangan

BAB 7. SIMPULAN DAN SARAN. diperlukan langkah-langkah strategis yaitu mendesain (menyusun) metode. sampai pada beberapa poin simpulan sebagai berikut:

KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPOR PRODUK HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman cabai yang memiliki nama ilmiah Capsicum annuuml. ini berasal dari

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

Sumber : Pusdatin dan BPS diolah, *) angka sementara.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN AKHIR ANALISIS PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS PANGAN LOKAL DALAM MENINGKATKAN KEANEKARAGAMAN PANGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PEDESAAN

DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan.

Transkripsi:

LAPORAN KEGIATAN KAJIAN ISU-ISU AKTUAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI Oleh: Erwidodo PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI Pendahuluan Pengembangan hortikultura perlu mempertimbangkan banyak faktor, seperti permintaan, distribusi, rantai pasar, mutu produk dan faktor-faktor lainnya yang terkait mulai dari produk tersebut dihasilkan sampai ke tangan konsumen. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di dalam negeri yang dicirikan dengan berkembangnya pasar-pasar modern (supermarket/hypermart), perlu diiringi dengan penyediaan produk hortikultura yang bermutu baik di pasar domestik maupun ekspor. Aspek mutu dan keamanan pangan merupakan masalah utama dalam produksi dan pemasaran sayuran, hal ini berkaitan dengan semakin meningkatnya pengetahuan dan kepedulian konsumen terhadap mutu dan kesehatan. Sayuran di Indonesia umumnya mempunyai masalah dalam hal mutu yang tidak konsisten dan tingkat kontaminan yang tinggi. Dengan memerhatikan segmen pasar yang khas, pertanian non konvensional (organik/free pesticide/minimum pesticide) dapat diterapkan pada usaha tani produk sayuran bernilai ekonomi tinggi. Aspek mutu dan keamanan pangan merupakan masalah utama dalam produksi dan pemasaran sayuran, hal ini berkaitan dengan semakin meningkatnya pengetahuan dan kepedulian konsumen terhadap mutu dan kesehatan. Sayuran di Indonesia umumnya mempunyai masalah dalam hal mutu yang tidak konsisten dan tingkat kontaminan yang tinggi. Dengan memerhatikan segmen pasar yang khas, pertanian non konvensional (organik/free pesticide/minimum pesticide) dapat diterapkan pada usaha tani produk sayuran bernilai ekonomi tinggi. Permasalahan utama pengembangan komoditas hortikultura adalah belum terintegrasinya ragam, kualitas, kesinambungan pasokan dan kuantitas yang sesuai dengan dinamika permintaan pasar dan preferensi konsumen. Lebih lanjut, permasalahan pemasaran komoditas pertanian pada dasarnya meliputi bagaimana menerjemahkan permintaan konsumen kepada produsen dan menginformasikan produk 1

yang diproduksi oleh produsen kepada konsumen. Disamping itu, produk impor mempengaruhi kinerja pasar dan mendorong terjadinya fluktuasi harga yang relatif tinggi, yang hingga saat ini sulit untuk diantisipasi. Untuk itu, pendekatan struktur, perilaku dan kinerja pasar (SCP) dipandang penting agar dapat terjadi peningkatan daya saing produk melalui peningkatan efisiensi pasar, tingkat keuntungan, kualitas dan kuantitas produk sayuran bernilai ekonomi tinggi. Hasil kajian mempelihatkan bahwa: 1. Kebijakan Pemerintah Dalam upaya stabilisasi harga dan penyediaan produk hortikultura, Pemerintah telah melakukan penyederhanaan mekanisme importasi. Kebijakan tersebut tertuang dalam: Peraturan Menteri Pertanian No. 47/Permentan/OT.140/4/2013 tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura dan Peraturan Menteri Perdagangan No. 16/M- DAG/PER/4/2013 tanggal 22 April 2013 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura. Berdasar Permendag No.16/2013 importasi hortikultura tidak lagi menggunakan kuota melainkan melalui sistem online, sehingga proses perizinan lebih sederhana, pelaksanaan administrasi impor lebih tertib, dan kepastian berusaha menjadi lebih terjamin. Untuk menjaga daya beli masyarakat dengan pengurangan segala restriksi dalam aturan impor, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian memberlakukan harga referensi. Hanya dua produk yaitu bawang merah dan cabai merah keriting yang akan menggunakan referensi harga karena kontribusinya cukup besar pada inflasi. Harga referensi yang berlaku mulai 3 Oktober 2013 adalah: bawang merah Rp 27.500 per kg, cabai merah keriting Rp 26.300 per kg. Kementerian Perdagangan menerbitkan aturan teknis mekanisme harga referensi yang tertuang dalam Permendag No 47 Tahun 2013 tentang importasi bawang merah dan cabe merah keriting. Sedangkan, Kementerian Pertanian juga melakukan hal serupa dengan menerbitkan Permentan No 86 Tahun 2013 tentang pemasukan produk hortikultura. 2

2. Perkembangan Pasar Perkembangan pasar modern cukup tinggi selama periode 2010-2011, ratarata 55,12% untuk minimarket dan 7,77% untuk supermarket. Demikian pula dengan perkembangan pasar tradisional menunjukkan perkembangan pasar yang tinggi dengan pertumbuhan 13,75% selama periode 2006-2011. Berkembangnya pasar modern tidak terlepas dari keberadaan pemasok (supplier). Pasokan supermarket maupun hotel tidak memerlukan jumlah/kuantitas yang banyak namun berkualitas tinggi dan kontinyu. Pemasok/supplier memperoleh barang pasokan dari pedagang pasar dan petani yang bermitra dengan pedagang. Hubungan kerja antara pemasok dan supermarket maupun hotel dilakukan dengan kontrak kerja. Pembayaran dilakukan dengan tunda bayar hingga 1,5 bulan setelah pengiriman barang. Tunda bayar yang cukup lama ini menyebabkan profesi ini harus dilakukan oleh pelaku yang cukup modal dan akses terhadap lembaga keuangan. Petani belum bisa masuk sebagai pemasok karena keterbatasan modal, walaupun harga yang ditawarkan supermarket dan hotel ini cukup tinggi. Selain modal, kendala yang dihadapi petani adalah pengemasan dan menjaga kontinuitas pasokan. 3. Struktur Pasar Komoditas Kentang Keadaan yang menyebabkan harga kentang dalam negeri merosot adalah adanya impor kentang Granola, namun saat ini telah dihentikan pemerintah. Kentang yang dijual petani adalah 62,7% dari produksinya, dan dijual dikebun. Penanganan pascapanen, sortasi dan pengemasan tidak dilakukan oleh petani, tetapi dilakukan oleh pedagang pengumpul dan pedagang besar. Petani bebas menjual produknya ke pedagang mana saja sesuai dengan harga yang ditawarkan. Demikian juga pelakupelaku pemasaran lainnya bebas bertransaksi tanpa ada ikatan. Sistem pembayaran tanpa kontrak, dan sebagian besar cara pembayaran adalah bayar kemudian antara 2-7 hari. Sangat sedikit petani yang menjual langsung kentang ke eksportir/importir. Petani sangat mudah memperoleh informasi harga (94%), namun yang menentukan harga jual lebih banyak pedagang (50%), sedangkan tawar menawar 41% dan petani sendiri 3

9%. Dalam pasar kentang, pedagang masih mempunyai peranan dalam penentuan harga. 4. Struktur Pasar Komoditas Bawang Merah Fluktuasi pasokan dan harga bawang merah terutama sering terjadi pada musim-musim penghujan yang diakibatkan oleh pola penanaman dan panen dilakukan petani secara serentak, serta belum tertatanya manajemen pascapanen. Jumlah bawang merah petani yang dijual sebanyak 93,27 % dari total produksinya. Petani umumnya menjual bawang merah secara tebasan (63%). Penanganan pascapanen, sortasi dan pengemasan sebagian besar dilakukan oleh pedagang. Transaksi antara petani dan pedagang adalah bebas, seluruh petani contoh mengatakan bahwa tidak ada ikatan antara petani dan pedagang. Sistem pembayaran dilakukan tanpa kontrak dengan cara pembayaran tunai. Informasi harga sangat mudah diperoleh petani. Sumber informasi harga adalah petani lainnya, pedagang dan pasar. Penentuan harga jual sebagian besar dilakukan dengan tawar menawar dan kadang-kadang ditentukan oleh pedagang. 3. Petani mempunyai kekuatan tawar yang cukup baik apalagi saat pasokan bawang merah sedang langka. Masalahnya, petani tidak bisa melawan bawang impor yang harganya murah sehingga menjatuhkan harga bawang merah mereka. 5. Struktur Pasar Komoditas Kubis Seratus persen kubis yang dihasilkan petani contoh yang dijual, sebagian besar dijual dengan cara tebasan dan penanganan pascapanen dilakukan oleh pedagang. Petani kubis menjual produksinya pedagang pengumpul desa (66%) dan pedagang kabupaten/provinsi (34%). Petani bebas menjual ke pedagang mana saja sesuai dengan kecocokan harga, demikian juga pedagang bebas membeli ke petani mana saja tanpa ada ikatan. Sistem pembayaran dilakukan secara tunai. Petani sangat mudah memperoleh informasi harga (93%), informasi harga diperoleh dari pedagang, petani lain dan pasar. Penentuan harga dilakukan dengan tawar menawar. 4

Dapat disimpulkan bahwa struktur pasar kentang, bawang merah dan kubis adalah pasar persaingan sempurna, dimana pembeli dan penjual banyak dan pembeli secara perorangan tidak dapat sesukanya menentukan harga di pasar. Pembeli bebas memilih produk, serta penjual dan pembeli mengetahui keadaan pasar. Pemerintah tidak ikut campur dalam pembentukan harga, kecuali bawang merah pada saat pasokan sangat langka. 6. Perilaku Pasar Sayuran Bernilai Ekonomi Tinggi Pada pasar kentang, hubungan antara harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat pedagang kurang ditransmisikan dengan baik, petani mempunyai posisi tawar yang lebih lemah. Sedangkan hubungan antara harga produsen dengan harga konsumen justru tergolong sangat kuat, pergerakan harga di tingkat konsumen tertransmisikan dengan baik ke tingkat produsen. Pasar bawang merah terintegrasi sempurna antara tingkat produsen, pedagang besar dan konsumen. Pergerakan harga bawang merah di tingkat pedagang dan konsumen sejalan dengan pergerakan harga kentang di tingkat produsen. Integrasi harga kubis tingkat produsen dengan pedagang besar cukup kuat, demikian juga hubungan antara harga di tingkat produsen dengan konsumen. Kenaikan harga kubis di tingkat pedagang besar tidak sepenuhnya ditransmisikan ke tingkat produsen. Namun integrasi pasar antara tingkat konsumen dengan tingkat pedagang besar relatif lebih kuat, pedagang besar kubis lebih mampu merespon kenaikan harga di tingkat konsumen. 7. Kinerja Pasar Sayuran Bernilai Ekonomi Tinggi Preferensi responden konsumen yang mempunyai pekerjaan utama PNS dan pegawai swasta dengan tingkat pendapatan berkisar antara Rp 2.000.000 hingga Rp 4.999.000 per bulan, adalah keseuaian harga dan varietas/jenis lokal. Ukuran sedang dan warna yang segar bagi kentang, bawang merah dan kubis merupakan pilihan utama konsumen. Pada bawang merah ada tambahan kriteria yang perlu diperhatikan oleh produsen yaitu kekeringan dan aroma. 5

Produk sayuran bisa diperoleh konsumen baik pasar tradisional maupun pasar modern. Namun kebanyakan konsumen membeli sayuran dari pasar tradisional, pedagang keliling dan warung. Kecenderungan konsumen dalam memilih pasar tradisional disebabkan karena banyak pilihan sayuran lainnya dan tingkat harga. Kualitas yang baik, keamanan produk untuk dikonsumsi dan informasi produk belum menjadi kriteria utama bagi konsumen dalam membeli sayuran. Walaupun demikian, perkembangan sayuran organik direspon cukup baik (76-99%). Keadaan ini akan merupakan peluang yang sangat baik dalam pengembangan sayuran organik. Namun sosialisasi, informasi pasar yang tepat dan harga yang terjangkau oleh konsumen merupakan hal penting untuk ditindak lanjuti dalam pengembangan sayuran organik. 8. Kinerja Pasar Kentang Kentang varietas Granola dari Indonesia telah mampu menembus pasar ekspor ke Singapura. Pasokan barang untuk ekspor diperoleh dari kelompok tani dan petani mitra serta supplier. Harga jual di tingkat eksportir lebih tinggi dari harga di pasar tradisional. Pada saat harga di tingkat petani Rp 3.700/kg, harga di tingkat eksportir bisa mencapai Rp 5.000/kg. Demikian juga dengan berkembangnya pasar modern, harga kentang ditingkat supplier cukup tinggi. Pada saat harga kentang di Pasar Induk Rp 5.500-7.800/kg, harga di supplier bekisar antara Rp 8.200 11.000/kg. Tingginya perbedaan harga disebabkan karena eksportir dan supplier harus memasok barang dengan kualitas baik, menanggung biaya penanganan pascapanen, pengepakan dan pengiriman. Hasil survai di lokasi penelitian menunjukkan bahwa di pasar tradisional Jawa Barat, margin kotor tertinggi diraih oleh pedagang besar. Di pasar modern, margin kotor yang diraih oleh supermarket lebih besar daripada pemasok (supplier). Padahal kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh supplier jauh lebih banyak daripada supermarket. Distribusi margin yang tidak berimbang ini mencerminkan masih belum baiknya kinerja pasar kentang. 6

9. Kinerja Pasar Bawang Merah Kebutuhan bawang merah lokal sebagian besar dipenuhi dari produksi dalam negeri (86%), sisanya impor. Seperti halnya kentang, pada pasar bawang merah pangsa margin kotor terbesar diperoleh pedagang besar. Hal ini mencerminkan bahwa pedagang besar relatif lebih kuat dari pada pedagang lainnya dalam merespon perubahan harga. Untuk pasar modern, margin kotor yang diperoleh supermarket sama dengan yang diperoleh supplier. Namun perlu dicermati bahwa supplier mengeluarkan biaya penanganan (handling) yang cukup besar sebelum mengirim barang ke suparmarket, sehingga margin bersihnya akan jauh lebih kecil daripada yang diperoleh supermarket. 10. Kinerja Pasar Kubis Rantai pasar komoditas kubis lebih sederhana daripada dua komoditas lainnya. Tidak ada komponen impor, dan komponen ekspor sangat sedikit. Margin kotor yang diperoleh pedagang besar kubis sangat tinggi dibanding pedagang lainnya. Untuk pasar modern, margin kotor secara nominal yang diperoleh supermarket lebih besar daripada margin kotor yang diperoleh pemasok (supplier). Dari sisi distribusi margin kotor terdapat ketidak seimbangan diantara pelaku pasar kubis. 11. Peluang dan Kendala Pengembangan Sayuran Bernilai Ekonomi Tinggi Perkembangan supermarket yang cukup pesat ini dapat merupakan peluang untuk mengembangkan sayuran bernilai ekonomi tinggi. Tingginya harga dan eksklusifnya kualitas produk tersebut dapat meningkatkan harga yang diterima oleh petani. Permasalahannya petani belum bisa akses langsung terkait berbagai kendala pemasaran. Kecenderungan konsumen membeli sayuran di pasar tradisional, karena konsumen sangat mempertimbangkan harga. Berkembangnya jumlah gerai sayuran organik di pasar, merupakan peluang yang sangat baik dalam pengembangan sayuran organik. Namun sosialisasi, informasi 7

pasar yang tepat dan harga yang terjangkau oleh konsumen merupakan hal penting untuk ditindak lanjuti dalam pengembangan sayuran organik. Peluang pasar ekspor, terutama bagi kentang, sangat prospektif. Persyaratan memasuki pasar ekspor adalah kualitas baik, kuantitas memenuhi quota, pasokan yang kontinyu (kontinuitas), harga bersaing dan komitmen yang harus dipatuhi. Peningkatan kualitas/mutu produk yang dihasilkan dapat meningkatkan daya tawar petani sehingga akan meningkatkan harga yang diterima oleh petani, demikian juga untuk komoditas kubis. 12. Kendala 1. Masih sedikit konsumen rumah tangga perkotaan yang membeli sayuran di gerai pasar modern. Walaupun pasar modern sudah menyajikan produk yang aman dan berkualitas, namun harga belum terjangkau oleh kebanyakan konsumen. 2. Tidak adanya kawasan khusus produksi sayuran secara terintegrasi, menyulitkan dalam memperoleh pasokan sayuran dalam jumlah tertentu dengan kualitas baik. 3. Pemantauan harga bahan pangan pokok yang dilakukan pemerintah belum bisa ditransfer dengan baik ke petani. Petani sayuran umumnya mendapatkan informasi harga dari pedagang pengumpul maupun antar petani lainnya. 4. Masalah pengembangan kubis agak sulit karena harga relatif stabil bahkan cenderung rendah, permintaan ekspor dan kebutuhan supermarket serta hotel terbatas, dan diversifikasi produk/pengolahan sulit dilakukan. Kesimpulan 1. Struktur pasar kentang, bawang merah dan kubis merupakan pasar persaingan sempurna, dimana pembeli dan penjual banyak dan pembeli secara perorangan tidak dapat sesukanya menentukan harga di pasar. Pembeli bebas memilih produk, serta penjual dan pembeli mengetahui keadaan pasar. Pemerintah tidak ikut campur dalam pembentukan harga, kecuali bawang merah pada saat pasokan sangat langka. 8

2. Integrasi pasar kentang pada tingkat pedagang besar dengan tingkat produsen masih lemah, namun integrasi pasar kentang antara tingkat konsumen dengan tingkat pedagang besar lebih kuat. Pasar bawang merah terintegrasi dengan sempurna, kenaikan harga di tingkat konsumen sepenuhnya ditransmisikan ke tingkat pedagang besar dan produsen. Pasar kubis pada tingkat pedagang besar dengan tingkat produsen belum terintegrasi secara sempurna, namun pada tingkat konsumen dan pedagang besar terdapat integrasi yang hampir sempurna. 3. Kinerja pasar kentang tergolong kurang baik, yang dicerminkan timpangnya distribusi margin kotor, demikian juga dengan kinerja pasar bawang merah dan kubis. Hal ini diakibatkan karena petani tidak melakukan penanganan pascapanen produk. 4. Masih sedikit konsumen rumah tangga perkotaan yang membeli sayuran di gerai pasar modern, yang sudah menyajikan produk yang aman dan berkualitas, disebabkan oleh harga yang belum terjangkau. Hal ini merupakan kendala dalam pengembangan produk sayuran yang aman dan berkualitas. 5. Berkembangnya jumlah gerai sayuran organis di pasar, merupakan peluang yang sangat baik dalam pengembangan sayuran bernilai tinggi. Namun sosialisasi, informasi pasar yang tepat dan harga yang terjangkau oleh konsumen merupakan hal penting untuk ditindak lanjuti. 6. Belum adanya pengaturan produksi sayuran dan integrasi kawasan agar pasokan tetap tersedia serta fluktuasi harga dapat diatasi untuk mengurangi impor, disamping itu ketersediaan benih bermutu belum mencukupi secara tepat (waktu, jumlah dan mutu). Implikasi kebijakan 1. Memperbaiki arus informasi melalui perbaikan sarana transportasi dan sarana komunikasi, memberikan pendidikan non-formal (pelatihan) untuk kelompok tani dan pedagang pengumpul tentang sistem pemasaran sayuran dan penanganan pascapanen. 9

2. Membangun kemitraan yang saling menguntungkan antara kelompok tani dengan supplier sayuran, antara kelompok tani dengan pedagang pengumpul, dan jika memungkinkan antara kelompok tani dengan pedagang besar, utamanya di pasar induk dan supermarket. 3. Menyediakan kredit lunak dengan bunga subsidi dan prosedur administrasi yang sederhana, serta integrasi kawasan produksi untuk menjamin pasokan. 10