1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari tahun ke tahun kemacetan merupakan salah satu kendala terbesar yang dihadapi masyarakat yang tinggal di kota-kota besar khusunya ibu kota Jakarta. Kemacetan ini tidak hanya terjadi di jalan-jalan protokol saja, akan tetapi juga terjadi di jalan-jalan alternatif lainnya, bahkan kemacetan pun sering kali ditemui di jalan tol yang semestinya menjadi jalan bebas hambatan. Pada awalnya pembangunan sistem transportasi yang sangat bias terhadap kepentingan pengguna kendaraan pribadi menjadi pemicu maraknya pembangunan jalan tol pada era tahun 1980 hingga tahun 1990-an sebelum Indonesia dilanda krisis ekonomi berkepanjangan. Tingginya tingkat ketergantungan kendaraan pribadi terhadap jalan tol membuat perusahaan pengelola terus mengembangkan jalan tol. Akan tetapi masih sering kita jumpai kemacetan-kemacetan yang terjadi di jalan tol sehingga merugikan pengguna jalan tol itu sendiri. Sebagai ibu kota dan salah satu kota besar di Indonesia, Jakarta merupakan kota pertama yang mengenal jalan tol. Lebih dari 25 tahun yang lalu jalan tol yang menghubungkan Jakarta dan Bogor dioperasikan. Pengoperasian jalan tol Jagorawi ini menawarkan kemudahan pergerakan dari arah timur dan selatan
2 Jakarta. Akibatnya, tak bisa dielakkan terjadinya alih fungsi lahan, dari lahan pertanian dan hutan kota menjadi kawasan pemukiman dan industri. Pergeseran wilayah pemukiman ke arah timur dan selatan Jakarta ini terlihat dari besarnya distribusi perjalanan dari arah tersebut ke pusat kota. Berikut data Volume lalu lintas per cabang tahun 2009 : Tabel 1.1 Volume lalu lintas percabang tahun 2009 (Sumber: http://www.jasamarga.com/index.php) Ruas Cabang Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jagorawi Jagorawi 9.763.983 8.970.583 9.993.332 9.516.572 10.217.945 10.282.824 Jakarta- Jakarta- Cikampek Cikampek 10.156.234 9.376.796 10.313.886 9.879.190 10.485.635 10.635.765 Jakarta- Tangerang 7.056.042 6.520.906 7.087.260 6.805.484 7.146.276 7.196.046 Ulujami- Pondok Aren Jakarta- Tangerang 2.687.620 2.553.001 2.787.292 2.654.706 2.820.714 2.841.082 Prof. DR. Sedyatmo 6.184.469 5.859.150 6.672.617 6.270.849 6.793.800 6.992.991 Jakarta Inner Ring Cawang- Tomang- Road *) Cengkareng 14.674.648 13.898.069 15.197.252 14.395.051 15.467.787 15.759.277 Padalarang- Cileunyi 4.379.796 3.895.752 4.432.882 4.248.657 4.565.237 4.588.406 Cipularang Purbaleunyi 896.617 747.526 884.121 841.168 934.767 941.22 Surabaya- Gempol Surabaya- Gempol 4.739.970 4.410.589 4.895.327 4.780.573 5.059.478 5.192.825 Semarang Semarang 2.220.110 1.992.804 2.256.122 2.220.792 2.342.404 2.435.320 Belmera Belmera 1.439.788 1.299.194 1.437.820 1.369.141 1.440.191 1.476.111 Palikanci Palikanci 1.181.701 998.645 1.121.107 1.134.348 1.160.181 1.238.755 JORR Jakarta Outer Ring Road 9.009.927 8.458.800 9.323.456 8.906.117 9.479.855 9.632.015 Total 74.390.905 68.981.815 76.402.474 73.022.648 77.914.270 79.212.637
3 Seperti kita ketahui saat ini, dari hari ke hari dapat kita lihat traffic lalu lintas kita seakan semakin padat, dengan begitu seringkali kita memilih untuk melewati jalur tol dengan harapan akan lebih lengang, khususnya pada hari-hari kerja di jam-jam tertentu seperti jam berangkat dan pulang kantor. Pada jam-jam tersebut seringkali terjadi antrian yang panjang baik pada saat memasuki area pintu jalan tol atau ketika keluar dari pintu jalan tol, ditambah lagi dengan pelayanan di pintu tol yang kurang professional dan lamban. Ini terbukti, kendati banyak gerbang tol yang disediakan namun tak semua gerbang tol tersebut beroperasi. Itu semua yang akhirnya mengakibatkan terjadinya antrian yang panjang di pintu-pintu tol. Tentu saja hal ini sangat menghabiskan waktu pada saat mengambil tiket ataupun membayar tarif tol pada saat hendak keluar. Ketika hal ini terus terjadi tentu akan merugikan banyak pihak, terutama pihak pengguna jalan tol itu sendiri yang seharusnya mendapatkan pelayanan terbaik sesuai dengan tarif yang telah diberikan. Jalan tol seharusnya diperuntukkan sebagai akses penggunna jalan untuk menghindari kemacetan. Kerugian dari pihak pengguna jalan tentu saja merupakan waktu yang hilan g dalam menempuh perjalan ke tempat-tempat yang akan dituju dan keletihan yang dapat mengurangi keaktifan para pengguna jalan. Ketika hal ini terus berulang, tentu saja akan banyak pengguna jalan tol yang kecewa dengan hasil kerja pemerintah. Kerugian yang dialami oleh seorang pengguna jalan tol tentu tidak seberapa dibandingkan dengan kerugian yang dialami oleh negara. Pada 2002 saja kerugian ekonomi akibat kemacetan di Jabodetabek, tempat 85 persen
4 perputaran ekonomi nasional, sudah mencapai Rp5,5 triliun. Sampai kapan pemerintah terus-menerus membangun jalan-jalan raya dan tol untuk mengakomodasi penduduk di Jawa yang pada 2025 diperkirakan mencapai 120 juta jiwa dengan percuma apabila masalah kemacetan ini tidak dapat diatasi. Peneliti tertarik untuk mengangkat tema pengembangan produk untuk kemudahan dalam sistem pembayaran pada jalan tol dan mengeliminir terjadinya adanya antrian. Dalam hal ini, peneliti menjadikan pintu tol Jagorawi dan tol Jakarta-Tangerang sebagai objek penelitian. Kami mengambil tol Jagorawi karena jalur ini adalah jalur awal yang dibuat pihak pengelola tol dan salah satu traffic yang paling padat, selain itu jalur ini,merupakan sebuah jalan alternative menuju bandung. Pada jalur Jakarta-Tangerang juga merupakan salah satu traffic yang paling padat juga, dan merupakan salah satu jalur penghubung antara kota satellite, yaitu BSD-Tangerang dengan kota Jakarta. Jalur-jalur ini dikelola oleh PT. Jasa Marga,Tbk. Jasa marga merupakan salah satu perusahaan yang merupakan mitra dari Pemerintah. Pihak yang di percaya untuk membangun jalan tol dan mengelolanya demi mengembangkan system transportasi di jakarta. Sistem Pembayaran yang digunakan untuk mengatur aktivitas di jalan tol yang sudah ada merupakan tolak ukur bagi peneliti untuk menyusun tugas akhir ini. Dalam penelitian tugas akhir ini, peneliti tidak bermaksud menyatakan bahwa PT. Jasa Marga mempunyai kekurangan tetapi peneliti ingin mengembangkan
5 sebuah produk baru dan sistem baru yang dapat mempermudah dalam aktivitas di jalan tol. 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah Masalah yang dibahas adalah bagaimana konsep produk yang dirancang dapat membantu para pengguna jasa untuk memberikan kenyamanan dalam aktivitas di jalan tol yang efektif dan efisien. Berdasarkan uraian latar belakang diatas didapat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah konsumen sudah merasa puas dengan kinerja dari sistem pembayaran pada jalan tol yang ada sekarang? 2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kemacetan pada pintu tol? 3. Apa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ada? 1.3 Ruang Lingkup Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah pintu tol Jagorawi dan tol Jakarta-Tangerang sebagai fokus utama. 2. Sampel penelitian yang diambil hanya pada pintu tol Jagorawi dan Jakarta- Tangerang.
6 3. Sampel diambil dari pengunjung mal yang menggunakan mobil pribadi dan sering menggunakan kedua jalur tol tersebut. 4. Batasan jumlah sampel disesuaikan dengan kebijakan manajemen Jasa Marga dan batas waktu akhir penyelesaian tugas akhir ini. 5. Penelitian ini hanya dibatasi pada perancangan produk dan tahap awal perancangan sistem (Context Level Data Flow Diagram dan Level 0 Data Flow Diagram). 6. Prototype yang dirancang hanya berupa digital prototyping. Asumsi-asumsi yang digunakan antara lain : 1. Interpretasi pengunjung tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti. 2. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 400 di pintu tol Jagorawi dan Jakarta- Tangerang yang dianggap telah mewakili jumlah sampel yang seharusnya dengan mempertimbangkan kebijakan manajemen dari Jasa Marga dan keterbatasan-keterbatasan lainya. 1.4 Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi tingkat kepuasan konsumen dengan sistem pembayaran pada pintu tol yang ada sekarang.
7 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kemacetan yang terjadi pada pintu tol. 3. Merancang sistem dan produk yang dapat menjadi solusi dari permasalahan yang ada. Adapun manfaat dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi pihak pengelola : sebagai referensi dalam meningkatkan kinerja yang efektif dan efisien serta kepuasan konsumen. 2. Bagi pembaca : untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam pengembangan konsep produk. 3. Bagi peneliti lainnya : sebagai referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang memiliki keterkaitan pada bidang yang sama. 4. Bagi peneliti : sebagai salah satu syarat kelulusan dan juga merupakan aktualisasi dari ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan. 1.5 Gambaran Umum Perusahaan 1.5.1 PT. Jasa Marga.Tbk. Jasa Marga didirikan tahun 1978 ketika jalan bebas hambatan pertama yang menghubungkan jakarta dengan Bogor selesai dibangun. Dengan pertimbangan agar biaya pengoperasian dan pemeliharaan ruas jalan tersebut dapat dilakukan secara mandiri tanpa membebani anggaran Pemerintah, Menteri Pekerjaan Umum ketika itu, Ir. Sutami mengusulkan pendirian
8 sebuah persero untuk mengelola jalan tersebut. Terbitlah Peraturan Pemerintah No. 4 tahun 1978 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk pendirian persero. PT Jasa Marga (Persero) dibentuk pada tanggal 1 Maret 1978 dengan tujuan menyelenggarakan jalan tol di Indonesia. Pada tanggal 9 Maret 1978, Presiden Soeharto meresmikan jalan tol tersebut sebagai jalan tol pertama di Indonesia yang diberi nama Jagorawi dengan karyawan 200 orang. Sejak saat itu Jasa Marga bersama pemerintah terus membangun jalan-jalan tol baru di wilayah Jabotabek, Bandung, Cirebon, Semarang, Surabaya dan Medan. Sampai dengan akhir tahun 80-an, Jasa Marga adalah satu-satunya penyelenggara jalan tol di Indonesia, hingga kemudian Pemerintah mengundang pula investor swasta. yang berfungsi sebagai regulator menjadi investor jalan tol dari Pemerintah. Jasa Marga siap bersaing dengan investor jalan tol swasta dalam membangun, mengoperasikan dan memelihara jalan tol. Sejak saat ini, Jasa Marga telah berkembang pesat mengoperasikan 496 km jalan tol dengan karyawan 5,489 orang. Tahun 2003, Jasa Marga bekerja sama dengan investor dari Malaysia, melalui Net One Solution Ltd. telah memberikan jasa manajemen pengoperasian Jembatan Tol Jamuna di Bangladesh selama lima tahun.