BAB IV ANALISIS DATA TENTANG KOMUNIKASI INTERPERSONAL WARIA DI RUNGKUT SURABAYA. 1. Penampilan Waria Sebagai Komunikasi Non Verbal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS PROSES KOMUNIKASI VIRTUAL PADA KOMUNITAS WOSCA. Proses komunikasi virtual pada komunitas women online community

sebagai penjembatan dalam berinteraksi dan berfungsi untuk

BAB IV ANALISIS DATA. secara bersamaan dengan pengumpulan data pada penelitian ini.

BAB IV INTERPRESTASI HASIL PENELITIAN. telah dipilih selama penelitian berlangsung. Selain itu juga berguna untuk

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Kesimpulan akhir dari penelitian ini dikemukakan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan orang-orang hanya melihat dari kulit luar semata. Lebih

BAB IV ANALISIS DATA. data dalam penelitian kualitatif, yang diperoleh dari beberapa informan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini keragaman fenomena sosial yang muncul di kota-kota besar di

BAB IV ANALISIS DATA. data tersebut. Peneliti menemukan beberapa hal mengenai bahasa harian

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waria merupakan salah satu jenis manusia yang belum jelas gendernya.

BAB IV ANALISIS DATA. proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup tanpa bantuan orang lain untuk melakukan hubungan atau interaksi dan

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

ETIKA DALAM BERKOMONIKASI

BAB I PENDAHULUAN. kelompok yang lain, bahkan memecahkan suatu permasalahan. 1 Kelompok adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sebuah kumpulan individu yang memiliki sebuah

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB IV ANALISIS DATA KOMUNIKASI INTERPERSONAL WARGA AREA WISATA PASIR PUTIH DALEGAN

BAB IV ANALISIS DATA

PENGANTAR SISTEM PERGAULAN ISLAM. Suplemen Mata Kuliah Ahwal Syakhsiyyah

BAB I PENDAHULUAN. ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Yayasan Srikandi Pasundan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan penelitian secara observasi partisipasi pasif yaitu. Faktor Lingkungan Keluarga

BAB IV ANALISA DATA. data sekunder yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui proses. wawancara dan observasi secara langsung di lokasi penelitian.

yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi penting bagi manusia. Bahasa dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbandingan dan memudahkan dalam melakukan penelitian. Berikut ini adalah. tabel penelitian terdahulu yang penulis gunakan:

BAB I PENDAHULUAN. Waria adalah laki-laki yang menunjukan sikap dan perilaku di dalam diri yang

BAB IV ANALISI DATA. A. Temuan Penelitian. Dari sajian data yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya,

BAB IV ANALISIS DATA. maupun pengamatan lapangan. Pada Bab ini peneliti akan menguraikan data

PERSEPSI SEBAGAI INTI KOMUNIKASI INTERPERSONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

BAB I PENDAHULUAN. adalah perubahan yang terjadi pada perkembangan pribadi seseorang. Masuknya

Materi Minggu 1. Komunikasi

BAB IV. Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan

BAB V PENUTUP. bahwa film ini banyak merepresentasikan nilai-nilai Islami yang diperankan oleh

BAB V PENUTUP. yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Kesimpulan tersebut meliputi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Munakahat ZULKIFLI, MA

?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. seorang pengarang akan mencoba menggambarkan realitas yang ada ke dalam

Ciri-Ciri Akhlak Rasulullah

ITEM VALID (ANGKET KEHARMONISAN KELUARGA ISLAMI) Variabel Sub Variabel Indikator Item Valid Total (+) (-) keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas yang terdapat di Indonesia sangat banyak, salah satunya

I. PENDAHULUAN. Era Globalisasi membuat jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan. dimasyarakatkan luas pada khususnya. Agar bangsa Indonesia tidak

KBBI, Effendy James A. F. Stoner Prof. Drs. H. A. W. Widjaya

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi kehidupan seseorang dikarenakan intensitas dan frekuensinya yang

BAB I PENDAHULUAN. lain dalam kelompok (Bungin, 2006:43). Komunikasi yang terjalin dalam sebuah

PERSONAL GROOMING. 1. Kesan Pertama 2. Etiket dan Etika 3. Penampilan Menarik

Tauhid Yang Pertama dan Utama

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ditinjau dari segi bahasa kata waria adalah singkatan dari wanita dan

I. PENDAHULUAN. gagasan serta berinteraksi dengan lingkungan. Bahasa memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki pasangan akan selalu saling melengkapi satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. Ini bisa dilihat dengan begitu maraknya shopping mall atau pusat

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa

BAB V PENUTUP. Berdasarkan dari penelitian dan penyajian data beserta analisisnya. 1. Ruang Lingkup Materi Pendidikan Seks di SMP Hang Tuah 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana

BAB IV ANALISIS DATA. kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara

CHAPTER REPORT (THREE) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Dari Bapak Dr. H. A. Juntika Nurihsan, M. Pd.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN Bab I menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, fokus penelitian, rumusan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat

Karunia terbesar yang dapat kita berikan pada orang lain adalah memberinya perhatian penuh atas keberadaannya. -Sue Atchley Ehaugh

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB IV ANALISIS DATA. pendeta, majelis dan warga jemaat dan berdasarkan data-data yang telah

KOMUNIKASI VERBAL DAN KOMUNIKASI NON VERBAL DALAM KOMUNIKASI. Sesi 9 Pengantar Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Jaya

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Eksistensi Budaya Komunikasi Blater Di Desa Tambuko. dan memilih melakukan aksi kriminal di luar lingkungan desa mereka.

Komunikasi. Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain (Handoko, 2002 : 30).

BAB IV ISTINBATH HUKUM DAN NATIJAH. nash yang menerangkan tentang pembagian waris seorang transseksual yang

BAB IV ANALISA. dalam jenis paguyuban atau gemeinschaft, tepatnya paguyuban karena solidaritas.

Gaya Hidup Islami dan Jahili

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. menggambarkan bagaimana konsumen membuat keputusan-keputusan pembelian

BAB IV ANALISIS DATA. lapangan selama penelitian berlangsung, selain itu juga sangat berguna untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang

BAB IV ANALISIS PROSES KOMUNIKASI ANTAR AGAMA ETNIS TIONGHOA DAN ETNIS JAWA DI PECINAN DESA WELAHAN KEC. WELAHAN

BAB I PENDAHULUAN. jilbab. Selain dari perkembangan fashion atau mode, jilbab juga identik dengan

Metode Bijak Memperbaiki Aib

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

BAB VII HUBUNGAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

I. PENDAHULUAN. Islam menyerukan seorang wanita muslimah untuk mengulurkan jilbab-jilbab

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengalaman hidup sebagai

Standar Penampilan Pribadi.

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS DATA TENTANG KOMUNIKASI INTERPERSONAL WARIA DI RUNGKUT SURABAYA A. Temuan Penelitian Dalam penelitian kualitatif ini membutuhkan analisa data yang diperoleh peneliti setelah melakukan observasi berupa wawancara yang ditujukan kepada beberapa informan yang telah disepakati sebelumnya untuk mendapatkan hasil yang valid. Kumpulan data yang diperoleh dapat memudahkan peneliti untuk menganalisa suatu permasalahan. 1. Penampilan Waria Sebagai Komunikasi Non Verbal Penampilan merupakan komunikasi non verbal yang digunakan waria ketika berkomunikasi interpersonal dengan sesama waria maupun dengan masyarakat. Penampilan seorang waria dapat mempresentasikan dirinya. Menjadi Seorang waria, sesungguhnya adalah seorang laki-laki tapi mereka tidak berpenampilan seperti kebiasaan laki-laki pada umumnya. Melainkan mereka berpakaian dan berdandan seperti wanita. Terdapat tiga tipe waria dalam berpenampilan sehari-hari. Pertama, yaitu seorang waria yang dalam kesehariannya berpenampilan layaknya seorang wanita, memakai baju perempuan selalu, mulai dari pakaian dalam seperti bra juga digunakan. Berdandan seperti perempuan, menggunakan bedak, eyeliner, blush on, pensil alis, lipstik dan sebagainya. Memiliki rambut yang panjang. Dari dia bangun tidur hingga tidur lagi menggunakan pakaian perempuan. Waria dalam tipe ini cenderung waria yang sudah terbuka mengenai identitasnya sebagai waria pada semua orang. Tipe yang kedua yaitu waria/ banci 134

135 kaleng, yang mana dalam kesehariannya dia berpenampilan layaknya seorang laki-laki normal, perilakunya pun juga seperti laki-lak normal. Potongan rambutnya pun seperti halnya laki-laki normal. Dia hanya berdandan memakai baju perempuan dan bermakeup ketika diluar rumah saja. Ketika menghadiri acara waria dan tuntutan pekerjaan seperti menyanyi. Memakai wig ketika berdandan wanita. Waria pada tipe ini cenderung waria yang masih tertutup mengenai identitasnya sebagai waria. Tipe yang ketiga yaitu seorang waria yang berpenampilan androgini, maksudnya dalam berpenampilan seorang waria menunjukkan pembagian peran yang sama dalam karakter maskulin dan feminim pada saat bersamaan. Pakaian yang digunakan waria tipe ini umumnya yaitu pakaian/busana laki-laki, gaya busana yang ditiru punseperti artis-artis Korea yang terlihat maskulin tapi cantik. Meskipun berpenampilan laki-laki Tapi mereka menggunakan make up, seperti memakai bedak, eyeliner, blush on. Potongan rambutnya pun pendek seperti laki-laki pada umumnya. Untuk waria yang sudah melakukan haji (informan penelitian ini) berpenampilan kesehariannya memakain pakaian laki-laki, tidak bermake up. Karena dia ingin menyesuaikan dengan gelar yang disandangnya sebagai Haji. Selain cara berpakaian seorang waria juga memakai aksesoris wanita seperti cincin, anting-anting, kalung, tas wanita, sepatu wanita dan lain sebagainya. Seorang waria juga memahami kodratnya sebagai laki-laki, ketika mengikuti pengajian waria pun mereka menggunakan pakaian laki-laki seperti baju taqwa dan jubah arab untuk laki-laki, memakai sarung dan

136 peci. Tapi meskipun begitu accecoris kewanitaannya masih menjadi pesan non verbal karena sebagian waria masih menggunakan accecoris wanita walaupun dalam acara pengajian waria. Penampilan dalam komunikasi interpersonal dapat memicu efektifitas komunikasi dan menjalin hubungan atau interaksi yang harmonis bahkan menampilan dapat merugikan individu itu sendiri. Penampilan adalah bentuk pernyatan atau presentasi diri. Karena penampilan merupakan kesan pertama yang dapat di lihat seorang komunikan ketika di ajak berkomunikasi. Jika masyarakat yang takut melakukan komunikasi dengan seorang waria, ketika melihat seorang laki-laki yang berdandan seperti wanita ia akan memilih untuk menjauh. Penampilan itu tidak hanya pada cara berpakaian dan menggunakan accecoris yang digunakan seorang waria tapi juga bisa berupa bentuk ucapan seorang waria ketika berkomunikasi dengan sesama maupun dengan masyarakat. 2. Komunikasi Verbal dan Non Verbal Waria dengan Sesama Waria Komunikasi verbal yang terjadi dalam komunikasi waria yaitu secara informal. Komunikasi dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui facebook, bbm, whatsapp, dan sebagainya. Komunikasi verbal yang terjadi antara waria dengan sesama waria secara langsung juga bersifat informal. Bersifat informal karena dalam pertukaran pesan antara yang satu dengan yang lain tidak terikat oleh ruang dan waktu biasanya terjadi dengan spontanitas ketika bertemu dalam rumah, suatu acara atau ketika diluar.

137 Berikut beberapa kosa kata yang ditemukan peneliti di lapangan, yang digunakan waria ketika berkomunikasi dengan sesama waria maupaun ketika wawancara. Waria ketika berkomunikasi dengan sesama waria dan dengan orang yang memahami bahasa waria, dengan spontan menggunakan istilah-istilah yang digunakan waria dalam hal ini istilah waria/ makcik. Penggunaan bahasa waria tidak full dilakukan ketika berkomunikasi. Komunikasi verbal yang terjadi ketika komunikasi interpersonal waria dengan sesama waria menggunakan bahasa Indonesia, bahasa jawa, dan bahasa waria, ketika berkomunikasi mereka cenderung menggunakan bahasa campuran yaitu menggunakan ketiga bahasa tersebut dalam berkomunikasi. Tidak hanya menggunakan bahasa waria saja, tapi juga diimbangi dengan bahasa Indonesia dan Jawa. Tapi ketika berkomunikasi dengan sesama waria, bahasa waria selalu dipergunakan walau hanya beberapa kata saja. Bahasa waria juga digunakan waria ketika berkomunikasi dengan kaum gay, sebab kaum waria juga banyak bergaul dengan kaum gay begitu sebaliknya. Sehingga kaum gay juga memahami bahasa waria. Kenti yaitu alat kelamin laki-laki, ketika menyampaikan pesan dengan kata kenti terkesan lebih enak di dengar dari pada disebutkan dengan menggunakan bahasa indonesia atau bahasa jawa. Jika kaum waria ingin berkata jorok atau senono dalam pembicaraanya. Mereka lebih nyaman menggunakan bahasa waria sebab masyarakat tidak begitu memahami bahasa waria dan bahasa waria terkesan aneh dan lebih sopan ketika difahami artinya.

138 Ngebom/ bom-boman merupakan suatu cara yang digunakan kaum waria ketika melakukan komunikasi interpersonal dengan sesama waria. Kegiatan ini dapat diartikan sebagai bercanda ala waria. Ketika bertemua secara langsung maupun melalui media sosial pun aktivitas ini biasanya silakukan waria ketika berkomunikasi dengan sesama waria. Mbok merupakan yang digunakan seorang waria untuk menyapa seorang waria yang lebih tua (dituakan), untuk waria yang sebaya biasanya menggunakan sapaan Banci, Sundel, untuk menyapa sesama waria yang sebaya. Sundel, Lonte juga panggilan akrab yang digunakan waria ketika berkomunikasi dengan waria yang sebaya. Padahal kedua kata itu memiliki makna PSK, waria pun tidak mempermasalahkan hal itu sebab waria memahami PSK juga sebagai pekerjaan seorang waria. Komunikasi non verbal, selain penampilan, komunikasi non verbal terjadi secara spontan dilakukan seorang waria. Keakraban seorang waria dengan waria lainnya juga mempengahuri kegiatan komunikasi interpersonal. Ketika waria dengan sesama waria memiliki hubungan yang dekat maka komunikasi inteperosonal akan berjalan efektif. Begitu sebaliknya jika seorang waria tidak memiliki kedekatan dengan waria lainnya maka komunikasi interpersonal yang terjadi tidak begitu aktif seperti halnya dengan seorang waria yang memiliki kedekatan hubungan. Paralanguage ketika seorang waria menyampaikan komunikasi verbal seperti intonasi tinggi rendahnya suara, kecepatan pengucapannya juga menjadi komunikasi non vebal ketika waria berkomunikasi interpersonal dengan sesama waria. Pencapaian dan kepemilikan sesuatu waria juga

139 termasuk dalam komunikasi non verbal. Seperti pencapaiannya telah melakukan operasi payudara, telah membuka sebuah salon kecantikan, memiliki pasangan laki-laki normal yang ganteng misalnya, sudah pergi haji, dan sebagainya. Hal itu menjadi sebuah komunikasi non verbal yang dapat menimbulkan sebuah komunikasi interpersonal yang terjadi antara waria dengan sesama waria. Berjabat tangan dan cium pipi kanan dan kiri merupakan simbol komunikasi nonverbal yang terjadi antara waria dengan sesama waria. hal tersebut biasa dilakukan secara spontanitas ketika bertemu dengan orang lain. Ketika dalam suatau acara untuk simbol kedatangan dan berpamitan. Melakukan kegiatan tersebut juga dapat sebagai membuka pintu komunikasi. Melalui berjabat tangan dapat meningkatkan kedetakan hubungan interpersonal. 3. Komunikasi Verbal dan Non Verbal Waria dengan Pasangannya Dalam komunikasi interpersonal waria dengan pasangannya, waria berposisi sebagai seorang perempuan ketika melakukan hubungan seksual dan ketika dalam keseharian seorang waria juga ingin diperlakukan sebagai seorang perempuan. Melakukan komunikasi interpersonal antara waria dengan pasangannya juga dilakukannya secara langsung maupun melalui media seperti media sosial dengan komunikasi verbal dan non verbal. komunikasi verbal yaitu bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi, seperti bahasa indonesia dan bahasa jawa. Tapi untuk seorang waria yang memiliki pasangan seorang gay, maka dia juga melakukan komunikasi

140 dengan menggunakan bahasa waria, sebab kaum gay juga dapat memahami bahasa waria. Terdapat juga komunikasi non verbal seperti para languange ketika pasangan atau seorang waria bertengkar, ketika bermesrahan. Kedekatan juga masuk dalam komunikasi non verbal antara waria dengan pasangannya. Bahkan kedekatan seorang waria dengan pasangannya ketimbang kedekatan seorang waria dengan keluarganya, lebih dekat kedekatan waria dengan pasangannya, sehingga interaksi antara waria dengan pasangannya lebih terkesan harmonis dan intensitas konflik yang terjadi sedikit. Uang dan perhatian yang di tunjukkan waria ketika berkomunikasi dengan pasangannya juga memperkuat hubungan mereka. Sentuhan seperti mengelus-elus, ciuman, dalam komunikasi ini sentuhan dapat menyebabkan rangsangan oleh komunikan. 4. Komunikasi Verbal dan Non Verbal Waria dengan Masyarakat Komunikasi verbal yang digunakan waria dengan masyarakat tergantung pada konteks, bisa secara formal maupun informal. Formal yaitu ketika berkomunikasi pada suatua acara formal, sedangkan komunikasi secara informal dapat dilakukan kapan pun dan dimanapun. Komunikasi interpersonal juga dapat dilakukan secara langsung maupun menggunakan media. Komunikasi verbal yang terjadi pada waria dengan masyarakat menggunkan bahasa indonesia dan bahasa jawa, Pada lingkungan keluarga dan teman waria cenderung di sapa dengan nama laki-lakinya dari pada nama perempuannya. Hal terebut pun tidak begitu dipermasalahkan oleh waria sebab dia memiliki kedekatan atau

141 hubungan dengan keluargnya atau temannya meskipun mereka di panggil dengan nama laki-laki. Lain halnya dengan masyarakat (yang tidak memilik kedekatan hubungan). Waria tidak menyukai panggilan bencong, banci yang diberikan oleh masyarakat. Ketika waria mengetahui ada orang lain memanggil dia dengan sebutan itu maka dia akan marah sehingga memicu terjadinya konflik. Penggunaan bahasa dalam komunikasi secara verbal tidak selalu mewakili kenyataan dalam setiap peristiwa komunikasi. Oleh karena itu diperlukan juga penggunaan komunikasi nonverbal, baik itu secara spontan maupun yang dilakukan secara sadar. Komunikasi nonverbal ini mampu meneguhkan, menyamarkan, menyembunyikan, atau bahkan menggantikan arti yang diinterpretasikan dari komunikasi verbal oleh seseorang yang terlibat dalam komunikasi. Sebab dalam kegiatan komunikasi semua perilaku dapat memberi arti. Komunikasi non verbal waria berkomunikasi dengan masyarakat dilakukan dengan berupa gaya bicara seorang waria yang kemayu dan genit. Serta bahasa tubuh, mimik wajah, dan lain-lainnya. Walaupun dalam berkomunikasi, pesan verbal dapat menyampaikan informasi kepada orang lain, tapi kehadiran komunikasi nonverbal juga dirasa perlu untuk memperjelas pesan/ informasi yang dikirim oleh seorang komunikator kepada komunikan untuk lebih memahaminya, dan tidak jadi salah persepsi. Status waria dalam masayarakat juga termasuk dalam komunikasi non verbal sebab di masyarakat sudah terkontruksi mengenai waria itu seperti apa dan bagaimana. Memiliki gelar sebagai Haji pun juga

142 komunikasi non verbal. Di masyarakat waria yang sudah memiliki gelar haji pun mendapat sapaan dengan sebutan abah bagi sebagaian masyarakat. 5. Hambatan Komunikasi Interpersonal Waria dengan Masyarakat Dalam kegiatan komunikasi, tidak semuanya berjalan lancar sesuai yang dikehendaki. Pasti ada sebuah hambatan atau kendala yang terjadi ketika proses komunikasi. Dalam komunikasi interpersonal yang dilakukan waria di Rungkut Surabaya, mengenai komunikasi waria dengan masyarakat, juga mengalami kendala dalam proses komunikasinya. Diantaranya adalah: Pertama, Perbedaan watak seorang individu ketika melakukan komunikasi biasanya menjadi penghambat dalam proses komunikasi waria. Karena ketika berkomunikasi dengan individu lain baik sesama waria dan masyarakat ada tipe individu yang terbuka dan juga tipe individu yang tertutup sehingga menjadi penghambat proses komunikasi, karena setiap individu memiliki watak yang berbeda-beda. Oleh karena itu ketika hendak melakukan komunikasi interpersonal seorang komunikator harus mengenal karakteristik lawan bicaranya. Hal tersebut diperlukan untuk meminimalisir konflik. Kedua, perilaku buruk yang di tunjukkan serorang waria. Dalam menjalin sebuah hubungan komunikasi interpersonal yang baik, diperlukannya menjalin hubungan yang baik sebab dalam menjalin hubungan yang baik maka komunikasi yang dilakukan efektif. Berbeda dengan adanya perilaku buruk yang ditunjukkan seorang waria ketika

143 berinteraksi dengan orang lain, maka akan menimbulkan konflik dan dapat menghambat proses komunikasi. Jika orang lain mengetahui tentang perilaku buruk yang ditunjukkan seorang waria, maka orang tersebut (komunikan) akan memberikan persepsi buruk kepada orang yang sama (waria). Ketiga, perbedaan bahasa, bahasa merupakan sebuah cara yang digunakan seseorang untuk menyampaikan sebuah pesan. Berbedaan bahasa antara peserta komunikasi juga menjadi kendala jika seorang waria tidak memahami bahasa lawan bicaranya maka dalam proses komunikasi terdapat sebuah hambatan. Pesan yang disampaikan tidak akan tersampaikan dengan jelas. Keempat, prasangka buruk. Ketika berinteraksi dengan orang lain, hal ini biasanya yang dilakukan oleh seseorang ketika melakukan komunikasi interpersonal. Prasangka negatif dapat dilakukan oleh seorang waria maupun masyarakat. Ketika berprasangka buruk itu dilakukan maka dapat menghambat proses komunikasi. Adanya perasaan takut tidak diterima oleh keluarganya atau masyarakat sehingga menghambat proses komunikasi interpersonal karena akan terjadinya sebuah penolakan. Kelima, perbedaan persepsi. Sebuah nama perempuan yang dipampang di depan tempat salon seorang waria banyak menggunakan nama perempuan. Orang lain yang memahami nama salon itu perempuan maka pemilik salon tersebut perempuan, maka dia akan masuk. Ketika orang tersebut masuk dan mengetahui salon tersebut milik seorang waria maka orang tersebut mengurungkan diri melakukan potong disalon itu.

144 Persepsi yang salah mengenai suatu pesan dapat terjadi juga sehingga dapat menghambat komunikasi. Kelima, letak tempat tinggal waria sangat mempengaruhi proses komunikasi waria dengan pelanggan booking online. Sebab, sebagian waria ada yang melakukan kegiatan tersebut di tempat tinggal mereka. Ketika bertempat tinggal di perkampungan cenderung pelanggan tidak mau. Dengan alasan takut di obrak. Sehingga proses komunikasi interpersonal waria dengan pelanggannya ada kendala dari sebuah lingkungan. B. Konfirmasi Temuan dengan Teori Dari hasil penelitian dilapangan, peneliti telah menemukan beberapa data yang kemudian dilakukan analisis, untuk menguji kebenaran hasil dengan teori, maka peneliti mencocokkan hasil temuan dengan teori yang peneliti gunakan yaitu, teori interaksi simbolik. Teori interaksionisme simbolik merupakan teori yang berusaha menjelaskan bahwa interaksi antar individu melibatkan penggunaan simbolsimbol. Ketika kita berinteraksi dengan orang lain, kita berusaha mencari makna yang cocok dengan yang dimaksudkan oleh orang tersebut. Selain itu, kita juga menginterpretasikan apa yang dimaksud orang lain melalui simbolisasi yang ia bangun. Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa seorang waria melakukan komunikasi interpersonal dengan sesama waria maupun dengan masyarakat. Kegiatan tersebut menjadi sebuah rutinitas dalam kehidupannya, interaksi yang dibangun oleh seorang waria tidak lepas dari tiga konsep interaksi simbolik

145 yaitu pikiran, diri dan masayarakat. Dimana ketiga konsep tersebut memiliki keterkaitan dalam membentuk dan membangun hubungan dengan individu lain melalui interkasi. Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi simbolik antara lain: 1. Pentingnya konsep mengenai diri (self concept) 2. Pentingnya makna bagi perilaku manusia 3. Hubungan antara individu dengan masyarakat. Berikut kaitan analisis dengan teori interaksi simbolik, diri dalam teori ini memiliki dua segi, masing-masing menjalankan fungsi yang penting. I adalah bagian dari seorang waria yang menurut kata hati, tidak teratur, tidak terarh, dan tidak dapat ditebak. Me adalah refleksi umum orang lain yang terbentuk dari pola-pola yang teratur dan tetap diadopsi oleh seorang waria, sehingga dibagikan kepada orang lain. I adalah tenaga penggerak dalam tindakan, sedangkan me memberikan arahan dan petunjuk. Seorang waria disini mengaja mengubah situasi hidup nya untuk mengubah konsep diri mereka. Disini I menggerakkan seorang waria untuk berubah dalam cara-cara yang tidak diizinkan me. Seorang laki-laki yang memutuskan bahwa dirinya seorang perempuan bukan laki-laki, dan menggunakan segala sesuatu yang mewakili perempuan untuk membentuk me yang baru dengan cara berhubungan dengan sebuah kelompok orang-orang penting yang baru, dalam hal ini sebagai waria. Selanjutnya yaitu mengenai konsep diri, I disini yaitu diri seorang waria yang dapat di katakan sebagai pelaku dosa karena berhubungan sesama jenis, menjual diri, kemudian me menggerakkannya untuk terjun dengan perbuatan-

146 terbuatan dosa lainnya seperti menggunakan susuk (pelet) untuk menyempurnakan dirinya. Dengan alasan sudah terlanjur berbuat dosa besar maka sekalian melakukan dosa lainnya. Kemampuan seorang waria untuk menggunakan simbol verbal maupun non verbal yang signifikan untuk merespon pada diri seorang waria menjadikan seorang waria melakukan suatu hal yang dinamakan berpikir, berpikir mengenai segala sesuatu simbol yang dapat di tangkap oleh seorang waria ketika berkomunikasi/ berinteraksi dengan waria lainnya atau dengan masyarakat. Sehingga melalui berpikir seorang waria dapat menangkap simbol verbal dan nonverbal untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Manusia menggunakan simbol-simbol yang berbeda untuk memaknai objek. Misalnya seorang waria yang memiliki seorang pasangan laki-laki yang di anggapnya sebagai pacar ataupun suami. Seorang waria akan bertindak sebagai pasangannya. Berbeda dengan seorang waria yang memaknai pelanggan lakilakinya dengan cara dia melihatnya sebagai sekedar pelanggan atau lainnya. Terkait dengan masyarakat (society), atau kehidupan kelompok, terdiri atas perilaku perilaku kooperatif anggota-anggotanya. Kerja sama manusia dalam hal ini seorang waria dengan waria lainnya, waria dengan pasangannya, waria dengan keluara dan masyarakat, mengharuskan seorang waria memahami maksud orang lain (yang diajak untuk melakukan komunikasi interpersonal) dan mengharuskan seorang waria untuk mengatahui apa yang akan dilakukan selanjutnya. Pemaknaan seorang waria merupakan hasil dari interaksi dengan orang lain. Seperti cara waria ketika berkomunikasi dengan waria lainnya dan masyarakat dengan kemayu dan genit ditampilkan dengan

147 body languange nya cara seorang waria menyampaikan pesan dengan nada suara kemayu. Seorang laki-laki yang memakai pakaian wanita dan berperilaku seperti wanita disebut sebagai waria, bencong, banci di masyarakat. Waria memiliki pasangan seorang laki-laki dapat diartikan sebagai seseorang yang menjalin hubungan dengan sesama jenis, hal tersebut menjadi nilai dari simbol yang signifikan. Masyarakat ada karena ada simbol-simbol yang signifikan. Dalam masyarakat pasti ada sebuah nilai dan aturan yang dianut dalam hal ini masyarakat rungkut dapat dikatakan sebagai wilayah yang memiliki penduduk paling banyak beragama islam. Adanya sebuah pengajian dalam wilayah ini yang memberikan makna sebuah kegiatan islami untuk umat islam. Pengajian dan kegiatan keislaman lainnya itu yang dapat dikatakan sebagai media. Yang mana membuat seorang waria berperilaku bertindak untuk mengadakan pengajian waria untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan masyaraat. Selain itu waria juga ikut andil dalam kegiatan kemasyarakatan lainnya seperti perkumpulan ibu-ibu PKK, kerja bakti dan lainnya. Sebagai waria, dalam berperilaku di masyarakat juga di perhatikan waria. Karena terkait dengan norma kesopanan dalam masyarakat rungkut. Sepertihalnya cara berbusana, bertutur kata. Nilai agama islam yang dianut masyarakat Rungkut menjadikan waria sebagai seorang yang dilaknat, berdosa besar. Memberikan respon masyarakat untuk berperilaku terhadap waria. Waria di masyarakat di anggap orang yang memiliki kepribadan buruk bahkan sampah masyarakat. oleh sebab itu ketika berpenampilan seorang waria juga melihat keadaan masyarakat di sekitarnya. Di masyarakat juga sudah menjadi makna yang sudah disepakati jika seorang

148 laki-laki yang berpenampilan seperti wanita dinamakan Banci, waria, atau bencong. Ajaran islam tidak mengajarkan hubungan sesama jenis, dan zina yang dilakukan laki-laki dan perempuan. Waria memiliki cara yang berbeda untuk menyikapi hal ini. Menjalin hubungan dengan sesama jenis merupakan hal yang terlarang tapi waria tidak takut dengan masyarakat sebab menurutnya tidak ada yang salah mengenai hubungannya dengan sesama waria tidak melanggar hukum, berbeda dengan laki-laki dan perempuan yang berzina. Wilayah tempat tinggal waria ini berhubungan dengan masyarakat, yang mana dapat menyulitkan waria yang tinggal di perkampungan yang masyarakatnya mayoritas menyukai hidup yang tentram, maka segala sesuatu perilaku yang tidak baik dalam masyarakat akan menjadi omongan. Ketika dalam masyarakat pula harus mematuhi norma yang berlaku dalam masyarakat. oleh sebab itu pelanggan BO akan berhati-hati ketika melakukan suatu hal di tempat tinggal waria yang diperkampungan. Berdasarkan hasil temuan diatas, dalam interaksi dengan masyarakat, seorang waria lebih mengenal dirinya sendiri, apakah dirinya mampu untuk berkomunikasi secara baik atau tidak dengan masyarakat. Ketika seorang waria melakukan komunikasi interpersonal dengan sesama waria dan komunikasi interpersonal dengan masyarakat, maka dalam proses tersebut adanya proses pemaknaan sebuah simbol verbal (bahasa yang disepakati) dan simbol nonverbal seperti performa/penampilan, bahasa tubuh, dan lainnya. Dan berpikir sangat penting bagi seorang waria, karena melalui berpikir seorang waria dapat bertindak. Waria memaknai bahasa waria sebagai bahasa yang di fahami oleh semua kaum waria, oleh sebab itu ketika berkomunikasi dengan sesama waria dia

149 menggunakan bahasa waria. ngebom di maknai kaum waria sebagai bercanda. Seorang waria juga memahami jika ngebom yang dilakukan itu tidak serius waria lainnya juga memahmi hal tersebut. Memahami dirinya sebagai waria yang masih mudah, dia akan menghormati waria yang lebih tua dengan menyapa dengan sebutan mbok. Kaitannya dengan masyarakat (komunitas waria/kaum waria) sentuhan ketika bertemu dengan sesama waria memberi arti menjalin hubungan. Ketika menjalin hubungan dan berkomunikasi interpersonal dengan pasangannya. Uang dapat dimaknai seorang waria untuk mendapatkan seorang pasangan laki-laki. Waria memahami dirinya sebagai laki-laki dan dia menyukai seorang laki-laki. Untuk mendapatkan kasih sayang dari seorang laki-laki waria mau negekuarkan berapa pun uang untuk pasangannya. Waria memahami tidak ada orang laki-laki yang mau dengannya jika tidak ada maksud lain (uang). Ketika berkomunikasi dengan masyarakat seorang waria menggunakan bahasa Indonesia dan Jawa. Seorang waria mamahami jika masyarakat mamahami bahawa Indonesia dan jawa ketika berkomunikasi secara verbal. Bahasa Indonesia dan Jawa juga menjadi simbol yang sudah disepakati oleh masyarakat luas, semua dapat memaknai kata-kata bahasa indonesia dan Jawa. Hambatan dalam komunikasi merupakan suatu hal yang wajar, hambatan dalam komunikasi perbedaan watak dari masing-masing peserta komunikasi, jika tidak saling memahami konsep diri masing-masing individu maka komunikasi akan tidak lancar. Konsep diri ang terbuka dan tertutup juga misalnya mempengaruhi. Perilaku seorang waria ketika dimaknai orang lain

150 sebagai perilaku buruk maka juga dapat menghambat komunikasi. Perbedaan bahasa pada peserta komunikasi akan memicu konflik sebab melalui berfikir seorang waria ataupun lawan komunikasinya dapat memaknasi suatu hal. Melui proses berpikir seorang waria maupun masyarakat juga dapat memaknai suatu hal dengan memberi prasangka buruk. C. Konfirmasi Temuan dengan Kajian Ke-Islam Manusia mendefiniskan objek secara berbeda, bagaimana mereka bertindak terhadap objek tersebut. Waria dapat berarti sesuatu bagi orang islam dan dapat memiliki arti yang lain bagi orang yang memilih sebagai waria. Sehingga perbedaan antara individu dalam masyarakat menciptakan maknamakna yang berbeda untuk label waria. Waria dalam perspektif islam dapat dikatakan sebagai laknat dari Allah, bukan sebuah kodrat. Terdapa hadis yang membahas mengenai waria, sebagai berikut : Dari Ibnu Abbas Radhiallahu anhuma, beliau berkata: Artinya : Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang meyerupai laki-laki. (HR. Al-Bukhari no. 5885) 1 Dari Abu Hurairah Radhiallahu anhu dia berkata: 1 Ibnu Dzulkifli As-Samarindy, Waria (Banci) dalam syariat Islam dalam https://assamarindy.wordpress.com/2011/09/19/waria-dalam-syariat-islam/ pada 7 Februari 2017, 6:32

151 Artinya : Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian laki-laki. (HR. Abu Daud No. 4098) 2 Meskipun secara doktrin dalam Islam menjelaskan mengenai waria sebagai laknat, sebagai umat islam lainnya harus dapat memberikan sikap mengenai fenomena waria ini. Seperti halnya memberikan pengarahan terhadap seorang waria sehingga timbulah sebuah komunikasi dengan seorang waria atau keputusan sebagai waria dikembalikan lagi kepada seorang waria. Waria dapat dibagi menjadi dua hal. Sepertihalnya menjadi waria karena alasan pekerjaan, kedua menjadi waria karena psikologis dari diri. Jika dilihat dari sebab tersebut, seharusnya fenomena waria ini dapat dipecahkan. Waria dengan alasan tuntutan pekerjaan ini dapat diselesaikan dengan cara pemenuhan kebutuhan ekonomi misalnya, diberi uang atau modal untuk melakukan sebuah usaha. Diarahkan kepada pekerjaan yang layak dengannya sehingga tidak harus dholim terhadap kodrat yang sudah di tetapkan Allah sebelumnya yaitu laki-laki. Menjadi waria karena psikologi dari individu waria dapat diselesaikan dengan terapi yang dilakukan oleh alhi psikologi misalnya. Hal tersebut dapat dilakukan untuk menyadarkan seorang waria mengenai kodrat yang sesungguhnya yaitu laki-laki. Lingkungan sangat berperan penting dalam pembentukan identitas waria. Oleh sebab itu sebagai umat islam lainnya, harus dapat membantu seseorang yang memiliki ciri-ciri gangguan identitas gender sebagai waria ini. dalam realitas sosial yang ada manusia memberikan respon berbeda-beda mengenai 2 Ibnu Dzulkifli As-Samarindy, Waria (Banci) dalam syariat Islam dalam https://assamarindy.wordpress.com/2011/09/19/waria-dalam-syariat-islam/ pada 7 Februari 2017, 6:32

152 waria, Misalnya memperlakukan seorang waria dengan cara mendorongnya untuk lebih masuk dalam dunia waria. Hal tersebut dapat dilakukan manusia lainnya dengan cara memanggil waria dengan panggilan perempuan seperti nama perempuannya, mbak 3, atau yang lainnya dapat memberikan makna tersendiri bagi seorang waria untuk dapat bertahan menjadi waria. ataupun dengan cara yang tidak baik dengan mengolok-olok waria tersebut, menghakimi waria, dan memberikan respon yang baik mengenai perubahan seorang laki-laki ke perempuan itu. Sebagai umat Islam sebaiknya kita membantu waria untuk dapat menyadari dirinya sebagai waria melalui sebuah komunikasi. Dapat dilakukan dari orang yang dekat dengan waria seperti keluarga, teman dan tetangga. Untuk orang-orang laki-laki normal jangan memanfaatkan kelemahan seorang waria, yang hanya sebagai tumpuhan hidup misalnya. Walaupun begitu dalam islam tidak mengajarkan manusia untuk menyakiti orang lain. Meskipun dalam pandangan islam waria merupakan seseorang yang dilaknat oleh Allah, maka sebagai umat islam yang berpegang teguh dengan al kitab harus dapat memperhatikan potongan ayat surat al hujurot ayat 11 sebagai berikut : 3 Istilah masyarakat Rungkut Surabaya untuk menyapa seorang perempuan atau kakak perempuan.

153 Artinya : Hai orang-orang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yg diolok-olok) lebih baik daripada mereka (yg mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yg diolok-olok) lebih baik daripada wanita (yg mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim. (QS. Al Hujurat: 11) Ayat tersebut mengajarkan mengenai menghargai orang lain, meskipun waria merupakan seorang yang bersalah/ berdosa dalam ajaran islam, Allah tidak mengajarkan untuk tidak menghargai orang lain. Menghakimi waria menyakiti perasaan seorang waria juga dapat dilakukan oleh manusia lainnya dengan mudah. Mengolok seorang waria dengan sebutan banci, bencong atau lainnya hingga menimbulkan konflik dengan waria. Tanamkan niat untuk melakukan komunikasi dengan baik terhadap siapapun, dalam hal ini termasuk dengan waria. Gunakan komunikasi sebagai cara untuk merubah pikiran dan perilaku waria untuk kembali kepada kodrat yang sesungguhnya yaitu laki-laki.