Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

dokumen-dokumen yang mirip
SIKLUS HIDUP Drosophila melanogaster

ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA. MENGENAL LALAT BUAH Drosophila spp.

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

PENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH FISIOLOGI SERANGGA. DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH : Dr. RESTI RAHAYU

TINJAUAN PUSTAKA. Lalat buah dengan nama ilmiah Bractrocera spp. tergolong dalam ordo

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

II. TINJAUAN PUSTAKA

PETUNJUK PRAKTIKUM GENETIKA DASAR. Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.5. Metagenesis. Metamorfosis. Regenerasi

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

Petunjuk Praktikum BIC 124

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

Musca domestica ( Lalat rumah)

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Persiapan tanaman uji, tanaman G. pictum (kiri) dan tanaman A. gangetica (kanan)

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra ( Bombyx mori L. Ras Ulat Sutera

BAHAN DAN METODA. Ketinggian kebun Bah Birung Ulu berkisar m dpl pada bulan

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014):

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

TINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus Hidup dan Morfologi

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

BAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

PENGARUH KONDISI GELAP DAN MACAM STRAIN TERHADAP KEBERHASILAN KAWIN PADA PERSILANGAN Drosophila melanogaster STRAIN N, wb, dan tx LAPORAN PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian

ABSTRAK. RASIO PERBANDINGAN F 1 DAN F 2 PADA PERSILANGAN STARIN N x b, DAN STRAIN N x tx SERTA RESIPROKNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Telur P. castanae Hubner. Bentuk telur oval dan dapat menghasilkan telur sebanyak butir perbetina.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian merupakan penelitian

MEDIA BIAKAN ALAMI SEBAGAI REFERENSI PEMBELAJARAN PADA MATAKULIAH PERKEMBANGAN HEWAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAUR HIDUP HEWAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS IV SD. Disusun oleh: Taufik Ariyanto /

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil,

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan

3 MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Nyamuk Uji 3.3 Metode Penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PROSES METAMORFOSIS KUPU-KUPU. menetas. Proses ini melibatkan perubahan bentuk atau struktur

KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit didik.dosen.unimus.ac.id

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

STUDI PERISTIWA EPISTASIS RESESIF PADA PERSILANGAN Drosophila melanogaster STRAIN SEPIA (se) >< ROUGH (ro) DAN STRAIN VESTIGIAL (vg) >< DUMPHI (dp)

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TANAMAN

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.

TINJAUAN PUSTAKA. Capung

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Siklus Hidup B. tabaci Biotipe-B dan Non-B pada Tanaman Mentimun dan Cabai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA. bawah, biasanya pada pelepah daun ke Satu tumpukan telur terdiri dari

IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp)

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA (BI-2105) PENGENALAN MUTAN. Tanggal praktikum : 12 September 2014 Tangga pengumpulan : 19 September 2014

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Aedes sp. ,

nyamuk bio.unsoed.ac.id

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

I. Praktikum ke : 1 (satu) II. Hari / tanggal : Selasa/ 1 Maret 2016 III. Judul Praktikum : Siklus Hidup Drosophila melanogaster IV. Tujuan Praktikum : Mengamati siklus hidup drosophila melanogaster Mengamati struktur morfologi drosophila melanogaster Mengamati perbedaan drosophila jantan dan betina V. Landasan Teori : Drosophila melanogaster merupakan salah satu hewan yang sering digunakan sebagai model percobaan genetika sejak tahun 1910an. Drosophila melanogaster berasal dari filum Arthropoda, kelas Insekta, dan Ordo Diptera. Spesies ini di Indonesia dikenal sebagai lalat buah yaitu jenis lalat yang dapat ditemui di sekitar buah-buahan yang mulai membusuk. Jenis Drosophila melanogaster yang terdapat di Indonesia kira-kira ada 600 jenis dan di Pulau Jawa terdapat 120 jenis yang berasal dari class Dhrosopilidae. Drosophila melanogaster yang sering ditemukan di Indonesia dan Asia adalah Drosophila melanogaster ananasae, kikawai, malerkotliana, repleta, hypocausta, dan imigran. Berikut merupakan klasifikasi dari Drosophila (Borror, 1992): Gambar 1. Drosophila melanogaster Kingdom Animalia Filum Class Ordo Family Genus Arthropoda Insecta Diptera Drosophilidae Drosophila Tabel 1. Klasifikasi Drosophila Ciri umum dari Drosophila melanogaster, antara lain : 1. Memiliki mata majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwarna merah. 2. Memiliki warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang.

3. Berukuran kecil antara 3-5 mm (jantan dan betina memiliki ukuran yang berbeda). 4. Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptus dekat dengan tubuhnya. 5. Sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan. Untuk dapat membedakan Drosophila jantan dengan betina berikut karakteristik pembeda antara Drosophila jantan dan betina: Karakteristik Betina Jantan Ukuran tubuh Lebih besar Lebih kecil Ukuran sayap Lebih panjang Lebih pendek Abdomen Ujung abdomen Ujung abdomen meruncing dan menumpul dengan warnanya sama warna lebih hitam Sex-comb Tidak ada Ada pada kaki pertama Gambar Gambar 2. Drosophila jantan dan betina Tabel 2. Perbedaan Drosophila jantan dan betina Lalat buah (Drosophila melanogaster) baru akan kawin setelah berumur 8 jam. Dengan demikian, hewan betina sudah dapat bertelur keesokan harinya. Seekor Drosophila melanogaster betina sanggup menghasilkan sekitar 50-75 butir telur sehari atau sekitar 400-500 telur dalam 10 hari. Telur tersebut berwarna putih susu, berbentuk bulat panjang berukuran sekitar 0,5 mm2.

Gambar 3. Proses perkawinan Drosophila Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari telur larva instar I larva instar II larva instar III pupa imago. Fase perkembangan dari telur Drosophila melanogaster dapat dilihat lebih jelas pada gambar di bawah ini. Gambar 4. Metamorfosis pada Drosophila Perkembangan dimulai segera setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua periode.

Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi sampai pada saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam. Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk makan. Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago (fase seksual dengan perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa. Telur Drosophila berbentuk benda kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua setelah menjadi lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu sampai betina meletakkan 50-75 telur perhari dan mungkin maksimum 400-500 buah dalam 10 hari. (Silvia, 2003). Telur Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis yang mengelilingi sitoplasma dan suatu selaput tipis tapi kuat (Khorion) di bagian luar dan di anteriornya terdapat dua tangkai.tipis. Korion mempunyai kulit bagian luar yang keras dari telur tersebut. Larva Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing, dan menggali dengan mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan pada trakea, terdapat sepasang spirakel yang keduanya berada pada ujung anterior dan posterior. Saat kutikula tidak lunak lagi, larva muda secara periodik berganti kulit untuk mencapai ukuran dewasa. Kutikula lama dibuang dan integumen baru diperluas dengan kecepatan makan yang tinggi. Selama periode pergantian kulit, larva disebut instar. Instar pertama adalah larva sesudah menetas sampai pergantian kulit pertama. Dan indikasi instar adalah ukuran larva dan jumlah gigi pada mulut hitamnya. Sesudah pergantian kulit yang kedua, larva (instar ketiga) makan hingga siap untuk membentuk pupa. Pada tahap terakhir, larva instar ketiga merayap ke atas permukaan medium makanan ke tempat yang kering dan berhenti bergerak. Dan jika dapat diringkas, pada Drosophila, destruksi sel-sel larva terjadi pada prose pergantian kulit (molting) yang berlangsung empat kali dengan tiga stadia instar : dari larva instar 1 ke instar II, dari larva instar II ke instar III, dari instar III ke pupa, dan dari pupa ke imago. Selama makan, larva membuat saluran-saluran di dalam medium, dan jika terdapat banyak saluran maka pertumbuhan biakan dapat dikatakan berlangsung baik. Larva yang dewasa biasanya merayap naik pada dinding botol atau pada kertas tissue dalam botol. Dan disini larva akan melekatkan diri pada tempat kering dengan cairan seperti lem yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan kemudian membentuk pupa.

Saat larva Drosophila membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek, kutikula menjadi keras dan berpigmen, tanpa kepala dan sayap disebut larva instar 4. Formasi pupa ditandai dengan pembentukan kepala, bantalan sayap, dan kaki. Puparium (bentuk terluar pupa) menggunakan kutikula pada instar ketiga. Pada stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif, dan dalam keadaan ini, larva berganti menjadi lalat dewasa. VI. Alat dan Bahan : Alat Bahan Botol kaca bening Busa Kertas saring Pipet Plastik Blender Cawan petri kecil Kapas Mikroskop stereo Lalat buah (Drosophila melanogaster) Tape dan pisang ambon Klorofom VII. Langkah Kerja : A. Membuat Medium 1. Haluskan pisang ambon dan tape dengan perbandingan 6:1 menggunakan blender, sampai pisang dan tape tersebut benar benar halus dan homogen 2. Setelah halus dan homogen, masukkan campuran pisang ambon dan tape sebagai medium ke dalam botol kaca bening yang telah disiapkan kira kira 2 3 cm dari dasar botol 3. Masukkan kertas saring yang telah dilipat sedemikian rupa ke dalam botol yang telah berisi medium 4. Semprot salah satu sisi busa dengan alkohol, lalu sumbatkan busa tersebut pada mulut botol, agar medium tidak terkontaminasi pastikan busa tersebut tertutup rapat pada mulut botol 5. Lalu simpan botol yang telah berisi medium tesebut di tempat yang kurang pencahayaannya B. Menangkap Lalat (Drosophila melanogaster) 1. Siapkan buah yang hampir membusuk 2. Letakkan buah tersebut di tempat yang terdedah, untuk memancing lalat buah datang 3. Diamkan buah tersebut sampai beberapa jam hingga lalat-lalat buah berdatangan hinggap di buah tersebut 4. Setelah lalat datang, tangkap lalat-lalat tersebut secara cepat menggunakan plastik transparan yang cukup besar

5. Lalat-lalat tersebut akan masuk ke dalam plastik tersebut 6. Lalu ambil lalat-lalat tersebut satu per satu menggunakan pipet 7. Setelah lalat berhasil masuk ke dalam lubang pipet, masukkan lalat tersebut secara hati- hati ke botol kaca bening yang telah berisi medium dan disumbat busa 8. Selanjutnya lakukan hal yang sama seperti langkah 7 dan 8 sampai berhasil memindahkan 10 ekor lalat ke dalam botol 9. Setelah lalat-lalat dimasukkan ke dalam botol, letakkan kembali botol tersebut ke tempat yang minim cahaya tunggu hingga beberapa hari dan amati siklus hidupnya sampai dihasilkan keturunan pertama 10. Apabila sudah terlihat adanya telur-telur lalat pada permukaan botol, maka induk lalat harus segera dilepaskan dari botol. C. Membius lalat Membius lalat dilakukan setelah didapatkan lalat-lalat keturunan pertama, berikut cara membiusnya. 1. Buka sumbat busa pada botol, lalu sungkup mulut botol dengan plastik transparan berukuran cukup besar 2. Tunggu hingga semua lalat dalam botol bergerak ke atas meninggalkan botol 3. Setelah semuanya bergerak keatas dan masuk ke dalam plastik, masukkan klorofom menggunakan kapas 4. Tunggu hingga semua lalat berjatuhan 5. Setelah lalat berjatuhan karena terbius, pindahkan lalat-lalat tersebut ke cawan petri berukuran kecil 6. Lalu hitung jumlah lalat keturunan pertama yang dihasilkan 7. Amati lalat-lalat tersebut menggunakan mikroskop stereo 8. Bedakan morfologi lalat jantan dan lalat betina. VIII. Hasil Pengamatan : Tabel 3. Pengamatan siklus hidup lalat buah hingga keturuanan pertama (F1) Hari / tanggal Fase Gambar Keterangan Selasa Pembuatan 1 Maret 2016 medium

Rabu 2 Maret 2016 Menangkap lalat Lalat yang ditangkap sebanyak 10 ekor Kamis 3 Maret 2016 Telur Terlihat bintik berwarna putih di permukaan botol dan di kertas saring, diduga bahwa bintik berwarna putih ini merupakan telur lalat. Telur yang dihitung lebih kurang 64 telur Hari / tanggal Fase Gambar Keterangan

Senin 7 Maret 2016 Larva instar 2 Pada fase ini larva berbentuk menyerupai ulat Selasa 8 Maret 2016 Larva instar 3 Ukuran larva membesar dibandingkan dengan larva instar 2 Rabu 9 Maret 2016 Pupa Pupa yang dihasilkan semakin sedikit

Hari / tanggal Fase Gambar Keterangan Kamis 10 Maret 2016 F1 drosophila F1 yang dihasilkan sebanyak 12 ekor. Setelah diamati menggunakan mikroskop, terdapat 2 ekor lalat jantan dan sisanya lalat betina. Lalat-lalat ini diamati morfologinya pada 11 Maret 2016 Jumat 11 Maret 2016 F1 drosophila Bentuk morfologi lalat buah setelah di amati menggunakan mikroskop stereo. Lalat betina Lalat jantan

Tabel 4. Pengamatan siklus hidup drosophila dari fase F1 sampai F2 Hari / tanggal Fase Gambar Keterangan Sabtu 12 Maret 2016 F1 drosophila Lalat tidak hidup kembali setelah dibius. Keesekon harinya (12 Maret) menetas lagi 6 ekor lalat. Mungkin lalat ini berasal dari sisasisa telur yang kemarin. Minggu 13 Maret 2016 F1 drosophila Lalat bertambah menjadi 12 ekor, dan nampak bintikbintik putih pada dinding botol Selasa 15 Maret 2016 Telur Telur semakin bertambah banyak, dapat dilihat pada dinding botol. Lalu induk yang berasal dari hasil F1 ini dilepaskan.

Kamis 17 Maret 2016 Pupa Pupa menempel pada kertas saring dan dinding botol, jumlahnya cukup banyak. Hari / tanggal Fase Gambar Keterangan Minggu 20 Maret 2016 F2 drosophila F2 yang dihasilkan sebanyak lebih kurang 36 ekor dan jumlahnya semakin bertambah dari hari ke hari Kamis 24 Maret 2016 Drosophila mati Lalat kemudian mati sedikit demi sedikit akibat medium sudah terlalu lama dan tidak bagus lagi, morfologi lalat F2 tidak sempat diamati dengan mikroskop Pengamatan Morfologi Lalat Buah (Drosophila Melanogaster)

Toraks Mata Kaki depan Sayap Abdomen Kaki belakang Gambar 5. Morfologi lalat buah (Drosophila Melanogaster) Jantan Betina Lubang anal Lubang anal Gambar 6. Lalat buah jantan dan betina Mata berwarna merah Gambar 7. Mata lalat buah

Sex comb (sisir kelamin) Gambar 8. Sex comb pada Drosophila jantan IX. Pembahasan : Pada tanggal 1 Maret 2016 praktikum mengamati siklus hidup drosophila dimulai. Praktikum ini diawali dengan pembuatan medium. Medium yang kami gunakan yaitu medium yang terbuat dari campuran pisang ambon dan tape dengan jumlah perbandingan 6:1 yang dihaluskan mengunakan blender. Setelah medium selesai dibuat dan dimasukkan ke dalam botol kaca bening, botol yang telah berisi medium disimpan pada ruangan dengan suhu dan cahaya yang cukup. Keesokan harinya (2 Maret 2016), praktikan menangkap lalat menggunakan pipet dan plastik, lalat yang ditangkap dan berhasil dimasukkan sebanyak 10 ekor lalat tanpa diketahui kelaminnya. Pada 3 Maret 2016 sudah terlihat bintik putih pada sekitar dinding botol kaca, bintik putih ini merupakan telur dari parental lalat buah. Ketika praktikan menghitungnya, telur yang ada sekitar 64 buah. Pada 7 maret, telur tadi sudah berkembang menjadi larva instar 2. Larva ini berbentuk menyerupai ulat. Selanjutnya larva terus berkembang menjadi larva instar 3 yang ukurannya sedikit lebih besar dari larva instar 2. Selanjutnya pada 9 Maret 2016, larva sudah berkembang menjadi pupa dengan jumlah yang cukup banyak. Pupa-pupa ini menempel pada dinding botol dan pada permukaan kertas saring. Lalu, pada 10 Maret 2016, pupa telah berubah menjadi imago yaitu berupa lalat buah keturunan pertama (F1). Pada praktikum yang sayan lakukan ini, fase larva instrar 1 dan fase prepupa tidak teramati, mengingat begitu cepatnya perkembangan siklus hidup Drosophila melanogaster ini.

Pada 11 Maret 2016, praktikan membius lalat F1 tersebut menggunakan klorofom untuk menghitung jumlah keturunan pertama, mengamati bentuk morfologi dan membedakan lalat jantan dan betina. Setelah dihitung F1 yang dihasilkan yaitu sebanyak 12 ekor, diamati morfologinya lalu diketahui bahwa ada 2 ekor lalat jantan dan 10 ekor lalat betina yang dihasilkan dari keturunan pertama ini. Setelah lalat-lalat ini selesai diamati, lalat tersebut lalu dimasukkan kembali ke dalam botol dalam keadaan pingsan. Namun setelah beberapa jam lalat-lalat tadi tidak hidup kembali. Akan tetapi keesekon harinya muncul 6 ekor lalat yang di duga baru menetas akibat adanya sisa-sisa telur yang masih menempel pada dinding tabung. Lalu jumlah lalat ini pun bertambah keesokan harinya menjadi 12 ekor. Pada 15 Maret 2016 lalat-lalat dari F1 ini sudah bertelur akibat melakukan perkawinan sesamanya secara bebas, hal ini dapat dilihat dengan adanya bintik putih yang cukup banyak di sekitar dinding botol. Setelah 2 hari kemudian, mulai terlihat pupa pada bagian kertas saring dan dinding botol. Pada hasil perkawinan F1 ini hanya sedikit sekali fase yang teramati, fase larva instar 1, larva instar 2 dan larva instar 3 tidak teramati. Pada 20 Maret 2016, F2 lalat sudah muncul dengan jumlah ynag cukup banyak yaitu lebih kurang 36 ekor dan jumlahnya semakin bertambah dari hari ke hari. Praktikan mengamatinya hingga tanggal 24, pada hari itu lalat-lalat mulai berjatuhan karena mati. Hal ini diakibatkan karena medium di dalam botol sudah terlalu lama dipakai dan tidak layak lagi digunakan. Sehingga hasil F2 tidak diamati menggunakan mikroskop karena semua lalat sudah mati. X. Kesimpulan : Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari telur larva instar I larva instar II larva instar III pupa imago. Namun tidak semua fase teramati pada praktikum ini mengingat cepatnya perkembangan siklus hidup drosophila. Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah F1 sebanyak 12 ekor terdiri dari 2 jantan dan 10 betina. Namun keesokan harinya F1 bertambah hal ini disebabkan karena ada sisa-sisa telur yang belum berkembang. Ciri yang paling menonjol untul membedakan lalat jantan dan lalat betina yaitu lalat jantan ukurannya lebih besar daripada lalat betina. Jumlah F2 lebih banyak daripada F1 yaitu sebanyak 36 ekor, namun lalat-lalat tersebut mati sebelum diamati menggunakan mikroskop. Pengamatan dilakukan lebih dari 3 minggu yaitu selama 24 hari. XI. Daftar Pustaka :

Adriana, dkk.. 2010. Laporan Praktikum Siklus Hidup Lalat Buah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Anonim. 2016. Drosophila melanogaster. https://id.wikipedia.org. Diakses pada 15 Maret 2016. Hadada, Abdul Wahab. 2009. Pengamatan Siklus Hidup Drosophila melanogaster. http://id.dokumen.tips. Diakses pada 24 April 2015.