BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1 : Gambaran Umum Perpustakaan UNIMED 1. Sejarah Singkat UPT. Perpustakaan UNIMED Perpustakaan IKIP Medan pada mulanya adalah Perpustakaan

PEDOMAN WAWANCARA PUSTAKAWAN BIDANG DUKUNGAN TEKNIS PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. : Pustakawan Bidang Dukungan Teknis Perpustakaan USU

BAB III METODE PENELITIAN. Pengemis, Pengamen dan Gelandangan di Kota Madiun ini, jenis penelitian

PELAYANAN PENGGUNA PADA PERPUSTAKAAN POLITEKNIK NEGERI MEDAN

ANALISIS SISTEM KEAMANAN DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENCURIAN KOLEKSI BUKU (STUDI KASUS PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN) SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian itu sendiri. Penelitian terkait judi online pada kalangan

BAB IV GAMBARAN UMUM UPT PERPUSTAKAAN POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

KAJIAN PERENCANAAN DAN DESAIN UPT PERPUSTAKAAN UNDIP. Oleh : Sugeng Priyanto

METODE PENELITIAN. untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya

DAFTAR ISI. KATAPENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN...1 BAB IIKEANGGOTAAN... 2 BAB IIIHAK DAN KEWAJIBAN... 3 BAB IVPELAYANAN...

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat membantu komunikasi dari top manajemen hingga ke bagian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Fenomena Kehidupan Anak Pekerja Ojek Payung di

PELAYANAN SIRKULASI DI PERPUSTAKAAN IPB. Oleh: Ir. Rita Komalasari

METODE PENELITIAN. lazim dipakai dalam penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenoligis.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis penelitian

LAMPIRAN 1 PEDOMAN WAWANCARA. Informan Pertama

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI TEMPAT MAGANG. Awal berdirinya Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Kusuma

BAB III METODE PENELITIAN. tenaga kerja wanita (TKW) ini dilaksanakan di desa Citembong,

Perpustakaan Universitas Bina Nusantara (Ubinus)

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian ini menurut Bugdon dan

BAB III METODE PENELITIAN

PERATURAN DAN TATA TERTIB PERPUSTAKAAN

BAB III METODE PENELITIAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS MEDAN AREA

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM UPT PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM BATIK SURAKARTA

BAB II GAMBARAN UMUM

BAGIAN XI SOP PERPUSTAKAAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Cresswell (2012: 4) penelitian kualitatif merupakan metode -metode yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertipe deskriptif dengan pendekatan

III. METODE PENELITIAN. prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan keadaan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Kuesioner Penelitian. Identitas Responden

BAB III METODE PENELITIAN. (2008:24) penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bermaksud membuat

BAB III METODE PENELITIAN. berupaya menggambarkan suatu fenomena atau kejadian dengan apa adanya

III. METODE PENELITIAN. ini bermaksud untuk menggambarkan dan menganalisis secara mendalam atas

BUKU SAKU DIGITAL LIBRARY UNIVERSITAS NEGERI MEDAN UPT PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

BAB III PELAKSANAAN MAGANG. dalam melakukan kegiatan di perpustakaan WIB WIB

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

Nomor Induk Mahasiswa :. Jenis Kelamin :.

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian tersebut karena ingin meneliti tentang peran sistem

BAB III METODE PENELITIAN. ini digunakan karena adanya realitas sosial mengenai perempuan yang menderita

BAB III METODE PENELITIAN. Pemuda Hijau Indonesia) regional Yogyakarta ini menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta I merupakan salah satu unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan yang menyelengarakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mendalam tentang manfaat dari barcode itu sendiri. Perpustakaan Provinsi Sumatera Selatan, dimana

Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. penegasan identitas diri di kalangan siswa SMA dilakukan di Daerah Istimewa

III. METODE PENELITIAN. data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

SELAMAT DATANG ORIENTASI PERPUSTAKAAN UPT PERPUSTAKAAN ITB UPT Perpustakaan / editor, Yoka Adam Nugrahaa, S.Sos. dan Ena Sukmana, S.Sos.

III. METODE PENELITIAN. untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian

BAB IV PEMBAHASAN. merupakan layanan yang sangat penting dengan layanan-layanan yang ada di

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Nama dan Sejarah Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kamera CCTV (Closed Circuit Television). Perangkat CCTV dapat

Pendapat lain menurut Sugiyono (2010, hlm. 50) bahwa:

PENGENALAN PERPUSTAKAAN MAHASISWA BARU TAHUN 2015

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Gisting yang terletak di Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. individual maupun kelompok (Sukmadinata: 2011: 60).

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang diterapkan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. 1. Ekonomi Santri melalui Kepemimpinan Transformasional Kiai, maka

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

angka statistik, melainkan dalam bentuk kualitatif.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB III METODE PENELITIAN. Bandarlampung sebagai tempat penelitian ini karena sekolah ini merupakan salah

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Arifin (2011: 140) Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN IKIP PGRI SEMARANG. A. Sejarah Perpustakaan IKIP PGRI Semarang

PEMERINTAH KOTA MALANG KANTOR PERPUSTAKAAN UMUM DAN ARSIP KOTA MALANG

III. METODE PENELITIAN. ilmiah. Selain memaparkan garis-garis yang cermat, juga akan menentukan

BAB III METODE PENELITIAN. Pacitan. Pemilihan lokasi penelitian ini karena SMAN 1 Ngadirojo. berbagai prestasi yang diraih oleh siswa dan guru.

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Melihat perkembangan informasi yang semakin

III. METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan tipe

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini rancangan yang digunakan adalah Metodologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di tiga buah sekolah menengah pertama

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan metode kualitatif. Penelitian deskriptif (descriptive research)

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan metode kualitatif

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdapat suatu organisasi yang menyediakan layanan-layanan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengembangkan atau memvaliditasi produk-produk yang digunakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Magelang. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena di Dusun

BAB II DESKRIPSI TEMPAT MAGANG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan tipe penelitian dengan pendekatan kualitatif dengan

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum UPT Perpustakaan Universitas Negeri Medan berdiri seiring dengan berdirinya Institusi induk yaitu IKIP Medan. Pada awalnya merupakan perpustakaan Fakultas FKIP USU.Pada September 2013 UPT Perpustakaan Universitas Negeri Medan pindah ke gedung baru Gedung Digital Library Universitas Negeri Medan dengan luas 13.585 m2. Pada hari Sabtu, 14 Desember 2013 Gedung Digital Library Universitas Negeri Medan yang dipimpin oleh Dra.Ratnawati Dora, SIP diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Prof. Dr. Ir. KH. Muhammad Nuh, DEA didampingi Rektor Unimed Prof. Dr. Ibnu Hajar MSi. Gedung Digital Library Unimed terdiri dari 5 lantai dengan fasilitas yang lebih baik. Adapun fasilitas Gedung baru Digital Library Universitas Negeri Medan yaitu; Lantai 1 terdiri dari: Locker Room, Discussiom Room, Book Shop, Ruang Baca, Peminjaman, Pengembalian, Koleksi Pinjam Singkat, Kolesi Referensi, Terbitan Berseri (Jurnal, Majalah, Koran), Informasi, Mushola. Lantai 2 terdiri dari: Ruang Kepala Tata Usaha, Koleksi Standard, Discussion Room. Lantai 3 terdiri dari: Ruang Koleksi Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi, Laporan Penelitian), Pelayanan Teknis, Automasi Perpustakaan. Lantai 4 terdiri dari: Ruang Sidang, Ruang Seminar, Ruang Internet. Lantai 5 terdiri dari : Multimedia, (Home Theatre 3D, Audio Visual ), dan Kubikus. 46

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Peneliti memilih Perpustakaan Universitas Negeri Medan sebagai objek penelitian karena Perpustakaan Universitas Negeri Medan memiliki perangkat keamanan yang lengkap. Lokasi penelitian berada di kampus Universitas Negeri Medan, Jl. Willem Iskandar, Pasar V Medan Estate, Kode Pos 20221. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 2 Mei 2016-9 mei 2016. 3.3. Pendekatan dan Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas social, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Menurut Syaifuddin (2004 : 5) Pendekatan kualitatif lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati. 3.4.Data dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan penulis, seperti sikap dan pemahaman dari petugas Perpustakaan UNIMED yang berkompeten tentang keamanan koleksi. 2. Data sekunder, yaitu data yang mendukung data primer dan diperoleh melalui studi kepustakaan seperti: buku, jurnal, dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian. 47

3.5. Prosedur Pengumpulan Data Teknik yang digunakan peneliti dalam mengumpulan data peneliti ini adalah: 1. Wawancara Metode wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data atau keterangan lisan dari seseorang yang disebut informan melalui suatu percakapan yang sistematis dan terorganisasi.menurut Cholid dan Abu (1997 : 83) wawancara yaitu proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan. Beberapa petugas perpustakaan yang berkompeten dalam bidang keamanan koleksi dipilih kemudian dilakukan wawancara mendalam dengan bentuk kurang terstruktur. Petugas yang berkompeten tentang keamanan koleksi di Perpustakaan UNIMED akan diwawancarai mengenai bagaimana perencanaan dan penerapan sistem keamanan di Perpustakaan UNIMED. Untuk memudahkan pelaksanaan wawancara penulis menyusun Pedoman wawancara, agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman wawancara terdiri dari daftar pertanyaan yang disusun berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Kemudian wawancara dilakukan berdasarkan pedoman wawancara yang telah di lampirkan oleh penulis. 2. Observasi Teknik lain pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi. Menurut Cholid dan Abu (1997 : 70) observasi adalah alat pengumpulan data yang 48

dilakukan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang di selidiki. Saat melakukan pengamatan peneliti akan mengungkapkan secara menyeluruh apa yang dilihat, dialami, dan dirasakan langsung oleh peneliti. Proses pelaksanaan pengumpulan data observasi dalam penelitian ini termasuk pada observation non participant, dalam observasi ini peneliti terpisah dari kegiatan yang diobservasi. Peneliti hanya mengamati dan mencatat apa saja yang berkaitan tentang penerapan sistem keamanan koleksi. Kegiatan observasi dilakukan setelah peneliti melakukan wawancara, Peneliti akan mengamati kesesuaian informasi yang ada di lapangan dengan data yang diberikan oleh informan. Tujuannya adalah melihat apakah informasi yang sudah diberikan oleh informan itu benar atau tidak. 3. Studi Dokumentasi Selain wawancara dan observasi teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi. Peneliti melakukan suatu kegiatan pengumpulan berbagai informasi dan data dari beberapa dokumen yang berhubungan, guna menunjang kelengkapan data yang dibutuhkan yaitu melalui buku, majalah, jurnal, hasil seminar dan artikel, baik yang tersedia dalam media on-line (internet) maupun yang ada dalam perpustakaan. Studi dokumentasi ini dilakukan agar mengetahui setiap permasalahan yang dihadapi dan setelah itu dibandingkan keadaan yang diteliti atau survei di lokasi atau tempat peristiwa terjadi yaitu Perpustakaan UNIMED. 3.6. Mengidentifikasi Informan Dalam penelitian ini yang dimaksud informan adalah orang yang dianggap mengetahui dengan baik terhadap masalah yang diteliti dan bersedia untuk memberikan informasi kepada peneliti. Pemilihan informan yang peneliti lakukan 49

adalah dengan melakukan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2014 : 53-54). Dalam penelitian ini, informan yang dipilih yaitu pimpinan dan petugas yang berkompeten dan mengetahui tentang perangkat keamanan koleksi di Perpustakaan UNIMED. Tabel 3.1 Identifikasi Informan NO KODE JABATAN 1 Informan 1 Staff Tata Usaha 2 Informan 2 Koordinator UnitAutomasi 3 Informan 3 Staff Unit Automasi 4 Informan 4 Koordinator Pelayanan Teknis 5 Informan 5 Koordinator Pelayanan Pengguna 6 Informan 6 Staff Pelayanan Sirkulasi 3.7. Analisis Data Analisis data adalah proses mengolah, memisahkan, mengelompokkan dan memadukan sejumlah data yang dikumpulkan dilapangan secara empiris menjadi sebuah kumpulan informasi ilmiah yang terstruktur dan sistematis. Proses analisis data dimulai dengan menelaah dan memahami seluruh data yang di terima dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan, yang sudah ditulis dalam catatan lapangan atau dari tempat kejadian/peristiwa, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar foto, dan karya ilmiah. Dari proses tersebut setelah dipahami maka terbentuk suatu kesimpulan. 50

Menurut Sugiyono (2014 : 91) analisis data dalam penelitian kualitatif terdiri dari beberapa alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data, verifikasi data dan penarikan kesimpulan. 1. Reduksi data Reduksi data dapat diartikan sebagai merangkum, memilih hal-hal pokok, kompleks, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Pada reduksi data penulis melakukan pengelompokan hasil wawancara sesuai dengan kategori yang telah penulis tentukan pada pedoman wawancara yang membahas tentang sistem keamanan pada Perpustakaan UNIMED yang meliputi 1) Pencurian Koleksi2) Keamanan fisik Perpustakaan 3) Penggunaan Teknologi Keamanan 4)Kebijakan, Prosedur dan Rencana Keamanan. 2. Penyajian Data Penyajian data yang akan digunakan dalam penelitian ini berbentuk teks naratif. Untuk mempermudah pemahaman terhadap informasi yang besar jumlahnya, maka dalam penyajian data akan dilakukan penyederhanaan informasi yang kompleks ke dalam satuan bentuk yang disederhanakan dan selektif. Penulis melakukan penyajian data dengan bentuk teks naratif yang terdapat pada BAB IV hasil dan pembahasan dari penelitian. 3. Verifikasi Data dan Penarikan Kesimpulan Tahap selanjutnya setelah reduksi data dan penyajian data, maka dilakukan verifikasi dari kegiatan sebelumnya dan dilanjutkan 51

kepenarikan kesimpulan. Pada tahap ini peneliti akan melakukan proses interpretasi data-data yang telah dikumpulkan dengan metode wawancara dan dokumentasi sambil terus menerus melakukan pencocokan terhadap kesimpulan yang akan dibuat. Dari pendapat diatas dapat di ketahui bahwa teknik yang dilakukan untuk menganalisis data dapat dilakukan dengan empat langkah, yaitu pengumpulan data, reduksi data, display data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. 3.8. Keabsahan Data Keabsahan data dalam penelitian ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi. Menurut Moleong (2007, 330) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi dilakukan berdasarkan wawancara dengan informan. Teknik pengumpulan data juga dilakukan untuk melengkapi data primer dan data sekunder. Adapun teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Triangulasi Data Menggunakan berbagai sumber data seperti hasil wawancara dan hasil dokumentasi. Penulis mewawancarai petugas Perpustakaan UNIMED. Penulis juga melakukan kegiatan pengumpulan berbagai informasi dandata dari beberapa dokumen Perpustakaan UNIMED yang berhubungan dengan sistem keamanan dan sumber lain melalui buku, majalah,jurnal, hasilseminar maupun artikel. 52

2. Triangulasi Teori Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori telah dijelaskan pada Bab II untuk dipergunakan pada pembahasan penelitian dan menguji terkumpulnya data tersebut serta diperkuat dengan artikel jurnal,buku yangmembahas tetang Sistem Keamanan Koleksi. 3. Triangulasi Metode Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara metode observasi, serta metode dokumentasi. Metode yang dapat digunakan pada penelitian ini adalah wawancara ke sumber penelitian dan observasi. Peneliti melakukan analisa dari hasil wawancara dan hasil observasi yang dilakukan langsung oleh peneliti terhadap petugas Perpustakaan UNIMED. Metode triangulasi merupakan salah satu metode yang paling umum di pakai dalam uji validitas penelitian kualitatif, triangulasi dilakukan berdasarkan wawancara dengan informan, studi dokumentasi oleh peneliti dalam mengamati kejadian fakta yang terdapat dilapangan, dan observasi. Observasi yang dilakukan ada dua jenis, yaitu observasi langsung dan observasi tidak langsung. Observasi tidak langsung ini dimaksudkan dalam bentuk pengamatan atas beberapa kelakuan dan kejadian yang kemudian dari hasil pengamatan tersebut diambil benang merah yang menghubungkan masalah yang ada di Perpustakaan UNIMED. 53

4.1. Karakteristik Informan BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN Informan dalam penelitian ini adalah Kepala perpustakaan dan petugas yang berkompeten dan mengetahui tentang perangkat keamanan koleksi di Perpustakaan UNIMED. Peneliti melakukan wawancara dengan 6 informan, dimana wawancara dilakukan dengan pendekatan dan perkenalan terlebih dahulu. Setelah melakukan perkenalan terlebih dahulu barulah kemudian diminta waktunya untuk bersedia diwawancarai. Adapun karakteristik dari para informan tersebut adalah sebagai berikut: Table 4.1 Karakteristik informan Kode Sumber Jabatan Lokasi Waktu I1 Informan 1 Staff Tata Usaha Perpustakaan UNIMED I2 Informan 2 Koordinator Unit Perpustakaan Automasi UNIMED I3 Informan 3 Staff Unit Automasi Perpustakaan UNIMED I4 Informan 4 Koordinator Perpustakaan Pelayanan Teknis UNIMED I5 Informan 5 Koordinator Perpustakaan Pelayanan Pemustaka UNIMED I6 Informan 6 Staff Pelayanan Perpustakaan Sirkulasi UNIMED 09 Mei 2016 09 Mei 2016 09 Mei 2016 09 Mei 2016 09 Mei 2016 13 Mei 2016 54

Wawancara dilakukan berdasarkan pada pedoman wawancara. Topik yang akan ditanyakan kepada informan1 adalah mengenai peraturan, kebijakan dan prosedur yang dilakukan pengguna dari awal masuk, melakukan peminjaman sampai keluar perpustakaan. Informan 2 dan 3 berada di bagian yang sama maka topik yang dibahas juga sama, yaitu mengenai penggunaan teknologi keamanan dalam mengamankan koleksi perpustakaan yang terdiri dari RFID, CCTV, tattle tape dan security gate. Berdasarkan rujukan dari informan 2, topik yang ditanyakan kepada informan 4 mengenai RFID dan tattle tape. Untuk informan 5 dan I6 karena bekerja di bagian yang sama topik yang ditanyakan juga sama yaitu mengenai pencurian koleksi buku di perpustakaan, sanksi yang diberikan terhadap pelaku, perangkat keamanan yang digunakan serta kebijakan, peraturan dan prosedur dalam mengamankan koleksi perpustakaan. Suasana wawancara berlangsung alamiah, apa adanya, dan tidak diatur sedemikian rupa untuk tujuan tertentu, begitu juga dengan bahasa yang digunakan adalah bahasa informal. Isi wawancara berkembang sesuai dengan jawaban yang diberikan informan. 4.2. Kategori Berdasarkan hasil wawancara, peneliti menyusun kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman. Dengan pedoman tersebut, peneliti membaca kembali transkrip wawancara lalu memilih data yang relevan dengan judul penelitian sehingga menghasilkan beberapa kategori. Dari transkrip wawancara ada 4 kategori, adapun 4 kategori tersebut adalah: 55

4.2.1 Pencurian Koleksi Buku Tindakan pencurian koleksi pernah terjadi di semua perpustakaan tidak terkecuali Perpustakaan UNIMED. Untuk melayankan koleksi yang ada Perpustakaan UNIMED menerapkan sistem layanan terbuka yang mengizinkan pengguna untuk memilih dan mengambil sendiri koleksi yang diinginkan dari rak. Hal demikian yang menyebabkan besarnya kemungkinan terjadi pencurian terhadap koleksi buku oleh pengguna. Untuk mengetahui pencurian koleksi buku di Perpustakaan UNIMED maka peneliti mewawancarai informan 5 dan 6. Pertanyaan : Apakah pernah terjadi pencurian koleksi buku di Perpustakaan UNIMED? Berikut jawaban informan 5 dan 6 mengenai pertanyaan di atas : I5 : Selama saya bekerja disini pencurian koleksi buku secara utuh, belum pernah saya saksikan, dan menangkap secara langsung. tetapi jika pencurian koleksi perpustakaan perhalaman itu sering terjadi. I6 : Saya bekerja dibagian sirkulasi masih baru, sebelumnya saya bekerja dibagian lain. Selama saya bekerja di sirkulasi belum pernah menangkap pelaku pencurian koleksi. Tetapi pencurian koleksi buku di perpustakaan tentu saja ada. Hal ini dapat dilihat dari koleksi yang hilang di perpustakaan, di cek terlebih dahulu statusnya apakah sedang dipinjam atau sedang perbaikan. Kalau keduanya tidak ada maka buku tersebut dinyatakan hilang 56

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa pencurian terhadap koleksi buku di Perpustakaan UNIMED pernah terjadi, namun pencuri tersebut tidak pernah ketahuan oleh petugas perpustakaan pada saat melakukan aksinya. Pencurian tersebut dapat diketahui dari koleksi buku yang tidak ditemukan di jajaran koleksi perpustakaan, kemudian dilakukan pengecekan status dari koleksi tersebut. Apakah koleksi tersebut sedang dipinjam oleh pengguna atau sedang dalam perbaikan. Jika tidak ada status demikian maka koleksi tersebut dapat dinyatakan hilang. Untuk mengetahui koleksi buku yang hilang salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perpustakaan dengan melakukan pengecekan secara berkala / biasa di sebut stock opname. Kegiatan stock opname di Perpustakaan UNIMED dilakukan satu kali dalam setahun. 4.2.1.1 Metode dalam Pencurian Koleksi Buku Ada beberapa metode atau cara yang dilakukan pencuri untuk membawa koleksi ke luar perpustakaan tanpa melalui prosedur yang di tetapkan perpustakaan. Untuk mengetahui cara yang di lakukan pengguna saat mencuri koleksi buku di perpustakaan peneliti mewawancarai informan 5 dan 6. Pertanyaan : Bagaimana cara yang dilakukan oleh pelaku pencurian ketika melakukan aksinya? Informan 5 dan 6 menyatakan bahwa : I5 : Cara yang dilakukan pengguna untuk mengambil koleksi buku di perpustakaan dengan cara bertahap, mereka mengambil koleksi perhalam atau perbab dari isi buku. hari ini satu bab, hari selanjutnya satu bab lagi, lama kelamaan buku tersebut habis dan 57

hanya tinggal sampulnya saja. Bahkan ada beberapa kali ketahuan mahasiswa yang melakukan pengembalian mandiri hanya mengembalikan sampulnya saja, ada juga yang hanya mengembalikan setengah dari isi buku I6 : Pada mesin pengembalian mandiri terdapat lima been atau kantong penampungan buku. Terdapat dua di sebelah kanan dan dua di sebelah kiri, sedangkan satu berada dibagian ujung. Sort Been yang satu tersebut merupakan tempat dari buku yang bermasalah, di dalam been tersebut pernah di dapati buku yang hanya tinggal sampulnya saja, ada juga yang hanya tinggal setengah dari isi buku tersebut. Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa pengguna perpustakaan melakukan berbagai cara untuk mengambil koleksi yang ada. Mereka bahkan telah mencari cara agar tidak ketahuan saat mencuri koleksi buku tersebut. Hal ini terbukti dari cara mereka mencuri beberapa bagian dari isi buku, dan hanya mengembalikan sampulnya saja. Pencuri tersebut mengetahui adanya perangkat keamanan yang dipasangi pada koleksi buku di perpustakaan, juga mengetahui letak dari perangkat keamanan tersebut. Pencurian seperti ini merupakan pencurian yang direncanakan, dimana seseorang datang ke perpustakaan dengan niat mencuri. Pencurian terhadap koleksi perpustakaan dapat terjadi disebabkan adanya perbedaan kebutuhan pengguna akan informasi, dorongan kebutuhan, keterbatasan 58

koleksi dan alasan lainnya. Untuk mengetahui jenis koleksi yang sering di curi, peneliti bertanya pada informan 5 dan 6. Pertanyaannya : Jenis koleksi apa yang sering dicuri di Perpustakaan UNIMED? Berikut adalah jawaban informan 5 dan 6 Koleksi yang sering dicuri adalah koleksi grey literature, koleksi referensi, buku tandon, dan koleksi yang terdiri dari satu eksemplar. Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa koleksi yang sering dicuri adalah koleksi dengan sedikit eksemplar dan koleksi yang tidak dapat dipinjam oleh pengguna. Diketahui bahwa keterbatasan akan koleksi perpustakaan sangat berpengaruh terhadap tingkat pencurian di perpustakaan. Karena tidak adanya keseimbangan antara jumlah koleksi yang tersedia dengan jumlah pengguna perpustakaan. Ketidakseimbangan tersebut menimbulkan persaingan di antara sesama pengguna untuk mendapatkan buku yang dibutuhkan. Hal tersebut adalah salah satu penyebabpenyebabkan tejadinya pencurian koleksi di perpustakaan. 4.2.1.2 Sanksi Pelaku Pencurian Koleksi Untuk meminimalisir terjadinya pencurian koleksi buku, perpustakaan menerapkan sanksi yang tegas bagi pengguna yang ketahuan mekukan pencurian koleksi. Dengan adanya sanksi yang diberlakukan oleh perpustakaan, maka pengguna yang memanfaatkan koleksi perpustakaan secara tidak langsung diberi tanggung jawab untuk merawat dan memelihara koleksi yang digunakan. Untuk mengetahui sanksi apa yang dilimpahkan kepada pelaku pencurian koleksi peneliti mengajukanpertanyaan kepada informan 5 dan 6. 59

Pertanyaannya : Sanksi apa yang di berikan kepada pelaku pencurian koleksi buku di Perpustakaan UNIMED? Jawaban informan 5 dan 6 atas pertanyaan diatas yaitu I5 : Sanksi pada pelaku pencurian koleksi yaitu kartu perpustakaannya di blokir selama satu semester sehingga mereka tidak diizinkan menggunakan dan meminjam koleksi di perpustakaan I6 : Pengguna tersebut di skor selama satu semester, sehingga mereka tidak diizinkan masuk perpustakaan dan tidak diizinkan memanfaatkan seluruh fasilitas yang di sediakan perpustakaan. Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa sanksi yang diberikan kepada pelaku pencuarian koleksi adalah pemblokiran kartu anggota perpustakaan selama satu semester. Sehingga pelaku pencurian tersebut tidak dapat masuk ke perpustakaan dan tidak dapat mengunakan fasilitas yang di sediakan perpustakaan. Pemberlakuan sanksi tersebut merupakan salah satu upaya pencegahan pencurian koleksi perpsutakaan. 4.2.2 Keamanan Fisik Perpustakaan dalam Mencegah Pencurian Koleksi Keamanan gedung dan ruangan perpustakaan merupakan hal penting untuk diperhatikan. Karena gedung atau ruangan perpustakaan merupakan unsur paling utama suatu perpustakaan selain koleksi. Semua kegiatan perpustakaan terjadi didalam gedung. Kondisi fisik perpustakaan merupakan pertahanan tingkat pertama terhadap ancaman pencurian. Aspek yang di pertimbangkan dalam keamanaan fisik perpustakaan yaitu : 60

4.2.2.1 Arsitektur Suatu perpustakaan harus mempertimbangkan ruangan yang dipergunakan untuk menempatkan koleksi agar tetap aman dan terlindungi. Jika di pandang dari segi keamanan dan pengawasan kepada pengguna maka harus diperhatikan hubungan antara ruang baca dan rak koleksi. Untuk mengetahui bagaimana perancangan dan tata letak di Perpustakaan UNIMED, penulis mengajukan pertanyaan kepada informan 5 dan 6. Pertanyaan : Bagaimana perancangan dan tata letak di Perpustakaan UNIMED dalam mencegah tindakan pencurian koleksi? Informan 5 dan 6 menyatakan bahwa : I5 : Penempatan koleksi di Perpustakaan UNIMED berbeda tiap lantainya, lantai satu terdiri dari koleksi tandon, dan referensi. Lantai dua terdiri dari koleksi buku standar, sedangkan lantai tiga terdiri dari koleksi grey literature. Untuk menjaga keamanana koleksi perpustakaan membuat peraturan bahwa koleksi pada tiap lantai tidak diizinkan di bawa ke lantai lain. I6 : Untuk keamanan koleksi perpustakaan menyediakan meja dan kursi sebagai tempat membaca di sebelah rak koleksi yang ada. Sedangkan ruang baca di perpustakaan berada di tempat berbeda dari ruang koleksi perpustakaan, ruang tersebut dinamakan ruang baca mandiri. Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa Perpustakaan UNIMED memiliki 3 lantai untuk penempatan koleksiperpustakaan dan ketiga lantai 61

tersebut memiliki jenis koleksi yang berbeda. Lantai satu terdiri dari koleksi referensi dan buku tandon, lantai dua terdiri dari buku standar, lantai tiga grey literatur yamg terdiri dari kertas kerja, skripsi, thesis, dan disertasi. Untuk menjaga keamanan terhadap koleksi tersebut perpustakaan menerapkan peraturan bahwa dilarang membawa koleksi dari satu lantai ke lantai lain. Untuk membantu pengguna perpustakaan telah menyediakan meja baca di samping rak koleksi di tiap-tiap jenis koleksi, jadi pengguna tidak diizinkan membaca suatu koleksi di meja baca koleksi yang lain. Selain itu perpustakaan juga memisahkan antara ruang baca dengan ruang koleksi perpustakaan. Koleksi harus dipinjam terlebih dahulu baru dapat di bawa ke ruang baca. Ruang baca di Perpustakaan UNIMED berada di luar ruang koleksi perpustakaan. Ruang baca tersebut dinamakan ruang baca mandiri.sesuai gambar berikut menunjukan adanya jarak antara rak koleksi dengan meja dan kursi baca di Perpustakaan UNIMED. Gambar 4.1 ruang koleksi Perpustakaan UNIMED Untuk mempermudah pengawasan terhadap koleksi, penyusunan rak juga harus di perhatikan. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan penulis bahwa : 62

Sistem penataan rak sejajar kesamping dengan meja petugas perpustakaan, dan meja baca diletakkan pada tempat yang memudahkan petugas mengawasi aktifitas pengguna. Tata letak ruang perpustakaan yang tidak sesuai dapat menghalangi staf perpustakaan untuk melakukan pengawasan terhadap gerak gerik pengguan perpustakaan. Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa rak koleksi di perpustakaan disusun sejajar kesamping dengan meja petugas perpustakaan, dan meja baca diletakkan di tempat yang memudahkan petugas untuk mengawasi kegiatan pengguna di perpustakaan. Gambar 4.2 rak koleksi Perpustakaan UNIMED Bagian sirkulasi juga berperan dalam manjaga keamanan perpustakaan, karena sirkulasi dan meja keamanan akan bekerjasama memonitor sistem pendeteksian buku dan pengendalian gerakan pengguna saat mereka memasuki dan meninggalkan perpustakaan. untuk mengetahui posisi dari layanan sirkulasi penulis mewawancarai informan 5 dan 6. 63

Pertanyaan : Dimanakah letak dari layanan sirkulasi di Perpustakaan UNIMED? Informan 5 dan 6 menyatakan bahwa : Untuk ruang sirkulasi berada di depan pintu masuk dan pintu keluar ruang koleksi perpustakaan. Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa tata ruang bagian sirkulasi dan meja keamanan perpustakaan harus di perhatikan. Karena petugas layanan sirkulasi dan keamanan berperan penting dalam mengawasi pengguna yang masuk dan keluar perpustakaan. Sebagai tambahan, untuk penempatan tanda-tanda seperti tanda pintu masuk, keluar perpustakaan, dan tanda peringatan/imbauan harus diletakkan dengan tepat dan jelas. Hal ini di dukung dengan pernyataan informan 5 dan 6 Sebelum pintu masuk ruang koleksi pihak perpustakaan meletakkan barner yang berisikan peraturan saat masuk ke perpustakaan. selain itu pada setiap aktivitas di Perpustakaan UNIMED seperti sirkulasi mandiri di tempelkan petunjuk dan tata cara penggunaannya untuk memudahkan pengguna.. Dari pernyataan di atas dapat di ketahui bahwa perpustakaan UNIMED telah memasang petunjuk dan prosedur yang berlaku di perpustakaan, kemudian diletakkan di depan pintu masuk ruang koleksi sehingga dapat dilihat pengguna saat akan memasuki ruangan tersebut. 64

4.2.2.2 Staf keamanan Staf keamanan sebagai bagian dari perencanaan keamanan perpustakaan perlu mengevaluasi kebutuhan petugas keamanan, baik selama jam kerja normal maupun setelah perpustakaan ditutup. Staf keamanan berpatroli di dalam serta di luar perpustakaan. Untuk mengetahui keberadaan staf keamanan di Perpustakaan UNIMED peneliti menanyakan kepada informan 5 dan 6. Pertanyaan : Apakah Perpustakaan UNIMED memiliki staf keamanan yang bertugas mengawasi koleksi dan lingkungan perpustakaan? Jawaban informan 5 dan 6 I5 : Perpustakaan tidak memiliki staf yang khusus untuk keamanan. I6 : Perpustakaan UNIMED tidak memiliki petugas keamanan (security) yang khusus untuk mengawasi koleksi dan menjaga keamanan di lingkungan perpustakaan. Tetapi pada setiap lantai gedung perpustakaan ada petugas yang berpatroli untuk melakukan pengawasan terhadap koleksi. Dari pernyataan di atas dapat di simpulkan bahwa Perpustakaan UNIMED tidak memiliki staf keamanan yang khusus untuk menjaga keamanan lingkungan dan koleksi perpustakaan. Sebagai ganti dari staf keamanan, perpustakaan memiliki petugas yang berpatroli di ruang koleksi. Tugasnya hampir sama dengan staf keamanan menjaga keamanan di perpustakaan. Untuk mengetahui kegiatan staf perpustakaan tersebut peneliti menanyakan pada informan 6 65

Pertanyaan : Apasaja yang dilakukan staf perpustakaan tersebut untuk menjaga keamanan koleksi dan lingkungan perpustakaan? Informan 6menyatakan bahwa I6 : Petugas perpustakaan tersebut berkeliling ruang koleksi, melihat apakah ada pengguna yang gerak geriknya mencurigakan Dari pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa tugas dari staf perpustakaan yaitu melakukan patroli keliling ruang koleksi untuk mengawasi koleksi yang ada,danmengawasi pengguna yang gerak-gerinya mencurigakan. serta memeriksa ruang-ruang tersembunyi atau daerah di sekitar belakang rak yang kurang mendapatkan pengawasan. Dengan adanya petugas yang melakukan patroli di perpustakaan akan mengurangi tingkat pencurian koleksi oleh pengguna. Tindakan tersebut sangat membantu perpustakaan dalam mengamankan koleksi yang ada, karena tidak semua kegiatan pengguna terjangkau CCTV. 4.2.2.3. Perlindungan pada pintu dan jendela perpustakaan Dalam sistem pengamanan perpustakaan, pintu keluar perpustakaan merupakan area yang perlu mendapatkan perhatian yang utama dari petugas, karena saat pengguna akan masuk dan keluar perpustakaan haruslah melalui pintu. Bagian-bagian bangunan perpustakaan seperti jendela dan pintu harus dipastikan dapat terkontrol dan terlindungi dari akses orang yang tidak berkepentingan. Untuk mengetahui tindakan pengamanan yang di lakukan Perpustakaan UNIMED dari segi pintu dan jendela peneliti menanyakan kepada informan 5 dan 6 Pertanyaan : Bagaimana pengamanan pada pintu masuk Perpustakaan 66

UNIMED untuk mencegah terjadinya pencurian koleksi buku Jawaban informan 5 dan 6 atas pertanyaan di atas I5 : Saat pengguna akan memasuki ruang koleksi perpustakaan harus mengisi data keanggotaan terlebih dahulu. Yang tidak termasuk kedalam anggota perpustakaan UNIMED tidak dapat memasuki ruang koleksi I6 : Perpustaakan UNIMED menyediakan dua unit komputer di sebelah pintu masuk ke ruang koleksi, tujuannya agar pengguna menunjukkan identitas sebagai anggota perpustakaan. Dari pernyataan informan di atas dapat disimpulkan bahwa pengguna yang diizinkan masuk kedalam ruang koleksi perpustakaan hanya yang telah menjadi anggota. Hal ini dilakukan untuk mengontrol pengguna yang memanfaatkan koleksi perpustakaan dan mengontrol pintu masuk ruang koleksi sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat memasuki ruang koleksi Perpustakaan UNIMED. Tidak hanya pintu masuk ruang koleksi tetapi juga pintu keluar dari ruang koleksi perpustakaan harus di kontrol dan selalu di awasi. Untuk mengetahui bagaimana pengamanan pada pintu keluar perpustakaan, peneliti menanyakan pada informan 5 dan 6 Pertanyaan : Bagaimana tindakan pengamanan pada pintu keluar Perpustakaan UNIMED untuk mencegah pencurian koleksi buku? 67

Informan 5 dan 6 mengatakan bahwa I5 : Perpustakaan UNIMED hanya memiliki satu pintu keluar dari ruang koleksi, yaitu berada di lantai satu. Pintu tersebut juga telah dilengkapi dengan security gate. Untuk pintu darurat di setiap lantai telah ditutup. Hal ini di lakukan untuk menghindari terjadinya pencurian terhadap koleksi perpustakaan I6 : Untuk keluar dari ruang koleksi perpustakaan hanya menggunakan satu pintu di lantai satu. Selain itu pintu tersebut telah di lengkapi gerbang pengaman untuk mencegah pencurian koleksi perpustakaan. Dari pernyataaan informan di atas dapat diketahui bahwa untuk dapat keluar dari ruang koleksi Perpustakaan UNIMED hanya melalui satu pintu di lantai satu perpustakaan. Selain itu pintu tersebut telah dilengkapi gerbang pengamanan yang dapat mendeteksi koleksi saat keluar dari perpustakaan. Tindakan tersebut merupakan salah satu upaya untuk mengamankan koleksi perpustakaan dari pencurian oleh pengguna dengan cara mengontrol pintu keluar dari ruang koleksi perpustakaan. Selain pintu masuk dan pintu keluar ruang koleksi, jendela perpustakaan juga harus di amankan dari pengguna. Kemudian peneliti menanyakan pada informan 5 dan 6 Pertanyaan : Bagaimana tindakan pengamanan pada jendela perpustakaan untuk mencegah koleksi buku dilempar keluar gedung? 68

Berikut jawaban informan 5 dan 6 berdasarkan pertanyaan di atas : I5 : Setiap lantai di Perpustakaan UNIMED memiliki jendela kaca, gunanya untuk memberikan cahaya ruangan di setiap lantai. Untuk menghindari tindakan pencurian koleksi jendela kaca tersebut di pasang jerjak yang terbuat dari besi. Jendela tersebut di buka hanya saat jam layanan perpustakaan dan ditutup ketika sudah sore. I6 : Setiap jendela di perpustakaan di pasang jerjak dari besi. Sehingga kemungkinan pengguna untuk melempar koleksi ke luar perpustakaan minim. Gambar 4.3 jendela Perpustakaan UNIMED Dari pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa Perpustakaan UNIMED juga telah melakukan tindakan pengamanan terhadap jendela perpustakaan dengan memasangkan jerjak dari besi. Sehingga kemungkinan bagi pengguna untuk melempar koleksi ke luar perpustakaan semakin kecil. 69

4.2.3 Penggunaan Perangkat Keamanan dalam Mencegah Pencurian Koleksi Perpustakaan membutuhkan pengamanan agar koleksi yang dimiliki tetap terjaga sehingga dapat dimanfaatkan oleh pengguna dalam jangka waktu yang lama. Dalam meningkat keamanan di perpustakaan penggunaan teknologi keamanan sangat membantu dalam pencegahan pencurian terhadap koleksi perpustakaan. Perangkat keamanan yang di gunakan perpustakaan dalam mencegah pencurian koleksi di antaranya : 4.2.3.1 RFID(Radio Frequency Identification) RFID adalah suatu solusi yang di rancang untuk meningkatkan efisiensi operasional perpustakaan. Hal ini karena kemampuan tag RFID dalam melakukan pengidentifikasi buku dan keamanan buku ke dalam satu label. RFID membantu menekan angka kehilangan koleksi dan memudahkan kontrol inventarisasi buku di perpustakaan. Untuk mengetahui fungsi dari RFID peneliti menanyakan pada informan 2, 3, dan 4 Pertanyaan : Apa kegunaan dari RFID bagi Perpustakaan UNIMED? Ketiga informan menyatakan bahwa : Perpustakaan UNIMED menggunakan RFID dari perusahaan 3M, RFID dari perusahaan ini hanya berfungsi sebagai identifikasi koleksi, tidak sebagai pengamanan koleksi, hanya membantu dalam mengontrol koleksi di perpustakaan. Dalam penggunaannya RFID di perpustakaan sangat membantu petugas dalam mengidentifikasi koleksi yang ada, selain itu memudahkan petugas dalam melakukan kegiatan stock opname pada 70

koleksi. Untuk pengamanan koleksi perpustakaan menggunakan tattle tape, RFID dan tattle tape itu satu paket. Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa RFID yang di gunakan Perpustakaan UNIMED tidak untuk mengamankan koleksi, tetapi hanya membantu petugas dalam mengontrol koleksi perpustakaan. RFID jenis ini berfungsi untuk identifkasi koleksi perpustakaan. Untuk mengamankan koleksi perpustakaan UNIMED menggunakan tattle tape. RFID dan tattle tape merupakan satu paket. Metode identifikasi RFID dengan cara menyimpan suatu data secara elektronis pada suatu media yang dinamakan RFID tag, untuk kemudian dibaca melalui medium gelombang radio. Untuk mengimplementasikan RFID pada perpustakaan, setiap koleksi perpustakaan dipasangi RFID tag. Pada tag tersebut diisi data mengenai nomor inventaris, jenis buku, dan status pinjam buku. Untuk mengetahui data apa yang di masukkan Perpustakaan UNIMED ke RFID penulis menanyakan kepada informan 2, 3 dan 4 Pertanyaan : Data apa yang dimasukan petugas perpustakaan ke dalam RFID tag? Ketiga informan tersebut mengatakan bahwa : RFID di perpustakaan berperan sebagai pengganti barcode, jadi RFID tag akan di pasangkan pada semua koleksi yang ada di Perpustakaan UNIMED. Label RFID berisikan nomor inventaris yang berbeda tiap eksemplar buku. 71

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa RFID pada koleksi berperan sebagai pengganti barcode, yang berfungsi untuk mengontrol koleksi yang ada di perpustakaan. Label RFID yang di tempelkan pada koleksi akan di masukkan data berupa nomor inventaris buku, dan nomor tersebut akan terhubung ke identitas dan status buku yang terdapat di database perpustakaan. RFID memiliki beberapa bentuk dan ukuran, namun yang sering di gunakan adalah RFID berbentuk lable. Untuk mengetahui RFID jenis apa yang digunakan Perpustakaan UNIMED peneliti menanyakan pada informan 2, 3 dan 4 Pertanyaan : RFID jenis apa yang di gunakan Perpustakaan UNIMED? Jawaban ketiga informan menyatakan bahwa : RFID yang digunakan berbentuk lable, kemudian label tersebut ditempelkan pada sampul buku di bagian dalam. Dikarenakan seringnya terjadi perusakan terhadap RFID, Perpustakaan UNIMED kini menutup RFID tersebut menggunakan kertas. Sehingga RFID tidak akan kelihatan kecuali kertas penutupnya di buka Gambar 4.4 Label RFID 72

Dari pernyataan di atas dapat di ketahui bahwa RFID yang di gunakan Perpustakaan UNIMED berbentuk lable. Untuk pemasangannya RFID ditempelkan pada sampul buku bagian dalam koleksi perpustakaan. Untuk mencegah perusakan terhadap RFID petugas menutup label tersebut menggunakan kertas yang agak tebal sesuai dengan ukuran buku tersebut. Sehingga RFID pada koleksi tidak akan kelihatan kecuali kertas penutupnya di buka. Dengan penggunaa RFID di perpustakaan menjadikan semua kegiatan lebih efektif dan efisien. Karean RFID dapat membaca atau menulis setiap data yang telah di kodekan sehingga dapat mempercepat segala proses di perpustakaan. 4.2.3.2 Tattle Tape Tattle Tape merupakan perangkat keamanan yang ditempelkan pada koleksi untuk melindungi koleksi tersebut apabila dibawa keluar perpustakaan. Tattle Tape yang ditempelkan pada buku berbentuk strip pita magnetik yang sangat tipis, bening dan transparan sehingga sulit ditemukan kembali setelah di tempelkan pada koleksi yang ada. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan tattle tape sebagai perangkat keamanan koleksi, penulis bertanya kepada informan 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Pertanyaan : Bagaimana bentuk tattle tape yang digunakan untuk mengamankankoleksi buku di perpustakaan UNIMED? Semua informan menyatakan bahwa : Untuk pengamanan koleksi kami memasang tattle tape pada buku yang ada di perpustakaan. Tattle tape ini berbentuk pita yang sangat tipis, dan 73

tidak akan kelihatan setelah ditempel ke koleksi. Fungsi dari tattle tape adalah untuk menghindari pencurian terhadap koleksi perpustakaan. Gambar 4.5 Tattle Tape Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa tujuan dari pemasangan tattle tape di perpustakaan adalah untuk mengamankan koleksi agar terhindar dari pencurian oleh pengguna. Untuk pemasangannya, tattle tape di pasang pada sela-sela halaman buku sehingga pengguna tidak mengetahui letaknya. Untuk mengetahui lebih jelas, penulis bertanya pada informan 1, 2, 3, dan 4 Pertanyaan : Koleksi apasaja yang dipasang tattle tape dan dimana posisi pemasangannya? Berikut jawaban informan 1, 2, 3, dan 4 Untuk pemasangan tattle tape di pasangkan pada semua koleksi yang ada di perpustakaan, apapun jenis koleksinya baik yang dapat di pinjam atau yang tidak dipinjamkan. Untuk posisi tattle tape di tempelkan pada 74

batang buku tetapi halamannya tidak di tentukan, agar tattle tape tersebut tidak dapat di temukan oleh pengguna. Dari pernyataan diatas dapat dinyatakan bahwa tattle tape di pasangkan pada semua koleksi yang ada di perpustakaan, termasuk koleksi yang tidak di pinjamkan kepada pengguna. Pemasangan tattle tape ditempelkan pada sela-sela halaman pada batang buku. Untuk halamannya tidak ditentukan, tapi di tempelkan secara acak. Hal ini dilakukan untuk memperkecil kemungkinan pengguna melakukan perusakan terhadap perangkat keamanan yang ada. Kemudian peneliti bertanya kepada informan 1, 2, 3, dan 4 mengenai kendala dari penggunaan tattle tape, semua informan menyatakan bahwa harga adalah masalah utama. Karena harga perangkat keamanan relative mahal. Berikut adalah petikan wawancara mengenai kendala penggunaan tattle tape di Perpustakaan UNIMED : Untuk kendala dalam penggunaan tattle tape ini adalah harganya. Karena harganya cukup mahal. Selai itu saat pemasangannya pada buku harus hati-hati, karena jika pita magnetik tersebut bengkok atau patah maka tidak akan terbaca oleh security gate. Kendala penggunaan tattle tape adalah harga, karena harga perangkat keamanan koleksi perpustakaan cukup mahal. Selain itu untuk pemasangannya harus teliti, agar tattle tape tidak mengalami patah atau bengkok sehingga dapat terbaca oleh security gate. 75

Tattle tape merupakan pengamanan maksimal untuk koleksi perpustakaan, karena tattle tape masih dapat terbaca oleh security gate walaupun sudah dimasukkan didalam tas, ransel, tubuh manusia, atau benda umum lainya. 4.3.3.3 Security Gate Security gate merupakan teknologi keamanan yang digunakan perpustakaan sebagai penangkal pencurian terhadap koleksi. Security gate berbentuk gerbang yang di tempatkan pada pintu masuk perpustakaan guna mendeteksi pita pengaman yang dilekatkan pada koleksi buku. Untuk mengetahui penggunaanya penulis bertanya pada informan 5dan 6 Pertanyaan : Bagaimana penggunaan security gate dalam mengamankan koleksi buku perpustakaan? Berikut jawaban informan 5, 6 Untuk mencegah terjadinya pencurian koleksi buku perpustakaan menempatkan security gate pada pintu keluar ruang koleksi perpustakaan. Jika koleksi yang di bawa keluarperpustakaan tidak melalui prosedur yang berlaku maka alarm akan berbunyi Peryataan di atas menyatakan bahwa security gate hanya di pasang pada pintu keluar ruang koleksi di Perpustakaan UNIMED. Jika pengguna membawa koleksi keluar dari ruang koleksi tanpa melalui prosedur yang berlaku maka alarm pada security gate akan berbunyi. Untuk sistem kerjanya, security gate mendeteksi secara otomatis dengan gelombang radio setia buku yang dibawa keluar perpustakaan. Ketika pengguna 76

melakukan peminjaman koleksi secara mandiri, pita pengaman pada buku akan di non aktifkan menggunakan alat DLA (digital library assistant), jika koleksi dibawa keluar tampa melalui proses peminjaman maka pita pengaman tersebut tidak di non-aktifkan, sehingga saat buku tersebut melewati security gate maka alarm akan berbunyi.hal ini sesuai dengan pernyataan informan 2, 3, 4, 5, dan 6 setelah penulis mengajukan pertanyaan : Bagaimana cara kerja security gate dalam mencegah tindakan pencurian koleksi di Perpustakaan UNIMED? Berikut jawaban informan 2, 3, 4, 5, dan 6 Saat pengguna melakukan peminjaman mandiri perangkat keamanan yang di tempelkan pada koleksi akan di non aktifkan, sehingga ketika melewati security gate alarm tidak akan berbunyi. Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa perangkat keamanan yang di tempelkan pada koleksi buku hanya dapat di non aktifkan ketika pengguna melakukan peminjaman. Jika koleksi yang di bawa keluar perpustakaan tampa melalui prosedur peminjaman maka secara otomatis alarm akan berbunyi menandakan koleksi tersebut belum di pinjam. Namun jika koleksi tersebut telah melalui proses peminjaman dan alarm tetap berbunyi mungkin terjadi kesalahan saat melakukan peminjaman koleksi tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut petugas perpustakaan akan melakukan cek out pada koleksi yang di bawa oleh pengguna. Untuk mengetahui cara kerja cek out, penulis bertanya pada informan 5 dan 6. 77

Pertanyaan : Bagaimana cara kerja sistem cek out dan kapan dilakukan proses cek out tersebut? Berikut jawaban informan 5 dan 6 berkaitan dengan pertanyaan di atas. Perpustakaan UNIMED menjalakan sistem cek out. Jika alarm berbunyi saat pengguna melewati security gate maka petugas akan melakukan pengecekan kembali terhadap koleksi yang di bawa oleh pengguna. Apakah koleksi yang telah di pinjam sesuai dengan yang dibawa keluar atau tidak Dari pernyataan informan di atas dapat di ketahui bahwa proses cek out adalah proses di mana petugas perpustakaan melakukan pengecekkan kembali koleksi yang dibawa keluar oleh pengguna apakah sesuai dengan data koleksi yang dipinjam atau tidak. Jika sesuai maka pengguna tersebut diizinkan meninggalkan perpustakaan. Jika tidak maka petugas akan menganjurkan pengguna untuk melakukan peminjaman terhadap koleksi tersebut barulah di bawa keluar perpustakaan. Selain itu alarm pada security gate juga dapat berbunyi ketika mendeteksi magnet yang terdapat pada peralatan elektronik yang biasa dibawa oleh pengguna seperti HP (hand phone) dan laptop. Untuk mengetahui kelemahan dalam penggunaan security gate, penulis bertanya pada informan 5 dan 6. Pertanyaan : Apa kelemahan daripenggunaan security gatedi Perpustakaan UNIMED? 78

Berikut jawaban informan 5 dan 6 : Security gate sensitive dengan magnet sehingga bila ada pengguna yang membawa peralatan elektronik seperti HP(hand phone) dan laptop terkadang alarm akan berbunyi sendiri. Selain itu kendala dari penggunaan security gate karena untuk menjalankannya menggunakan tenaga listrik. Jika lampu mati maka security gate tidak akan berfungsi. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kelemahan dalam penggunaan security gate adalah karena alat tersebut terlalu sensitive terhadap magnet, tidak hanya membaca magnet pada pita pengaman namun juga magnet yang terdapat pada peralatan elaktronik yang dibawa oleh pengguna seperti HP dan laptop. Selain itu, dalammenjalankansecurity gate menggunakan tenaga listrik jika lampu mati maka security gate tidak akan berfungsi. Perkembangan teknologi di perpustakaan yang menggunakan security gate membawa dampak positif bagi perpustakaan. Dengan adanya teknologi ini, pengguna tidak harus melepaskan atribut seperti jaket dan tas, sehingga pengguna akan merasa lebih nyaman untuk datang ke perpustakaan. 4.2.3.4 CCTV (Closed Circuit Television) Penggunaan CCTV dapat memantau kegiatan pengguna di perpustakaan, dan merekam semua yang terjadi dengan begitu dapat mencegah terjadinya kejahatan dan menjamin keamanan di perpustakaan. Perpustakaan UNIMED juga menggunakan CCTV untuk memantau pengguna di dalam perpustakaan. Dalam pemasangan CCTV informasi tentang tata letak area yang akan dipantau harus ditentukan. Ada beberapa tempat yang di anjurkan untuk menggunakan CCTV, 79

yaitu area tersembunyi, penempatan koleksi berharga, pintu masuk dan pintu keluar perpustakaan. untuk mengetahui posisi CCTV di Perpustakaan UNIMED penulis mengajukan pertanyaan pada informan 2 dan 3. Pertanyaan : Untuk mencegah terjadinya pencurian koleksi di Perpustakaan UNIMED, tempat manasaja yang dipasangi CCTV? Menurut informan 2 dan 3 Untuk mengamankan koleksi Perpustakaan UNIMED memasang CCTV pada setiap lantai. Titik utama penempatannya yaitu pada layanan, yang ada koleksi, barang, dan fasilitas. Jadi yang di amankan tidak hanya koleksi buku saja tetapi juga perlengkapan lain Dari pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa Perpustakaan UNIMED memasang CCTV tidak hanya untuk melindungi koleksi. Pemasangan pada setiap lantai bertujuan untuk mengawasi seluruh kegiatan pengguna saat berada di perpustakaan dan melindungi seluruh fasilitas yang di sediakan perpustakaan. Titik utama CCTV berada pada bagian layanan perpustakaan, koleksi, dan penempatan fasilitas di perpustakaan. Cara kerja CCTV di Perpustakaan UNIMED besifat rekam. CCTV akan merekam seluruh kegiatan di perpustakaan selama 24 jam sehari. CCTV mentranmisikan sinyal ke monitor yang telah disediakan untuk sistem pemantauan. Kamera CCTV akan mengirim sinyal hanya kemonitor sedangkan sinyal audio visual akan tersimpan sebagai file di dalam perangkat 80

penyimpanan.untuk mengetahui kegiatan pengguna di perpustakaan penulis bertanya pada informan 2 dan 3 Pertanyaan : Untuk mencegah terjadinya pencurian koleksi, Siapa yang bertugas mengawasi monitor CCTVdi Perpustakaan UNIMED? Berikut jawaban informan 2 dan 3 berdasarkan pertanyaan di atas : CCTV yang digunakan telah terhubung ke jaringan sehingga dapat di lihat oleh siapa saja yang memiliki akses. Penggunaan CCTV di UNIMED hanya sebatas merekam saja, tidak ada yang mengawasi layar monitor. CCTV baru akan dilihat jika ada masalah yang tidak diinginkan. Dari pernyataan di atas dapat di ketahui bahwa tidak adanya pengawasan yang di lakukan petugas perpustakaan pada layar monitor CCTV. Tetapi CCTV yang di gunakan telah terhubung ke jaringan maka dapat di akses oleh siapa saja. 4.2.4 Kebijakan, Prosedur dan Rencana dalam Mencegah Pencurian Koleksi Pengembangan kebijakan keamanan di perpustakaan sangat dianjurkan, karena kebijakan keamanan digunakan sebagai acuan dasar, serta panduan untuk staf perpustakaan dalam mengontrol keamanan asset yang ada. Hal ini juga memberikan pengetahuan bagi petugas maupun pengguna perpustakaan agar sadar akan perlindungan terhadap aset perpustakaan. Semua perpustakaan harus membuat dan menerapkan prosedur dan kebijakan keamanan. Kebijakan keamanan biasanya berbentuk komitmen tertulis, harus berupa suatu dokumen yang dapat di jadikan pedoman. Dokumen tersebut akan berisi 81

rincian kegiatan dan segala informasi yang digunakan oleh pustakawan sebagai dasar dalam berfikir saat mengamankan koleksi perpustakaan. Perpustakaan UNIMED telah memiliki kebijakan keamanan di perpustakaan, kebijakan tersebut dituangkan dalam bentuk peraturan dan tata tertib yang diterapkan di perpustakaan saat ini. Peraturan tersebut tertulis dalam sebuah brosur peraturan umum perpustakaan. Berikut isi dari peraturan tersebut : 4.2.4.1 Pengguna perpustakaan Pengguna perpustakaan adalah masyarakat yang secara intensif mengunjungi dan memakai layanan dan fasilitas perpustakaan. Dalam peraturan bagi pengguna, Perpustakaan UNIMED menetapkan bahwa tidak semua orang dapat masuk dan memanfaatkan fasilitas yang ada. Kemudian penulis mengajukan pertanyaan pada informan 1, 5 dan 6. Pertanyaan : Siapa saja yang diizinkan menggunakan dan memanfaatkan fasilitas yang di sediakan Perpustakaan UNIMED? Berikut jawaban informan berkaitan dengan pertanyaan di atas : I1 : Yang diizinkan menggunakan dan memanfaatkan fasilitas perpustakaan hanya yang telah menjadi anggota perpustakaan UNIMED saja. I5 : Hanya anggota perpustakaan yaitu sivitas akademika di UNIMED, staf perpustakaan dan tamu yang berkunjung ke perpustakaan. I6 : Yang telah terdaftar sebagai anggota Perpustakaan UNIMED 82

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa yang diizinkan menggunakan fasilitas perpustakaan hanya anggota Perpustakaan UNIMED saja. Yang tidak termasuk anggota perpustakaan tidak diizinkan masuk dan memanfaatkan fasilitas yang disediakan. Untuk keanggotaan di Perpustakaan UNIMED ada dua jenis, yaitu anggota biasa dan anggota luar biasa. 1. Anggota biasa, yaitu seluruh sivitas akademika UNIMED terdiri dari mahasiswa, dosen, dan pegawai administrasi UNIMED. Untuk menjadi anggota biasa di perpustakaan UNIMED harus memenuhi syarat sebagai berikut : Melakukan registrasi anggota di counter registrasi anggota (counter / secara online melalui situs berikut, http\\library.unimed.ac.id) Pembuatan kartu anggota perpustakaan tidak boleh diwakili Menyerahkan fotocopy SPP semester terakhir Mengisi data anggota secara online pada website perpustakaan UNIMED. Harus memperlihatkan kartu identitas. 2. Anggota luar biasa, yaitu mahasiswa, staf pengajar atau masyarakat lainnya yang bukan sivitas akademika UNIMED. Untuk menjadi anggota luar biasa Perpustakaan UNIMED harus memenuhi syarat sebagai berikut : Membawa surat keterangan dari fakultas/ jurusannya dan identitas dari ( KTP, SIM, atau kartu mahasiswa) Membayar uang keanggotaan sebesar Rp. 10.000,- 83

Kartu perpustakaan ini berlaku untuk satu semester Kartu perpustakaan dapat di perpanjang apabila memenuhi persyaratan administrasi. Khusus bagi anggota luar biasa fasilitas yang diberikan hanya membaca di tempat dan memfotokopi. Penggunanya yaitu seluruh sivitas akademika UNIMED terdiri dari mahasiswa, dosen, dan pegawai administrasi UNIMED. Gambar 4.6 Kartu Anggota Biasa Perpustakaan UNIMED Penggunanya yaitu mahasiswa, staf pengajar atau masyarakat lainnya yang bukan sivitas akademika UNIMED. Gambar 4.7 Kartu Anggota Luar Biasa Perpustakaan UNIMED Bila persyaratan di atas telah terpenuhi dan telah melakukan pendaftaran sebagai anggota perpustakaan, maka petugas di bagian keanggotaan akan memberikan kartu yang menandakan seseorang telah menjadi anggota Perpustakaan UNIMED. Dengan menunjukan kartu tersebut pada petugas di depan pintu masuk ruang koleksi, dan melakukan pengisian daftar kunjungan barulah pengguna diizinkan masuk dan memanfaatkan fasilitas yang telah di sediakan. 84

4.2.4.2 Peraturan Sebelum Masuk Perpustakaan Saat akan memasuki Perpustakaan UNIMED ada beberapa etika yang harus di perhatikan oleh pengguna. Untuk mengetahui apasaja peraturan tersebut, peneliti bertanya pada informan 1, 5 dan 6. Pertanyaan : Prosedur apa yang harus di lakukan pengguna sebelum memasuki ruang koleksi Perpustakaan UNIMED? Informan 1, 5, dan 6 menyatakan bahwa : I1 : Pengguna diharuskan memakai pakaian rapi dan sopan, pengguna tidak diizinkan membawa tas, sarung laptop, jaket, dan sandal ke dalam ruang koleksi. I5 : Persyaratan saat pengguna akan memasuki perpustakaan dapat dilihat pada barner di depan pintu masuk ruang koleksi. I6 : Sebelum masuk perpustakaan pengguna harus menitipkan seluruh barang bawaannya kecuali barang berharga pada loker digital yang telah disediakan Perpustakaan UNIMED Gambar 4.8 Locker Digital 85

Dari pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa pengguna tidak diizinkan membawa barang bawaan kedalam perpustakaan ketika memasuki ruang koleksi. Semua barang selain barang berharga harus di titipkan dilocker digital yang telah di sediakan Perpustakaan UNIMED. Locker tersebut hanya dapat digunakan sekali menggunakan satu tiket. Sedangkan peraturan perpustakaan yang tertulis pada barner merupakan bagian dari peraturan yang tertulis pada peraturan umum Perpustakaan UNIMED, berikut : 1. Berpakaian sopan, rapi dan bersih 2. Bersikap santun, tidak menimbulkan keributan dan menjaga keamanan 3. Tidak mencoret, merobek, merusak dan mencuri koleksi dan fasilitas yang ada 4. Mematuhi ketentuan jumlah pinjam, masa pinjaman dan sanksi yang berkaitan dengan keterlambatan pengembalian buku 5. Membawa kartu identitas yang berlaku 6. Kartu perpustakaan tidak boleh dipinjamkan kepada orang lain 7. Bagi pengunjung dari luar UNIMED, harus membawa surat pengantar dari instansi asal atau kartu identitas yang masih berlaku. 8. Menyimpan tas/map di locker room. Barang berharga seperti dompet, kalkulator, uang, perhiasan dan lain-lain, harap dibawa. Kehilangan di luar tanggung jawab perpustakaan. 9. Mengisi data pengunjung di conter yang di sediakan. 10. Pelayanan fotokopi koleksi dapat dilakukan dengan mengisi formulir pada bagian sirkulasi. 86

11. Tidak diperkenankan membawa makanan dan minuman kedalam ruang baca perpustakaan. 12. Tidak diperkenankan memakai jaket, topi, dan sandal. 13. Bila di anggap perlu sewaktu-waktu petugas mengadakan pemeriksaan pada penggunjung. Bagi pengguna yang tidak mematuhi aturan di atas tidak diizinkan masuk ke perpustakaan. Pintu masuk ruang koleksi perpustakaan UNIMED di jaga seorang petugas yang mengawasi pengguna saat akan memasuki ruang tersebut. Bila pengguna yang akan masuk tidak melalui prosedur yang di tentukan maka petugas akan memberi teguran dan melarang pengguna tersebut untuk memasuki ruangan koleksi. 4.2.4.3 Peraturan Peminjaman Koleksi Dalam peraturan peminjaman koleksi, Perpustakaan UNIMED menetapkan peraturan bahwa jumlah maksimum buku yang dapat di pinjam adalah 4 judul. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan 1, 5 dan 6 setelah diwawancara oleh penulis mengenai peraturan dalam peminjaman koleksi Perpustakaan UNIMED. Berikut adalah petikan wawancara penulis denganinforman 1, 5, dan 6. I1 : Pengguna hanya di izinkan meminjam empat judul buku masingmasing satu eksemplar, yang terdiri dari dua koleksi buku standar jangka waktu peminjaman dua minggu dan dua koleksi buku tandon jangka waktu peminjaman satu hari. 87

I5 : Koleksi yang boleh di pinjam hanya empat judul masing-masing satu eksemplar. Dua koleksi standard dan dua koleksi tandon. I6 : Koleksi yang dapat dipinjam hanya koleksi standard an koleksi tandon, koleksi standar 2 judul dan koleksi tandon 2 judul Pernyataan informan di atas sesuai dengan peraturan tertulis pada brosur peraturan umum Perpustakaan UNIMED, yang isinya sebagai berikut: 1. Melakukan peminjaman mandiri dengan V series atau peminjaman dilakukan dimeja sirkulasi dengan menunjukkan kartu perpustakaan yang masih berlaku. 2. Pengembalian buku dengan pengembalian mandiri. 3. Perpanjangngan 2 (dua) kali, dapat dilakukan secara online pada situshttp://library,unimed.ac.id satu hari sebelum tajuh tempo. 4. Koleksi standar dapat dipinjam sebanyak 2 judul selama dua minggu. 5. Koleksi tandon dapat dipinjam sebanyak dua judul untuk jangka waktu satu hari. 6. Keterlambatan pengembalian di kenakan denda sebesar Rp.500,- per hari per buku untuk semua koleksi dan di bayar pada counter pembayaran. 7. Bagi peminjam yang tidak membawa kartu anggota perpustakaan tidak akan dilayani. 88

Gambar 4.9 Brosur Peraturan Umum Perpustakaan UNIMED Keterbatasan jenis koleksi yang dipinjam tentunya dapat mendorong pengguna perpustakaan untuk membawa keluar koleksi secara illegal yaitu dengan melakukan pencurian secara langsung, maupun secara tidak langsung. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan pengguna akan koleksi perpustakaan untuk menyelesaikan tugas maupun perkuliahan. Saat pengguna membutuhkan koleksi perpustakaan namun tak dapat di pinjam secara legal mereka akan mencari cara untuk mendapatkannya walaupun harus mencuri karena desakan kebutuhan. 4.2.4.4 Peraturan Pemberlakuan Sanksi Sanksi yang di berlakukan oleh perpustakaan dapat berupa pelarangan bagi pelaku penyalahgunaan koleksi. Perpustakaan UNIMED memberikan sanksi yang tegas terhadap pengguna yang kedapatan melakukan tindakan penyalahgunaan koleksi. Sanksi yang di berikan berbeda-beda sesuai dengan kesalahan yang dilakukan oleh pengguna, namun tujuannya tetap sama. Untuk mengetahui sanksi yang diberikan jika menghilangkan koleksi perpustakaan, penulis bertanya kepada informan 1, 5 dan 6. 89