BAB I PENDAHULUAN. yang selanjutnya disebut WPP yang terdapat di surat kabar Minggu Pagi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. (Wijana, 2011:1). Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa peran

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Raydinda Nacita Ramadhani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan menggunakan perantara. Komunikasi bahasa tulis

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, pikiran maupun suatu informasi. Bahasa sebagai media penyampai

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

SKRIPSI PENYIMPANGAN PRAGMATIK KARTUN OPINI DALAM BUKU DARI PRESIDEN KE PRESIDEN KARUT MARUT EKONOMI HARIAN & MINGGUAN KONTAN (2009)

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Tiga Semprul Mengejar Surga (TSMS). TSMS merupakan tayangan komedi

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL)

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan

ANALISIS WACANA MONOLOG TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi tentang pengunduran diri seseorang dan faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses berpikir manusia. Tahap kelanjutan dari proses berpikir

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

ANALISIS TINDAK TUTUR PADA WACANA STIKER PLESETAN

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa berpengaruh penting untuk perkembangan intelektual, sosial dan emosional siswa. Materi pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah terlepas dari proses interaksi

PRATIWI AMALLIYAH A

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

Peluang: Pengembangan Pengajaran Tata Bahasa dalam Wacana

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK)

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB V PENUTUP. aspek tersebut akan dipaparkan sebagai berikut. ini terdiri atas tiga, yakni (1) struktur dan keterpaduan Antarunsur dalam Wacana

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. tuturanlisan adalah media elektronik, seperti televisi dan radio. Adapun, untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN. 2003:xx). Humor ada dan berkembang di semua lapisan masyarakat. Selain

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pragmatik memiliki lima bidang kajian salah satunya deiksis. berarti penunjukan atau hal petunjuk dalam sebuah wacana atau tuturan.

I. PENDAHULUAN. keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar.

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003:

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalin hubungan dengan luar. Indonesia adalah alat komunikasi paling penting untuk mempersatukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi khalayak agar bertindak sesuai dengan keinginan pengiklan. Slogan

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi sehari-hari, tetapi juga digunakan untuk pembuatan lagu-lagu yang

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. dan situasi tidak resmi akan memberikan kesan menghormati terhadap keadaan sekitar.

1. Kita harus melaporkan kejadian itu besok, tetapi mereka sekarang tidak berada di sini.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian mengenai wacana Plesetan Pantun yang selanjutnya disebut WPP yang terdapat di surat kabar Minggu Pagi. Penelitian mengenai WPP ini menarik dan penting untuk diteliti karena WPP merupakan sebuah wadah untuk menampung gagasan, pikiran, atau juga perasaan para pembacanya yang disajikan secara berbeda dibandingkan dengan surat kabar lain untuk wacana dengan tujuan yang sama. WPP ini disajikan dalam bentuk pantun singkat, tetapi berisi hal-hal aktual yang tengah menjadi perbincangan di masyarakat. Sehubungan dengan hal di atas, pemanfaatan pantun sebagai salah satu wadah untuk berekspresi tidak banyak ditemukan di media massa cetak. Untuk itu, WPP ini merupakan salah satu contoh hasil dari kreativitas berbahasa yang berbeda dan dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat karena sifatnya yang ringkas, namun padat. Salah satu isi dari wacana penampung gagasan pembaca, seperti halnya WPP adalah kritik. Biasanya, pada surat kabar lain kritik disampaikan secara tegas, serius, dan menggunakan bahasa yang kaku. Kritik lebih difokuskan pada hal-hal yang bersifat serius dan tidak banyak ditemukan kritik digunakan selain untuk mengkritisi seseorang. 1

2 Hal tersebut di atas tidak sama dengan WPP. Melalui WPP, kritik dapat disampaikan dengan singkat, tetapi tetap menyentil dengan kata-kata yang menghibur sehingga orang yang dikritik tidak sepenuhnya merasa dikritik. Dengan kata lain, WPP merupakan wacana yang multifungsi. Selain sebagai wadah untuk berekspresi, WPP juga merupakan wadah untuk berkreativitas. WPP sebagai hasil dari kreativitas kebahasaan tidak dapat dilepaskan dari peran para penulisnya (pemantun). Hasil kreativitas pemantun dalam WPP dapat dilihat dari struktur pantunnya. Pemantun dituntut sekreatif mungkin mencari pilihan kata untuk menyusun sampiran dan isi karena space yang terbatas. Selain itu, pemantun juga harus kreatif dalam mencari referen yang sesuai antara sampiran dan isi. Untuk itu, diperlukan kreativitas dan kecerdasan yang cukup dalam menulis pantun WPP dengan space yang terbatas, tetapi dengan hasil yang maksimal. Selain dari segi struktur, yang menarik dari WPP ini adalah penggunaan tindak tutur. Beberapa jenis tindak tutur ternyata secara tidak sadar dimanfaatkan oleh pemantun sebagai salah satu bentuk upaya untuk menarik perhatian pembaca. Pembaca dapat menarik sebuah kesimpulan maupun pesan dari pemantun melalui tindak tutur yang digunakannya. Selain itu, ternyata WPP memiliki fungsi-fungsi sosial dalam hubungannya dengan pemakaian bahasa di masyarakat. 1.2 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiopragmatik yang merupakan perpaduan antara ilmu pragmatik dan ilmu sosiolinguistik. Salah satu yang

3 menjadi pusat kajian pragmatik adalah analisis wacana. Seperti halnya sebuah wacana, WPP memiliki struktur yang dibentuk atas unsur-unsur yang mendukungnya. Selain itu, penelitian ini juga membahas penggunaan tindak tutur serta fungsi-fungsi sosiokultural WPP. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian sebelumnya, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Unsur-unsur apa yang membentuk struktur WPP? b. Jenis-jenis tindak tutur apa saja yang digunakan dalam WPP? c. Bagaimanakah fungsi-fungsi sosiokultural yang terkandung dalam WPP? 1.4 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini yaitu: a. mendeskripsikan unsur-unsur yang membentuk struktur WPP, b. menguraikan tindak tutur yang digunakan dalam WPP, c. menjelaskan fungsi-fungsi sosiokultural yang terkandung dalam WPP. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini ada dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Manfaat teoretis penelitian ini adalah penelitian ini merupakan aplikasi atau penerapan ilmu pragmatik terutama pengembangan teori mengenai tindak tutur. Manfaat praktis penelitian ini adalah menambah pemahaman masyarakat

4 mengenai plesetan pantun dan fungsi-fungsi soisokulturalnya sebagai salah satu cara untuk menyampaikan gagasannya dalam bentuk bahasa tulis. 1.6 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai plesetan dan permainan bahasa pernah dilakukan oleh beberapa peneliti, antara lain: Isbowo (1999), Wijana (2003), Rachmawati (2004), dan Mayasari (2010). Rangkuman isi dari masing-masing penelitian tersebut akan diuraikan di bawah ini. Isbowo (1999) dalam skripsinya berjudul Plesetan dalam Bahasa Indonesia membahas aspek-aspek kebahasaan plesetan dan aspek-aspek sosiokultural plesetan. Plesetan pada dasarnya menyimpang dari prinsip kerja sama dalam kaidah komunikasi. Penyimpangan tersebut adalah maksim percakapan meliputi maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan. Sementara itu, aspek-aspek kebahasaan yang disimpangkan dalam mengkreasikan plesetan meliputi aspek fonologis, aspek leksikal, dan aspek gramatikal. Aspek-aspek tersebut dimanfaatkan untuk menciptakan terjadinya suatu kejenakaan atau kelucuan untuk berhumor. Dalam penelitian ini, peneliti juga mengemukakan alasan-alasan bahasa plesetan berkembang dan digunakan oleh masyarakat. Alasan-alasan tersebut ialah pertama, bahasa plesetan menjadi sarana mengkritisi permasalahan-permasalahan penting yang berkembang di masyarakat, meskipun melalui tindak berbahasa secara formal tidak dilakukan, tetapi dilakukan dalam bahasa lisan. Kedua, bahasa plesetan tidak hanya dimiliki pelawak saja, tetapi telah menjadi media kalangan intelektual pula dalam

5 mengekspresikan guyonan, baik yang disalurkan melalui humor, selingan atau intermezo dalam seminar, maupun dalam kolom media massa. Wijana (2003) dalam penelitiannya berjudul Wacana Dagadu, Permainan Bahasa, dan Ilmu Bahasa membahas permainan bahasa yang terdapat di kaos oblong berlogo dagadu. Dalam penelitiannya ini ditemukan adanya plesetan (permainan kata) yang diciptakan bukan hanya untuk berkomunikasi, melainkan juga untuk menciptakan humor. Selain itu, humor dagadu diciptakan bukan hanya sekedar untuk berhumor, tetapi untuk mencapai kenikmatan yang lain yang seringkali sulit untuk dipahami. Dalam penelitian ini juga ditemukan beberapa aneka plesetan dalam kaos oblong dagadu, antara lain permainan kata, permainan kata antarbahasa, malaproprisme, silap lidah, slang, wacana indah, dan kreasi dan translasi wacana. Wijana (2003) dalam bukunya Kartun: Studi Tentang Permainan Bahasa membahas humor yang terdapat dalam wacana kartun. Penelitian ini menggunakan pendekatan pragmatik. Wacana humor dalam kartun merupakan wacana hiburan yang ditujukan untuk menghibur para pembaca di samping sebagai wahana kritik sosial terhadap segala bentuk ketimpangan yang terjadi di tengah masyarakat. Menurut peneliti, humor merupakan salah satu bentuk permainan dan sarana yang efektif sebagai saluran kritik. Wacana kartun sebagai sebuah wacana menyimpang dari aspek-aspek pragmatik, yaitu menyimpang dari prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan. Selain itu, dalam wacana kartun juga ditemukan adanya aspek-aspek kebahasaan yang dimanfaatkan di dalam penciptaan humor. Aspek-aspek kebahasaan tersebut dari tataran yang terendah

6 sampai dengan tataran yang tertinggi ialah aspek ortografis, aspek fonologis, ketaksaan, hiponimi, sinonimi, antonimi, deiksis, perulangan, konstruksi subklausal, konstruksi klausal, konstruksi antarklausal, dan konstruksi proporsional. Rachmawati (2004) dalam skripsinya berjudul Analisis Sosiopragmatik Wacana Stiker Plesetan membahas unsur-unsur pembentukan wacana stiker plesetan, tindak tutur wacana stiker plesetan, dan fungsi-fungsi sosiokultural dalam wacana stiker plesetan. Peneliti menemukan adanya beberapa unsur kebahasaan yang dimanfaatkan dalam pembentukan stiker plesetan. Unsur-unsur tersebut antara lain penyimpangan morfologis, pungutan leksikal, pemanfaatan berbagai gaya bahasa, serta pemanfaatan konteks. Mayasari (2010) dalam tesisnya berjudul Plesetan Nama-Nama Tempat: Bentuk dan Dimensi Sosialnya: Kajian Sosiolinguistik membahas plesetan namanama tempat berdasarkan ranah dalam plesetan nama-nama tempat, pola pembentukan plesetan nama-nama tempat berdasarkan lapisan bentuknya, dan fungsi plesetan nama-nama tempat dalam kehidupan sosial masyarakat. Ranah tempat dalam plesetan nama-nama tempat dibedakan menjadi dua, yaitu negara, kota, ataupun jalan yang terletak di luar negeri dan kota, kecamatan, kelurahan, desa, pulau, atau jalan yang terletak di dalam negeri (Indonesia). Menurut peneliti plesetan nama-nama tempat merupakan cerminan masyarakat Indonesia yang mengalami kejenuhan sehingga mereka melakukan kesembronoan dengan menciptakan suatu plesetan nama-nama tempat sebagai wujud aspirasinya dan bentuk kreativitas dalam berbahasa. Dilihat dari dimensi sosialnya plesetan nama-

7 nama tempat memiliki beberapa fungsi, di antaranya untuk melucu, mengejek, berprestise, mengakrabkan, mempermudah pengucapan dan pekerjaan. Penelitian plesetan yang pernah dilakukan, baik oleh Isbowo, Rachmawati, maupun Mayasari telah membahas berbagai jenis plesetan, baik plesetan dalam bentuk lisan maupun plesetan dalam bentuk cetak. Masing-masing penelitian menggunakan kajian yang berbeda dalam pendekatan terhadap objek penelitiannya. Dari kelima hasil penelitian di atas, penelitian yang paling dekat dengan penelitian WPP ini adalah penelitian Rachmawati karena materi kajian diambil dari media massa cetak. Walaupun dekat, akan tetapi penelitian ini berbeda. Penelitian mengenai WPP ini belum pernah dilakukan walaupun penelitian plesetan dalam bentuk cetak sudah pernah dilakukan. Plesetan cetak yang diteliti oleh Rachmawati adalah plesetan dalam bentuk stiker, sementara itu penelitian WPP ini plesetan dalam bentuk pantun. 1.7 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiopragmatik yang merupakan perpaduan antara ilmu pragmatik dan ilmu sosiolinguistik. Kajian pragmatik digunakan untuk menganalisis tindak tutur dan sosiolinguistik digunakan untuk menganalisis fungsi-fungsi sosiokultural WPP. Selain itu, digunakan juga analisis wacana untuk menganalisis unsur-unsur pembentuk WPP, berikut uraian selengkapnya.

8 1.7.1 Pragmatik Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi (Wijana, 2011:4). Studi pragmatik menitikberatkan pada makna atau maksud tuturan para penutur dalam berkomunikasi. Maksud tuturan yang dipelajari dalam pragmatik adalah maksud tuturan seseorang yang tersirat di balik tuturannya. Pragmatik adalah studi kebahasaan yang terikat konteks. Artinya, dalam menentukan makna sebuah tuturan harus dilakukan dengan memahami unsur internal dan eksternal bahasa. Dengan demikian, para penutur dan lawan tutur harus memiliki kesamaan persepsi dalam komunikasi atau lebih dikenal dengan istilah pengalaman bersama (background knowledge) (Rohmadi, 2010:8). Menurut Leech (dalam Wijana, 1996:10) sehubungan dengan bermacammacam maksud yang mungkin dikomunikasikan oleh penutur dalam sebuah tuturan, sejumlah aspek harus dipertimbangkan dalam studi pragmatik. Aspekaspek tersebut adalah penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. 1.7.2 Wacana Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel, buku, artikel, pidato, atau khotbah (Sugono, 2008:1552). Menurut Tarigan (dalam Wijana, 2011:68) wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa

9 dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tulis. Sementara itu, menurut Kridalaksana (dalam Mulyana, 2005:5) wacana dapat direalisasikan dalam bentuk kata, kalimat, paragraf, atau karangan utuh (buku), yang membawa amanat lengkap. Sebuah wacana memiliki dua unsur pendukung utama, yaitu unsur dalam (internal) dan unsur luar (eksternal) (Mulyana, 2005:7). Unsur internal berhubungan dengan unsur-unsur kebahasaan, sedangkan unsur eksternal berhubungan dengan hal-hal di luar wacana itu sendiri. Lebih lanjut dijelaskan bahwa wacana adalah wujud atau bentuk bahasa yang bersifat komunikatif, interpretatif, dan kontekstual (Mulyana, 2005:21). Artinya, pemakaian bahasa ini selalu mengandaikan terjadi secara dialogis, perlu adanya kemampuan menginterpretasikan, dan memahami konteks terjadinya wacana. Berdasarkan media penyampaiannya, wacana dapat dibedakan menjadi dua, yaitu wacana lisan dan wacana tulis (Mulyana, 2005:51). Wacana lisan atau spoken discourse merupakan jenis wacana yang penyampaiannya dilakukan secara langsung menggunakan bahasa verbal. Sementara itu, wacana tulis atau written discourse merupakan jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan. Selain jenis wacana di atas, menurut Mulyana (2005:53) wacana dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah penuturnya. Wacana tersebut adalah wacana monolog dan wacana dialog. Wacana monolog merupakan wacana yang dituturkan oleh satu orang saja dan biasanya wacana ini tidak menghendaki dan tidak menyediakan alokasi waktu terhadap respon pendengar atau pembacanya.

10 Wacana dialog merupakan wacana yang dituturkan dua orang atau lebih. Wacana ini dapat berupa wacana tulisan maupun wacana tulis. Berdasarkan sifatnya, Mulyana (2005:54) membagi wacana menjadi dua jenis, yaitu wacana fiksi dan wacana nonfiksi. Wacana fiksi adalah wacana yang bentuk dan isinya berorientasi pada imajinasi. Wacana nonfiksi adalah wacana yang disampaikan dengan cara-cara ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Wacana ini juga biasa disebut wacana ilmiah. Pada dasarnya wacana merupakan bentuk komunikasi verbal manusia yang digunakan untuk berkomunikasi. Untuk itu, sebuah wacana dituntut memiliki keutuhan struktur. Keutuhan tersebut dibangun atas komponenkomponen yang terjalin di dalam suatu wacana. Komponen inilah yang disebut sebagai struktur wacana (Mulyana, 2005:25). Hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam analisis wacana ini adalah tema, topik, dan judul wacana. Ketiga hal tersebut merupakan aspek yang berhubungan langsung dengan isi wacana. Menurut Keraf (dalam Mulyana, 2005:37) tema merupakan perumusan dan kristalisasi topik-topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan, atau tujuan yang akan dicapai melalui topik tersebut. Sementara itu, menurut Alwi (2003:435) topik merupakan proposisi yang berwujud frasa atau kalimat yang menjadi inti pembicaraan atau pembahasan. Judul merupakan bagian terkecil dari keseluruhan wacana (Mulyana, 2005:43). WPP merupakan hasil kreativitas masyarakat dalam berbahasa yang diciptakan dalam bentuk pantun yang memang sengaja diciptakan untuk tujuan-

11 tujuan tertentu dengan melanggar aturan penulisan pantun. WPP merupakan bentuk komunikasi verbal antara penutur (pemantun) dan lawan tutur (pembaca pantun). 1.7.3 Tindak Tutur Tindak tutur dapat dibedakan menjadi tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung, dan tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal (Wijana, 1996:30). Tindak tutur langsung ialah tindak tutur yang menggunakan kalimat, baik kalimat berita, kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat ajakan, maupun kalimat permintaan digunakan secara konvensional. Sementara itu, tindak tutur tidak langsung ialah tindak tutur yang menggunakan kalimat baik kalimat berita, kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat ajakan, maupun kalimat permintaan digunakan secara tidak konvensional. Tindak tutur literal ialah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna-makna yang menyusunnya. Sementara itu, tindak tutur tidak literal ialah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya (Wijana, 1996:32). Sehubungan dengan pengertian tindak tutur, menurut Searle (dalam Rohmadi, 2010:34) bahwa semua ujaran dapat dikategorikan menjadi lima jenis, yaitu (1) representatif, adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas hal yang dikatakannya; (2) direktif, adalah tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar lawan tuturnya melakukan tindakan yang disebutkan dalam ujaran itu; (3) ekspresif, adalah tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal

12 yang disebutkan dalam ujaran itu; (4) komisif, adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan segala hal yang disebutkan dalam ujaran itu; dan (5) deklarasi, adalah tindak tutur yang dilakukan penuturnya untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru. 1.7.4 Plesetan Sebenarnya, arti dari plesetan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Sugono dkk., 2008:1040) masukan (entry) pleset tidak ditemukan, tetapi ditemukan peleset dan memeleset yang bermakna tidak mengenai sasaran atau tidak mengenai yang dituju. Sementara itu memeleset dengan imbuhan kan mempunyai makna membuat sesuatu di luar yang sebenarnya, sedangkan pelesetan mempunyai makna hasil memelesetkan. Menurut Santoso (dalam Rachmawati, 2004:2) plesetan adalah salah satu variasi bahasa yang difungsikan oleh pemakainya untuk tujuan tertentu. Menurut Wijana (2003:7) plesetan merupakan permainan bahasa dalam arti seluas-luasnya. Hal ini disebabkan karena konsep yang dikandungnya meliputi berbagai penyimpangan, seperti penyimpangan elemen fonologis, dan gramatikal, kekacauan hubungan bentuk dan makna, reinterpretasi pemakaian kata-kata dan frase, dan berbagai bentuk penggunaan bahasa yang tidak semestinya. Sementara itu menurut Heryanto (1996:110) plesetan dapat digambarkan sebagai kegiatan berbahasa yang mengutamakan atau memanfaatkan secara maksimal pembentukan berbagai pernyataan dan aneka makna yang dimungkinkan oleh sifat sewenang-wenang pada kaitan penanda-penanda realitas

13 empirik. Pernyataan itu disusun dengan cara mengubah sebagian dari unsur pernyataan orang lain, biasanya yang sudah diterima sebagai sesuatu yang normal, wajar, nalar, atau benar. Pantun adalah bentuk puisi Indonesia (Melayu), tiap bait (kuplet) biasanya terdiri atas empat baris yang bersajak (a-b-a-b), tiap larik biasanya terdiri atas empat kata, baris pertama dan baris kedua biasanya untuk tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi (Sugono dkk., 2008:1017). Menurut Pradopo (2010:224) pantun (Pantun Melayu) memiliki aturanaturan yang ketat yang telah menjadi konvensi yang utama. Aturan-aturan tersebut, yaitu (1) tiap bait terdiri atas empat baris pada umumnya, (2) baris pertama dan kedua merupakan sampiran, baris ketiga dan keempat merupakan isi, (3) sajak akhirnya berpola a-b-a-b, dan (4) tiap baris terdiri atas dua periodus, tiap priodus terdiri atas dua kata pada umumnya. 1.7.5 Sosiolinguistik Sosiolinguistik merupakan cabang ilmu bahasa yang menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakaiannya di dalam masyarakat (Suwito, 1985:2). Menurut Suwito (1985:2) sosiolinguistik memandang bahasa pertama-tama sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi, serta merupakan bagian dari masyarakat dan kebudayaan tertentu. Menurut Wijana dan Rohmadi (2006:5) dalam pandangan sosiolinguistik bahasa mengandung berbagai macam variasi sosial yang tidak dapat dipecahkan oleh

14 kerangka teori struktural, dan terlalu naif bila variasi-variasi itu hanya disebut performansi. Sebagai gejala sosial, bahasa dan pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor linguistik, tetapi juga oleh faktor-faktor nonlinguistik, antara lain adalah faktor-faktor sosial (Suwito, 1985:3). Faktorfaktor sosial yang memengaruhi pemakaian bahasa adalah status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, dan jenis kelamin. Selain itu, pemakaian bahasa di masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional, antara lain siapa berbicara dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai masah apa (Suwito, 1985:3). 1.8 Data dan Metode Penelitian Data yang dijadikan bahan analisis ini diambil dari surat kabar Minggu Pagi dari Juni 2013 sampai Maret 2014. Populasi data dalam penelitian ini berjumlah 120 data. Sementara itu, sampel data yang digunakan sebanyak 90 data. Metode yang digunakan dalam penyediaan data ini adalah metode observasi atau metode simak. Data tersebut dicermati kemudian diklasifikasi dan diberi nomor data. Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya adalah analisis data. Analisis data unsur-unsur pembentuk struktur WPP dilakukan dengan metode padan referensial yang menggunakan referen yang diacu oleh satuan kebahasaan sebagai alat penentu. Selanjutnya, analisis jenis-jenis tindak tutur dalam WPP dilakukan dengan mengamati dan memilah-milah kemudian

15 menganalisis jenis-jenis tindak tutur yang terkandung dalam WPP tersebut. Metode untuk menganalisis jenis-jenis tindak tutur ini adalah metode padan pragmatis yang alat penentunnya adalah lawan tutur. Sementara itu, analisis fungsi-fungsi sosikultural WPP dilakukan dengan metode komparasi, yaitu dengan cara membandingkan satuan-satuan kebahasaan yang dianalisis dengan alat penentu berupa perbandingan antara semua unsur penentu yang relevan. Setelah tahap penyediaan data dan analisis data selesai dilakukan, tahap terakhir adalah penyajian hasil analisis data. Penyajian hasil analisis data dilakukan secara sistematis untuk menghasilkan hasil analisis yang jelas. Penyajian hasil analisis data ini menggunakan metode formal dan informal. Selain menggunakan kata-kata biasa, penyajian hasil analisis juga dilakukan dalam bentuk diagram dan tabel untuk memudahkan dalam memahami hasil analisis. 1.9 Sistematika Penyajian Hasil penelitian mengenai WPP ini disajikan dalam lima bab. Dalam bab I disajikan latar belakang masalah, ruang lingkup penelitian, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Selanjutnya, dalam bab II disajikan hasil analisis unsur-unsur pembentuk struktur WPP. Pada bab III disajikan hasil analisis jenisjenis tindak tutur yang digunakan dalam WPP. Kemudian, pada bab IV disajikan hasil analisis fungsi-fungsi sosiokultural WPP. Selanjutnya, bab V merupakan penutup yang berisi simpulan hasil penelitian dan saran. Sementara itu,

16 penomoran data dalam skripsi ini dilakukan secara spasial, yaitu nomor contoh data dalam setiap bab dimulai dengan nomor satu (1).