Meminimalisir Bolak Baliknya Perkara Antara Penyidik dan Penuntut Umum.

dokumen-dokumen yang mirip
diatur dalam KUHAP belum dilaksanakan secara konsekuen.

1. Penerapan KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

Berdasarkan angka 1 dan 2 diatas dan dengan pertimbangan hal-hal, antara lain: 1. Azas peradilan yang cepat, sederhana dan biaya ringan

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

2011, No b. bahwa Tindak Pidana Korupsi adalah suatu tindak pidana yang pemberantasannya perlu dilakukan secara luar biasa, namun dalam pelaksan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLlK INDONESIA JAKARTA

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

STANDAR PELAYANAN KEPANITERAAN PIDANA

Tinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan Prapenuntutan Dihubungkan dengan Asas Kepastian Hukum dan Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan

NOMOR 14 TAHUN 2016 NOMOR 01 TAHUN 2016 NOMOR 013/JA/11/2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

Pemeriksaan BPK berindikasi -l'indak Pidana yang disampaikan kepada lnstiansi Penegak Hukum.

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

Fungsi Pra Penuntutan Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan Penuntutan Perkara Pidana Oleh Penuntut Umum. Cakra Nur Budi Hartanto *

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

Lex Crimen Vol. IV/No. 4/Juni/2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

JAKSAAGUNG REPUBLlK INDONESIA

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

BAB V PENUTUP. Praktek kerja lapangan yang dilakukan oleh Penulis selama kurang lebih 2

LAPORAN KEJADIAN NO... Nama :... Jenis kelamin :... Pekerjaan :... Tempat Tinggal :... Kebangsaan :...

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER- 022 /A/JA/03/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAWASAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PRAPENUNTUTAN DALAM KUHAP DAN PENGARUH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 1 Oleh: Angela A.

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

SAMPUL BERKAS PERKARA Nomor: BP-../PPNS PENATAAN RUANG / /20..

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Mencermati Peradilan di Indonesia

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Perkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian, Kedudukan, serta Tugas dan Wewenang Kejaksaan

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013

MENTER! HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

2017, No kementerian/lembaga tanpa pernyataan dirampas, serta relevansi harga wajar benda sitaan Rp300,00 (tiga ratus rupiah) yang dapat dijual

STANDARD OPERATING PROCEDURES (S.O.P) PENANGANAN PERKARA PIDANA ACARA BIASA PADA PENGADILAN NEGERI TENGGARONG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PETUNJUK PELAKSANAAN JAKSA AGUNG MUDA PENGAWASAN NOMOR : JUKLAK-01/H/Hjw/04/2011

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

MEDIA RELEASE DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG. Penyelesaian. Uang Pengganti. Pengadilan. Pemberantasan TIPIKOR. Petunjuk Pelaksanaan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BAB II PENAHANAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TERHADAP TERSANGKA ANAK DIBAWAH UMUR. penyelidikan yang merupakan tahapan permulaan mencari ada atau tidaknya

PERATURAN BERSAMA KEPALA KEPOLISIAN NESARA REPUBLIK IN D O N E S IA DAN JAKSA ASUNb REPUBLIK IN D O N E S IA NO. POL.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG. Sumber Daya Alam. Satuan Tugas. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA


KAJIAN JURIDIS TERHADAP PEMERIKSAAN TAMBAHAN DEMI KEPENTINGAN PENYIDIKAN OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010

NOMOR : 099/KMA/SKB/V/2010 NOMOR : M.HH-35.UM.03.01TAHUN 2010 NOMOR : KEP-059/A/JA/05/2010 NOMOR : B/14/V/2010

Instrumen Perdata untuk Mengembalikan Kerugian Negara dalam Korupsi

TATA CARA PEMERIKSAAN ADMINISTRASI PERSIDANGAN

2017, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran N

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPANITERAAN PIDANA

MANTAN BOS ADHI KARYA KEMBALI DAPAT POTONGAN HUKUMAN.

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SELAYAR. dan BUPATI SELAYAR

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Ta

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan bermasyarakat sering terjadi kekacauan-kekacauan,

Lex Crimen Vol. VI/No. 4/Jun/2017

BAB I PENDAHULUAN. penegak hukum yang memiliki hubungan fungsional sangat erat. Institusi

130/PMK.03/2009 TATA CARA PENGHENTIAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN UNTUK KEPENTINGA

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 102/PUU-XIII/2015 Pemaknaan Permohonan Pra Peradilan

PENGEMBALIAN BERKAS PERKARA TINDAK PIDANA DARI KEJAKSAAN KEPADA KEPOLISIAN 1 Oleh : Ridwan Afandi 2

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

Peran PPNS Dalam Penyidikan Tindak Pidana Kehutanan. Oleh: Muhammad Karno dan Dahlia 1

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLlK INDONESIA JAKARTA

AGUNG REPUBLlK INDONESIA JAKARTA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 12 TAHUN 2008 PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH (PPNSD) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TENGAH

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.258, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Penghentian Penyidikan. Prosedur.

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-005 /A/JA/03/2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGAWALAN DAN PENGAMANAN TAHANAN

JAKARTA, 03 JUNI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG PERMOHONAN KASASI PERKARA PIDANA YANG TERDAKWANYA BERADA DALAM STATUS TAHANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J AKAR TA Nomor Sifat Lampiran Perihal B$z&tF.3tFv03t2011 Biasa 2 (dua) eksemplar Meminimalisir Bolak Baliknya Perkara Antara Penyidik dan Penuntut Umum. Jakarta, 15 Maret 2011 KEMDAYTH. KEMLA KEJAKSAAN TINGGI Dt- SELURUH INDONESIA.Sehubungan dengan Surat Edaran Jaksa Agung Rl Nomor : SE-004/A/JNOzlzOOg Tanggal 26 Februari 2009 perihal sebagaimana tersebut di atas, dengan ini disampaikan hal-hal sebagai berikut : 1. Dari hasil evaluasi percepatan pelimpahan perkara tindak pidana khusus ke Pengadilan, baik tindak pidana korupsi maupun tindak pidana khusus lainnya, ternyata belum optimal dan masih terjadi bolak baliknya perkara tindak pidana khusus antiara Penyidik dan Penuntut Umum. 2. Untuk meminimalisir bolak baliknya perkara tindak pidana khusus antara Penyidik dan Penuntut Umum, maka seluruh Jaksa di wilayah hukum Saudara wajib menguasai dan melaksan akan S E-004/AIJ N A2l 2009 Tan g ga I 26 Fe b ru a ri 2009 (sebagaimana copy terlampir). 3. Pelaksanaan koordinasi dan konsultasi antara Penyidik dan Penuntut Umum dilakukan sebelum penyerahan berkas perkara (Penyerahan Tahap l) secara resmi oleh Penyidik kepada Penuntut Umum. 4. Hasil koordinasi dan konsultasi antara Penyidik dan Penuntut Umum dituangkan dalam BeritaAc'ara Pelaksanaan Koordinasi dan Konsultasi (copy BA terlampir).

5. Agarsurat ini beserta lampirannya (SE-004/A/JNOA2OO9 Tanggal 26 Februari 2009 dan BAKonsultasi) disampaikan kepada Kajari & Kacabjari sertia seluruh Jaksa dijajaran masing-masing untuk dipedomani. Demikian untuk dilaksanakan. JAKSA AGUNG MUDA Tembusan: 1. Yth. JaksaAgung Rl; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Rl; (sebagai laporan) 3. Yth. Para JaksaAgung Muda; 4. Yth. Para Direktur pada Jam Pidsus; 5. Ars ip

JAKSA AGUNG REPUBLlK INDONESIA Jakarta, 26 Februari 2009 SURATEDARAN NOMOR : SE- 004/A1JAlO2l2009 TENTANG MEMINIMALlSIR BOLAK BALIKNYA PERKARA ANTARA PENYIDIK DAN PENUNTUT UMUM Keluhan yang hidup di masyarakat dalam penanganan perkara pidana umum adalah bolak baliknya perkara antara penyidik dan penuntut umum, hal tersebut pada hakekatnya sesuai dengan hasil inventarisasi dan eksaminasi terhadap penanganan perkara pidana diseluruh Indonesia, yang masih menemukan banyaknya perkara pidana yang penanganannya berlarut-iarut, sehingga tidak memberikan kepastian hukum bagi pencari keadilan dan bertentangan dengan asas yang dianut oleh KUHAp, yaitu peradilan secara cepat, sederhana dan biaya ringan. Berdasarkan hasil evaluasi, terjadinya penanganan perkara yang berlarut-iarut tersebut, dikarenakan ketentuan yang diatur dalam KUHAP belum dilaksanakan secara konsekuen. Menindak lanjuti Rapat Kerja Kejaksaan Republik Indonesia tahun 2008, yang antara lain menyepakati untuk melaksanakan Hukum Acara Pidana secara konsekuen, sesuai Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (UU Nomor 8 Tahun 1981), guna mencegah berlarut-iarutnya penanganan perkara pidana yang merugikan para pencari keadilan, bersama ini disampaikan petunjuk sebagai berikut : 28 1. Dalam hal Kajati I Kajari I Kacabjari menerima surat pemberitahuan dimulainya penyidikan (SPDP) dari penyidik Polri I PPNS I penyidik lainnya, agar segera menunjuk Jaksa Penuntut Umum untuk mengikuti perkembangan penyidikan perkara tindak pidana dengan menerbitkan formulir P-16. 2. Jaksa Penuntut Umum yang ditunjuk, agar membina hubungan koordinasi dan konsultasi dengan penyidik dalam rangka penyelesaian penyidikan perkara secara cepat, sederhana dan biaya ringan, sehingga dapat dicegah terjadinya penanganan perkara yang berlarut-iarut. Pelaksanaan hasil koordinasi dan konsultasi tersebut dituangkan dalam Berita Acara pelaksanaan koordinasi dan konsultasi antara Penuntut Umum dengan Penyidik (terlampir) dan diupayakan agar setiap berkas perkara yang diserahkan tahap pertama oleh penyidik telah dilakukan koordinasi dan konsultasi terlebih dahulu. 3. Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya SPDp, penyidik belum menyampaikan hasil penyidikan, Kajati I Kajari / Kacabjari agar meminta perkembangan hasil penyidikan kepada penyidik dengan menerbitkan P-17. 4. Apabila berdasarkan hasil penelitian Jaksa Penuntut Umum terhadap berkas perkara ditemukan adanya kekurangan, dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak diterimanya berkas perkara, Jaksa Penuntut Umum memberitahukan hal tersebut kepada penyidik, dan dalam waktu 14 hari sejak diterimanya penyerahan tahap pertama, Jaksa Penuntut Umum mengembalikan berkas perkara tersebut disertai petunjuk yang harus dilengkapi. 5. Sesuai ketentuan Pasal 110 ayat (3) KUHAp, penyidik wajib segera melakukan penyidikan tambahan sesuai dengan petunjuk dari Penuntut Umum dan dalam waktu 14 (em pat belas) hari sejak tanggal penerimaan berkas yang telah diberi petunjuk oleh Jaksa Penuntut Umum, penyidik sesuai ketentuan Pasal138 ayat (2) KUHAP harus sudah menyampaikan kembali berkas perkara tersebut kepada Jaksa Penuntut Umum. 6. Apabila dalam waktu 14 (empat belas) hari, penyidik belum menyampaikan kembali berkas perkara yang telah dilengkapi sesuai petunjuk Jaksa, maka penyidikan tambahan yang dilakukan oleh penyidik menjadi tidak sah, karena tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 138 29

ayat (2) KUHAp, dan untuk itu, Kajati / Kajari / Kacabjari, agar memberitahukannya kepada penyidik. 7. Untuk mencegah hasil penyidikan tidak menjadi cacat hukum karena tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 138, ayat (2) KUHAp, dapat dilakukan dengan mengoptimalkan forum koordinasi dan konsultasi antara Penuntut Umum dengan Penyidik dalam pelaksanaan penyidikan perkara. 8. Terhadap berkas perkara yang berdasarkan hasil penelitian telah lengkap agar Kajati/Kajari/Kacabjari segera menerbitkan P-21, dan apabila dalam waktu 30 hari sejak diterbitkannya P-21 penyidik belum melakukan penyerahan berkas perkara tahap kedua, Kajati / Kajari, Kacabjari menegur penyidik dengan menerbitkan formulir P-21A, dan apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkannya formulir P-21A penyidik belum melakukan penyerahan tahap 11, maka demi kepastian hukum serta sesuai asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan, Kajati/ Kajari/Kacabjari agar mengembalikan berkas perkara tersebut kepada penyidik dan menghapus perkara tersebut dari Register Perkara yang ada di Kejaksaan. 9. Kajati/Kajari/Kacabjari agar melaporkan kepada KejaksaanAgung, setiap perkara yang dikembalikan kepada penyidik dengan petunjuk atau yang telah dinyatakan lengkap, tetapi tidak ditindak lanjuti oleh penyidik sesuai petunjuk dalam surat edaran ini, dengan tembusan disampaikan kepada atasan penyidik dan Ketua Pengadilan Negeri setempat. Demikian untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya. JAKSAAGUNG REPUBLlK INDONESIA HENDARMAN SUPANDJI 30

KEJAKSAAN. "Untuk Keadilan" BERITAACARA KONSULTASI DAN KOORDINASI PENANGANAN PERKARA Pada hari ini tanggal Bertempat di Kejaksaan Agung RI I Kejaksaan linggi I Kejaksaan Negeri I Cabang Kejaksaan Negeri... kami: 1. Nama Pangkat 2. Nama Pangkat Jaksa Penuntut Umum pada KejaksaanAgung/Kejaksaan linggi/kejaksaan Negeri/Cabang Kejaksaan Negeri yang ditunjuk dengan Surat Perintah JAM PIDUM/Kajati/Kajari/Kacabjari (P.16)Nomor : tanggal telah melaksanakan konsultasi dan koordinasi dengan penyidik Mabes Polri/Polda/PolwillPolres/PBNS. 1. Nama Pang kat 2. Nama Pangkat 31

Dalam perkara tindak pidana atas nama tersangka. yang disangka melanggar Pasal UU Nomor Tahun. Tentang. 1. Pembahasan konsultasi dan koordinasi meliputi : 1) Pembahasan kelengkapan formil 2) Pembahasan kelengkapan materiil 2. Hasil konsultasi dan koordinasi : 1) Kelengkapan Moril : Dari hasil pembahasan kelengkapan forrnil telah ditemukan kekurangankekurangan yang akan dilengkapi sebagai berikut : a. b. c. c. Berdasarkan hasil konsultasi dan koordinasi berkas perkara belum memenuhi syarat formil dan materiil untuk dilimpahkan ke pengadilan dan perlu dilakukan penyidikan tambahan dengan cara memeriksa saksi/ahli/tersangka alat bukti lainnya untuk membuktikan unsur-unsur : 3. Kesimpulan : 1) D i sepakati penyidik akan melengkapi berkas perkara dengan cara : 2) Kelengkapan Materiil : a. Unsur pasal yang disangkakan : Pasal dengan unsur-unsur: - Unsur Barang Siapa 2) Konsultas i dan koordinasi terhadap penyidikan tambahan perkara ini akan dilanjutkan kembali sebelum dilakukan penyerahan berkas perkara tahap pertama pada tanggal. Demikian Berita Acara Konsultasi dan Koordinasi ini kami buat dengan sebenar-benarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Penyidik, Penuntut Umum, b. Alat bukti yang ditemukan; - Keterangan saksi; Keterangan ahli; - Surat; - Petunjuk; - Keterangan terdakwa I tersangka; - Informasi elektronikldokumen elektroniklhasil cetaknya 32 33