Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

dokumen-dokumen yang mirip
UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I)

TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN. Oleh : Edwin Patriasani

UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING BIOFILTER MEDIATED PROBIOTIC BEVERAGE BOTTLES CASE STUDY WATER RIVER OF SURABAYA (SETREN RIVER JAGIR)

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM SIDOARJO MENGGUNAKAN ROUGHING FILTER UPFLOW DENGAN MEDIA PECAHAN GENTENG BETON

PENINGKATAN KUALITAS AIR PDAM MENGGUNAKAN GERABAH DENGAN LARUTAN PERAK NITRAT (STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN)

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

PEMANFAATAN AERASI UNTUK MENGURANGI KADAR COD DAN FOSFAT DALAM AIR LIMBAH CAR WASH

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

ANALISIS KINERJA AERASI, BAK PENGENDAP, DAN BIOSAND FILTER SEBAGAI PEREDUKSI COD, NITRAT, FOSFAT DAN ZAT PADAT PADA BLACK WATER ARTIFISIAL

PENGARUH PENAMBAHAN GEOTEKSTIL PADA UNIT SLOW SAND FILTER UNTUK MENGOLAH AIR SIAP MINUM

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

APLIKASI TEKNOLOGI FILTRASI UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH DARI AIR HASIL OLAHAN IPAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

Dosen Pembimbing: Prof. DR. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc

Optimasi Penggunaan Koagulan Dalam Proses Penjernihan Air

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT.

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 2, Juni 2011, Halaman ISSN:

Studi Kinerja Slow Sand Filter dengan Bantuan Lampu Light Emitting-Diode (LED) Putih

UNIT PENGOLAHAN AIR MINUM 5

DIAGRAM ALIR 4. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM PDAM SURABAYA (STUDI KASUS: PDAM NGAGEL II SURABAYA)

PENGOLAHAN AIR BAKU DARI AIR KALI MAS SURABAYA DENGAN ROUGHING FILTER DAN SLOW SAND FILTER TREATMENT OF RAW WATER FROM KALI MAS SURABAYA USING

Hardini, I. 1) Karnaningroem, N. 2) 1) Mahasiswi Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP ITS Surabaya,

Suarni Saidi Abuzar, Rizki Pramono Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas ABSTRAK

Penggunaan Filter Tembikar Untuk Meningkatkan Kualitas Air Tanah Dangkal Dekat Sungai (Studi Kasus Air Sumur Dekat Sungai Kalimas, Surabaya)

STUDI EFEKTIVITAS LAMELLA SEPARATOR DALAM PENGOLAHAN AIR SADAH

Oleh : Aisyah Rafli Puteri Dosen Pembimbing : Dr.Ir. Nieke Karnaningroem, MSc

PRASEDIMENTASI 7. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

BAB IV METODE PENELITIAN

RESERVOIR 14. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

Pengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untuk Pengolahan Air Gambut

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

3 METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN KAPASITAS UNIT SEDIMENTASI BERDASARKAN TIPE HINDERED ZONE SETTLING

PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK SISTEM PRODUKSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) PDAM KOTA MALANG

EFEKTIVITAS AERASI, SEDIMENTASI, DAN FILTRASI UNTUK MENURUNKAN KEKERUHAN DAN KADAR BESI (Fe) DALAM AIR

BAB III METODE PENELITIAN

PERENCANAAN ULANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PG TOELANGAN, TULANGAN-SIDOARJO

Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi

LOGO. Studi Penggunaan Ferrolite sebagai Campuran Media Filter untuk Penurunan Fe dan Mn Pada Air Sumur. I Made Indra Maha Putra

PENGARUH ROUGHING FILTER DAN SLOW SAND FILTER DALAM PENGOLAHAN AIR MINUM DENGAN AIR BAKU DARI INTAKE KARANG PILANG TERHADAP PARAMETER FISIK

SIDANG TUGAS AKHIR. Oleh : Ichda Maulidya Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODA PENELITIAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen

Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Kekeruhan dan Total Coli

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Kekeruhan dan Total Coli

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

PERBANDINGAN KETEBALAN MEDIA TERHADAP LUAS PERMUKAAN FILTER PADA BIOSAND FILTER UNTUK PENGOLAHAN AIR GAMBUT

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

INTEGRASI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI BENANG DAN TEKSTIL MELALUI PROSES ABR DAN FITOREMOVAL MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

STUDI LITERATUR DESAIN UNIT PRASEDIMENTASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM

PENGARUH MIKROFILTER LILITAN KAIN TERHADAP KUALITAS AIR DARI PDAM CEPU DITINJAU DARI PARAMETER KEKERUHAN, WARNA DAN ZAT ORGANIK

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM

EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM LEGUNDI PDAM GRESIK UNIT 4 (100 LITER/ DETIK)

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

III.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug.

UJI KINERJA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PARTIKEL BOARD SECARA AEROBIK

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA LAHAN SEMPIT

DISUSUN OLEH TIKA INDRIANI ( ) DOSEN PEMBIMBING WELLY HERUMURTI, ST, MSc.

Anis Artiyani Dosen Teknik Lingkungan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS)

MODUL 3 DASAR-DASAR BPAL

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Susun Tanah Merah Surabaya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Persiapan Penelitian. Gambar 15 Dimensi Penampang Basah Bangunan Filtrasi HRF

BAB III METODOLOGI. Diagram alir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1. Studi Literatur. Pembuatan Reaktor.

PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG. Sulastri**) dan Indah Nurhayati*)

PERENCANAAN SUBSURFACE FLOW CONSTRUCTED WETLAND PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI AIR KEMASAN (STUDI KASUS : INDUSTRI AIR KEMASAN XYZ)

PENGOLAHAN AIR LIMBAH PABRIK TEMPE DENGAN BIOFILTER. Indah Nurhayati, Pungut AS, dan Sugito *)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

STUDI KINERJA BOEZEM MOROKREMBANGAN PADA PENURUNAN KANDUNGAN NITROGEN ORGANIK DAN PHOSPAT TOTAL PADA MUSIM KEMARAU.

Perancangan Unit Instalasi Pengolahan Air Minum Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember

KAJIAN INTERMITTENT SLOW SAND FILTER SKALA RUMAH TANGGA UNTUK MEMPERBAIKI KUALITAS AIR PDAM Dwi Ermawati Rahayu ABSTRAK

Resirkulasi Air Tambak Bandeng Dengan Slow Sand Filter

BAB III KONDISI EKSISTING SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015

PENGARUH ROUGHING FILTER DAN SLOW SAND FILTER DALAM PENGOLAHAN AIR MINUM DENGAN AIR BAKU DARI INTAKE KARANGPILANG TERHADAP PARAMETER KIMIA

II. METODE PENELITIAN

Sidang Progres TA. Dandy Kurnia Herlambang Dosen Pembimbing: Nieke Karnaningroem

PENENTUAN KARAKTERISTIK AIR WADUK DENGAN METODE KOAGULASI. ABSTRAK

ANALISIS PROSES PADA UNIT AERASI, SEDIMENTASI, DAN BIOSAND FILTER SEBAGAI PEREDUKSI COD, NITRAT, FOSFAT DAN TSS DARI LIMBAH ARTIFICIAL GREY WATER

Transkripsi:

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi Edwin Patriasani 1, Nieke Karnaningroem 2 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) 1 ed_win1108@yahoo.com, 2 nieke@enviro.its.ac.id Pada umumnya, kendala yang dihadapi pada unit Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) saat ini adalah kinerja bak prasedimentasi yang kurang maksimum untuk meremoval kekeruhan dan zat organik saat kekeruhan tinggi pada air baku. Tujuan penelitian ini adalah menurunkan kekeruhan dan konsentrasi organik pada air baku dengan penambahan media pada bak prasedimentasi. Variabel dari penelitian ini adalah variabel ukuran diameter media, yaitu: ; 1,0 ; dan dan variabel nilai kekeruhan pada air baku, yaitu: 450 NTU, 750 NTU, dan 1000 NTU. Parameter yang diteliti adalah nilai kekeruhan dan konsentrasi zat organik dari efluen reaktor bak prasedimentasi. Dari hasil penelitian terlihat peningkatan efisiensi removal nilai kekeruhan dan efisiensi removal konsentrasi zat organik pada bak prasedimentasi menggunakan media dibandingkan dengan bak prasedimentasi konvensional tanpa menggunakan media. Ketebalan media tidak memberikan pengaruh yang signifikan dalam meremoval nilai kekeruhan dan konsentrasi zat organik. Kata kunci: prasedimentasi,, kekeruhan, zat organik 1. Pendahuluan Air baku yang digunakan dalam proses pengolahan air minum di Indonesia sebagian besar menggunakan air sungai. Dalam air sungai terdapat kandungan suspended solid (SS) yang menyebabkan kekeruhan pada air baku. Pada saat musim penghujan, kandungan SS akan menjadi lebih tinggi dibandingkan saat musim kemarau. Konsentrasi SS yang tinggi dapat membebani unit pada bangunan pengolahan air minum. Unit prasedimentasi merupakan unit dimana terjadi proses pengendapan partikel diskrit. Partikel diskrit adalah partikel yang tidak mengalami perubahan bentuk, ukuran, maupun berat pada saat mengendap (Kawamura, 2000). Umumnya bak prasedimentasi berbentuk persegi panjang atau lingkaran. Pada bangunan prasedimentasi terdapat empat zona, yaitu: zona inlet, zona pengendapan, zona lumpur dan zona outlet. Zona inlet berfungsi untuk mendistribusikan air yang masuk secara seragam pada seluruh area unit prasedimentasi dengan beragam variasi debit (Gregory, 1999). Zona pengendapan atau zona settling adalah zona dimana partikel tersuspensi yang terdapat pada influen disisihkan dengan cara terendapkan pada zona lumpur yang ada dibawahnya (Sincero, 1996). Zona lumpur adalah tempat menampung zat padat yang telah terendapkan dari air baku. Zona outlet adalah area tempat keluarnya air dari unit prasedimentasi. Pada umumnya, kendala yang dihadapi pada unit Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) saat ini adalah kurang maksimum kinerja unit prasedimentasi untuk meremoval kekeruhan dan kadar organik saat musim penghujan, dimana air baku yang diolah memiliki nilai kekeruhan yang tinggi. Contoh studi kasus dari permasalahan ini adalah IPAM Ngagel II Surabaya. Menurut data sekunder yang didapat, nilai kekeruhan pada influen unit prasedimentasi tahun 2011 mencapai 1000 NTU di musim penghujan. Hal ini menyebabkan efisiensi removal nilai kekeruhan dan konsentrasi zat organik pada unit prasedimentasi IPAM Ngagel II Surabaya menjadi menurun. Dari penelitian 1

terdahulu, didapatkan efisiensi removal untuk nilai kekeruhan dan konsentrasi zat organik di IPAM Ngagel II Surabaya tahun 2010 sebesar 56,42% dan 19,15% (Herlambang, 2010). Permasalahan yang muncul adalah bagaimanakah pengaruh penambahan media pada bak prasedimentasi dalam menurunkan nilai kekeruhan dan konsentrasi zat organik pada air baku serta bagaimanakah pengaruh ketebalan media pada bak prasedimentasi terhadap efisiensi removal nilai kekeruhan dan konsentrasi zat organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan media pada bak prasedimentasi dalam menurunkan nilai kekeruhan dan konsentrasi zat organik pada air baku serta untuk mengetahui pengaruh ketebalan media pada bak prasedimentasi terhadap efisiensi removal nilai kekeruhan dan konsentrasi zat organik. 2. Metoda Penelitian Adapun metoda pada penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1 berikut. Ide Penelitian Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi Studi Literatur Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Pada penelitian ini menggunakan pengendapan sistem batch dengan column settling test. Persiapan Reaktor Modifikasi Bak Prasedimentasi Bak prasedimentasi yang dipilih adalah bak prasedimentasi rectangular yang terbuat dari bahan acrylic sesuai dengan perhitungan dimensi reaktor. Pelaksanaan Penelitian - Reaktor modifikasi bak prasedimentasi menggunakan pengendapan kontinyu selama 24 jam. - Penambahan media pada zona pengendap dengan variasi diameter ; 1,0 ; dan dengan ketinggian media 4. - Variasi nilai kekeruhan pada air baku yang digunakan adalah 450 NTU, 750 NTU, dan 1000 NTU. - Titik pengambilan sampel pada efluen reaktor modifikasi bak prasedimentasi untuk mengetahui efisiensi removal nilai kekeruhan dan konsentrasi zat organik. - Pengambilan sampel dilakukan setiap hari pada pukul 08.00-16.00 setiap 2 jam sekali hingga media mengalami clogging. - Melakukan pengendapan kontinyu reaktor kontrol selama 1 hari menggunakan air baku 450 NTU, 750 NTU, dan 1000 NTU dengan pengambilan sampel pada pukul 08.00-16.00. B A 2

B A Analisa Data Hasil Uji Laboratorium Analisis kekeruhan dan kadar zat organik pada efluen bak prasedimentasi tiap masing- masing variabel, yaitu variabel diameter media dan kekeruhan. Gambar 1 Metoda Penelitian Variabel dari penelitian ini adalah variabel ukuran diameter media yang ditambahkan pada zona pengendap reaktor modifikasi bak prasedimentasi dan variabel nilai kekeruhan air baku yang digunakan. Variabel ukuran diameter, yang digunakan pada penelitian kali ini yaitu: ; 1,0 ; dan. Peletakan ini ditempatkan di zona pengendapan reaktor bak prasedimentasi dengan memberikan sekat dan kassa agar tumpukan tersebut tidak jatuh mengenai ruang lumpur. Media diletakkan setinggi 4 tiap masing-masing variabel ukuran diameter Untuk variabel nilai kekeruhan pada air baku, menggunakan air baku dengan kekeruhan buatan sesuai dengan data sekunder nilai kekeruhan saat musim penghujan pada unit prasedimentasi IPAM Ngagel II tahun 2011, yaitu 450 NTU, 750 NTU, dan 1000 NTU. 3. Hasil dan Diskusi 3.1 Pengendapan Sistem Batch Penelitian pendahuluan yang dilakukan dengan pengendapan secara batch dengan column settling ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi suspended matter dalam air sampel yang kekeruhannya sebesar 450, 750, dan 1000 NTU. Pengambilan sampel dilakukan pada titik di kedalaman 160. Sedangkan interval waktu pengambilan sampel dilakukan pada : 0, 5, 10, 15, 20, 25, 60, dan 120 menit. Setelah dilakukan pengambilan sampel, dilakukan analisa suspended solid pada setiap sampel dengan metode analisa gravimetri (Hendricks, 2006). Dari penelitian pendahuluan ini, didapatkan hasil pengendapan sistem batch dengan column settling yang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Waktu (menit) Berat Kertas Saring Awal Tabel 1 Data Hasil Pengendapan Sistem Batch Berat Kertas Saring Setelah di Vaccum Kesimpulan Berat Partikel dalam Sampel Suspended Solid (mg/l) Kecepatan Pengendapan (m/detik) Kekeruhan 450 NTU 0 0.1407 0.1704 0.0297 1188 0 0 5 0.1329 0.1497 0.0168 672 0.00053 0.566 10 0.1345 0.1503 0.0158 632 0.00027 0.532 15 0.1327 0.1478 0.0151 604 0.00018 0.508 20 0.138 0.1525 0.0145 580 0.00013 0.488 25 0.129 0.1428 0.0138 552 0.00011 0.465 60 0.1323 0.1424 0.0101 404 0.00004 0.340 120 0.1314 0.1345 0.0031 124 0.00002 0.104 Fraksi Tersisa 3

Waktu (menit) Berat Kertas Saring Awal Berat Kertas Saring Setelah di Vaccum Berat Partikel dalam Sampel Kekeruhan 750 NTU Suspended Solid (mg/l) Kecepatan Pengendapan (m/detik) 0 0.1384 0.1698 0.0314 1256 0 0 5 0.1308 0.1515 0.0207 828 0.00053 0.659 10 0.1348 0.1546 0.0198 792 0.00027 0.631 15 0.127 0.1463 0.0193 772 0.00018 0.615 20 0.1303 0.1491 0.0188 752 0.00013 0.599 25 0.1343 0.1525 0.0182 728 0.00011 0.580 60 0.133 0.1465 0.0135 540 0.00004 0.430 120 0.1287 0.1356 0.0069 276 0.00002 0.220 Kekeruhan 1000 NTU 0 0.1378 0.1779 0.0401 1604 0 0 5 0.1268 0.155 0.0282 1128 0.00053 0.703 10 0.1326 0.1598 0.0272 1088 0.00027 0.678 15 0.1366 0.1631 0.0265 1060 0.00018 0.661 20 0.1366 0.1622 0.0256 1024 0.00013 0.638 25 0.1367 0.1619 0.0252 1008 0.00011 0.628 60 0.1294 0.1487 0.0193 772 0.00004 0.481 120 0.1353 0.1454 0.0101 404 0.00002 0.252 Sumber: Hasil Perhitungan, 2012 Fraksi Tersisa 3.2 Pengendapan Kontinyu Sebelum melakukan proses pengendapan kontinyu, perlu dilakukan tahap persiapan reaktor. Langkah pertama adalah mempersiapkan bak penampung untuk menampung air baku yang akan digunakan pada proses pengendapan kontinyu. Jumlah bak penampung yang digunakan tiap reaktor adalah 1 buah. Karena proses pengendapan kontinyu mempergunakan 3 buah reaktor, maka bak penampung yang dipersiapkan sebanyak 3 buah dengan masing-masing memiliki volume 80 L. Pada sisi luar bak, diberi kran untuk mengalirkan air baku dengan jarak 6 dari bawah bak. Kemudian pada mulut kran diberi selang dan pipa dengan ukuran ¾ inchi untuk mengalirkan air ke dalam reaktor. Penempatan bak penampung diletakkan lebih tinggi dari reaktor, yaitu pada ketinggian 100 agar air dari bak penampung dapat mengalir secara gravitasi. Langkah kedua adalah pemasangan reaktor bak prasedimentasi. Reaktor bak prasedimentasi ini terbuat dari bahan acrylic karena bahan ini tidak mudah pecah dibandingkan dengan bahan yang terbuat dari kaca. Setelah rangkaian reaktor terpasang dengan baik, proses pertama pada pengendapan kontinyu adalah pengisian bak penampung dengan air baku. Air baku yang digunakan pada proses pengendapan kontinyu adalah air baku dengan kekeruhan buatan. Kekeruhan buatan ini dibuat dengan cara mencampur air kran di kampus Teknik Lingkungan ITS dengan lumpur yang diambil dari Kali Jagir (dekat Intake IPAM Ngagel II Surabaya ) untuk menciptakan kekeruhan yang hampir sama dengan data sekunder influen bak prasedimentasi IPAM Ngagel II Surabaya tahun 2011 dan diukur ketepatannya dengan menggunakan turbidimeter. Setelah debit sesuai dengan yang direncanakan, maka dilakukan proses pengisian air baku kedalam reaktor. Pada saat 4

proses mengalirkan air baku ke dalam reaktor, dilakukan pula pengadukan pada bak penampung agar kekeruhan dari air baku tersebut tetap homogen. Proses pengendapan kontinyu ini dilakukan selama 24 jam dengan pengisian bak penampung setiap 5 jam sekali hingga media mengalami clogging. Setelah media mengalami titik jenuh (clogging), proses pengendapan kontinyu pada reaktor bak prasedimentasi dihentikan kemudian dilakukan proses pengurasan pada reaktor. 3.3 Analisis Kekeruhan Kekeruhan pada penelitian ini diukur dengan menggunakan Turbidimeter. Kekeruhan ini menyebabkan penurunan kualitas air dari segi estetika. Oleh sebab itu, menurut PERMENKES RI No.492/MENKES/PER/VI/2010, kekeruhan yang diperbolehkan untuk air minum maksimal sebesar 5 NTU. Analisa kekeruhan dilakukan pada sampel efluen pada setiap outlet reaktor. Analisa dilakukan di Laboratorium Teknik Lingkungan. Berdasarkan hasil analisa kekeruhan, didapatkan tabel efisiensi removal kekeruhan berikut ini. Pengam bilan Sampel pada jam ke- Tabel 2 Efisiensi Removal Kekeruhan Reaktor Modifikasi Bak Prasedimentasi Efisiensi Removal Kekeruhan (%) Air Baku 450 NTU Air Baku 750 NTU Air Baku 1000 NTU 1 1 1 1 34.00 40 53.33 63.33 50.67 53.60 60.00 61.33 56.80 59.70 65.80 60.00 2 35.56 41.11 54.89 64.00 51.33 54.27 60.67 61.33 57.50 60.60 66.50 60.50 3 36.89 42.22 56.00 64.44 52.27 55.20 61.60 61.33 58.20 61.20 67.40 60.80 4 38.44 43.78 57.33 64.44 53.07 56.00 62.67 60.67 59.00 62.00 68.30 60.80 5 40.00 45.33 58.89 63.78 57.07 56.67 63.33 60.67 59.50 62.80 69.00 60.80 6 47.11 52.22 65.56-56.53 61.33 68.00-63.00 67.00 72.70-7 48.44 53.78 67.11-57.60 60.67 67.33-63.80 67.80 73.60-8 50.00 54.67 68.22-58.27 61.73 68.13-64.20 68.50 74.20-9 52.00 56.22 69.56-59.07 62.67 68.93-64.90 69.30 75.00-10 53.33 57.33 71.11-62.67 63.33 69.60-65.50 70.00 75.50-11 60.00 63.33 77.33-63.47 66.67 73.33-68.30 73.20 79.00-12 61.11 66.67 78.89-64.53 67.33 74.13-69.00 73.70 77.50-13 62.67 68.22 80.67-65.33 68.27 75.07-69.40 74.40 75.70-14 61.56 67.56 80.00-66.27 67.73 75.60-70.00 75.00 75.50-15 61.11 66.67 78.67-69.60 68.00 74.93-70.50 76.00 - - 16 68.44 73.33 83.33-70.13 72.00 78.93-73.50 73.50 - - 17 70.00 74.89 84.44-70.93 72.67 80.00-74.30 73.10 - - 18 71.78 76.67 86.00-71.87 73.33 78.40-75.00 73.00 - - 19 72.44 78.67 87.11-72.80 74.27 76.13-73.50 - - - 20 73.78 80.00 88.89-76.00 74.93 75.60-71.60 - - - 21 79.33 86.00 92.89-76.67 78.93 - - 71.30 - - - 22 77.78 87.33 89.78-77.33 76.67 - - - - - - 5

Pengam bilan Sampel pada jam ke- Efisiensi Removal Kekeruhan (%) Air Baku 450 NTU Air Baku 750 NTU Air Baku 1000 NTU 1 1 1 23 78.67 88.89 86.22-74.93 74.80 - - - - - - 24 80.00 90.00 86.22-74.93 74.67 - - - - - - 25 78.22 86.67 - - 72.00 - - - - - - - 26 85.56 78.89 - - - - - - - - - - 27 87.11 78.44 - - - - - - - - - - 28 83.33 - - - - - - - - - - - 29 80.00 - - - - - - - - - - - 30 79.33 - - - - - - - - - - - Sumber: Hasil Perhitungan, 2012 Berdasarkan Tabel 2, efisiensi removal kekeruhan dari ketiga reaktor pada setiap pengambilan sampel mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan media yang ditempatkan pada zona pengendap reaktor dapat mendegradasi partikel penyebab kekeruhan di dalam air baku yang digunakan. Proses yang terjadi pada reaktor bak prasedimentasi ini adalah mechanical straining dan proses pengendapan, dimana pada proses mechanical straining bahan pencemar dan zat-zat penyebab kekeruhan lain yang berupa partikel berukuran besar tersisihkan dan tersaring pada rongga antar butiran media. Pada Gambar 4.16, terjadi penurunan efisiensi removal kekeruhan saat pengambilan sampel pada jam ke-12, 16, dan 19 pada reaktor dengan diameter media ; 1 ; dan. Hal ini disebabkan karena media sudah tidak dapat menyaring partikel dan zat-zat penyebab kekeruhan sehingga banyak partikel yang lolos dari media. Saat pengambilan sampel ke-14, 18, dan 21 pada reaktor dengan diameter media ; 1 ; dan media mengalami titik jenuh (clogging) dan proses pengendapan kontinyu pada reaktor bak prasedimentasi dihentikan. Dari hasil penelitian pengendapan kontinyu, didapatkan nilai efisiensi removal kekeruhan dengan penambahan media berdiameter pada bak prasedimentasi mencapai 92,89%. Nilai efisiensi removal kekeruhan dengan penambahan media berdiameter 1 pada bak prasedimentasi dapat mencapai 90%. Sedangkan nilai efisiensi removal kekeruhan dengan penambahan media berdiameter pada bak prasedimentasi mencapai 87,11%. Menurut uji statistik yang dilakukan, hasil efisiensi removal nilai kekeruhan pada masing-masing diameter media tidak signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa ketebalan media tidak berpengaruh dalam nilai efisiensi removal kekeruhan 3.4 Analisa Konsentrasi Zat Organik Berdasarkan metode alamiah, zat zat organik tersebut dapat dioksidasi dan didegradasi melalui proses mikrobiologis dan dapat menyebabkan berkurangnya oksigen terlarut dalam suatu badan air (Alaerts dan Sumestri, 1987). Analisa konsentrasi zat organik dilakukan pada sampel efluen pada tiap outlet reaktor. Analisa dilakukan di Laboratorium Teknik Lingkungan ITS. 6

Berdasarkan hasil analisa konsentrasi zat organik, didapatkan tabel efisiensi removal konsentrasi zat organik berikut ini. Pengam bilan Sampel pada jam ke- Tabel 3 Efisiensi Removal Konsentrasi Zat Oragnik Reaktor Efisiensi Removal Konsentrasi Zat Organik (%) Air Baku 450 NTU Air Baku 750 NTU Air Baku 1000 NTU 1 1 1 1 31.92 30.65 30.02 26.86 33.50 31.60 29.07 28.44 38.24 34.44 33.50 31.6 2 31.92 30.65 30.02 26.54 33.50 31.60 29.07 28.44 38.24 34.44 33.50 31.28 3 31.92 30.34 29.70 26.86 33.50 31.60 28.76 28.44 38.24 34.13 33.50 31.6 4 31.92 30.34 29.70 26.86 33.50 31.28 28.44 28.76 37.92 34.13 33.18 31.6 5 31.60 30.34 29.39 26.54 33.50 31.28 28.44 28.44 37.92 34.13 33.18 31.6 6 30.65 29.07 28.12-32.86 30.65 28.12-36.34 32.86 32.23-7 30.34 28.76 27.81-33.18 30.97 28.44-36.02 32.55 31.28-8 30.02 28.12 27.18-32.55 30.02 27.81-35.39 32.23 30.65-9 29.70 27.81 26.54-31.92 29.70 27.49-35.08 31.92 30.02-10 29.39 27.49 25.91-31.60 29.39 27.18-34.76 31.60 29.70-11 28.12 25.91 24.02-30.02 28.44 25.28-33.50 30.34 27.81-12 27.81 25.60 23.70-29.70 28.12 24.96-33.18 30.02 28.44-13 27.49 25.28 23.38-29.39 27.81 24.65-32.86 29.70 29.07-14 27.81 25.91 24.02-29.07 28.12 24.33-32.55 29.39 29.39-15 28.12 26.23 24.33-28.76 27.49 24.65-32.23 29.07 - - 16 26.54 24.96 22.75-27.81 26.23 22.44-30.65 30.97 - - 17 26.23 24.65 22.44-27.49 25.91 22.12-30.34 31.28 - - 18 25.91 24.33 22.12-27.18 25.60 23.07-30.02 31.28 - - 19 25.60 24.02 21.80-26.86 25.28 23.70-30.97 - - - 20 25.28 23.38 21.17-26.54 24.96 24.02-31.28 - - - 21 23.70 21.80 19.59-24.96 23.07 - - 32.55 - - - 22 24.02 21.49 20.22-24.65 23.70 - - - - - - 23 23.38 20.86 20.86-24.33 24.65 - - - - - - 24 23.07 20.54 21.17-25.28 24.96 - - - - - - 25 23.38 21.17 - - 25.60 - - - - - - - 26 21.49 21.80 - - - - - - - - - - 27 21.17 22.12 - - - - - - - - - - 28 21.80 - - - - - - - 29 22.12 - - - - - - - 30 22.44 - - - - - - - Sumber: Hasil Perhitungan, 2012 Berdasakan Tabel 3, didapatkan efisiensi removal konsentrasi zat organik yang semakin naik pada setiap pengambilan sampel. Saat pengambilan sampel pada jam ke-5, efisiensi removal konsentrasi zat organik mulai naik hingga hari ke-5. Hal ini 7

disebabkan karena lapisan biofilm sudah mulai terbentuk dan dapat mendegradasi bahan organik di dalam air sampel. Pada Tabel 3, terjadi penurunan efisiensi removal konsentrasi zat organik saat pengambilan sampel pada jam ke-12, 16, dan 19 pada reaktor dengan diameter media ; 1 ; dan. Hal ini disebakan karena mikroorganisme yang terdapat pada butiran media mengalam fase endogenous (kematian), dimana pada fase ini proses metabolisme mikroorganisme berhenti dan laju kematian meningkat sehingga mikroorganisme tidak bisa meremoval zat organik pada air baku yang digunakan. Dari hasil penelitian pengendapan kontinyu, didapatkan nilai efisiensi removal konsentrasi zat organik dengan penambahan media sebesar pada bak prasedimentasi mencapai 41%. Untuk nilai efisiensi removal konsentrasi zat organik dengan penambahan media sebesar 1 pada bak prasedimentasi dapat mencapai 38,68%. Sedangkan nilai efisiensi removal konsentrasi zat organik dengan penambahan media sebesar pada bak prasedimentasi mencapai 36,79%. Menurut uji statistik yang dilakukan, hasil efisiensi removal konsentrasi zat organik pada masingmasing diameter media tidak signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa ketebalan media tidak berpengaruh dalam nilai efisiensi removal kekeruhan. 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dari penelitian kali ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Efisiensi removal nilai kekeruhan pada modifikasi bak prasedimentasi menggunakan media dapat mencapai 92,89% dan efisiensi removal konsentrasi zat organik mencapai 41%, dimana terjadi peningkatan efisiensi removal dibandingkan penelitian pada bak prasedimentasi konvensional tanpa penambahan media yang memiliki efisiensi removal nilai kekeruhan sebesar 64,44 % dan efisiensi removal konsentrasi zat organik sebesar 24,24%. Menurut hasil uji statistik, ketebalan media yang ditambahkan pada zona pengendap bak prasedimentasi tidak memberikan pengaruh terhadap efisiensi removal nilai kekeruhan dan konsentrasi zat organik. 5. Daftar Pustaka Anonim. 1987. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia. Gregory, R., Zabel, T., dan Edzwald, J. 1999. Sedimentation and Flotation in Letterman, Raymond D. (Ed). Water Quality and Treatment. United States of America: Mc Graw-Hill, Inc. Hendricks, D. 2006. Water Treatment Unit Processes Physical and Chemical. London: Taylor dan Francis Group. Herlambang, D. 2010. Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Air Minum PDAM Surabaya (Studi Kasus: PDAM Ngagel II Surabaya). Surabaya: Tugas Akhir Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS. Kawamura, S. 2000. Integrated Design of Water Treatment Facilities. New York: John Willey and Sons. Sumestri, S., dan Alaerts, G. 1987. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional. Sincero, A.P. dan Sincero, G.A. 1996. Environmental Engineering, A design Approach. New Jersey: Prentice Hill. 8