BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai bagian dari pembangunan wilayah masih menghadapi berbagai masalah yang kompleks dan saling terkait. Peristiwa banjir, erosi dan sedimentasi adalah sebagian indikator untuk menilai kondisi DAS. Kondisi DAS kritis disebabkan antara lain berawal dari ketidak terpaduan antar wilayah atau antar sektor dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan DAS tersebut. Untuk dapat menjamin kelestarian DAS, pelaksanaan pengelolaan DAS harus mengikuti prinsip-prinsip dasar hidrologi. Dalam sistem hidrologi DAS, komponen masukan utama adalah curah hujan sedang komponen keluaran terdiri dari debit aliran dan muatan sedimen, termasuk unsur hara dan bahan pencemar di dalamnya. DAS terdiri atas komponen-komponen vegetasi, tanah, topografi, air/sungai dan manusia. HPH sebagaimana tercantum dalam UU Kehutanan No. 4 Tahun 999 berhak untuk mengusahakan hutan di dalam kawasan hutan produksi, yang kegiatannya terdiri dari penanaman, pemeliharaan, pengamanan, pemanenan hasil, pengolahan dan pemasaran hasil hutan. Kaitannya dengan kegiatan pemanenan hasil hutan kayu yang selama ini dilakukan oleh HPH dalam ketentuannya harus berdasarkan sistem silvikultur yang berazaskan kelestarian hutan. Dasar teknik pemanenan tidak lepas dari konsep rotasi. Konsep rotasi dipakai untuk
pengelolaan hutan dengan tujuan menghasilkan kayu dari tegakan seumur, sedangkan untuk tegakan tak seumur disebut siklus tebangan. Walaupun teknik-teknik pemanenan yang ada dinilai tujuannya baik, tetap saja pelaksanaan di lapangan banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan, sehingga terjadi ketidak seimbangan ekosistem hutan. Ketidakseimbangan ekosistem hutan dapat diperhatikan dari indikator kerusakan hutan yang berupa naiknya volume limpasan permukaan (runoff). Menurut Otto Soemarwoto 99, pada tahun 977 tinggi muka air sungai Barito di Kalimantan Tengah naik 8 m dan menghancurkan 6.6 ha areal pertanian serta menimbulkan bencana bagi. penduduk. Hal ini diakibatkan adanya HPH yang menebang areal seluas, juta ha hutan di DAS Barito Hulu. Pengelolaan kawasan hutan yang tidak berazaskan kelestarian pada suatu DAS akan merubah keseimbangan tata air pada DAS yang meliputi hujan, aliran permukaan, aliran sungai, peresapan, aliran air tanah dan evapotranspirasi. Indikator kerusakan hutan dapat dilihat dari karakteristik hidrograf. Debit puncak dan volume hidrograf banjir pada hutan yang telah rusak lebih besar dibandingkan dengan hutan yang masih alami. Hasil penelitian menunjukkan wilayah penutupan hutan sebesar 7 % ternyata dapat memberikan keseimbangan tata air yang baik, sedangkan pada luasan penutupan hutan sebesar 5 % keseimbangan tata airnya telah terganggu. Selain itu kegiatan penebangan hutan mengakibatkan peningkatan total aliran sungai sedangkan pada tahap reboisasi terjadi penurunan total aliran sungai (M. Pramono Hadi, 996). Kerusakan hutan yang sangat signifikan akan mengubah
sifat sungai yang semula mengalir sepanjang tahun ( perennial) menjadi sungai kering pada musim kemarau ( intermitern). DAS berhutan lebih baik dalam mengendalikan tata air, dibandingkan dengan DAS non hutan. Untuk memperoleh data dan informasi yang dapat memberikan gambaran menyeluruh mengenai perkembangan keragaan DAS, maka diperlukan kegiatan monitoring dan evaluasi DAS yang bersangkutan dengan penekanan pada aspek penggunaan lahan, tata air, sosial ekonomi dan kelembagaan. Dalam kaitan hal tersebut di atas maka diperlukan suatu kajian pengaruh kegiatan Hak Pengeusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) pada suatu DAS terhadap karakteristik hidrograf aliran. B. Rumusan Masalah Pada kasus pengelolaan sebagian areal kerja HPHTI PT. Wirakarya Sakti di Sub DAS Tapah, penebangan dilakukan secara tebang habis. Manajemen penebangan seperti ini kurang memperhatikan aspek lingkungan, seperti dampaknya terhadap koefisien aliran, debit aliran dan karakteristik hidrograf banjir yang terjadi. Dengan adanya kegiatan penebangan di Sub DAS Tapah ini berarti telah membuka lahan hutan yang semula bervegetasi menjadi lahan terbuka yang berakibat hilangnya perlindungan tanah dari daya rusak air hujan serta mengurangi fungsi hutan pada umumnya. C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi pola aliran sungai pada Sub DAS Tapah dengan adanya aktivitas pengelolaan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri.
4 D. Manfaat Penelitian Manfaat lain yang diharapkan adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dalam masalah pengelolaan daerah tangkapan hujan dengan penekanan aspek pengelolaan hutan. Selain itu untuk bahan masukan dalam menentukan kebijkasanaan dalam pengelolaan areal hutan produksi sebagai areal kerja perusahaan yang bersangkutan. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang PENGARUH POLA KEGIATAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI TERHADAP KARAKTERISTIK POLA ALIRAN pada Sub DAS Tapah Areal PT. Wirakarya Sakti Jambi belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Dalam penelitian ini adalah kegiatan dilakukan pada kawasan HPHTI yang dalam proses kegiatan pemanenan hasil hutan kayu dilakukan dengan cara tebang habis. F. Batasan Penelitian Penelitian dilakukan pada Sub DAS Tapah dengan cakupan penelitian adalah mengkaji data hidrologi yang tersedia hasil kegiatan monitoring dan evaluasi tata air DAS yang dilakukan oleh pihak perusahaan yang bersangkutan di areal Sub DAS Tapah dengan kondisi data seminimal mungkin. G. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di wilayah pengelolaan HPHTI PT. Wirakarya Sakti yang secara administrasi terletak di Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi.
5 Berdasarkan kelompok fungsi hutan terletak pada kawasan Hutan Produksi Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi. Sedangkan menurut kelompok Satuan Wilayah Pengelolaan DAS Batanghari merupakan bagian wilayah pengelolaan DAS Betara Sub DAS Tapah. 6 4 PETAPENGGUNAANLAHAN SUBDASTAPAH PT.WKSPROVINSIJAMBI NANGGROE ACEH DARUSSALAM SUMATERA UTARA RIAU KALIMANTAN BARAT SUMATERA BARAT JAMBI BANGKA BELITUNG ; SUMATERA SELATAN BENGKULU PURWODADI LAMPUNG U DKI JAKARTA BANTEN JAWA BARAT KUALADASAL SKALA BERAMITAMKANAN Kilometers Legenda : ; AWLRSei.Tapah Sungai CampTapah Areal Tebangan Areal Tanam DUSUNMUDO 4 Areal Konservasi Areal KebunSawit TANJUNGJABUNGBARAT RANTAUBADAK 6 KEMANGMANIS BUKITBALING BatasDesa TJLANJUT Sumber: PetaRTRHTI PT.WKS LokasiDistrikI Issuedate : Oktober 7